"Alfonso, aku sudah nggak sanggup lagi." lirihnya kepada suaminya."Maaf ...." tuturnya lagi. Hampir satu jam Tuan Alfonso terus mengembara di atas tubuh Dela tanpa memasukinya membuat gadis itu menjadi benar-benar kelelahan."Ha-ha-ha, baru segini kemampuanmu?" ejeknya, kepada Dela."Ma ... maaf, Alfonso. Ini hal baru bagiku. Biarkan aku pelan-pelan belajar, ya?" "Ha-ha-ha-ha, memangnya permainan ranjang harus dipelajari?" tanyanya, lagi."Bagiku, harus. Karena hal semacam ini baru untukku, Alfonso." ucap Dela lemah."Ha-ha-ha-ha, kamu sungguh sangat lucu Dela!" Tuan Alfonso lalu melangkah menjauh dari ranjang dengan tubuh telanjangnya.Tuan Alfonso lalu mengambil segelas air putih dan memberikannya kepada istri mudanya itu."Minumlah, setelah ini kamu akan merasakan nikmatnya surga dunia!" ujar suaminya.Setelah itu, tanpa menunggu lama, Tuan Alfonso mulai menindih tubuh polos Dela. Lalu mencoba menghujamkan alat tempurnya ke dalam gua sempit milik Dela yang masih suci.Tuan Alfons
Suatu ketika, Tuan Abian memanggil Noah untuk bertemu dengannya di kediaman Mahesa. "Papa ngapain, sih! Setiap kali aku mau menemui Dahlia. Papa selalu mengganggu!" Namun Tuan Abian tidak menggubris perkataan putranya, Noah. Dia lalu meletakkan sebuah kotak cincin di hadapan sang putra. "Sematkan cincin ini, di jari manis Dahlia." ucapnya tegas. "Ini cincin apa, Pa?" tanya Noah penasaran. Karena dia baru tahu cincin yang sangat unik yang disimpan oleh ayahnya. "Ini cincin leluhur Keluarga Mahesa. Dulu Omamu memberikan cincin ini kepada Mama mu. Untuk itu, Papa memintamu sekarang untuk menyematkan cincin ini, pada jemari Dahlia. Sebagai tanda pengikat di antara kalian berdua." sedihnya. "Terima kasih, Papa!" Lalu Noah pun memeluk ayahnya dengan erat. "Ajaklah dia ke makam Mama. Sematkan cincin itu di jari manisnya, tepat di depan batu nisannya. Apakah kamu mengerti?" Baik, Papa!" sahut Noah bahagia. "Pergilah! Temui gadis itu!" ujar Tuan Abian. Noah yang senang
Noah menatap Dahlia dengan wajah penuh harap. Lalu gadis itupun berkata,"Mas Noah ... ini terlalu tiba-tiba untukku. Aku masih muda, aku juga masih kuliah.""Dahlia, aku bukannya ingin menikahimu sekarang, besok atau lusa, Sayang! Tapi cincin ini sebagai pengikat cintaku kepadamu. Please ... coba berpikirlah lagi." ujarnya, memelas.Noah mencoba mengulang kembali perkataannya."Dahlia Rukmini, maukah kamu menjadi pendamping hidupku, kelak?" harapnya, dengan sepenuh hati.Dahlia terlihat menghela napasnya panjang. Lalu dia pun menganggukkan kepalanya dan Noah melihat itu."Apakah itu artinya, ya ... Sayang?" tanyanya, dengan wajar berbinar."Iya, Mas. Aku terima lamaranmu," jawab Dahlia sambil meneteskan air matanya.Gadis itu merasa sangat diistimewakan oleh Noah saat ini.Mendengar jawaban dari kekasihnya, Noah pun dengan cepat meraih jemari Dahlia dan menyematkan cincin itu di jari manisnya. Setelah itu, Noah berdiri lalu memeluk Dahlia dengan erat."Terima kasih, Sayang ..." ucap
