Melihat wajahmu, mengingatkanku pada seseorang yang pernah hadir dalam hidupku. Benarkah itu kau? Berikan suatu petunjuk agar rasa gelisah dapat menghilang dalam hati.
(Kai)
***
Tin
Tin
"Soya ... Bosmu sudah ada di depan tuh," teriak Fany kepada putrinya.
"Iya, Ma. Sebentar," kata Soya lalu menutup bekal yang dia buat dan memasukkan ke dalam tas bekal. Soya bersiap-siap untuk pergi, tiba-tiba papanya memanggil.
"Soya!" Langkah gadis itu terhenti.
"Iya, Pa?"
"Nanti kamu pulangnya jangan malam-malam. Kamu harus ikut Papa dan Mama untuk bertemu teman lama Papa," ucap Siwon.
"Soya harus ikut, Pa? Tapi nanti sore Soya sudah janjian dengan Pak Kai untuk membeli kado buat mamanya," kata Soya.
"Batalkan saja! Urusan kita lebih penting."
"Tapi, Pa-"
"Turuti apa kata Papa, So!" katanya memotong pembicaraan putrinya.
"I- iya, Pa."
Pada akhirnya, Soya harus menuruti kemauan Siwon. Papanya memang tidak suka bila dibantah, walau Soya akan merasakan sakit karena dibentak pun Siwon tak akan peduli. Keegoisan merupakan bagian dari sifatnya. Soya masuk ke dalam mobil Kai dengan wajah cemberut. Sebenarnya, gadis itu malas bila harus menuruti perintah Papanya, karena Soya mengenal betul bagaimana orang tuanya. Ia yakin pasti ada hal penting sampai Soya dipaksa untuk menghadiri pertemuan Siwon dengan teman lamanya.
"Wajahmu kenapa?" tanya Kai penasaran. Karena biasanya Soya akan terlihat ceria bila memulai pagi hari yang cerah.
"Tidak apa-apa, Pak," jawab Soya berbohong.
"Sudah saya bilang, percuma saja kalau kau menyembunyikan sesuatu padaku. Saya pasti tahu raut wajah seperti ini pasti ada masalah. Cepat katakan, ada apa?" tanya Kai lagi sedikit memaksa.
"Em, begini, Pak. Tadi papa menyuruhku untuk pulang cepat, karena harus ikut menghadiri pertemuan. Jadi, sepertinya saya tidak bisa ikut Bapak untuk mencari kado nanti sore," jelas Soya.
"Oh, jadi karena masalah itu. Tidak apa-apa, kita ganti cari kadonya jam istirahat saja. Bagaimana?"
"Bo- boleh, Pak?"
"Bolehlah. Oke nanti jam makan siang kita berangkat yah." Soya mengangguk.
Kai telah melajukan mobilnya menuju kantor. Setibanya, seperti biasa mereka masuk ke ruangan Kai untuk mengerjakan tugas masing-masing. Semalam Kai dan Soya kurang tidur, hal yang biasa terjadi pada Kai dari dulu dan yang terjadi pada Soya sejak kecelakaan maut yang menimpanya.
"So, kopi yah! Seperti biasa," ucap Kai memerintah sekretarisnya.
"Siap, Pak," jawab Soya lalu bergegas menuju ke tempat mesin kopi. Ia meracik kopi sesuai dengan seleranya.
"Hai, So!" sapa Rani tiba-tiba menongolkan kepala.
"Eh, hai, Ran. Mau bikin kopi juga?" tanya Soya.
"Sebenarnya bukan mau bikin sendiri, tapi mau dibikinin sama kamu. Hehehe."
"Idih, gak yah ... Bikin sendiri kamu," tolak Soya.
"Auh, ayolah ... Bikinin ya, So, please ...! Bikinanmu tuh sangat melelehkan hati tahu gak, enak banget," ucap Rani memohon dengan embel-embel memuji.
"Enggak, bikin sendiri. Wek."
"Ih, Pak Kai dibikinin, masa sahabat sendiri enggak?" protes Rani memonyongkan bibirnya. Soya menjadi tertawa melihat mimik wajah temannya yang seperti itu.
"Iya iya, Ran. Aku buatin kok," kata Soya tersenyum.
