James sedang mempertimbangkan permintaan Dela. Namun, jika ia menyetujui permintaannya, itu tidak baik untuknya karena jika Nami mengetahuinya, gadis itu akan marah nantinya."Kumohon James, untuk terakhir kalinya. Setelah itu, aku akan pergi jauh dan tidak akan mengganggumu."***Dan di sinilah James keesokan harinya. Mereka makan malam di sebuah hotel. James memilih sore hari karena dia akan baik-baik saja membuat alasan kepada Nami jika dia pulang terlambat.Dela tersenyum senang melihat James datang. Pria itu memenuhi janjinya. Untuk kencan terakhir mereka, Dela tampil cantik untuk menarik perhatian James. Ia berharap kencan malam ini bisa meluluhkan hati James padanya."Akhirnya, kamu datang," sapa Dela dengan senyum lebar."Maaf, agak terlambat," kata James sambil menarik kursi untuk duduk."Tidak apa-apa, hanya sepuluh menit. Kamu pasti sangat sibuk karena pergantian posisiku sebagai sekretarismu .""Tidak juga. Doni menggantikan posisi lo untuk sementara. Dan sekretaris yang ba
Mata James terbelalak, ia tidak menyangka Dela akan menciumnya. Seketika James mendorong tubuh Dela dengan sentakan emosi. Tidak mengidahkan reaksi kecewa dari Dela."James, aku mohon," Dela memohon dengan tatapan dengan sedih. Ini yang terakhir, ciuman terakhir sebagai perpisahan.""Maaf Dela, gue tidak bisa mengabulkan permintaan lo." James sedikit kesal."Tapi James….""Gue juga tidak ingin tunangan gue dicium oleh laki-laki lain.""Hanya sebuah ciuman, dan dia tidak melihatnya."James mulai kesal, "sejak gue mulai mencintainya, gue berjanji tidak akan menyakiti hatinya. Meski hanya ciuman dengan wanita lain. Gue sudah berkomitmen, tolong mengerti itu. Hubungan kita sudah berakhir; selamat tinggal." James tidak ingin bersama Dela lebih lama lagi. Ia sedikit kecewa karena di sela-sela kesibukannya, ia mencuri waktu untuk mengabulkan permintaan Dela. Namun gadis itu meminta lebih darinya. Meski hanya ciuman, James sangat takut jika Nami mengetahuinya akan merusak hubungan mereka."Jam
James terpaksa membohongi Nami karena tidak ingin membuatnya resah dan curiga. Dia berjanji dalam hatinya bahwa dia akan menyelesaikan masalahnya dengan Malika. James telah bertemu wanita itu dan telah mengakhiri hubungan mereka. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Sarah tidak mau menerima kenyataan ini."Jangan pulang terlalu larut, aku menunggu Kakak," kata Nami sebelum James keluar dari apartemen."Kakak akan berusaha," James mencium bibir Nami. "Kakak akan segera kembali."Nami melambaikan tangannya pada James, yang juga melambai padanya.***"Bagaimana, Don?" tanya James setelah sampai di rumah sakit."Semuanya stabil. Apakah kamu ingin bertemu Malika?""Nanti saja, kita masih banyak urusan," kata James sambil menepuk pundak Doni. Namun seorang perawat memanggil mereka ketika mereka hendak meninggalkan tempat itu."Keluarga pasien."Doni dan James menghentikan langkah mereka."Pasien ingin menemui seseorang bernama James Baskoro.""Bos?" tanya Doni.James menghela napas kasar. "Oke, gu
"May," desah James. Ia tahu jika ini adalah hal yang salah. Namun ia tidak bisa menahan ketika lidah Malika sudah bermain-main dengan kejantanannya. James berusaha menolak dan mencoba mengingat wajah Nami agar bisa menghentikan gairahnya yang tiba-tiba saja ingin dilampiaskan kepada Malika Malika semakin agresif, seperti biasanya ia akan melakukan blow job untuk memuaskan James. Malika tahu jika obat perangsang itu sudah mulai bekerja. Nyatanya James tidak menolaknya ketika ia melakukan blow job.'Nami, maafkan, Kakak.' batin James ketika ia merasakan sebentar lagi akan mengalami klimaks. Setelah menahan beberapa menit akhirnya James menyerah setelah ia mengalami órgasme. Cairan kental itu tersembur ke dalam mulutnya Malika."Namida," desah James seiring lega batinnya setelah mengalami klimaks.Malika tersenyum kecut, ia merasa sakit hati karena James mendesahkan nama Nami. Namun sedetik kemudian ia tersenyum penuh kemenangan akhirnya rencananya berjalan dengan mulus. Malika sungguh
