Beranda / Romansa / Fixing The Shattered / 6 – Kebetulan Yang Tidak Menyenangkan

Share

6 – Kebetulan Yang Tidak Menyenangkan

Penulis: miss.possan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Anna menarik Gina masuk dalam toilet wanita. “Ada apa? Kenapa kau menarikku ke dalam sini?” protes Gina.

Anna terlihat tidak nyaman. Berulang kali kepalanya keluar masuk, melihat seseorang yang dari jauh berjalan kian mendekat. Gina yang penasaran, ia juga langsung menoleh ke arah yang dimaksud. “Kamu menghindari siapa?”

“Rian. Sedari tadi, aku tidak dibiarkan sendirian. Dia mengikutiku kemanapun aku pergi. Bahkan ke toilet wanita.”

“Sepertinya dia menyukaimu.”

“Aku tau, dan dia sudah mengakuinya padaku kemarin. Tapi aku tidak suka padanya. Jadi aku tolak saja dia waktu dia ingin jadi pacarku.”

“Kau tau, sepertinya, Rian tidak buruk. Dia terkenal sebagai anak yang baik dan selalu dapat peringkat teratas. Dia juga sopan. Di tambah lagi, dia juga anak orang kaya. Keluarganya punya sebuah rumah sakit dan sebuah sekolah khusus anak perempuan di kota.”

“Entahlah. Aku merasa ada yang aneh padanya. Maksudku, jika ia memang menyukaiku, tidak seperti ini caranya jika ia ingin mendekatiku. Seharusnya, ia bisa melakukannya dengan cara yang normal, bukan dengan cara menguntit dan melihatku seperti mangsa.”

“Menguntit?”

“Dia pergi ke rumahku, menanyakan nomor telepon rumahku. Meneleponku lalu menutup teleponnya setiap kali aku yang berbicara. Setiap hari mengikutiku kemanapun aku pergi. Kau saja yang tidak sadar. Setiap pulang sekolah, dia selalu mengikuti kita. Setiap hari ia akan melihatku, menatapku dengan tatapan yang entah apa maksudnya. Melihat sikap anehnya itu saja sudah membuatku merinding. Kemarin saat jam istirahat, aku duduk di kelas, ada Rian di sana. Ketika aku hendak keluar dari kelas, ia menghalangiku dan tidak mau berpindah. Aku tanya kenapa, dia tidak mau menjawab dan hanya menatapku dengan tatapan aneh. Akhirnya aku bisa keluar saat ia mulai lengah.”

Gina terdiam sambil mengangguk. Akhirnya ia mengerti apa yang membuat Anna merasa tidak nyaman jika berada dekat Rian. Dia pun akhirnya membayangkan bagaimana rasanya diikuti, dan ia merasa ngeri.

-------------

Hari Rabu siang, semua orang di panggil ke ruang pertemuan, mulai dari staff hingga guru-guru di sekolah tersebut. Anna masuk ke dalam ruang itu dan menempati kursi yang ada di sana. Lalu semua orang berhenti bicara saat ketua yayasan akhirnya masuk ke ruangan dan duduk di depan, diikuti oleh seorang pria di belakangnya. Mata Anna terbelalak, ia melihat Rian ada di sana mengikuti kepala yayasan itu yang memang ia kenal sebagai paman dari Rian.

“Seperti yang kalian tau, kalau saat ini posisi kursi wakil ketua yayasan sudah kosong sejak meninggalnya ibu Mirna setahun yang lalu. Hari ini saya perkenalkan wakil ketua yayasan kita yang baru, Rian Antonius. Dia memang terlihat muda, tetapi dia sangat berbakat, dan punya gelar master di Singapura. Dia adalah keponakan saya.”

Bapak kepala yayasan lalu menoleh pada keponakannya itu untuk mempersilakannya mengucapkan sepatah dua patah kata.

