Lizie masih duduk di samping ranjang David yang baru siuman dan masih belum ingin ke mana-mana. David baru melewati operasi panjang yang hampir ikut merenggut nyawanya setelah cukup banyak kehilangan darah dan nyaris terlambat untuk ditangani. Walaupun kali ini Lizie sudah lega tapi ketakutannya beberapa jam yang lalu masih belum bisa dia lupakan begitu saja.
"Maafkan aku." Lizie kembali mencium punggung tangan David yang dari tadi telah berada dalam genggamannya.
Sky juga menyaksikan hal itu dan tidak tahu lagi seperti apa perasaanya, bagaimanapun David telah menyelamatkan nyawa Lizie dan Sky tidak bisa menutup mata dengan ketulusan pemuda itu walaupun rasanya tetap tidak benar di hati Sky.
Sky pilih keluar dari ruangan tersebut dan duduk di samping Celine yang juga masih syok luar
YUK JANGAN LUPA VOTE
Menjelang akhir musim panas semakin banyak wisatawan dari New York yang berlibur di pantai-pantai sekitar Hamptons. Semua pantai umum sedang ramai pengunjung, hari yang cerah dan sempurna untuk menikmati pantai. Sky baru kembali dari berlari ketika melihat David datang hanya dengan membawa sepeda. "Di mana mobilmu?" tanya Sky. "Kami hanya ingin bersepeda." Lizie juga terlihat baru keluar dari pintu garasi untuk ikut membawa sepedanya kemudian menghampiri David serta Sky yang masih berada di depan pintu gerbang. "Kami akan ke pantai," kata gadis itu ketikan mendekati Sky dan mencium pipinya sebentar. "Bay, Sky." Lizie melambai sambil sudah mengayun sepedanya di belakang David. Selepas Lizie dan David pergi, Sky baru sadar kenapa dirinya selama ini tidak pernah terpikir ide seperti itu. Telalu banyak kesenangan yang bisa ditawarkan pada gadis muda untuk menghabiskan liburan, tapi sky malah cuma mengurung dan mencumbunya dia tas ranjang.
"David!" panggil Celine sambil berjalan cepat menghampiri saudaranya.David dan Lizie sedang makan di depan pertokoan, mereka baru kembali dari pantai dan sekalian makan siang."Jangan berjalan terlalu cepat, lihat perutmu!" teguran David."Aku mencarimu ke mana-mana." Celine masih tidak terlalu menghiraukan."Kami dari pantai."Celine ikut menoleh pada Lizie sebentar, walaupun tidak menyapa dan Lizie pun juga demikian."Apa kau bisa menemaniku ke dokter?" tanya Celine pada kakak laki-lakinya. "Sore ini!""Ya, nanti kuantar."Bias
Selain mengunjungi makan Gerald, Sky juga membawa Lizie terbang ke Dalas untuk mengunjungi makam ibunya. Sky akan memenuhi semua janjinya kepada Lizie. Waktu perwalian Sky akan berakhir beberapa bulan lagi sampai nanti ulang tahun Lizie yang ke delapan belas di musim semi. Musim panas akan segera berlalu dan mereka pun harus kembali ke New York karena Lizie juga mesti kembali mengikuti program belajarnya. Sky berusaha mengisi sisa libur akhir musim panas mereka tahun ini untuk menjadi hari-hari yang lebih menyenangkan. Namun nampaknya keinginan Sky tidak sejalan dengan kemauan Lizie. Belakangan ini Lizie justru terlihat semakin sibuk bersama David kadang hampir seharian dia berada di restoran bersama David. Sky tahu Lizie suka membuat makanan dan sangat menikmati kebersamaanya di dapur bersama David. Jelas Sky tidak akan bisa bersaing mengenai hal itu , Sky payah. Selai itu Lizie