Kemudian, Pak Dirga pun mengantarkan minuman itu kepada keduanya."Silakan diminum, jusnya. Tuan Muda dan Nona Muda," ucapnya santai, lalu meletakkan kedua minuman itu di depan Dahlia dan Noah."Terima kasih, Pak." ucap Dahlia lalu meneguk minuman itu. Seperti halnya sang kekasih, Noah yang dari tadi kehausan juga ikut minum. Sementara Pak Dirga tersenyum penuh misteri saat melihat keduanya meminum jus itu. Dia pun buru-buru menuju dapur untuk menelepon seseorang yang menyuruhnya.Pak Dirga :"Halo, Tuan. Saya sudah mengikuti semua yang Tuan katakan." tutur, Pak Dirga.Pria Misterius :"Baguslah, jika rencana ini berhasil. Saya akan memberikan bonus besar untukmu. Pastinya dari Tuan Besar. Pastikan keduanya menghabiskan minuman itu. Setelahnya, tinggalkan mereka berdua di vila. Tidak ada seorang pun yang boleh masuk. Dan pastikan juga semua bahan makanan tersedia di dalam kulkas." tegas, orang itu.Pak Dirga :"Semua sudah saya siapkan, bahkan baju ganti untuk keduanya, juga sudah
"Jika kamu kesakitan, kita melanjutkannya nanti," ucap Noah lalu mencoba menjauh darinya.Namun dengan cepat tangan Dahlia menahannya. "Aku ingin kita melanjutkannya, Mas!" lirihnya sambil menahan hasrat yang semakin membuncah dari dalam inti tubuhnya, yang telah mengeluarkan darah itu.""Are you sure, Darling?" tanya Noah dengan semangat. Karena sesungguhnya dia juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh sang gadis.Dahlia pun mengangguk. Lalu setelah membersihkan bercak darah suci, wanita kesayangannya, Noah kembali menjilati sekujur tubuh kekasihnya itu dengan bibirnya yang lihai.Keduanya semakin hanyut dalam buaian hasrat yang memang sangat membara.Bagaimana tidak, minuman dan makanan yang mereka cicipi, saat makan tadi telah dicekoki obat perangsang oleh Pak Dirga atas suruhan seseorang. Alhasil keduanya harus menuntaskan hasrat yang menggebu-gebu itu. Karena jika tidak tubuh mereka akan terbakar seperti panasnya bara api.Bahkan Dahlia sudah tidak sadar lagi. J
Di atas meja, telah tersedia hidangan berbagai macam jenis yang menggugah selera keduanya.Disaat keduanya sedang makan, ponsel Dahlia berdering dari tadi. Gadis itu ingin berdiri untuk mengangkatnya namun dengan cepat Noah berdiri dan berjalan menuju kamar untuk mengambil ponsel kekasihnya. Ternyata panggilan itu, berasal dari Lilian, saudaranya.Dahlia :"Halo, Lil?" Lilian :"Dahlia, kamu lagi di mana? Kok belum pulang?" Dahlia lalu melirik jam di dinding vila itu. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Dahlia :"Aku ... aku masih di tempat kerjaku. Sebentar lagi aku pulangnya. Iya, Lil. Bye." ucapnya, lalu mematikan panggilan itu."Sayang, bagaimana kamu pulang dengan keadaan seperti, ini? Bagaimana jika kamu menginap di Toserba saja, biar Dita yang akan menemanimu. Bagaimana, Sayang?" ujar Noah khawatir, Lilian tahu apa yang baru saja dirinya lakukan dengan Dahlia."Mas, sih! Mainnya tak kenal waktu!" kesal Dahlia."Tapi kan, Sayang. Kamu kan juga suka, Darling?" goda
Dua minggu telah berlalu, Noah sama sekali tidak dapat menemui Dahlia. Hal itu dikarenakan Tuan Jhon terus mengawasi gerak-geriknya. Alhasil dia hanya bisa tahu dari Dita bagaimana kabar Dahlia.Seperti sore ini, Noah kembali menelepon Dita dan menanyakan keadaan Dahlia.Dita : "Nona Dahlia akhir-akhir ini sering melamun, Tuan. Jika ada waktu tolonglah Tuan menemuinya walau hanya sebentar saja.Noah :"Tentu, saya ingin sekali bertemu dengannya. Akan tetapi apa daya, Tuan Jhon terus saja memantau gerak-gerikku. "Sekarang Dahlia di mana?" Dita :"Nona Dahlia, saat ini sedang berada di kampus, Tuan." Noah :"Baiklah, nanti saya hubungi lagi, ingat jaga Dahlia dan laporkan jika ada hal yang mencurigakan." sergah Noah. Lalu dia pun mematikan panggilan itu.Noah lalu kembali melirik ponselnya dan membaca pesan yang masuk dari Lastri.Lastri : "Kak Noah, apakah kamu jadi menemaniku memeriksa kandunganku?" Noah : "Tentu saja, Lastri. Aku akan segera menjemputmu." Pesan teks yang dib