“Selamat siang, nama saya Rian. Dan saya harap, kita dapat bekerja sama dengan baik.” Matanya memandang ke seluruh karyawan yang hadir disitu, hingga matanya tertuju pada Anna yang telihat terkejut. Bukan karena senang, tetapi karena kebetulan yang tidak menyenangkan itu membuat Anna merasa sedikit kaget. Orang yang selalu ia hindari, kini justru ada di sini.

Setelah itu bapak kepala yayasan yang bernama Hendri itu mempersilakan semua orang kembali bekerja,  Anna ditahan oleh Pak Hendri. Mereka pun duduk bersama-sama dengan Rian.

“Anna, kau adalah pegawaiku yang sangat loyal. Aku harap kau dan Rian bisa bekerja bersama-sama dengan baik dan dekat.”

Anna mengangkat alisnya,”tentu saja saya akan bekerja dengan baik pak. Tetapi apa maksudnya dengan dekat?”

“Dia akan lebih konsentrasi pada keuangan yayasan.”

“Baik pak.” Sialan, umpat Anna dalam hati. Hatinya kecewa mendengar keputusan bapak kepala yayasan itu. Ia tidak menyangka kalau ia akan menjadi pegawai Rian.

Rian menatap Anna dengan senyuman yang Anna tidak akan pernah mau membalasnya dengan cara yang sama.

-------------

Anna meregangkan tangannya ke atas kepalanya. Tubuhnya lelah dan wajahnya terlihat berantakkan. Ia menoleh ke kalender yang telah menunjukkan hari jumat di tanggal 28 Mei. Sudah 3 hari ia lembur di kantor untuk mengejar laporan keuangan bulan ini.

Penerimaan siswa baru dan pembayaran uang pangkal sekolah membuat pekerjaannya tambah banyak. Belum lagi dengan gaji karyawan serta para guru. Tepat di hari ini, ia megalami menstruasi hari pertama yang membuat perutnya sakit, wajahnya berjerawat dan tubuhnya ngilu.

Matanya lalu tertuju pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia menutup laptopnya dan bersiap untuk pulang. Ketika ia berdiri sambil membawa tasnya, langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat sosok seseorang yang sedang berdiri di depan pintu ruangannya yang sedikit terbuka.

“Selamat malam, Anna.” Ucap orang itu.

Anna melihat Rian berdiri di pintu itu dengan tangan yang dilipat di depan dadanya. “Kau?” Anna menyadari kalau dia adalah atasannya dan mengubah perangainya terhadap Rian. “Pak Rian, ada yang bisa saya bantu?”

“Kau tidak perlu formal, hanya ada kita berdua disini.”

Anna menjadi semakin tidak nyaman saat ini. Ia meletakkan tasnya di atas meja. “Aku sudah meletakkan laporan keuangan di mejamu.”

“Apa kau sudah makan?” Tanya Rian. “Ayo kita makan malam bersama.”

“Maaf, tetapi aku akan pulang.”

“Ayolah, sebentar saja. Jika kau tidak ingin makan, tidak apa-apa. Setidaknya temani aku sebentar. Tidak akan lama, dan jaraknya dekat.”

Anna menjadi ragu. Bagaimana kalau Rian melakukan hal nekat? Tetapi ia segera menepis pikiran itu. Mungkin saja, Rian telah berubah. Lagi pula, makan malam di tempat umum, apa salahnya?

Rian dan Anna lalu berjalan kaki dari kantor mereka hingga sampai ke sebuah restoran Jepang. Meski mereka makan dalam keheningan, Rian tetap tersenyum menatap Anna, namun Anna tetap menghindari tatapan Rian.

Setelah selesai makan malam, Rian lalu akhirnya berbicara. “Aku akan mengantarmu pulang.”

“Tidak perlu, aku akan memesan taksi.”

“Aku tau kalau mobilmu sedang diperbaiki. Ayolah, biarkan aku mengantarmu,” kata Rian memohon.

Anna memasukkan tangannya ke dalam tasnya untuk mengantisipasi sesuatu jika terjadi, ia meremas perfumnya, bersiap-siap jika Rian melakukan sesuatu yang nekat, ia akan menyemprotkan ini tepat di matanya. Mereka lalu kembali ke area sekolah dan kantor mereka.

