Bila takdir mempertemukan kita kembali. Izinkan aku untuk menebus semua kesalahan dahulu. Biarkan Amor mengulas bara cinta kembali, agar di saat keduanya merasakan getaran dasyat, saat itu persatuan menghilangkan luka yang amat perih.
(Kai)
***
Hari pertama masuk kerja membuat gadis cantik ini sangat gugup. Sepertinya bukan hanya Soya saja, jika kalian berada di posisinya pun juga pasti akan merasa gugup bila melakukan hal apapun untuk pertama kalinya. Misalnya hari pertama bekerja, hari pertama masuk sekolah, saat mengikuti lomba, dan lain sebagainya. Soya sudah siap dengan pakaian kemeja putih bermotif garis vertikal, ia padukan dengan celana palazzo berwarna hitam membuatnya terlihat lebih menarik dan anggun untuk dipandang. Kali ini ia mengikat rambut panjangnya ke atas yang memperlihatkan tekuk lehernya. Tak lupa pula dengan make up yang sederhana, agar tak terusirkan oleh Bosnya yang tak suka pegawainya berdandan menor.
"Wah, wah, wah ... Cantik sekali putri Mama," puji Fany saat melihat Soya turun dari tangga dengan begitu anggunnya. Soya tersenyum malu, apalagi Fany menatapnya tanpa berkedip.
"Papa mana, Ma?" tanya Soya lalu duduk di meja makan.
"Papa udah berangkat tadi pagi-pagi sekali, katanya sih mau ke luar kota hari ini," jawab mamanya.
"Oh," ucap Soya menundukkan kepalanya.
Ada rasa kecewa di dalam hatinya. Bagaimana tidak? Papanya sangat sibuk kerja, bahkan sering kali keluar kota, hingga Soya jarang untuk bertemu dengannya. Kejadian dua tahun yang lalu, tak membuat Siwon berubah untuk lebih perhatian dengan putrinya. Bahkan ketika ia tahu, Soya mengalami kecelakaan berat juga akibat bertengkar hebat dengannya. Tetap tak merubah segalanya. Ia masih tetap mementingkan pekerjaan daripada Soya.
"Jangan sedih begitu, papamu 'kan sedang sibuk, jadi kita harus memahaminya," ucap Fany mencoba memberi pengertian pada putrinya.
"Iya, Ma. Soya hanya rindu papa saja, baru kemarin yang pulang, sekarang malah pergi lagi," tuturnya. Fany pun menyentuh pundak putrinya, mencoba memberikan rasa nyaman dan tenang sebagai seorang ibu.
"Tidak apa-apa, besok papa sudah pulang kok. Oh, iya, hari ini kamu mau naik mobil sendiri atau diantar sopir?" tanya Fany mengubah topik.
"Tidak! Soya naik taxy online saja, Ma," jawabnya.
"Apa? Gak ada taxy online yah, Mama gak setuju! Kamu itu sudah punya mobil sendiri, pakai saja mobilmu untuk pergi ke kantor!" tegas Fany.
"Tapi, Ma ...."
"Sekali tidak tetap tidak! Kalau kamu tidak mau naik mobil sendiri, berarti pilih diantar sopir, kalau gak mau juga, maka tidak usah masuk kerja hari ini!" ancam Fany.
"Is, Mama kebiasaan deh ngancemnya begitu. Iya-iya, Soya diantar sopir saja," kata Soya dengan raut wajah cemberutnya.
***
Soya sudah berada di sekitar kantor, ia terpaksa meminta supirnya untuk menurunkannya sebelum sampai depan kantor. Soya tidak ingin semua orang tahu, bahwa dia sebenarnya anak orang kaya. Ia memiliki sebuah trauma saat sekolah, di mana selalu menjadi pusat perhatian karena dirinya yang cantik, pintar, dan juga merupakan anak semata wayang dari orang terkaya di kotanya. Pada akhirnya, semua merasa iri dan sangat membencinya. Hanya Rani lah yang tulus berteman dengannya, ia tidak memandang kepintaran juga kekayaan yang dimiliki Soya.