"Yey ... Terima kasih Soyaku sayang." Soya tersenyum melihat temannya senang seperti itu. Ia mulai meracik kopinya, lalu memasukkannya ke dalam tiga gelas.
"Ngomong-ngomong, gimana dengan pekerjaanmu? Lancar?" tanya Rani.
"Lancar, Ran."
"Sudah gak takut lagi nih sama Pak Kai? Sepertinya sekarang makin lengket tuh."
Soya tertawa. "Ternyata benar katamu, Ran. Pak Kai gak segalak yang aku kira. Dia baik, walau sedikit cuek sih, tapi dia itu sangat peka," ucap Soya menjelaskan sembari tersenyum.
"Ekhem, kok jelasinnya sambil senyum-senyum malu begitu sih? Jangan-jangan-"
"Apa? Kenapa wajahmu seperti itu?" Rani masih menatap Soya, mencari jawaban sesuai dengan isi otaknya dari kedua mata temannya.
"Kamu gak suka sama Pak Kai 'kan?" tanya Rani.
"Apa? Enggak yah," jawab Soya sedikit gugup.
"Yakin?"
"Iyalah yakin. Udah ah jangan melirikku seperti itu."
"Hahaha, ya syukur deh kalau kamu gak suka," ucap Rani melegakan.
"Memangnya kenapa, Ran?" tanya Soya.
"Em, gimana yah cara jelasinnya. Intinya kamu harus tahan-tahan dengan perasaanmu. Karena di sini banyak atasan kita yang suka padanya. Mereka sedikit garang dan sok. Aku takut kamu dalam bahaya lagi, So," kata Rani sedikit khawatir.
Soya menepuk pundak sahabatnya. " Kamu tenang saja ya, jangan khawatir. Aku tak memiliki perasaan apapun pada Pak Kai."
"Syukurlah ...."
***
"Enaknya kita cari kado apa yah buat Mama?" tanya Kai pada Soya.
"Terserah Bapak," jawab Soya enteng membuat bosnya terkejut.
"So, aku ngajak kamu bukan hanya buat nemenin loh," kata Kai mengingatkan.
"Hah? Jadi maksud Bapak, saya juga harus milihin kado buat mamanya Bapak?" Kai mengangguk.
"Iyalah. Kamu 'kan perempuan, pasti paham dong kesukaan perempuan apa?"
"I- iya sih, Pak, tapi ... kalau disuruh milih kado buat mama Bapak, mana berani saya, Pak," ucapnya.
"Lah, memangnya kenapa?"
"Pak Kai 'kan orang kaya. Semua yang diinginkan, Bapak pasti punya dan mudah untuk membelinya. Begitu juga dengan orang tua Bapak. Jadi, kalau saya disuruh milih, mungkin akan kesulitan."
"Nah, itulah kenapa aku milih kamu buat bantu cari kado. Kamu juga anak orang kaya, apapun yang kamu mau pasti bisa dibeli dengan mudah. Karena itu, aku yakin kamu bisa memilih kado apa yang cocok untuk mamaku."
"Bapak yakin?" Kai mengangguk.
"Seratus persen yakin!"
"Oke! kalau Bapak memang mempercayai saya untuk mencari kado itu, maka dengan senang hati saya akan membantu," ucap Soya yakin.
"Nah, bagus! Jadi sekarang kita ke mana?" tanya Kai.
"Ke mall saja, Pak. Di sana pasti lebih banyak stok barang yang mungkin kita butuhkan."
"Oke!"
Dengan cepat Kai melajukan mobilnya menuju mall terbesar di kota tersebut. Mengapa harus mall terbesar? Karena pria itu yakin di sana banyak barang yang bagus dan juga bermerk. Kai juga yakin di mall tersebut pasti lebih lengkap yang akan memudahkan mereka berdua mencari kado.
"Selama ini, mama Bapak menyukai barang bermerk apa?" tanya Soya.
"Sepertinya mama mempunyai semua barang yang bermerk deh," jawab Kai dengan mudah.
"Uwow ... Hebat banget."
"Mama memang suka fashion sih, jadi kalau ada barang terbaru pasti langsung beli," jelas Kai.
"What? Makin keren ...," puji Soya dengan mata berbinar-binar.
"Kenapa wajahmu begitu? Lebay banget."