Rian tidak melepaskan pandangannya dari Anna yang berjalan didepannya. Lalu tiba-tiba Anna kehilangan keseimbangannya saat menghindari genangan air akibat hujan tadi siang. Ditambah lagi dengan haid yang ia rasakan saat ini membuat kepalanya jadi sedikit pusing. Ia menahan dirinya agar tidak pingsan bersama orang ini. Dengan refleks Rian menangkap tubuh Anna. “Apa kau baik-baik saja?”

Anna segera berdiri dan memperbaiki posisinya. “Maaf.” Katanya sambil terus berjalan lagi. Seperti makan malam tadi, perjalanan mereka tidak banyak hal yang dibicarakan. Anna hanya akan mengucapkan kata-kata yang seperlunya saja tanpa melihat Rian.

Ia berdoa dalam hati agar tidak pingsan di depan Rian saat tubuhnya semakin lemas.

Ketika mereka sampai di kompleks apartemen, Anna mengarahkannya ke tower apartemen yang ada di sebelahnya. Anna tidak ingin memberitahu letak persis di mana ia tinggal.

Sebelum Anna membuka pintu mobilnya, Rian menariknya untuk tetap berada didalam. “Anna, aku ingin bicara padamu sebentar.”

“Ada apa?”

“Kau mengacuhkanku.”

“Maksudmu?”

“Tentu kau tau maksudku. Sejak pertemuan pertama kita, kau tidak memberikanku perhatian yang sebagaimana mestinya. Kau tidak memperlakukanku seperti teman yang sudah lama tidak bertemu. Kau bahkan tidak mau menatap mataku saat berbicara. Dan jika kebetulan kau memandangku, aku tidak mendapatkan tatapan mata yang hangat, seperti yang kau berikan pada Gina atau pada Jonas.”

Anna meremas tasnya. Ia tau kalau apa yang dikatakan Rian adalah hal yang benar. Ia memang tidak ingin memberikan celah apapun untuk Rian.

“Anna, lihatlah aku.” Kata Rian.

“Apa maumu?”

“Waktu kita SMP, aku sudah lama menyukaimu. Dan kini, aku juga masih menyukaimu. Tidakkah kau akan memberiku kesempatan? Bahkan hanya untuk jadi teman bagimu?”

Anna berkata dalam hati mungkin benar, bahwa ia tidak memberikan kesempatan pada Rian untuk menjadi temannya. Mungkin ia terlalu menutup diri pada Rian. Anna bertanya dalam hati apakah ini hal yang benar untuk melunak pada Rian?

“Baiklah,” ucap Anna. Ia berusaha merubah pandangan matanya pada Rian.

Anna tertawa saat melihat Rian yang tersenyum lebar sekali. Ia memang tidak pernah memberi kesempatan pada Rian setelah ia menyatakan perasaan sukanya pada Anna saat mereka SMP dulu.

Dan saat ini, ia tidak punya alasan untuk tidak membangun hubungan baik dengan Rian.

“Terima kasih banyak atas tumpangannya.” Kata Anna sambil membuka pintunya.

“Apapun untukmu.” Kata Rian. Anna berjalan ke teras apartemen dan mengawasi Rian pergi dari sana.

Ia lalu segera berjalan menuju tower apartemen di mana ia tinggal. Pusing dan sakit yang ia rasakan semakin menjadi-jadi. Ia ingin segera naik ke apartemennya dan beristirahat di kasurnya.