"Gimana? Sudah siap dihari pertama kerja?" tanya Rani ketika bertemu dengan temannya di Lobby kantor.
"Sudah, bahkan sangat siap," jawab Soya begitu semangat.
"Bagus! Temanku ini memang paling top," puji Rani.
"Jangan berlebihan, Ran. Aku malu kalau dipuji."
"Hehehe, anak cantik ngapain malu?" goda Rani.
"Rani ...." Mereka berdua pun tertawa bersama.
"Soya!" panggil Niko tiba-tiba.
"Eh, Niko."
"Selamat yah ...," kata Niko mengulurkan tangannya. Soya tampak bingung, memangnya dia sedang menang lomba sampai harus diberi selamat?
"Selamat untuk apa, Nik?" tanya Soya.
"Selamat karena di hari pertama kerja, kamu sudah menjadi sekretarisnya Pak Kai," jawabnya dengan senyum tulus.
"Apa?!" Soya dan Rani terkejut secara bersamaan.
"Hei, jangan berteriak!" Niko mengingatkan.
"Nik, kamu gak bohong 'kan?" tanya Soya masih tak percaya.
"Untuk apa aku bohong? Tadi aku masuk ke ruangan HRD, terus aku dengar sekretaris Pak Kai sedang cuti karena mau melahirkan, karena itu Pak Kai memintamu untuk menjadi penggantinya. Yah ... Walau hanya sementara tapi itu sudah pencapaian yang luar biasa bukan?" jelas Niko.
"Aduh, mati aku. Gimana ini, Ran? Aku takut." Soya tampak gemetaran karena takut, jantungnya berdetak dengan sangat cepat, begitu juga dengan kedua telapak tangannya yang basah karena keringat dingin.
Di hari pertamanya bekerja, ia berharap akan menikmati tugas-tugas ringan seperti pegawai kantor biasa. Ia juga tak pernah ada keinginan untuk bertatap muka lagi dengan Kai. Ketegasan dan wajah datar bosnya benar-benar membuatnya takut.
"Tenang-tenang. Pak Kai gak sejahat yang kamu pikir kok, dia sebenarnya baik. Kamu cukup turuti perintahnya saja, yakin deh, pasti aman," ucap Rani. Soya hanya bisa pasrah dan berdoa semoga ia tak membuat kesalahan fatal yang bisa membuat Kai marah besar.
Jam kerja pun dimulai. Benar apa yang dikatakan Niko, bahwa Soya diperintah untuk menjadi pengganti sekretaris Kai yang sedang ijin cuti. Bulu kuduk Soya berdiri, merinding yang ia rasakan ketika harus berada dalam satu ruangan dengan pria dingin dan tegas seperti Kai.
'Baik apanya kalo begini? Jadi Bos kok kaku banget,' kata Soya bicara di dalam hati.
"Jangan takut begitu, sini duduk!" perintah Kai yang tak suka melihat sekretarisnya hanya berdiri kikuk di depan meja kerjanya. Soya menurut dan duduk di depan meja Kai. Pria itu menatap Soya dengan sangat dalam, sedikit lebih lama hingga membuat wanita itu memberanikan diri untuk bertanya.
"Eee, Bapak kenapa dari kemarin lihatin saya terus yah?" tanya Soya.
"Kamu merasa?" tanya Kai balik, Soya hanya bisa menelan ludah. Ia merasa sangat takut sekarang, dalam pikirannya hanya ingin cepat pulang. Soya mencoba menoleh ke arah jarum jam yang masih menunjukkan pukul 10 pagi. Masih tersisa 7 jam lagi untuk bisa terbebas dari Boss kaku yang seperti kanebo kering.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Kai tiba-tiba menatap kedua mata Soya dengan tajam.
"Ma- maksud, Bapak?" Soya terlihat sangat bingung, ia memberanikan diri untuk membalas tatapan tajam Bosnya. Soya tak dapat membaca tatapan Kai, entah apa yang ada di dalam pikirannya kini sampai tak mau berkedip ketika memandang wanita yang ada di depannya.
