Keesokan harinya Daiki berangkat sekolah seperti biasa namun saat ingin masuk ke dalam kelas dia langsung dihadang oleh Kira dan Murakami, Kakak kelasnya.
Gadis yang tingginya sebahu Daiki itu bersandar di gawang pintu.“Daiki?” sapanya. Daiki langsung terpaku dengan wajah malas dia hanya menggerakkan bola matanya melirik kearah gadis itu.“Siapa kau?" Kira terkekeh geli bercampur kesal saat sadar ternyata Daiki belum mengenalnya."Aku yang menitipkan coklat kemarin pada teman sebangkumu, apa dia tidak memberikan coklat itu padamu?" Daiki semakin malas bahkan sepertinya berbicara dengan Kira hanya membuang-buang waktunya saja maka memilih untuk tak menghiraukan gadis itu adalah pilihan yang tepat."Menyingkirlah kau menghalangi jalanku!" Daiki kemudian mendorong bahu kira dengan tubuhnya saat ingin masuk ke dalam kelas. Gadis itu melirik dengan tatapan kesal karena tak menyangka bahwa Daiki pun akan b“Daiki lepas!” Yukie mencoba menepis tangan Daiki yang masih merangkul bahunya.Lelaki itu hanya terdiam membuang pandangannya ke arah lain.“Kenapa?”“Jangan lakukan itu lagi di depan Daisuke!” Yukie nampak kesal seolah dia tak nyaman dengan perlakuan Daiki yang seakan di sengaja saat berada di depan Kakaknya.Daiki menghela nafas panjang kemudian berucap dengan nada berat.“Aku tahu... memangnya kenapa?” tatapannya berubah malas saat melihat Yukie, gadis itu membuatnya cemburu karena sikapnya saat berada di depan Daisuke dan saat sedang bersamanya sungguh sangat berbeda.Yukie akan menjadi lebih sopan dan lembut ketik ada di depan Daisuke namun saat berdua dengannya, Yukie seakan memperlihatkan sisi kasar dan cuek kepada Daiki.Lelaki itu tahu dan sadar kalau Yukie sepertinya memiliki perasaan kepada Kakaknya, namun sebelum mendengar pengakuan sendiri dari mulut Yukie, Daiki tak akan berpikir lebih.“Katakan
Daiki memejamkan matanya, perlahan mendorong tubuh Yukie ke rak buku yang ada di belakangnya.Dengan kedua tangannya, Daiki meraih rahang Yukie memaksa gadis itu mengangkat wajahnya ke atas ketika Daiki melumat bibirnya semakin intens.Yukie tak mampu menolak ciuman itu, bibir Daiki yang sangat lembut serta aroma wangi tubuh Daiki membuatnya seolah dengan sengaja menghipnotisnya.Ketika Daiki meraih dagunya meminta agar Yukie membuka bibirnya karena ingin memainkan lidahnya di dalam mulut Yukie, seketika gadis itu tersadar dan langsung membuka mata.Yukie menarik kepalanya ke belakang menyudahi ciuman itu, Daiki mulai membuka matanya perlahan menatap wajah Yukie dengan lekat.“Apa yang baru saja aku lakukan??” bisik Yukie dalam hati sembari menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya dari Daiki.Melihat Yukie terdiam dan tak marah dengan apa yang dia perbuat pada gadis itu membuat Daiki melangkah maju se
Yukie duduk di sofa dengan obat di tangannya, melamun karena pikirannya sudah macam-macam karena Daiki bertelanjang dada di depannya dengan sikap yang tak seperti biasa karena terlihat lebih berani dan menggoda.“Kenapa? Kau pikir aku ingin melakukan apa padamu?” Daiki menahan senyumnya setelah melihat ekspresi wajah Yukie yang tampak lucu.“Tidak... aku hanya” karena malu Yukie pun memilih untuk mengalihkan pembicaraan.“Putar tubuhmu... aku akan bantu oles obatnya.”Daiki perlahan memutar tubuhnya memunggungi Yukie membiarkan gadis itu mengoleskan obat di sisa luka bakar yang belum sepenuhnya mengering.Yukie sempat terpaku menatap bekas luka yang membuat punggung Daiki menjadi terdapat bekas luka yang tak akan pernah menghilang selamanya. Yukie mengangkat wajahnya menatap Daiki dari arah belakang, memikirkan bahwa lelaki itu telah rela mengorbankan tubuhnya untuk seseorang
