David buru-buru kembali ke dalam bar untuk memeriksa kamera CCTV di pintu masuk halaman parkir barnya. Semua orang di bar ikut kaget dengan kehebohannya yang berlebihan ketika menyeruak masuk dan berteriak jika Lizie hilang.
"Bagaimana seorang gadis bisa hilang dari halaman bar!" celetuk salah seorang bartendernya.
"Semuanya bisa saja terjadi jika gadis itu bernilai 80% dari kekayaan seorang Gerald Dawson!" tegas David yang sudah tidak sabar agar mereka ikut bergerak.
"Oh sial, jadi selama ini kau membawa gadis muda semahal itu untuk berkeliaran!" yang lain ikut menimpali tapi segera ikut panik seperti kumpulan lebah yang tiba-tiba diusik.
"Hanya ada satu mobil yang keluar beberapa menit yang lalu," kata salah seorang pekerjanya s
YUK JANGAN LUPA VOTE
"Aku tidak takut padamu, Sky. Sama sekali tidak takut! " Sebenarnya Sky ingin serius, tapi dengan cara Lizie menggodanya sepertinya usahanya akan segera gagal. Sky melepas kacamatanya kemudian ikut naik ke atas ranjang dan menangkap pinggang Lizie yang pura-pura sedikit berinsut menghindar padahal Lizie juga mau Sky menangkapnya. "Di mana ini? " tanya Lizie setelah Sky menaungi tubuhnya dan menjerat tangan Lizie ke atas kepala. "Kita akan menghabiskan sisa libur kita di sini." "Tempat macam apa ini dingin sekali?" Lizie berinsut melilitkan kakinya ke pinggang Sky. "Nikmati saja." "Aku masih mau berada di pantai."
Seperti yang Sky katakan kemari, dia langsung membawa Lizie pulang kembali ke New York. Lizie juga diijinkan untuk menghubungi David. David memang sudah curiga jika Sky yang membawa Lizie karena setelah David mencari Sky ke tempat tinggalnya di South Hampton, David mendapati rumah tersebut sudah kosong . Tapi David baru benar-benar lega setelah Lizie menghubunginya. "Terimakasih, Sky." Lizie kembali meyerahkan kembali ponsel Sky yang baru dia pakai untuk menghubungi David. "David akan mengunjungiku awal minggu depan untuk mengembalikan ponselku kuharap kau mengijinkan." "Apa kau benar-benar menyukainya?" tanya Sky tiba-tiba ketika Lizie baru ikut bergabung duduk di sofa. L
Setelah menutup telepon dari Max Marton, Sky segera berdiri untuk menghampiri Lizie yang sedang duduk bersama David. Mereka sedang bercanda dengan beberapa anak buah David yang sedang membuat lelucon mengenai pengunjung bar yang sedang mabuk. "Sky, berapa botol whisky yang kau habiskan?" heran Lizie ketika melihat cara berjalan Sky yang agak sempoyongan. "Kita harus pulang." Sky terlihat memijit-mijit pangkal hidungnya. "Kau mabuk!" tuduh Lizie yang segera berdiri menghampirinya. "Aku masih bisa menyetir." Lizie melirik pada David yang kemudian ikut berdiri. "Biar aku yang menyetir."
