"Keberatan?"
"Dengan senang hati, Pak."Dela, sekretaris barunya James tersenyum riang sambil berlari kecil untuk mengunci pintu. Ia dengan hati berbunga akan menuruti permintaan bos tampannya. Siapa yang bisa menolak pesona James Baskoro, CEO muda idaman wanita lajang seperti dirinya.Setelah mengunci pintu, Dela wanita muda berambut pirang itu mulai membuka kancing kemejanya satu persatu. Sejak Doni menghubunginya, satu minggu yang lalu, ia mulai gencar melakukan perawatan tubuh dan wajah di salon kecantikan langganannya. Dari ujung kaki hingga ujung rambut, ia bahkan sempat panik ketika satu jerawat tumbuh di pipinya. Menurut keterangan Doni, James menyukai wanita yang berpenampilan sempurna dari wajah serta bentuk tubuh yang proporsional. Dela bahkan rela memperketat dietnya untuk menjaga keindahan lekuk tubuhnya. Kemarin ia sempatkan untuk luluran agar kulitnya terlihat lebih glowing, tidak lupa ia membeli parfum mahal yang bisa membuat laki-laki semakin tertarik untuk menghidu tubuh séksinya. Menjadi sekretaris James Baskoro adalah impiannya. Bagaimana tidak, selain gaji yang besar, James terkenal royal kepada wanita yang bisa menyenangkan dirinya. Dela sudah melihat wajah James di majalah bisnis dan media infotaiment, ia langsung terpikat dengan ketampanan cowok blasteran itu dan kini kesempatan untuk berduaan merajut kasih terbuka lebar untuknya. Dela berusaha keras mengikuti seleksi yang di lakukan sangat ketat oleh Doni untuk mencapai di posisi ini."Masih virgin?"Gerakan tangan Dela yang sedang membuka kancing bajunya segera terhenti, ia grogi dengan pertanyaan James yang tidak disangkanya. Namun Dela sangat pandai menyembunyikan kekalutannya. Ia langsung melepas kemeja yang melekat di tubuhnya sambil berkata. "Saya tidak virgin, tapi saya bisa memberikan kepuasan seperti yang Bapak inginkan." Dela tersenyum menggoda melihat ekspresi wajah James yang tidak menandakan kecewa, ia berlanjut membuka pengait bra dan langsung melepasnya.Mata James melebar melihat keindahan buah dàda sekretaris barunya yang masih kencang dan padat. Gerakan jatuhnya kedua benda kenyal ketika penyangganya terlepas, terlihat sangat séksi. Benturan gunung kembar dari sisi satu ke sisi lainnya akibat gerak langkah tubuh pemiliknya membuat rasa lapar di perut James tergantikan oleh rasa haus syahwatnya. James melonggarkan dasi di lehernya yang terasa mencekik, mendadak tubuhnya terasa panas. Ia menunggu kejutan apa yang akan diberikan oleh Dela sebagai perkenalan di hari pertamanya bekerja."Umur berapa?""23 tahun, Pak.""Baru lulus?""Setengah tahun yang lalu, Pak." Dela berjalan mendekati James, ia sudah tidak sabar untuk menerima sentuhan tangan James di seluruh tubuhnya. Sudah lama ia tidak menikmati kehangatan ranjang. Tubuh Dela mendamba, berharap James akan membawanya melayang mengarungi kenikmatan surga dunia yang memabukkan."Pak …." suara Dela sudah serak, menandakan ia sudah bernafsu."Kenapa?" James terkekeh. "Bukankah kamu tadi bilang akan menunjukkan kelebihanmu, kamu sudah lupa?"Dela menggigit bibir bawahnya yang membuat bibir Dela semakin terlihat sensual. Otaknya berpikir keras, kelebihan apa yang ingin ia tunjukkan kepada James?"Waktumu terbatas, sebelum jam makan siang, Desi.""Dela, Pak, nama saya Dela bukan Desi."James mengibaskan tanganya ke atas. "Whatever, show me now!"Dela mengambil ponsel dari saku rok spannya, ia mendapatkan ide untuk menari erotis sebagai perkenalan dengan bos barunya. Setelah alunan musik genre RnB yang ngebeat terdengar, Dela mulai meliuk-liukkan tubuh séksinya yang sudah polos bagian atasnya dengan sangat luwes. Gerakan erotis, kulit mulus serta buah dàda yang menantang sungguh