"Is, Bapak 'kan cowok, mana paham perasaan perempuan."
"Ya ya ya, terserah deh. Jadi, kado apa yang cocok buat mama?" tanya Kai.
"Tas?"
"Mama sudah beli minggu lalu, tiga merk sekaligus," jawab Kai.
"Sepatu?"
"Sudah beli juga tiga hari yang lalu."
"Baju, parfum, skin care, gadget baru, perhiasan?"
"Mama juga sudah membeli itu kemarin."
"Astaga ... Lalu kita akan membelinya kado apa?" tanya Soya tampak frustasi.
"Ya, aku juga gak tahu," jawab Kai santai.
"His, kalau begini Bapak terlihat menyebalkan," protes Soya.
"Lah, kok bisa? Lagian mikirin kado itu tugas kamu, aku hanya membayar saja," kata Kai.
Soya mendecak kasar akibat jawaban bosnya. Merasa kesal dan ingin memarahi Kai, tapi tak berani karena sadar akan posisi mereka. Akhirnya Soya hanya bisa pasrah dan mulai berpikir kado apa yang cocok untuk mama Kai. Sedikit lama berdiam, pada akhirnya ia tersenyum.
"Kenapa senyum-senyum?" tanya Kai curiga.
"Sepertinya saya tahu kado apa yang cocok buat mamanya Bapak," kata Soya.
"Apa?"
"Sesuatu yang belum tentu beliau pikirkan," kata Soya lagi.
"Iya, apaan?"
"Ikuti saja, Pak. Ayo!"
Kai mengikuti Soya memutari mall besar tersebut. Entahlah, barang apa yang sedang ia cari? Banyak toko yang ia datangi, tetapi tidak untuk membeli satu barang pun dan hanya melihatnya saja. setiap ditanya oleh Kai, Soya hanya menjawab, "sebentar lagi Bapak juga tahu." Yah ... cukup dengan kata simple itu, membuat Kai terdiam pasrah.
"Nah, itu dia, Pak!" ucap Soya akhirnya menunjuk pada sebuah toko dengan pajangan papan tulisan yang terletak di depannya. Tulisan tersebut terbaca oleh Kai dengan kalimat "Your House Will Be Beautiful"
"Kamu yakin akan membeli itu untuk mama?" tanya Kai.
"Yakin dong, Pak."
"Tapi di rumah semua peralatan sudah lengkap loh," kata Kai.
"Iyaps, saya tahu, Pak. Karena itu, ayo kita masuk ke dalam dan lihat apa yang ada di sana," ucap Soya sembari pergi lebih dulu meinggalkan bosnya.
Pada akhirnya, Kai ikut masuk ke dalam. Untuk bagian depan toko, memang terpajang macam-macam peralatan rumah tangga biasa. Namun, setelah masuk lebih dalam, membuat semua pengunjung menganga akan pemandangan yang mereka lihat. Banyak macam-macam guci cantik di dalamnya, mulai dari yang paling besar sampai ke yang paing kecil. Di sana juga terdapat hiasan dinding dengan motif sederhana, tapi terlihat luar biasa. Ada pula macam-macam barang dengan rajutan yang sangat rapi membuat Soya dan Kai jatuh cinta ketika melihatnya.
"Waw!" Satu kata yang terucap dari mulut Kai.
"Cantik banget ya, Pak?" Kai mengangguk.
"Aku jadi tahu akan membelikan mama kado apa," kata pria itu.
"Jadi ... apa yang akan Bapak beli?" tanya Soya.
"Itu, itu juga, yang itu juga boleh," jawab Kai menunjuk ke arah figura berukuran sedang, guci kecil berwarna ungu muda, dan juga gantungan anyaman yang cantik.
"Bapak mau beli itu semua?"
"Iya, karena setahuku mama gak pernah scroll hp tentang ini semua. Biasanya yang dilihat hanya perhiasan. Aku yakin, mama pasti akan suka dengan barang-barang ini."
"Saya punya rekomendasi, Pak," ucap Soya antusias.
"Apa?"
"Lihat itu!" kata Soya menunjuk pada teko kecil dengan motif batik yang sangat cantik.
"Waw ... teko."
"Cantik banget 'kan, Pak?"