Bab terkait

  • Fixing The Shattered   7 – Bekas luka

    Seharian ini, Anna menghindari bertemu dengan Jonas. Dirinya tidak bisa berhenti merasa grogi setiap kali harus berhadapan dengan anak laki-laki yang kini telah menjadi kekasihnya itu. Sepulang sekolah, Jonas mendatangi Anna yang baru saja mengambil sepedanya dari parkiran. Ingin sekali Anna kabur dari sana, tetapi Jonas meraih memegangi tangannya dengan lembut. Saat Anna melihat kalau Jonas tidak membawa sepeda, Anna lalu menawari Jonas untuk pulang bersama. Ia lalu menaiki sepedanya, tetapi Jonas malah berdiri di sana dengan bingung. “Kenapa?” tanya Anna. Wajah Jonas melembut. “Turunlah, tidak mungkin kau yang memboncengku.” “Tapi aku bisa, aku sering membonceng Gina, dia kan lebih berat darimu. Aku…” Jonas memotong omongan Anna dengan tertawa. “Kau ini lucu… Bukan seperti itu caranya. Tidak mungkin aku membiarkan kekasihku memboncengku. Di mana harga diriku?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   8 – Kalung yang Hilang

    Setelah pemakaman ibunya, mereka akhirnya pulang ke rumah. Gina tidak berhenti melepas genggaman tangannya dari tangan sahabatnya yang sedang berduka cita itu sambil memeluk Darryl digendongannya. Anak kecil itu tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada orang tuanya. Ia tertidur setelah acara pemakaman itu selesai dan belum bangun hingga sekarang. Di sana, Gina bisa melihata air mata Anna telah mengering, matanya bengkak, dan wajahnya terlihat kusut. Setelah sampai di rumah itu, paman Rudy memarkirkan mobilnya di luar tanpa memasukkannya ke dalam garasi. Mereka lalu melompat ke luar satu per satu dari dalam mobil itu. “Aku akan mengurus Darryl, kau bisa beristirahat,” ucap Gina pada sahabatnya itu. Anna menunggu hingga semua orang masuk saat matanya tertuju pada rumah yang menjadi saksi bisu tragedi mengerikan yang terjadi dua hari sebelumnya. Tiba-tiba sebuah mobil sedan muncul dari ujung jalan. Mobil itu ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   9 – Makan malam

    Di hari Sabtu, Anna telah bersiap-siap di apartemennya. Rian bilang, ia ingin makan malam di sebuah restoran mewah yang ada di lantai 5 sebuah mall. Ketika Anna menolak untuk makan di tempat seperti itu, Rian tidak memberinya banyak pilihan saat mengatakan kalau meja mereka telah dipesan dari jauh-jauh hari. Mau tidak mau, Anna akhirnya mengikuti saja, dan ia harus mengenakan dress. Ia memakai gaun warna beige selutut dan heels setinggi 5cm. Ia melihat dirinya di cermin dan menundukkan kepalanya, ia belum bisa membayangkan seperti apa makan malam bersama orang yang selama ini selalu dihindari olehnya itu. Setelah menerima kabar dari Rian kalau ia ada di lobby tower apartemen disebelah, Anna segera turun menggunakan lift, bermaksud untuk menggunakan junction di lantai bawah di sana agar ia terlihat seperti turun dari apartemen sebelah. Ia masih tidak ingin Rian tahu di mana sebenarnya ia tinggal. Langkahnya terhenti saat melihat Jonas duduk di sebuah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   10 – Lembaran Baru

    Hari itu menjadi hari yang luar biasa mengerikan untuk Anna dan Jonas. Kata Gina, anak laki-laki itu tidak turun sekolah hari ini setelah dipukuli oleh ibunya hingga tubuhnya dipenuhi bekas cambukan. Awalnya, Anna mencari-carinya ke rumahnya, tetapi tidak ada jawaban, sehingga ia kembali ke rumah dengan terlambat setelah cukup lama menunggu kalau-kalau Jonas muncul. “Apa dia pergi ke rumah tetangga yang lain?” Tanya Gina. Anna mengangkat bahunya sambil menoleh ke belakang di mana jalanan dan perumahan itu terasa sangat sepi sekali. Sebelum mereka berpisah, tiba-tiba seseorang yang tidak diharapkan muncul. Ayahnya sedang duduk sambil minum minuman keras di ruang tamu. Di ruang tengah, terlihat ibunya yang tengah menangis dengan wajah yang memar. “Kenapa kau pulang terlambat, Anna?” Tanya ayahnya dengan dingin. Anna hanya berdiri di pintu yang setengah terbuka itu dengan wajah ket