"Aku juga tidak tahu, sudahlah lupakan! Jadi apa saja jadwalku setelah makan siang nanti?" tanya Kai mengubah topik. Soya menjelaskan apa saja kegiatan Kai nanti, mulai dari rapat dengan klien hingga menghadiri acara undangan peresmian kantor baru temannya.
"Baiklah, kalau begitu kamu harus ikuti aku sampai jadwalnya selesai. Hari ini kamu lembur!"
"Apa, Pak? Sa- saya harus lembur?" tanya Soya sedikit kecewa.
"Iyalah, kenapa? Kamu keberatan?"
"Ti- tidak, Pak. Saya tidak keberatan," jawab Soya terpaksa berbohong.
'Nasibku kenapa jelek begini sih? Aku harus bersama dengan bos kaku sampai malam? Mati aku!' keluh Soya dalam hati.
.
..Hallo ...
Ini hanyalah karangan penulis dan tidak ada sangkut pautnya dengan kisah nyata.Terima kasih ...Mungkin sangat sulit untuk menyatukan cinta, tetapi aku yakin akan ada cara untuk merubahnya. Biarlah semesta tak mempertemukan fisik ini. Namun, biarkan asmara menyambungkan cerita hidup yang abadi. (Moa) *** Langit biru mulai berubah oren, menandakan bahwa hari sudah mulai gelap. Jam menunjukkan pukul 17.45 WIB. Seluruh karyawan kantor sudah mulai menghilang meninggalkan tetumpukan tugas kantor dan akan bergelut dengan tugas rumah masing-masing. Soya menunggu bosnya yang masih berada di dalam kamar mandi, sudah setengah jam ia berdiri di depan ruangan Kai dan belum terlihat juga batang hidungnya. Soya membuang napas berat, menyenderkan punggung serta kepalanya di tembok. Lelah, itu yang kini dirasakannya, ia memejamkan kedua matany
Aku sempat berpikir, dia laki-laki yang kaku bagaikan kanebo kering. Wajahnya datar seakan tak tahu bagaimana caranya tertawa. Dia cuek, terkadang juga mengesalkan. Namun, setelahnya aku mengerti mengapa dia sampai seperti itu.(Soya)***Suasana menjadi sunyi di dalam mobil. Setelah kejadian tadi, Kai memutuskan untuk mengantar Soya pulang. Namun, tak ada suara dari satu pun orang yang berada di dalam mobil tersebut, baik itu Soya maupun Kai. Soya masih merasa gugup, takut, juga merinding. Telapak tangannya masih basah karena keringat dingin. Ia melirik Kai yang masih diam layaknya sebuah patung mahal. Yah ... Terlihat mahal karena ketampanan pria manis dengan tinggi badan mencapai 182 cm ini nyaris sempurna. Tanpa senyum saja ia terlihat bak seor
Tak ada penyesalan bagiku ketika mengenalmu, begitu juga dengan hati yang tak pernah bosan untuk mencintaimu. Biarkan rasa ini tumbuh abadi hingga akhir kehidupan. Walau aku tahu, persatuan keduanya tak akan mampu menjadi nyata.(Moa)***Soya bangun pagi-pagi sekali. Ia memaksa Bi Ina, asisten rumah tangga di rumahnya untuk membantunya berbelanja di pasar. Pagi ini Soya ingin memasak sesuatu yang spesial dan akan ia berikan pada bosnya sebagai tanda terima kasih karena sudah menolongnya semalam. Soya pikir hanya makanan dari masakannya sendiri yang pas dijadikan sebagai hadiah, karena jika memberikan barang, Kai pasti sudah memiliki segalanya. Anak orang kaya, yang sekarang sudah menjadi bos di kanto
Melihat wajahmu, mengingatkanku pada seseorang yang pernah hadir dalam hidupku. Benarkah itu kau? Berikan suatu petunjuk agar rasa gelisah dapat menghilang dalam hati. (Kai) *** Beberapa hari ini Soya selalu menyiapkan bekal untuk bosnya. Kai terlihat sangat menyukai masakan sekretarisnya, hingga memerintah Soya untuk selalu membuatkan bekal untuknya. Sebagai upah, Kai akan mengantar jemput Soya setiap hari. Tentu saja itu adalah hal yang menggiurkan bagi Soya, karena selain bisa menghemat uang, gadis itu juga bisa menolak perintah mamanya yang setiap hari meminta Soya untuk menaiki mobilnya. Seperti yang kita tahu, gadis itu tidak ingin semua teman kantornya tahu bahwa Soya adalah anak orang kaya. Ia masih merasa trauma atas