"Iya ... ini sangat bagus. Kalau begitu aku juga akan beli ini," kata Kai senang. Akhirnya semua kado terbungkus dengan rapi. Mereka pun kembali ke mobil dengan membawa barang belanjaan.
"Sudah cukup 'kan?" tanya Kai.
"Emmm, saya rasa ada yang kurang deh, Pak," ucap Soya.
"Kurang di mananya?"
Soya tampak berpikir. "Sepertinya Bapak harus membeli bunga deh," katanya.
"Oh, itu gampang nanti kita mampir ke toko bunga," jawab Kai.
"Lalu untuk kue?"
"Iya, itu juga bisa diatur. Aku tinggal pesan saja nantinya."
"Kok pesan?"
"Ya terus?"
"Bikin sendiri dong, Pak. Saya yakin, orang tua Bapak akan lebih senang kalau kue ulang tahunnya adalah bikinan anaknya sendiri," jelas Soya.
"Aku gak bisa bikin kue, So," jawab Kai.
"Emm, mau saya bantu ajarin?" tawar Soya.
"Kamu serius?"
"Serius dong, Pak, masa bercanda. Jadi gimana? Mau gak Saya ajarin bikin kue?"
"Oke! Tunggu apalagi? Ayo kita cari bahan-bahannya!"
.
..Hallo ...
Ini hanyalah karangan penulis dan tidak ada sangkut pautnya dengan kisah nyata.Terima kasih ...Sadarkan bahwa diri telah berbeda. Namun, hati masih menginginkan cinta yang sama. Raga ini tahu, bahwa penyatuan tak akan bisa tercipta. Hinggapemaksamelakukan hal yang tak semestinya. (Moa) *** Soya sudah berdandan cantik malam ini. Ia memakai dress biru sepanjang lutut dengan lengan sebahu. Rambutnya tergerai lurus dengan penambah jepitan rambut di samping kiri.Perfect, kecantikannya semakin terlihat jelas walau raut wajahnya tampak tidak semangat. "Senyum, So. Jangan merungut begitu," ucap Siwon sembari membenahi dasinya. "Kenapa sayang? Apa baju
Andai semua tak terjadiMerubah untuk peduliHingga resmiMencintai PenyesalanMulai menyakitiRasa salah menghantuiTertinggal luka merana hati Jika semua bisa terulangMungkin tetap berjuangHilang kesalahanBertahan (Munjong) *** Penyesalan ini terjadi dulu, ketika amarah mulai menguasai dirinya. Ketika rasa percaya teracuni dengan ribuan kata
MarahDalam sejarahCinta masih berserahWalau telah tertumpah darah MalamSaksi kelamKekecewaan yang mendalamBertahan dari waktu silam (Moa) *** "Moa ...! Maafkan aku!" "Sudah kukatakan, aku bukan Moa! Kenapa kau selalu menggangguku?" "Moa, aku merindukanmu," ucapnya tak mendengar perkataan Soya. Pria itu melangkah ke depan mendekatinya, tangannya masih memegang pedang samurai yang sangat tajam. "Ja- jangan mendekat! Kubilang jangan mendekat ...!!!" teriak Soya sangat ketaku
Bila takdir mempertemukan kita kembali. Izinkan aku untuk menebus semua kesalahan dahulu. Biarkan Amor mengulas bara cinta kembali, agar di saat keduanya merasakan getaran dasyat, saat itu persatuan menghilangkan luka yang amat perih. (Kai) *** Hari pertama masuk kerja membuat gadis cantik ini sangat gugup. Sepertinya bukan hanya Soya saja, jika kalian berada di posisinya pun juga pasti akan merasa gugup bila melakukan hal apapun untuk pertama kalinya. Misalnya hari pertama bekerja, hari pertama masuk sekolah, saat mengikuti lomba, dan lain sebagainya. Soya sudah siap dengan pakaian kemeja putih bermotif garis vertikal, ia padukan dengan celana palazzo berwarna hitam membua