"Laki-laki kurang ajar! Berani-beraninya, dia menyakiti Dahlia!" Ada rasa sakit yang dirasakan Andi saat melihat mahasiswi kesayangannya menangis."Si ... siapa wanita hamil itu?" lirih Wilona sedih dalam hatinya."Apakah anak dalam kandungan wanita itu milik Mas Noah?" sedihnya lagi, sambil meneteskan air mata.Sementara Noah dengan cepat membawa pergi Lastri dari gerai es krim itu.Dia tahu jika yang mengundang para wartawan itu adalah Tuan Jhon."Sialan! Tunggu saja pembalasanku, Jhon!" geramnya, dalam hati."Lastri, apakah kamu tidak apa-apa?" tanya Noah, hati-hati."Aku nggak apa-apa kok, Kak.""Syukur deh kalau begitu. Oh ya kakak ingin membawamu ke suatu tempat. Papa ingin bertemu denganmu untuk memantapkan pelarian kita. Tapi bisakah, kamu menelepon ayahmu, agar para anak buahnya tidak mengikuti kita?" Noah lalu menunjukkan beberapa anak buah Tuan Jhon yang berjaga-jaga di depan mobil mereka."Sebentar, Kak. Aku akan menelpon Papa," ujarnya.Lalu Lastri pun menelepon, Tuan Jho
Kembali kepada Dahlia yang sedang dirawat di rumah sakit."Bu, Pak, Lilian … untuk sementara aku akan tinggal bersama Mbak Dita," tutur Dahlia kepada semua orang yang ada di dalam ruangan itu."Lho Dahlia, kok begitu?" tanya Lilian bingung."Kamu tahu kan Lilian, bagaimana para tetangga kita? Tukang gosip semua. Jadi untuk menghindari semua itu. Terpaksa aku harus pindah," serunya, menjelaskan."Menurut Ibu pilihan Dahlia itu adalah yang terbaik saat ini, bagaimana menurut Bapak?" tanya Bu Jayanti kepada suaminya."Bapak juga setuju. Nanti Ibu dan Bapak akan sering mengunjungimu dan juga cucu kami. Iya kan, Bu?""Tentu saja, Pak." jawab, Bu Jayanti.Akhirnya Lilian pun setuju. Dahlia pindah ke apartemen milik Noah."Bu Jayanti, nanti jika Ibu pulang, saya ikut ya Bu? Saya ingin mengemasi barang-barang Nona Dahlia untuk dibawa ke apartemen," seru Dita.Sementara Silvi sudah pulang dari tadi karena di jemput suaminya."Bu, bagaimana kalau pulangnya, numpang di mobil saya saja, sekalian
"Bu, Ibu sebenarnya mau ngomong apa, sih? Tolong jangan buat aku menjadi semakin takut, Bu," seru Lilian, lagi."Baiklah, Lil. Ibu akan jujur. Sebenarnya saat ini Dahlia sedang hamil lima minggu," ujar Bu Jayanti hati-hati."A ... apa?" Lilian benar-benar kaget mendengar kabar itu dari Bu Jayanti. Bukan apa-apa, tadi pagi juga dia melihat pemberitaan tentang Noah. Kabar menghebohkan itu, juga dilihat oleh Lilian dari layar televisi."Ibu harap kamu bisa bijak menyikapi masalah yang sedang menimpa Dahlia. Anak dalam kandungannya tidak memiliki dosa apa-apa. Kita sama-sama sangat menyayangi dirinya. Menurut Ibu, kita tidak berhak untuk menghakiminya," nasihat Bu Jayanti.Lilian tidak kuasa menahan air matanya mendengar nasib yang menimpa saudaranya itu.Lilian pun masuk ke dalam ruangan di mana Dahlia dirawat."Lilian..." lirihnya saat melihat saudaranya masuk.Keduanya pun saling berpelukan menangisi nasib satu sama lain. Hidup mereka mulai hancur karena laki-laki. Keduanya sedikit lup