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   11 – Semakin Dekat

    Tahun 2008 “Anna, apakah kau sudah siap?” Anna melihat tubuhnya di cermin, memperhatikan seragam baru yang akan ia kenakan saat bekerja nanti. Entah sampai kapan ia harus memakai seragam ini, ia tidak tahu. Pakaian itu berwarna putih, bagian atas maupun bagian bawahnya terlalu terbuka. Lehernya bermodelkan leher kemeja, sedangkan kancing depannya memakai ritsleting panjang. Panjang dress itu hanya sampai sepaha, dan Anna sadar kalau ini terlalu pendek. Ia menggunakan celana stocking berwarna beige sehingga ia tidak kuatir kalau celana dalamnya akan terlihat. Gina muncul di cermin itu dengan pakaian yang lebih tertutup, ia melihat pakaian Anna dengan sedikit sedih. Ia mengambil sebuah jaket dalam lemari Anna dan memberikan itu padanya. “Apa kau yakin dengan pekerjaan ini?” “Aku tidak punya pilihan, Gina. Aku sudah banyak merepotkan ayahmu dan kau. Tolong jangan beritahu paman Ru

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   12 – Sengaja

    Anna dan Gina mendapat tugas piket di hari itu sehingga mereka bertahan di kelas untuk membersihkan ruangan kelas mereka sebelum mereka pulang. Saat itu, Anna sedang sibuk membersihkan laci-laci meja yang dipenuhi sampah kertas dan pulpen yang sudah habis tintanya. “Dasar anak laki-laki,” umpat Anna sambil berbisik dan membuang sampah-sampah itu ke lantai. Saat Anna datang ke sebuah meja dan membersihkannya, Anna menemukan sebuah ponsel Nokia seri 6600. Ponsel ini mirip dengan ponsel yang dimiliki Jonas, hasil dari kerja sampingan di kebun Paman Rudy Pada awalnya, ia berniat untuk memberikannya pada Jonas langsung. Tetapi rasa penasaran membuat Anna memutuskan untuk membuka saja kunci ponsel itu yang ternyata tidak memerlukan sandi apapun. “Ini aneh,” katanya. Ia mengingat kalau ponsel Jonas selalu terkunci dengan sandi nomor ulang tahun Jonas sendiri. Saat ia membuka galeri fot

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   13 – Berita Bohong

    “Apa kau lelah, Jonas?” Tanya Anna saat akhirnya mereka telah memasuki kembali kota Balikpapan. Jonas memperbaiki topinya dan menoleh pada Anna. “Tidak. Perjalanan kita cukup singkat. Hanya satu jam setengah.” “Satu jam?” Anna mengangkat kepalanya untuk memperhatikan awan yang masih memerah. Jonas tidak bohong. “Apa kau ngebut?” Jonas menutup matanya karena sudah jelas kalau wanita ini tidak bisa dibohongi. Ia tidak bilang kalau jalan tol yang baru saja dibangun pemerintah pusat itu sudah buka, yang dapat mempersingkat perjalanan antara kedua kota itu. Sial, umpatnya dalam hati. Ia lalu mengaku, “sebenarnya, jalan tol itu sudah dibuka dari minggu lalu.” “Astaga Jonas, jadi untuk apa kita berlama-lama di jalan?” Anna tahu kalau Jonas sangat menyukainya. Tetapi tidak seperti ini juga. Tidak seharusnya Jonas buang-buang waktu dan tenaga hanya untuk dapat berlama-lama dengannya. “Kau sudah bolak balik menjemputku, banyak waktu yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Fixing The Shattered   14 – Undangan