Mungkin sangat sulit untuk menyatukan cinta, tetapi aku yakin akan ada cara untuk merubahnya. Biarlah semesta tak mempertemukan fisik ini. Namun, biarkan asmara menyambungkan cerita hidup yang abadi. (Moa) *** Langit biru mulai berubah oren, menandakan bahwa hari sudah mulai gelap. Jam menunjukkan pukul 17.45 WIB. Seluruh karyawan kantor sudah mulai menghilang meninggalkan tetumpukan tugas kantor dan akan bergelut dengan tugas rumah masing-masing. Soya menunggu bosnya yang masih berada di dalam kamar mandi, sudah setengah jam ia berdiri di depan ruangan Kai dan belum terlihat juga batang hidungnya. Soya membuang napas berat, menyenderkan punggung serta kepalanya di tembok. Lelah, itu yang kini dirasakannya, ia memejamkan kedua matany
Aku sempat berpikir, dia laki-laki yang kaku bagaikan kanebo kering. Wajahnya datar seakan tak tahu bagaimana caranya tertawa. Dia cuek, terkadang juga mengesalkan. Namun, setelahnya aku mengerti mengapa dia sampai seperti itu.(Soya)***Suasana menjadi sunyi di dalam mobil. Setelah kejadian tadi, Kai memutuskan untuk mengantar Soya pulang. Namun, tak ada suara dari satu pun orang yang berada di dalam mobil tersebut, baik itu Soya maupun Kai. Soya masih merasa gugup, takut, juga merinding. Telapak tangannya masih basah karena keringat dingin. Ia melirik Kai yang masih diam layaknya sebuah patung mahal. Yah ... Terlihat mahal karena ketampanan pria manis dengan tinggi badan mencapai 182 cm ini nyaris sempurna. Tanpa senyum saja ia terlihat bak seor
Tak ada penyesalan bagiku ketika mengenalmu, begitu juga dengan hati yang tak pernah bosan untuk mencintaimu. Biarkan rasa ini tumbuh abadi hingga akhir kehidupan. Walau aku tahu, persatuan keduanya tak akan mampu menjadi nyata.(Moa)***Soya bangun pagi-pagi sekali. Ia memaksa Bi Ina, asisten rumah tangga di rumahnya untuk membantunya berbelanja di pasar. Pagi ini Soya ingin memasak sesuatu yang spesial dan akan ia berikan pada bosnya sebagai tanda terima kasih karena sudah menolongnya semalam. Soya pikir hanya makanan dari masakannya sendiri yang pas dijadikan sebagai hadiah, karena jika memberikan barang, Kai pasti sudah memiliki segalanya. Anak orang kaya, yang sekarang sudah menjadi bos di kanto
Sadarkan bahwa diri telah berbeda. Namun, hati masih menginginkan cinta yang sama. Raga ini tahu, bahwa penyatuan tak akan bisa tercipta. Hinggapemaksamelakukan hal yang tak semestinya. (Moa) *** Soya sudah berdandan cantik malam ini. Ia memakai dress biru sepanjang lutut dengan lengan sebahu. Rambutnya tergerai lurus dengan penambah jepitan rambut di samping kiri.Perfect, kecantikannya semakin terlihat jelas walau raut wajahnya tampak tidak semangat. "Senyum, So. Jangan merungut begitu," ucap Siwon sembari membenahi dasinya. "Kenapa sayang? Apa baju
Melihat wajahmu, mengingatkanku pada seseorang yang pernah hadir dalam hidupku. Benarkah itu kau? Berikan suatu petunjuk agar rasa gelisah dapat menghilang dalam hati. (Kai) *** Beberapa hari ini Soya selalu menyiapkan bekal untuk bosnya. Kai terlihat sangat menyukai masakan sekretarisnya, hingga memerintah Soya untuk selalu membuatkan bekal untuknya. Sebagai upah, Kai akan mengantar jemput Soya setiap hari. Tentu saja itu adalah hal yang menggiurkan bagi Soya, karena selain bisa menghemat uang, gadis itu juga bisa menolak perintah mamanya yang setiap hari meminta Soya untuk menaiki mobilnya. Seperti yang kita tahu, gadis itu tidak ingin semua teman kantornya tahu bahwa Soya adalah anak orang kaya. Ia masih merasa trauma atas