David buru-buru kembali ke dalam bar untuk memeriksa kamera CCTV di pintu masuk halaman parkir barnya. Semua orang di bar ikut kaget dengan kehebohannya yang berlebihan ketika menyeruak masuk dan berteriak jika Lizie hilang. "Bagaimana seorang gadis bisa hilang dari halaman bar!" celetuk salah seorang bartendernya. "Semuanya bisa saja terjadi jika gadis itu bernilai 80% dari kekayaan seorang Gerald Dawson!" tegas David yang sudah tidak sabar agar mereka ikut bergerak. "Oh sial, jadi selama ini kau membawa gadis muda semahal itu untuk berkeliaran!" yang lain ikut menimpali tapi segera ikut panik seperti kumpulan lebah yang tiba-tiba diusik. "Hanya ada satu mobil yang keluar beberapa menit yang lalu," kata salah seorang pekerjanya s
"Aku tidak takut padamu, Sky. Sama sekali tidak takut! " Sebenarnya Sky ingin serius, tapi dengan cara Lizie menggodanya sepertinya usahanya akan segera gagal. Sky melepas kacamatanya kemudian ikut naik ke atas ranjang dan menangkap pinggang Lizie yang pura-pura sedikit berinsut menghindar padahal Lizie juga mau Sky menangkapnya. "Di mana ini? " tanya Lizie setelah Sky menaungi tubuhnya dan menjerat tangan Lizie ke atas kepala. "Kita akan menghabiskan sisa libur kita di sini." "Tempat macam apa ini dingin sekali?" Lizie berinsut melilitkan kakinya ke pinggang Sky. "Nikmati saja." "Aku masih mau berada di pantai."
Seperti yang Sky katakan kemari, dia langsung membawa Lizie pulang kembali ke New York. Lizie juga diijinkan untuk menghubungi David. David memang sudah curiga jika Sky yang membawa Lizie karena setelah David mencari Sky ke tempat tinggalnya di South Hampton, David mendapati rumah tersebut sudah kosong . Tapi David baru benar-benar lega setelah Lizie menghubunginya. "Terimakasih, Sky." Lizie kembali meyerahkan kembali ponsel Sky yang baru dia pakai untuk menghubungi David. "David akan mengunjungiku awal minggu depan untuk mengembalikan ponselku kuharap kau mengijinkan." "Apa kau benar-benar menyukainya?" tanya Sky tiba-tiba ketika Lizie baru ikut bergabung duduk di sofa. L
Setelah menutup telepon dari Max Marton, Sky segera berdiri untuk menghampiri Lizie yang sedang duduk bersama David. Mereka sedang bercanda dengan beberapa anak buah David yang sedang membuat lelucon mengenai pengunjung bar yang sedang mabuk. "Sky, berapa botol whisky yang kau habiskan?" heran Lizie ketika melihat cara berjalan Sky yang agak sempoyongan. "Kita harus pulang." Sky terlihat memijit-mijit pangkal hidungnya. "Kau mabuk!" tuduh Lizie yang segera berdiri menghampirinya. "Aku masih bisa menyetir." Lizie melirik pada David yang kemudian ikut berdiri. "Biar aku yang menyetir."
Tidak seperti ketika Max Marton membacakan surat wasiat Gerald Dawson dua tahun yang lalu. Kali ini Mr. Marton akan membacakan semua surat wasiat Gerald Dawson di hadapan mereka semua secara terbuka. Jadi bukan hanya Lizie dan Sky, Vivian Dawson serta putrinya Celine juga ikut hadir untuk mendengarkan pembacaan surat wasiat tersebut bersama-sama. Mereka berkumpul di kantor notaris yang telah di tunjuk Gerald utuk mengurus semua wasiat dan harta peninggalannya. Kantor Max Marton ada di kawasan North Hampton tidak terlalu jauh dari tempat tinggal keluarga Dawson. Pertama-tama Mr. Marton menjelaskan mana-mana saja yang termasuk aset Gerald dan keseluruhan jumlah kekayaannya, merincinya satu-persatu. Notarisnya itu benar-benar menjabarkan semuanya, termasuk jumlah tabungan serta investasi yang selama ini tidak di ketahui oleh mereka