    Ketika hari jumat tiba, suasana hati Anna telah menjadi lebih baik. Ia menampakkan diri di kantornya dengan percaya diri dan sumringah. Semua orang telah bersikap lebih baik, meski ada beberapa yang masih suka bergosip tentangnya, namun ia tidak akan mengambil pusing. Hatinya cukup bersemangat untuk menuntaskan pekerjaan yang ia kan hadapi hari ini. “Semoga harimu menyenangkan,” ucap Jonas di ujung telepon ketika Anna telah duduk di mejanya. Pria itu semakin aktif menghubunginya dan membuat Anna merasa diperhatikan. Lalu tiba-tiba, Anna dipanggil oleh kepala yayasan ke ruangannya. Di sana sudah ada Rian yang duduk dengan santainya di atas sofa kulit itu sambil membaca koran. Ia tidak menyadari kalau Anna masuk, hingga wanita itu mendaratkan bokongnya tepat di sofa yang ada di seberangnya. “Selamat pagi, Anna.” Ucap Rian sambil meletakkan koran itu di atas meja. Pikrian Anna sudah melayang ke mana-mana. Ia belum mengetahui alasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Fixing The Shattered   Epilog

    Satu tahun kemudian… Matahari pagi membangunkan Anna dan Jonas yang tertidur lelap di atas kasur di sebuah ruangan yang bukan milik mereka. “Selamat pagi sayang,” kata Jonas pada Anna sambil menggosok matanya. “Selamat pagi,” jawab Anna dengan mengusap wajahnya. Keduanya terlihat kusut setelah melalui malam yang panjang. Bagaimana tidak? Mereka pulang ke rumah Paman Rudy bersama juga dengan Gina dan mereka mengobrol hingga pukul 2 dini hari. Anna menoleh pada jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi. Ketika Anna hendak turun untuk membuat kopi untuk Jonas, Jonas tiba-tiba menghentikannya. “Aku ingin menyapa Joanna dulu,” kata Jonas. Anna tersenyum lalu kembali duduk di samping Jonas yang segera duduk dan mengarahkan wajahnya pada perut Anna yang kini terlihat membuncit karena telah ada sosok manusia kecil yang bermukim dalam perutnya selama 5 bulan ini. “Hai Joanna, ini Papamu. Selamat pa

  • Fixing The Shattered   58 – Malam Pertama

    Tiga bulan kemudian… Jreng… suara gitar yang tak beraturan terdengar dari sebuah ruangan yang ada di tengah rumah tersebut diikuti oleh suara anak-anak kecil tertawa cekikikan, menandakan kalau para pelaku keributan itu lebih dari satu orang. Jonas mencari anak yang bernama Dina itu ke ruangan yang dipenuhi dengan instrumen gitar dan menemukan Dina, saudara kembar Dina yang bernama Doni, dan Vika sedang memainkan gitar dengan sembarangan. “Hayo, kalian sedang apa?” tanya Jonas sambil bersedekap. Dina dan Vika terkejut dan mereka berdiri dengan tegang, sementara Doni langsung buru-buru meletakkan gitar itu pada stand yang ada di dekat mereka. Wajah mereka terlihat cemas dan takut dan sambil melirik satu sama lain. Jonas melepas tangannya dan berjongkok, “Doni, Dina, kalian sudah dijemput oleh mama kalian.” Doni dan Dina langsung sumringah dan menghampiri Jonas, menyalaminya dan pamit padanya secara bersamaan, “bye