perpaduan yang membuat adrenalin James bergetar. Dela berjalan mendekati James sambil menyibak rambut panjangnya ke belakang. Ia langsung duduk di pangkuan James. "Bagaimana, Pak, Bapak suka?" Dela mengusap dàda bidang James."Not bad." James diam, tak bereaksi. Ia ingin melihat Dela frustasi karena menunggu sentuhannya."Pak, touch me." Dela mendesah."Apa?" James pura-pura tidak paham."Pak James, touch me now please …." Dela semakin frustasi.Senyuman James mengembang di bibirnya, satu lagi wanita bertekuk lutut di kakinya, mengemis mengharapkan sentuhannya. "Sure, Dewi.""Dela, Oak." Dela protes karena James salah memanggil namanya. Jangan salahkan James, terlalu banyak wanita di hidupnya sehingga ia tidak mampu mengingat nama mereka satu persatu."Berdiri.""Apa, Pak?" Dela bingung."Berdiri dan buka semua penghalang itu." James menuding rok ketat yang masih menempel di tubuh Dela."Siap, Pak." Dela langsung berdiri lalu dengan cepat membuka resleting roknya. Ia menarik serta celana dalam tipis yang menerawang berwarna merah, kedua benda itu jatuh di ujung kakinya, Dela langsung mengangkat sebelah kakinya lalu membuang rok dan celana dalamnya menggunakan ujung high heelsnya ke sembarang arah.James menggeleng melihat kelakuan calon sekretarisnya."Pak." Dela yang sudah polos tdn sehelai bensng pun, menarik tangan James untuk mengikutinya ke arah sofa. Tak menunggu lama, Dela langsung menyerang bibirJames dengan ganas. Dela berjinjit karena tubuh James yang tinggi. Jantung Dela berdetak kencang ketika merasakan bibir James yang terasa manis, lamunan fantasi untuk bercinta dengan James akhirnya terwujud. Napas Dela terengah ketika James mendorong tubuhnya."Kamu nggak sabaran banget, sih?" James tersenyum mengejek."Itu impian saya, Pak."James melongo mendengar jawaban Dela yang absurd."Saya sangat menantikan momen ini, bercinta dengan Bapak adalah impian saya." Tanpa malu, Dela melepas jas yang dikenakan James lalu mendorong tubuh James jatuh di atas sofa, ia lalu naik ke atas tubuh James." Pak, sentuh saya, saya butuh sentuhan Bapak. Terserah Bapak mau menilai apa, saya bisa gila karena Bapak nganggurin saya dari tadi. Please Pak, touch me right now." Dela yang duduk mengangkang, mulai membuka kancing kemejanya James."Dena, Dena, ck, ck, ck. Gila, kamu frontal banget, sih?" James berkelakar."Dela, Pak, Dela." Dela sudah tidak sabar dipermainkan oleh James, ia menarik tangan James untuk meremas salah satu buah dàdanya, bibirnya langsung membungkam bibir James yang bagai candu.James yang sedang tertawa langsung diam karena disumpal oleh bibir Dela.'Gila, gue mau di perkosa. Ya Lord … dunia memang sudah terbalik.' batin James sambil menikmati bibir dan buah dàda Dela.Erangan Dela tertahan karena ciuman panjangnya. Tanganya bergerak mulai membuka sabuk James. Ia sudah tidak sabar menikmati keperkasaan James yang hebat sesuai dengan rumor yang beredar."Ya Tuhan, apa-apaan ini?!" suara seorang wanita membahana setelah suara pintu dibuka dengan kasar."B-bunda.""James Oliver Baskoro!"TBC."Ya Tuhan … apa-apaan ini!" Suara seorang wanita membahana setelah pintu dibuka secara kasar. "B-bunda." "James Oliver Baskoro!" James langsung mendorong tubuh Dela yang berada di atasnya dengan keras. James tahu jika bundanya sudah memanggil nama lengkapnya, itu berarti beliau sangat marah. Tubuh Dela terjungkal kebelakang. "Aduh." Dela memegang pinggangnya yang terantuk meja tamu. Wajah Dela jatuh tepat di kaki seorang wanita bule paruh baya berambut coklat. "Memalukan! Wanita macam apa kamu!" Pandangan Felicia, bundanya James sangat tajam kepada Dela. "Dibayar berapa kamu oleh anak saya untuk melakukan pekerjaan tambahan ini?" "S-saya." Suara Dela bergetar, lenyap sudah nàfsunya berganti dengan ketakutan dan rasa malu. James yang tak kalah takut, segera mengancingkan kemeja dan membetulkan sabuk dan resleting yang sempat Dela buka tadi. "Pakai pakaianmu, dan mulai detik ini kamu dipecat dengan tidak terhormat." "N-nyonya, sa ….""Pergi, keluar dari sini sekarang juga atau s