Daiki masih mencumbunya dengan lembut dengan tangan membelai lembut pipi Yukie, namun ketika mendengar suara ketukan pintu dia langsung menarik kepalanya menyudahi ciuman itu. Dia mengambil alih ponselnya dari tangan Yukie.Yukie sempat terpelongo karena Daiki tiba-tiba menjauh karena terlalu fokus dan menikmati permainan bibir Daiki, Yukie sampai tak menyadari kalau ada seseorang yang mengetuk pintu.Dari arah luar Daisuke membuka pintu namun ketika ingin melangkah masuk dia dikejutkan dengan Daiki yang tengah berdiri di dekat jendela sembari menerima panggilan dari seseorang.Bukan karena apa namun lelaki itu tak memakai baju apa lagi di depan Yukie.“Astaga!! Daiki!” Daisuke mempercepat langkahnya meletakkan nampan di atas meja kemudian mengambil kaos Daiki yang ada di sofa dan segera meminta adiknya itu untuk memakainya.“Apa yang ada di otakmu! Pakai bajumu!! Kau tidak punya malu bertelanjang dada di depan Yukie... dasar!” hardik Dai
“Ya! Akulah yang telah memberikan kalung itu padamu waktu kecil!”Hahahahah....Bukannya terkejut Yukie justru tertawa terbahak-bahak saat mendengar pengakuan dari Daiki. Menurut dirinya itu tak masuk akal Jika dilihat dari sikapnya ketika masih kecil dan kini Daiki yang sudah dewasa benar-benar sangat bertolak belakang."Kenapa kau tertawa?" Daiki membuang pandangannya ke arah lain karena kesal, maksud dan tujuannya ingin mengatakan kepada Yukie tentang kebenaran bahwa kalung itu memang dari dirinya tapi melihat reaksi Yukie yang benar-benar memang tak percaya dengan ucapannya membuat Daiki menjadi hilang semangat.Hahaha...Yukie masih terus tertawa namun saat melihat Daiki yang membuang muka membuat dirinya menjadi tak enak hati. Perlahan tawa pun menghilang dari bibirnya.Ghm!Yukie berdiam menetralkan suasana berharap Daiki tak merajuk karena dirinya yang tak percaya dan sempat menertawakannya.
“Bagaimana kalau kalung itu pemberian dariku??”Pengakuan Daiki semalam terngiang jelas di benak Yukie, semula dia tak percaya dengan ucapannya namun setelah melihat kalung milik Daisuke yang di kenakannya, Yukie tiba-tiba berpikir lain.Ingin rasanya memastikan dan bertanya kepada Daiki saat itu namun saat ingin melangkah seketika tubuhnya terpaku saat melihat kakak kelasnya yang bernama Kira itu datang menghampiri Daiki yang tengah duduk di bangku.Daisuke melirik kearah jam yang melingkar di tangannya kemudian dia berpamitan kepada Yukie karena harus segera pergi.“Mmm, aku tinggal dulu ya. Masih banyak tugas yang harus aku selesaikan” Daisuke mengusap ujung kepala Yukie yang di saksikan oleh Daiki dari kejauhan.“Umm! Iya Kak.”“Oh ya... akhir pekan nanti jangan lupa, aku akan menjemputmu.”“Iya, Kak... terima kasih untuk minumannya” senyum Yukie mengiri kepergian Daisuke.Merasa kesal karen