Walaupun jauh dari dalam lubuk hati Tuan Abian, dia memiliki kekhawatiran tingkat tinggi dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.Sehari sebelumnya, di kediaman keluarga Jhon.Tuan Jhon terlihat meremas hasil test DNA yang menyatakan jika Lastri, 99,9 % bukanlah keturunannya.Bersamaan dengan itu, Tuan Jhon juga mendapatkan bukti perselingkuhan istrinya dengan Abian, sahabatnya sendiri.Belum lagi dia dikejutkan dengan hasil laboratorium yang menyatakan jika dirinya mandul dan tidak dapat memiliki anak.Semakin besarlah kecurigaannya jika Lastri bukanlah darah dagingnya.Dengan hati yang sangat kacau, Tuan Jhon perlahan masuk ke dalam kamar pribadi Lastri, putri yang sangat dia sayangi dari segenap apapun di dunia ini. Putri yang Tuan Jhon kira adalah anak kandungnya. Namun hasil pemeriksaan DNA menjawab semua jika Lastri, bukanlah putri kandungnya.Tuan Jhon memandang wajah Lastri yang sedang tertidur dengan sangat nyenyak saat ini."Maafkan Papa, Lastri." ujarnya, lalu membelai le
Di suatu pagi,Dahlia keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat. Baru saja dirinya memuntahkan semua yang dia makan.Akhir-akhir ini, gadis itu sering merasakan tubuhnya sangat lemah yang kadang disertai mual dan muntah. Tapi anehnya, hal tersebut hanya terjadi di pagi hari sedangkan menjelang siang, dia terlihat mulai membaik."Nona, apakah Anda yakin, Anda baik-baik saja?" tanya Dita, khawatir. Dia mendengar semuanya saat Dahlia mulai muntah-muntah di dalam kamar mandi Toserba tersebut."Aku baik-baik saja kok, Mbak. Tolong jangan katakan apapun kepada Mas Noah.""Tapi, Nona ...." Dita ingin sekali menceritakan kondisi Dahlia kepada Noah. tapi gadis itu, malah melarangnya."Saya mohon, Mbak. Saya tidak mau lagi berurusan dengannya!" tegas, sang gadis.Dahlia sudah mengambil tekad dalam hatinya untuk melupakan Noah yang menurutnya pria yang tidak bertanggung jawab.Hari ini hari Sabtu, kampus Dahlia libur. Dia pun memutuskan untuk bekerja full time di hari ini. Dahlia sengaja mengh
"Cepat katakan di mana alamat rumah bordil itu berada!" teriak, Asisten Eki.Keduanya terdiam dan saling melirik. "Kami tidak tahu apa-apa, Tuan." ujar keduanya, takut."Oh, jadi kalian tidak mau jujur juga?" tanyanya, tajam."Pengawal, hajar mereka!" Beberapa orang mulai memberi pelajaran bagi keduanya karena memilih untuk diam. Namun salah satu dari antara mereka, mulai menyerah."Tuan, tolong jangan pukul saya lagi. Saya mau jujur tentang semuanya," lirihnya, sambil menahan sakitnya pukulan-pukulan dari para pengawal itu.Lalu dengan cepat, orang itu memberitahukan di mana alamat rumah bordil itu berada.Asisten Eki segera mencatat alamat yang mereka katakan."Coba jelaskan secara detail, di mana letaknya dan bisnis itu khusus untuk siapa?" tanya Asisten Eki, lagi.Karena sudah kepalang basah, keduanya pun kembali jujur.Salah satu diantara mereka, mengatakan jika rumah bordir itu, berada di salah satu perumahan mewah sehingga tidak ada yang curiga jika di dalamnya ada perbudakan
"Cih! Tapi kan gue baru kali ini gue nggak fokusnya!" ujar Junot mencoba membela diri."Justru karena Anda berubah seperti ini, makanya mereka menjadi berubah juga Tuan Muda." tutur Asisten Eki."Makanya tadi saya katakan tolong Anda bisa memilah-milah dan bisa memisahkan mana yang menjadi prioritas dalam perusahaan dan mana yang tidak," lanjut, Asisten Eki.Junot terdiam sambil memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing."Lilian, ternyata kehilanganmu sangat menyakitkan bagiku, tapi aku harus bangkit! Aku tidak mau terpuruk terus seperti ini!" tegasnya, dalam hati."Asisten Eki, apakah masih ada jadwal meeting untuk sore ini?" tanyanya, kepada asistennya. "Ada Tuan Muda, meeting sore ini terkait dengan kerjasama kita dengan perusahaan yang berasal dari China." ujarnya, menjelaskan."Siapkan mobil ke lokasi meeting. Kita berangkat sekarang," seru Junot."Tuan Muda, apa Anda yakin akan menghadiri meeting sore ini?" tanya Asisten Eki kepada Junot."Tentu saja! Ayo buruan nanti kit