James tersenyum lalu mengecup bibir Nami. "Apa yang kamu katakan? Jangan berpikir yang macam-macam. Kakak hanya teringat kepada kedua orangtua Kakak dan orang tuamu." James menarik Nami dalam pelukannya. Supaya Nami tidak melihat kebohongan di matanya. "Kenapa tiba-tiba? Maksudku sudah beberapa hari ini… Kakak baik-baik saja, kan?" tanya Nami memastikan. "Kamu tidak merindukan kedua orang tuamu?" tanya James mengalihkan kecurigaan Nami. "Sejujurnya aku penasaran dengan mereka. Aku juga rindu," ucap Nami sambil mengelus dada bidang James. "Kamu ingin bertemu mereka? Jika iya Kakak akan mengantarmu minggu besok." Nami menggeleng. "Nanti saja, aku ingin bersama Kakak saat ini." "Tidak apa, kamu bisa melihat mereka sebentar lalu kembali lagi ke sini." "Tidak mungkin hanya waktu sehari dua hari untuk bertemu dengan mereka. Bagaimanapun sudah dua tahun aku tidak bertemu mereka. Pasti banyak hal yang akan kami bicarakan. Tentu saja aku juga harus membangun sebuah chemistry agar setel
Satu bulan kemudian. Nami dan James semakin dekat. Nami semakin yakin dengan perasaan cintanya kepada James. Sedangkan James semakin mencintai Nami. Walaupun rasa takut itu kembali datang, takut jika Malika tiba-tiba datang dan mengaku hamil anaknya. Namun sepertinya ketakutan itu tidak terjadi karena sampai dua bulan sejak kejadian bercìnta dengan Malika, gadis itu tidak menampakkan dirinya di hadapan nya ataupun menghubunginya.James merasa senang karena satu minggu lagi ia memutuskan akan kembali ke Jakarta. Perusahaan yang telah dirintisnya benar-benar tidak bisa diselamatkan. Setelah disabotase oleh Amanda. Amanda sangat marah karena James tidak mau kembali menjalin hubungan dengannya. Walaupun James sudah berusaha pontang-panting mencari investor dan pinjaman uang. Namun sepertinya usahanya gagal karena tidak ada satupun investor yang mau. Sebenarnya ia curiga bahwa Amanda lah yang menghalangi calon investornya untuk mau bergabung dengan perusahaannya. James lelah untuk melawan
"Apa ini?" Mata James terbelalak setelah menerima sebuah paket dari sekretarisnya. Keringat dingin keluar dari pelipisnya setelah melihat jika Malika dinyatakan mengandung dan usia kandungannya adalah tujuh minggu. Jika dihitung-hitung waktu itulah James menghabiskan malam panas bersama Malika di apartemennya. Dan jika Malika mengirimkan hasil pemeriksaan kandungannya tersebut kepada James. Berarti Malika ingin memberitahukan kepada James jika ia sedang mengandung anaknya."Kenapa harus begini, ya Tuhan. Apa yang harus gue lakukan? James meremas kertas hasil pemeriksaan itu dengan penuh emosi. Satu minggu ke depan ia akan kembali ke Jakarta bersama Nami untuk memulai hidup baru. Namun sekarang ia harus bersiap menghadapi masalah besar yang sedang mengancam keutuhan hubungannya dengan Nami."Bos," Doni mengambil kertas yang sudah diremas oleh James dari lantai. Ia bisa menebak jika James sedang frustasi setelah melihat isi kertas tersebut. Tanpa ragu Doni langsung membukanya. Karena hub
James memeluk Nami dari samping dan kemudian berjalan keluar ruangan. Doni melihat atasannya dengan wajah ceria dan hanya bisa tersenyum. Dia dan sekretaris baru James mengerti bahwa James tidak akan kembali ke kantor setelah makan siang."Gue pergi dulu, pekerjaan gue yang belum selesai akan menjadi tanggung jawab lo.""Ya, Bos," Doni tersenyum pada James, lalu James menjawab dengan tatapan tajam. Doni melihat Nami tersipu malu, yang menandakan mereka akan berkencan siang ini."Pak Doni," mereka sangat serasi." kata sekretaris barunya James kepada Doni setelah James dan Nami masuk ke dalam lift."Ya, semoga hubungan mereka baik-baik saja.""Apa maksud Anda?""Tidak apa-apa, kerjakan tugasmu, Martha. Setelah makan siang, banyak tugas yang menunggu di mejanya Pak James.""Baik, Pak Doni."***"Kamu ingin suasana ruangan seperti apa?" tanya James saat mereka masuk ke lift. Kali ini, James memeluk Nami dengan erat. Ia mendorong tubuh Nami hingga terpojok ke dinding lift. Saat ini, tiba-t