“Kenapa kau tidak makan?” Daisuke mengajak Yukie ke suatu tempat untuk makan malam bersama, di sana mereka bisa melihat galaksi bintang dengan mata telanjang namun tempat itu menyediakan teropong agar para pengunjung bisa lebih melihat dengan jelas. Melihat Yukie lebih banyak melamun Diasuke berpikir kalau gadis itu tak menyukai makanannya maka dia berinisiatif memesankan makanan lain untuk Yukie.“Apa kau tidak suka makanannya? Kalau iya aku akan memesan yang lain.” Daisuke kemudian mencari pelayan, dan ketika melihatnya dia kemudian berseru.“Permisi” dia telah mengangkat tangannya dia bermaksud mengundang pelayan namun ternyata Yukie menolak. “Tidak perlu, mmm... aku menyukai makanannya, jadi kau tidak perlu memesan yang lain” karena merasa tidak enak hati Yukie kemudian melahap makanannya agar Daisuke tak berpikir macam-macam. Karena memang sebenarnya saat itu Yukie sedang melamun memikirkan siapa sebenarny
Yukie terdiam saat pertanyaan terlontar dari mulut Daiki. Lidahnya seketika kelu seakan tak dapat berucap.“Apa?” ucapnya lirih. Pandangan Daiki tak pernah berubah, dia masih menatap Yukie dengan tatapan matanya yang nanar.“Kau... menyukai Kakakku?”Melihat ekspresi kebingungan di wajah Yukie, Daiki seakan bisa menebak kalau gadis itu tak bisa menjawab pertanyaannya. Dengan begitu dia mengambil keputusan sendiri bahwa Yukie sepertinya memang memiliki perasaan kepada Daisuke, mengingat juga bahwa gadis itu menganggap kalau Kakaknyalah yang memberikan kalung itu padanya membuat dugaan Daiki kepada Yukie semakin kuat..“Lupakan pertanyaanku! Kau ingin tahu siapa anak kecil yang memberimu kalung, bukan?” “He? E... i.iya” jawabnya terbata. Yukie semakin bingung karena Daiki tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. “Kenapa kau tiba-tiba ingin tahu? Bukankah kau bilang kalau Daisuke yang telah memberikan kalung itu
Ini pertama kali bagi Yukie naik motor berboncengan dengan Daiki. Belum akur seperti semula tapi setidaknya dia sangat senang akhirnya bisa lagi dekat dengannya. Tak beda jauh dengan Yukie yang tersipu malu, Daiki pun merasakan hal yang sama. Hanya saja masih terlalu besar egonya karena Daiki termasuk tipe orang yang tak mudah mengutarakan perasaannya. Lelaki seperti dia cenderung akan merasa bahwa dirinya memiliki hak penuh atas kepemilikan terhadap orang yang menurutnya masuk ke dalam kriteria. Seperti halnya Yukie, meskipun mereka dekat baginya hubungan antara dirinya dan Daiki hanya berteman tapi berbeda dengan Daiki, dia merasa bahwa Yukie miliknya dan akan merasa cemburu apabila ada orang lain yang mendekatinya. Terlepas hubungan mereka hanya berteman tapi Daiki akan menjadi sangat posesif dengan Yukie. Bruuummm!! Mereka akhirnya sampai di depan rumah Yukie. Belum sempat turun dari motor mereka dikejutkan dengan Bibi Mai yang tiba-tiba muncul da
Teeeeeeeettt!Selesai jam pelajaran hari itu semua murid berhamburan keluar dari kelas. Namun masih ada juga sebagian dari mereka yang mengikuti kegiatan ekstra di sekolah untuk menambah nilai.Kebetulan Daiki dan Endo masih bersitegang memperebutkan satu kursi untuk bisa masuk dalam tim utama basket. Mereka berdua terlihat mengikuti latihan bersama dengan tim yang sudah resmi menjadi anggota utama.Beberapa hari yang lalu Daiki dan Endo sudah melewati dua sesi penilaian. Hanya tinggal satu sesi lagi penilaian yang nantinya akan menentukan siapa terbaik di antara mereka berdua.“Setelah Olimpiade antar kelas selesai penilaian sesi penilaian terakhir kalian akan diadakan. Poin sementara kalian sampai saat ini sama, aku harap kalian berusaha semaksimal mungkin sampai akhir nanti. Karena itu menentukan salah satu dari kalian untuk ikut bergabung dengan klub utama sekolah! Kalian paham?!” Kapten tim basket memberi petuah untuk mereka berdua,