Sadarkan bahwa diri telah berbeda. Namun, hati masih menginginkan cinta yang sama. Raga ini tahu, bahwa penyatuan tak akan bisa tercipta. Hinggapemaksamelakukan hal yang tak semestinya. (Moa) *** Soya sudah berdandan cantik malam ini. Ia memakai dress biru sepanjang lutut dengan lengan sebahu. Rambutnya tergerai lurus dengan penambah jepitan rambut di samping kiri.Perfect, kecantikannya semakin terlihat jelas walau raut wajahnya tampak tidak semangat. "Senyum, So. Jangan merungut begitu," ucap Siwon sembari membenahi dasinya. "Kenapa sayang? Apa baju
Andai semua tak terjadiMerubah untuk peduliHingga resmiMencintai PenyesalanMulai menyakitiRasa salah menghantuiTertinggal luka merana hati Jika semua bisa terulangMungkin tetap berjuangHilang kesalahanBertahan (Munjong) *** Penyesalan ini terjadi dulu, ketika amarah mulai menguasai dirinya. Ketika rasa percaya teracuni dengan ribuan kata
MarahDalam sejarahCinta masih berserahWalau telah tertumpah darah MalamSaksi kelamKekecewaan yang mendalamBertahan dari waktu silam (Moa) *** "Moa ...! Maafkan aku!" "Sudah kukatakan, aku bukan Moa! Kenapa kau selalu menggangguku?" "Moa, aku merindukanmu," ucapnya tak mendengar perkataan Soya. Pria itu melangkah ke depan mendekatinya, tangannya masih memegang pedang samurai yang sangat tajam. "Ja- jangan mendekat! Kubilang jangan mendekat ...!!!" teriak Soya sangat ketaku
Sadarkan bahwa diri telah berbeda. Namun, hati masih menginginkan cinta yang sama. Raga ini tahu, bahwa penyatuan tak akan bisa tercipta. Hinggapemaksamelakukan hal yang tak semestinya. (Moa) *** Soya sudah berdandan cantik malam ini. Ia memakai dress biru sepanjang lutut dengan lengan sebahu. Rambutnya tergerai lurus dengan penambah jepitan rambut di samping kiri.Perfect, kecantikannya semakin terlihat jelas walau raut wajahnya tampak tidak semangat. "Senyum, So. Jangan merungut begitu," ucap Siwon sembari membenahi dasinya. "Kenapa sayang? Apa baju
Melihat wajahmu, mengingatkanku pada seseorang yang pernah hadir dalam hidupku. Benarkah itu kau? Berikan suatu petunjuk agar rasa gelisah dapat menghilang dalam hati. (Kai) *** Beberapa hari ini Soya selalu menyiapkan bekal untuk bosnya. Kai terlihat sangat menyukai masakan sekretarisnya, hingga memerintah Soya untuk selalu membuatkan bekal untuknya. Sebagai upah, Kai akan mengantar jemput Soya setiap hari. Tentu saja itu adalah hal yang menggiurkan bagi Soya, karena selain bisa menghemat uang, gadis itu juga bisa menolak perintah mamanya yang setiap hari meminta Soya untuk menaiki mobilnya. Seperti yang kita tahu, gadis itu tidak ingin semua teman kantornya tahu bahwa Soya adalah anak orang kaya. Ia masih merasa trauma atas