  • Fixing The Shattered   57 – Seperti Tidur

    Satu minggu setelah pernikahan Anna dan Jonas, semua orang akhirnya kembali ke Balikpapan. Jonas dan Darryl sempat cemas pada keadaan ayahnya karena beliau sempat berkata sakit pinggang dan hampir tidak bisa berjalan, sehingga harus menggunakan kursi roda untuk bisa turun dari pesawat. Tanpa menunda, Jonas dan Anna langsung membawa Paman Jonathan ke rumah sakit terdekat. Paman Jonathan menerima perawatan di sana kurang lebih selama satu minggu untuk memulihkan kondisinya yang kelelahan akibat acara. Anna sempat kuatir pada Paman Rudy juga, tetapi lelaki tangguh itu jelas tidak apa-apa dan menuruhnya fokus pada Paman Jonathan yang terlihat lebih lemah dari biasanya. Di rumah sakit, Darryl, Jonathan dan Michelle akan menjaga ayahnya secara bergantian tanpa kenal lelah. Sedangkan Anna akan membawakan makanan dan pakaian ganti untuk mereka setiap harinya. Ketika Paman Jonathan diizinkan pulang, Jonas menyuruh Michelle untuk menyiapkan kamar untuk

  • Fixing The Shattered   56 – Tamu Tak Diundang

    “Kenapa wanita itu bisa ada di sini?” tanya Anna saat melihat nyonya Vina duduk di sana seraya menampilkan wajah angkuhnya dan dengan gaun pendek yang tidak cocok dengan usianya. Seketika, perasaan bahagianya langsung sirna, digantikan dengan perasaan takut yang sama sekali tidak menyenangkan. Dengan pakaian minim itu, wanita ini lebih mirip seorang PSK dari pada orang kaya. Nyonya Vina menoleh pada mereka. Jelas, ada yang salah pada wanita ini. Anna dan Jonas sedikit tercengang dengan penampilan Nyonya Vina yang terkesan kusut dan berantakan. Rambutnya terlihat memutih, kerutan di wajahnya terlihat tambah banyak dan beliau terlihat lebih kurus. Nyonya Vina berjalan ke arah Anna dan Jonas. “Halo…” “Halo,” jawab Anna. “Jangan kuatir, oke?” kata Jonas mencoba menenangkan Anna, lalu memalingkan pandangannya pada Nyonya Vina. “Selamat malam, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?” Nyonya Vina menunduk untuk menelan salivanya, la

  • Fixing The Shattered   55 – Wedding Day

    10 hari kemudian Akhirnya pernikahan itu terjadi juga. Konsep yang mereka pilih adalah konsep pernikahan di taman berumput hijau yang menghadap laut, di mana taman itu masih ada dalam area hotel yang sekelilingnya dipenuhi pepohonan rindang dan lampu-lampu temaram yang bergelantungan. Awalnya Anna ingin menikah di pantai, tetapi urung karena ada potensi gelombang tinggi. Jonas melihat kalau taman itu bukanlah tempat yang buruk, dan memutuskan memilih menikah di sana. Venue utama tersebut terbagi dua. Sebelah kanan digunakan untuk resepsi, sebelah kiri digunakan untuk acara pernikahan. Di area acara pernikahan sendiri telah tersusun kursi-kursi yang terletak di sisi kiri dan sisi kanan, dan menyisakan satu jalan di tengah yang akan dilalui oleh pengantin Acara berlangsung tepat pukul 5 sore menjelang senja yang akan dilanjutkan dengan makan malam di area resepsi yang terdapat gazebo yang digunakan sebagai panggung untuk para perf

  • Fixing The Shattered   54 – White Dress

    Tiga Bulan Kemudian Singkat cerita, Anna shock mendengar berita kepergian Rian. Namun, saat itu, dia sudah jauh lebih tegar. Anna begitu menyesal karena ia tidak bisa menemui Rian untuk terakhir kalinya dan berkata kalau ia telah benar-benar memaafkan Rian. Pak Hendri dan juga Silvanna tidak bersedia memberitahu di mana Rian dimakamkan. Bahkan setelah Anna memaksa, mereka tetap bungkam. “Ini adalah amanat Rian pada kami,” kata Silvanna saat menjelaskan kenapa mereka tidak memberitahunya. “Rian tidak ingin kau temui lagi. Kau harus melanjutkan hidupmu.” Hal itu membuat hati Anna jadi penuh sesak karena rasa bersalah. Namun Silvanna benar, Anna harus melanjutkan hidupnya dengan mengingat seluruh kebaikan Rian. Kejadian ini membuka mata hati Anna, bahwa tidak ada orang yang terlahir dengan hati yang jahat. Tanpa sadar, Rian telah mengajarkan Anna banyak hal. Bahwa kata “jahat” hanyalah sebuah kata yang digunakan orang-orang