Tak ada penyesalan bagiku ketika mengenalmu, begitu juga dengan hati yang tak pernah bosan untuk mencintaimu. Biarkan rasa ini tumbuh abadi hingga akhir kehidupan. Walau aku tahu, persatuan keduanya tak akan mampu menjadi nyata.(Moa)***Soya bangun pagi-pagi sekali. Ia memaksa Bi Ina, asisten rumah tangga di rumahnya untuk membantunya berbelanja di pasar. Pagi ini Soya ingin memasak sesuatu yang spesial dan akan ia berikan pada bosnya sebagai tanda terima kasih karena sudah menolongnya semalam. Soya pikir hanya makanan dari masakannya sendiri yang pas dijadikan sebagai hadiah, karena jika memberikan barang, Kai pasti sudah memiliki segalanya. Anak orang kaya, yang sekarang sudah menjadi bos di kanto
Aku sempat berpikir, dia laki-laki yang kaku bagaikan kanebo kering. Wajahnya datar seakan tak tahu bagaimana caranya tertawa. Dia cuek, terkadang juga mengesalkan. Namun, setelahnya aku mengerti mengapa dia sampai seperti itu.(Soya)***Suasana menjadi sunyi di dalam mobil. Setelah kejadian tadi, Kai memutuskan untuk mengantar Soya pulang. Namun, tak ada suara dari satu pun orang yang berada di dalam mobil tersebut, baik itu Soya maupun Kai. Soya masih merasa gugup, takut, juga merinding. Telapak tangannya masih basah karena keringat dingin. Ia melirik Kai yang masih diam layaknya sebuah patung mahal. Yah ... Terlihat mahal karena ketampanan pria manis dengan tinggi badan mencapai 182 cm ini nyaris sempurna. Tanpa senyum saja ia terlihat bak seor
Mungkin sangat sulit untuk menyatukan cinta, tetapi aku yakin akan ada cara untuk merubahnya. Biarlah semesta tak mempertemukan fisik ini. Namun, biarkan asmara menyambungkan cerita hidup yang abadi. (Moa) *** Langit biru mulai berubah oren, menandakan bahwa hari sudah mulai gelap. Jam menunjukkan pukul 17.45 WIB. Seluruh karyawan kantor sudah mulai menghilang meninggalkan tetumpukan tugas kantor dan akan bergelut dengan tugas rumah masing-masing. Soya menunggu bosnya yang masih berada di dalam kamar mandi, sudah setengah jam ia berdiri di depan ruangan Kai dan belum terlihat juga batang hidungnya. Soya membuang napas berat, menyenderkan punggung serta kepalanya di tembok. Lelah, itu yang kini dirasakannya, ia memejamkan kedua matany
Bila takdir mempertemukan kita kembali. Izinkan aku untuk menebus semua kesalahan dahulu. Biarkan Amor mengulas bara cinta kembali, agar di saat keduanya merasakan getaran dasyat, saat itu persatuan menghilangkan luka yang amat perih. (Kai) *** Hari pertama masuk kerja membuat gadis cantik ini sangat gugup. Sepertinya bukan hanya Soya saja, jika kalian berada di posisinya pun juga pasti akan merasa gugup bila melakukan hal apapun untuk pertama kalinya. Misalnya hari pertama bekerja, hari pertama masuk sekolah, saat mengikuti lomba, dan lain sebagainya. Soya sudah siap dengan pakaian kemeja putih bermotif garis vertikal, ia padukan dengan celana palazzo berwarna hitam membua
MarahDalam sejarahCinta masih berserahWalau telah tertumpah darah MalamSaksi kelamKekecewaan yang mendalamBertahan dari waktu silam (Moa) *** "Moa ...! Maafkan aku!" "Sudah kukatakan, aku bukan Moa! Kenapa kau selalu menggangguku?" "Moa, aku merindukanmu," ucapnya tak mendengar perkataan Soya. Pria itu melangkah ke depan mendekatinya, tangannya masih memegang pedang samurai yang sangat tajam. "Ja- jangan mendekat! Kubilang jangan mendekat ...!!!" teriak Soya sangat ketaku
Andai semua tak terjadiMerubah untuk peduliHingga resmiMencintai PenyesalanMulai menyakitiRasa salah menghantuiTertinggal luka merana hati Jika semua bisa terulangMungkin tetap berjuangHilang kesalahanBertahan (Munjong) *** Penyesalan ini terjadi dulu, ketika amarah mulai menguasai dirinya. Ketika rasa percaya teracuni dengan ribuan kata