Tak ada penyesalan bagiku ketika mengenalmu, begitu juga dengan hati yang tak pernah bosan untuk mencintaimu. Biarkan rasa ini tumbuh abadi hingga akhir kehidupan. Walau aku tahu, persatuan keduanya tak akan mampu menjadi nyata.(Moa)***Soya bangun pagi-pagi sekali. Ia memaksa Bi Ina, asisten rumah tangga di rumahnya untuk membantunya berbelanja di pasar. Pagi ini Soya ingin memasak sesuatu yang spesial dan akan ia berikan pada bosnya sebagai tanda terima kasih karena sudah menolongnya semalam. Soya pikir hanya makanan dari masakannya sendiri yang pas dijadikan sebagai hadiah, karena jika memberikan barang, Kai pasti sudah memiliki segalanya. Anak orang kaya, yang sekarang sudah menjadi bos di kanto
Aku sempat berpikir, dia laki-laki yang kaku bagaikan kanebo kering. Wajahnya datar seakan tak tahu bagaimana caranya tertawa. Dia cuek, terkadang juga mengesalkan. Namun, setelahnya aku mengerti mengapa dia sampai seperti itu.(Soya)***Suasana menjadi sunyi di dalam mobil. Setelah kejadian tadi, Kai memutuskan untuk mengantar Soya pulang. Namun, tak ada suara dari satu pun orang yang berada di dalam mobil tersebut, baik itu Soya maupun Kai. Soya masih merasa gugup, takut, juga merinding. Telapak tangannya masih basah karena keringat dingin. Ia melirik Kai yang masih diam layaknya sebuah patung mahal. Yah ... Terlihat mahal karena ketampanan pria manis dengan tinggi badan mencapai 182 cm ini nyaris sempurna. Tanpa senyum saja ia terlihat bak seor
Mungkin sangat sulit untuk menyatukan cinta, tetapi aku yakin akan ada cara untuk merubahnya. Biarlah semesta tak mempertemukan fisik ini. Namun, biarkan asmara menyambungkan cerita hidup yang abadi. (Moa) *** Langit biru mulai berubah oren, menandakan bahwa hari sudah mulai gelap. Jam menunjukkan pukul 17.45 WIB. Seluruh karyawan kantor sudah mulai menghilang meninggalkan tetumpukan tugas kantor dan akan bergelut dengan tugas rumah masing-masing. Soya menunggu bosnya yang masih berada di dalam kamar mandi, sudah setengah jam ia berdiri di depan ruangan Kai dan belum terlihat juga batang hidungnya. Soya membuang napas berat, menyenderkan punggung serta kepalanya di tembok. Lelah, itu yang kini dirasakannya, ia memejamkan kedua matany
Bila takdir mempertemukan kita kembali. Izinkan aku untuk menebus semua kesalahan dahulu. Biarkan Amor mengulas bara cinta kembali, agar di saat keduanya merasakan getaran dasyat, saat itu persatuan menghilangkan luka yang amat perih. (Kai) *** Hari pertama masuk kerja membuat gadis cantik ini sangat gugup. Sepertinya bukan hanya Soya saja, jika kalian berada di posisinya pun juga pasti akan merasa gugup bila melakukan hal apapun untuk pertama kalinya. Misalnya hari pertama bekerja, hari pertama masuk sekolah, saat mengikuti lomba, dan lain sebagainya. Soya sudah siap dengan pakaian kemeja putih bermotif garis vertikal, ia padukan dengan celana palazzo berwarna hitam membua
MarahDalam sejarahCinta masih berserahWalau telah tertumpah darah MalamSaksi kelamKekecewaan yang mendalamBertahan dari waktu silam (Moa) *** "Moa ...! Maafkan aku!" "Sudah kukatakan, aku bukan Moa! Kenapa kau selalu menggangguku?" "Moa, aku merindukanmu," ucapnya tak mendengar perkataan Soya. Pria itu melangkah ke depan mendekatinya, tangannya masih memegang pedang samurai yang sangat tajam. "Ja- jangan mendekat! Kubilang jangan mendekat ...!!!" teriak Soya sangat ketaku
Andai semua tak terjadiMerubah untuk peduliHingga resmiMencintai PenyesalanMulai menyakitiRasa salah menghantuiTertinggal luka merana hati Jika semua bisa terulangMungkin tetap berjuangHilang kesalahanBertahan (Munjong) *** Penyesalan ini terjadi dulu, ketika amarah mulai menguasai dirinya. Ketika rasa percaya teracuni dengan ribuan kata