  • Fixing The Shattered   53 – Telepon Terakhir

    Orang yang pertama tahu tentang lamaran Jonas adalah Rona yang kebetulan mampir ke apartemen Gina untuk menjenguk Anna. Tetapi Anna menyuruhnya untuk tidak memberitahukannya pada Gina karena Anna akan memberitahukan mereka malam nanti. Jonas kemudian memberitahu Michelle dan ayahnya kalau dia dan Anna telah bertunangan dan disambut bahagia oleh mereka, meski Paman Jonathan akhirnya lupa lagi kalau Anna dan Jonas sekarang sudah dewasa dan akan menikah. “Jonas, kau kah itu? Kenapa badanmu besar sekali?” kata Paman Jonathan sambil memperhatikan Jonas dengan kaca matanya yang tebal. “Papa, aku sudah dewasa sekarang. Ini calon istriku,” kata Jonas saat Anna melambaikan tangannya pada Paman Jonathan. Di mata Paman Jonathan, mereka selalu menjadi anak SMP yang lugu. Jonas dan Anna hanya tertawa melihat Paman Jonathan yang kebingungan lalu mengingat lagi kalau mereka kini sudah dewasa. Anna merahasiakan ini semua sampai mereka dapat berkumpul bersama-

  • Fixing The Shattered   52 – Tanpa Berlutut

    Buat kalian yang bingung guys kenapa bab ini diulang, ada plot hole yang harus aku perbaiki mulai bab 48. Jadi ini ngga diulang ya guys, tapi digeser dikit heheh. Enjoy… Tidak ada satu pun informasi yang didapat Anna dan Jonas, para perawat dan tenaga medis, semuanya berkata tidak tahu. Ketika Anna dan Jonas kembali ke apartemen, Anna memutuskan untuk menelepon Pak Hendri dan Silvanna. Di sini, Anna sudah tahu, kalau semua orang bersepakat terhadap sesuatu. Hingga kini, Anna tidak tahu Rian masih hidup atau tidak. Bukannya mendoakan dan meragukan kuasa Tuhan, tetapi tubuh Rian pasti terlalu lemah untuk bertahan tanpa sokongan tenaga medis dan oksigen. Saat ini, Anna berdiri di dekat pintu balkon, sedang melamun dengan pikiran yang kosong. Jonas muncul di belakangnya sambil membawa dua gelas cokelat panas. Dia menyerahkan salah satu gelas yang ada di tangannya dan Anna menyambut gelas

  • Fixing The Shattered   51 – Pertemuan Singkat

    “Kalau kau mau, kita tidak usah masuk. Kita bisa lihat dia dari luar,” ucap Jonas sambil menggenggam tangan Anna dengan erat. Begitu mendengar bahwa Rian telah sadar, Anna dan Jonas memutuskan untuk datang ke rumah sakit keesokan harinya. Anna berhenti sebentar tepat di depan ruang ICU itu. Napasnya menderu dengan cepat. Jonas memperhatikannya dan mempererat genggamannya. “Apa kau baik-baik saja? Kita bisa pulang jika kau berubah pikiran.” Anna menggeleng, mencoba menepis gejala serangan panik yang mulai datang. “Aku ingin masuk.” Jonas lalu menunggu di luar tepat di dekat jendela kamar Rian. Ia memperhatikan Rian yang sudah kurus kering itu dengan mata memicing, urat-urat lehernya mencuat di balik kulitnya dengan jelas. Tangannya terkepal waspada. Dengan perlahan, Anna berjalan mendekati Rian yang terbaring lemah dan masih menggunakan oksigen. Bibirnya terlihat kering dan wajahnya masih pucat. Di sebelahnya terlihat Silvanna yang sedang membe

DMCA.com Protection Status