Tidak seperti ketika Max Marton membacakan surat wasiat Gerald Dawson dua tahun yang lalu. Kali ini Mr. Marton akan membacakan semua surat wasiat Gerald Dawson di hadapan mereka semua secara terbuka. Jadi bukan hanya Lizie dan Sky, Vivian Dawson serta putrinya Celine juga ikut hadir untuk mendengarkan pembacaan surat wasiat tersebut bersama-sama. Mereka berkumpul di kantor notaris yang telah di tunjuk Gerald utuk mengurus semua wasiat dan harta peninggalannya. Kantor Max Marton ada di kawasan North Hampton tidak terlalu jauh dari tempat tinggal keluarga Dawson. Pertama-tama Mr. Marton menjelaskan mana-mana saja yang termasuk aset Gerald dan keseluruhan jumlah kekayaannya, merincinya satu-persatu. Notarisnya itu benar-benar menjabarkan semuanya, termasuk jumlah tabungan serta investasi yang selama ini tidak di ketahui oleh mereka
Sudah dua hari Lizie tinggal di tempat David, sementara Sky entah pergi ke mana karena dia juga sama sekali tidak ribut seperti biasanya untuk menelepon berulang-ulang. Sebenarnya Lizie juga merasa agak aneh dan diam-diam memikirkannya walaupun tidak berani bercerita kepada David jika dirinya dan Sky sedang memiliki masalah. Pagi sudah cukup terik, Lizie duduk di beranda belakang bar milik David yang langsung menghadap ke pantai. Suara camar yang beterbangan adalah satu-satunya polusi suara di awal musim semi. Angin berhembus agak kencang membuat terik matahari belakangan ini tidak begitu terasa menyengat tapi tiba-tiba sudah membakar kulit. Lizie memperhatikan David yang sedang berlari di pinggir pantai bersama anjing kelabunya yang terus mengekor. Beberapa kali anjing kecil itu terdengar menyalak agar David melempar lagi tongkat kay
Sky mengesahkan pernikahannya bersama Lizie di depan notaris yang di tunjuk Gerald Dawson. Hanya pengesahan pernikahan tanpa upacara sakral dan tanpa di hadiri siapapun kecuali beberapa saksi yang juga sudah disiapkan oleh Max Marton. Lize tidak menyangkan jika pernikahannya bakal sehening itu, dia hanya diminta menandatangi beberapa berkas. Tidak ada sumpah pernikahan, tidak ada gaun pengantin, apa lagi sebuah ciuman. Tiba-tiba Sky sudah menikahi Lizie dan rasanya memang tidak ada yang berbeda. Mereka kembali ke rumah pantai mereka di South Hampton seperti biasa dan baru besok lusa Sky rencananya akan mepersiapkan penerbangannya ke Inggris. Lizie berjalan masuk ke dalam rumah lebih dulu sampai tiba-tiba Sky melempar kunci mobilnya ke atas meja dan menyergap pinggang Lizie dari bela
Setelah Lizie cukup tenang dan lelah membanting barang, pelan-pelan Sky mendekatinya lagi. "Berendam lah akan kutemani," bujuk Sky. "Ini sakit, Sky, aku tidak mau lagi! " "Percayalah Lizie lama-lama tidak akan sakit." "Tidak aku masih tidak mau lagi! " tegas Lizie dengan begitu keras kepala. "Kau benar-benar seperti monster! Kau merobekku, Sky!" "Kita harus mencobanya lagi dan kau akan terbiasa." "Tidak, tidak dalam waktu dekat ini! Tidak sama sekali! " Lizie bangkit berdiri. "Ingat Sky jangan menyusul masuk ke kamarku!"
Setelah kemarin sudah merasakan seperti apa rasanya ketika hampir kehilangan Lizie saat hak perwaliannya berakhir, kali ini Sky yakin jika dirinya tidak akan melepaskan gadis itu lagi terserah dia suka atau tidak. Lizie memang hanya perlu sedikit dipaksa, dia tidak akan marah cukup lama. Walaupun mereka pasti masih akan ribut tapi Sky mulai terbiasa menikmatinya, gadis muda yang ternyata juga membuatnya ketagihan utuk diajak berdebat dan diatasi. Lizie berbaring malas di sofa mulai bosan karena seharian Sky hanya mengurungnya di apartemen. "Sky, kenapa kita tidak tinggal di Hampton saja sepanjang musim." Sky cuma pura-pura melirik Lizie sebentar sementara ia kembali sibuk membalas pesan untuk Tobias Harlot yang akan ikut pergi bersama mereka.