Rencana Daiki tak mungkin begitu saja dilaksanakan, dia membutuhkan waktu satu minggu untuk mencari waktu yang tepat. Tapi setidaknya Daisuke telah meminta kepada Ibunya untuk mengulur waktu agar tidak menandatangani surat perjanjian jual beli tanah bangunan sekolah dan yayasan sampai Daiki bisa memastikan akan mendapatkan dana.Di suatu sisi semua murid sedang dibuat ramai dengan berita dari media. Belum selesai tentang foto yang diunggah oleh Kira kini mereka dikejutkan dengan postingan Daiki di akun pribadinya.Dia mengunggah satu foto seorang gadis berambut panjang yang sengaja di posting setengah badan dan itu dari arah belakang. Membuat semua murid semakin penasaran apakah benar orang yang ada di foto itu adalah Kira. Sementara beberapa hari lalu Kira mengunggah fotonya yang sedang mencium pipi Daiki.Membuat dugaan para murid semakin kuat bahwa mereka kini sedang berkencan. Lokasi yang sama tepatnya di pantai di mana saat itu hanya ada mereka bertiga. Dai
Jam pelajaran masih berlanjut, Sensei masih menjelaskan materi di depan kelas. Ginji semula fokus dengan pelajaran tapi bangku Daiki yang kosong mengalihkan perhatiannya. “Di mana Daiki? Apa dia melewatkan jam pelajaran terakhir?”Yukie terdiam saat mendengar ucapan Ginji, dia tak ingin ambil pusing lagi. Tetapi matanya tak bisa dialihkan dari bangku Daiki. Mengingat apa yang telah diucapkannya tadi kepada Daiki dan melihat kini dia tak mengikuti jam pelajaran akhir membuat Yukie berpikir apakah lelaki itu marah dan mencoba menghindarinya. ‘Lupakan Yukie, kau sudah mengambil keputusan untuk tidak memikirkan hal itu lagi!’***Izumie menghabiskan waktunya di ruang Kepala Sekolah. Raut wajahnya terlihat sangat kelelahan dan bingung. Terlihat benar-benar sangat frustasi. Akhir-akhir ini masalah menimpa dirinya, baik perusahaan maupun yayasan.Tok tok tok!! Lamunannya tersadar saat mendengar suara ketukan pintu.Secepat mu
Yukie bisa saja menolak ajakan Daiki tapi, saat dia sadar tangannya digenggam erat oleh lelaki itu dia merasa sangat nyaman. Timbul perasaan aneh saat tangan mereka bersentuhan, hingga dengan sendirinya Yukie pun membalas genggaman tangannya sembari berusaha mengikuti langkah kaki Daiki yang terbilang cukup lebar membuatnya kualahan ketika mengikutinya dari belakang.Di saat itu Daiki sempat terkejut karena dia bisa merasakan jari-jemari kecil milik Yukie mulai bergerak membalas genggaman tangannya tapi, dia sama sekali tak menghentikan langkahnya.Tiba di tempat biasa Yukie menghabiskan jam istirahatnya, yaitu di bawah pohon samping stadion mini yang biasa digunakan untuk berolah raga, Daiki melepaskan tangannya. Itu sempat membuat Yukie terkejut tapi akhirnya dia sadar bahwa beberapa detik yang lalu tubuhnya seakan terhipnotis hingga menuruti perintah Daiki tanpa perlawanan.“E.kenapa kau membawaku kemari?” pertanyaan itu terlontar setelah Yukie me