Junot kembali ke kantor dengan wajah kusut. Dia benar-benar tidak bersemangat hari ini.Bahkan dirinya membiarkan Asisten Eki yang memimpin rapat kali ini, sementara dia hanya menjadi pendengar setia.Junot malah asyik melihat-lihat ponselnya yang berisikan foto Lilian.Asisten Eki memperhatikan tingkah Junot yang tidak fokus tersebut. Padahal ini adalah meeting yang sangat penting."Tuan Muda, bagaimana pendapat Anda tentang penjelasan saya tadi?" tanya Asisten Eki kepada Junot selaku CEO di perusahaan itu."Mantap dan ok banget! Saya sangat setuju, Asisten Eki! Silakan lanjutkan lagi meeting nya." seru Junot asal. Padahal sebenarnya dia tidak tahu sama sekali mengenai apa yang sedang dibahas di ruang meeting tersebut.Asisten Eki dan beberapa orang di ruang meeting itu seketika melongo mendengar jawaban Junot yang tidak nyambung sama sekali.Junot yang langsung tahu jika dia salah ngomong langsung berbicara lagi, "Apakah saya salah ngomong, ya?" Dia, malah balik bertanya."Maaf,
“Dahlia, gue ... gue sangat menyesal telah melakukan pemaksaan itu kepada Lilian! Gue khilaf! Gue juga sangat menyesalinya.Tolong sampaikan permohonan maaf gue kepada Lilian. Please, tolong bantu gue kali ini." lirih Junot, sambil memelas."Ha-ha-ha, Lo pikir Lilian akan semudah itu memaafkanmu? Tidak segampang itu! Saat ini dia sangat terluka dengan apa telah Lo lakukan, kepadanya!" cecar Dahlia."Untuk itu, Lo bantu gue, Dahlia. Please ... Lo tahu kan, gue sangat menyayangi Lilian.""Bulshit! Jika Lo memang benar-benar menyayanginya, Lo tidak mungkin memaksanya melakukan apa yang tidak dia sukai! Asal Lo tahu, Lilian sangat trauma saat ini! Dan semua gara-gara, Lo!" hardik Dahlia lagi."Sial! Sial! Sial!" Junot merutuki perbuatan jahatnya kepada Lilian."Dahlia, menurut Lo apa yang harus gue lakukan sekarang?""Gue nggak tahu dan nggak mau tahu lagi! saran gue cuma satu, tolong jangan dekati Lilian lagi, lupakan dirinya! Jangan buat dia semakin membenci Lo!" seru Dahlia lantang.
"Papa dan Mama, kok tega banget sih!" kesal Sherly dalam hatinya."Maafkan aku, Sherly. Untuk sementara aku belum bisa memperjuangkanmu." gumam Doan, dalam hati."Sudah, kita jangan memikirkan hal itu dulu. Untuk sementara aku akan fokus untuk membesarkan perusahanku, sehingga tidak ada satu pun yang menganggap ku remeh lagi! Termasuk keluargamu!" tegas, Doan.Keluarga Sherly memang tidak menyetujui hubungan Doan dan Sherly karena pria itu berasal dari keluarga sederhana, sementara keluarga Sherly tergolong berasal dari keluarga berada. Untuk itu, Doan telah bertekad untuk membalas perbuatan keluarga Sherly yang merendahkannya, dengan kesuksesan yang pelan-pelan mulai diraih olehnya saat ini."Ayo, aku antar kamu," ucap Doan kepada sang pacar."I ... ya, Doan." Keduanya pun meninggalkan apartemen itu dengan perasaan yang berkecamuk.Sepanjang perjalanan keduanya terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak terasa mobil sampai tepat di depan kantor Sherly."Doan, aku masuk du