“Oh ya ampuuun! Tuhan kenapa kau titipkan anak ini kepadaku kalau tahu dia akan menjadi pemalas seperti ini??” Bibi Mai terus mengoceh. “Kalau tahu hidupku akan semakin menderita karenanya kenapa dulu kau tidak ambil sekalian nyawanya!!” Setelah puas meluapkan amarah dan kekesalannya, Bibi Mai meninggalkan Yukie di halaman begitu saja. Rambut acak-acakan serta kondisi seragam yang lusuh dan kotor menambah kesedihan Yukie berlipat. Setelah beberapa tahun harus bersembunyi mencuri waktu saat ingin belajar dan kini ketika berhasil memakai seragam impiannya berharap Bibi akan bangga, namun ternyata di luar dugaan Bibi Mai justru mematahkan semangatnya. Akan tetapi mimpi yang sudah Yukie bangun sejak dari kecil tak akan mudah hilang begitu saja.Tertatih saat berjalan menuju ke kamarnya, menahan sakit yang menghujam punggung, kepala dan juga wajahnya. Saat mengingat Bibinya sempat menampar pipi beberapa kali, Yukie cepat-cepat pergi menuju ke kamar mandi un
“Maaf sudah membuat kalian menunggu lama.”Yukie sangat bersyukur akhirnya Daisuke datang juga, karena beberapa saat yang lalu dia merasa sangat canggung berada di antara mereka berdua yang terlihat mesra. Apa lagi Daiki yang sepertinya sengaja pamer mesra di depan Yukie padahal kalau dilihat dari sikap tubuhnya lelaki itu merasa risih berdekatan dengan Kira.“Kak? Kau sudah selesai?” Yukie menyambutnya dengan senyum lebar disertai wajah ceria, membuat Daiki yang duduk di seberang meja mulai terganggu.“Umm...maaf membuatmu menunggu lama” ucapnya sembari mengusap lembut kepala Yukie.Huuufftt!! Daiki menghela nafas kasar melegakan dadanya dengan kata lain sebagai bentuk luapan rasa kesal melihat perhatian Kakaknya kepada Yukie.“Kau baik-baik saja?” Kira merasa cemas setelah melihat Daiki murung.Terlihat dari raut wajahnya yang tampak sangat kesal, namun sebisa mungkin dia menyembunyikannya. W
Untuk mempersingkat waktu dan juga agar tak terjebak kemacetan, Daisuke sengaja memakai motor milik adiknya. Mesin telah menyala dia sudah berada di atas motor dan tengah memakai helm.Yukie berdiri di sampingnya memamerkan raut wajah cemas, membayangkan nantinya entah bagaimana menghadapi situasi canggung yang akan tercipta ketika ditinggalkan oleh lelaki itu.“Aku tinggal sebentar” Daisuke mengusap lembut pipinya, dia bisa melihat kegelisahan dari raut wajahnya. “Aku hanya sebentar, kau tidak apa-apa ‘kan, aku tinggal?”Dari kejauhan tampak Daiki yang sedang bersama Kira menoleh mengalihkan pandangan ke Yukie. Melihat Kakaknya tengah membelai pipi gadis itu, Daiki hanya bisa diam menikmati rasa aneh yang bahkan dia sendiri tak mampu mendeskripsikannya.“Hei!” Kira berlari kearahnya ketika melihat Daiki terus melamun, memeluk lengannya membuat lelaki itu tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya.
Tanpa menjawab Daiki langsung mengenakan lagi helmnya, saling melempar pandangan dengan Daisuke yang berada di dalam mobil lalu menganggukkan kepala menyetujui tantangan itu. Daiki tengah siap dengan kedua tangan berada di setir motor menunggu lampu hijau menyala yang hanya tinggal beberapa detik lagi. Brrruuuuuummmm!!Motor itu melaju dengan kecepatan tinggi, berada di barisan paling depan dari deretan kendaraan yang baru saja terkena lampu merah. Daisuke tahu dan sadar kalau dia akan kalah dari Daiki, meskipun kecepatan mobil jauh lebih unggul ketimbang motor tapi dia tak bisa menerobos kemacetan, sementara Daiki dengan mudah melewati kepadatan mobil untuk mencapai lokasi terlebih dulu. Melihat jalan asing yang sedang dilewatinya, Yukie baru tersadar kalau perjalanan menuju rumahnya terasa lebih lama karena terus melamun. Pantas itu bukan jalan yang biasa dia lewati setiap harinya. “Tunggu! Ini mau ke mana?” setelah puas meneliti pemandangan di luar