"Kita mau kemana, kak?""Kita keluar jalan-jalan, ya … setidaknya untuk saling mengenal, Nam." James merasa aneh, seumur hidupnya ia tidak bisa mengingat nama seorang wanita, kecuali Malika. Namun kali ini ia dapat mengingat nama Nami yang baru sehari dikenalnya.Felicia menyuruh James, mengajak Nami keluar untuk pendekatan. Tentu saja James menurut setelah diancam."Oh, oke." Nami tersenyum riang, entahlah jantungnya berirama ketika harus berdekatan dengan James. Nami bukanlah tipe gadis pemalu, sudah sangat sering berhadapan dengan laki-laki yang mengejarnya. Namun saat ini, ia akui agak sedikit grogi ketika berduaan dengan James. Mungkin ini yang dinamakan cinta, pikirnya."Bagaimana kalau kita nonton? Kamu mau?" tanya James."Why not. Aku suka nonton." Nami terlihat antusias."Kamu suka film apa?""Terserah, Kakak. Aku penikmat semua genre.""Emm …." James melihat-lihat list film yang terpampang di layar monitor."Itu saja, Kak." Nami menunjuk sebuah film kartun animasi produksi da
"Demi apa, elo sudah tunangan, James?" Bagus menepuk pundak James dengan keras sehingga minuman yang ada di gelas tumpah di meja. "Woe …kira-kira Bambang, yang kena masalah gue, kenapa elo yang heboh." James melotot. "Sorry bray, gue syok aja. Elo tiba-tiba udah tunangan dan minggu depan mo nikah." Bagus memasang wajah melasnya. "Cewek yang kek gimana yang bisa meluluhkan hati elo James, penasaran gue." Dean yang baru gabung ikut nimbrung. "Bentar gue kasih lihat elo. Beri penilaian sendiri aja. Males ngomongin gadis ingusan seperti dia." "Busyet elo udah nyimpen photonya dia, James?" Bian ikut-ikutan kepo. "Mana mungkin lah, gue berteman sama dia di akun sosmed. Nih kalian lihat sendiri." "Wih, nggak salah James, elo bukan pedófil, kan?" Dean terbengong melihat photo Nami. "Sembarangan." James memùkul kepala Dean. "Buktinya ini masih kek anak SMA, tapi imut sih gue juga demen yang kek gini" "Coba, coba, mana, aku pengen lihat." Bian merebut ponsel James dari tangan
Mata malika memanas, airmata yang sejak tadi ia tahan, akhirnya luruh juga. Ia iri, hatinya berdenyut nyeri. James memperlakukan gadis muda itu dengan sangat manis. Kakinya tidak dapat ia kendalikan untuk mengikuti mereka berdua yang masuk ke dalam butik baju pengantin terkenal itu."May, ngapain lo? Kalau cuma untuk mengintip dari luar, mending lo pulang aja deh. Daripada kayak bintang sinetron di TV ikan terbang. Sekarang tanya dia, apa maunya? Ngegantung hubungan kayak gitu?" Fani kesal melihat sahabatnya itu beberapa kali mengelap matanya.Malika cuma menangis, tidak menghiraukan ucapan Fani."Ya ampun May, cinta boleh, bòdoh jangan. Udah sepuluh tahun lebih hubungan kalian tapi dia tambah sadis aja menyakiti elo. Kenapa lo masih bertahan, hem? Sumpah demi apa, gue nggak ngerti jalan pikiran elo.""Lo nggak ngerti apa alasan James berubah kayak gitu? Dulu dia nggak begitu. Itu semua salah gue, gue yang jadi penyebab James hidup dalam kebencian." "Segitunya elo masih belain dia? Se
"Nggel, hari minggu main ke rumah, ya?" James menemui Malika di saat jam sekolah sudah berakhir.."Nggak ah, aku ada kerjaan.""Nggak usah kerja, nanti gue kasih uang. Lo ikut aja sama gue, main ke rumah. Bunda pasti seneng lihat elo.""Nggak mau, aku mau cari uang sendiri.""Elo nolak? Baiklah, gue mau main gabung sama Kenzo dan kawan-kawan.""Eh apa-apaan, kamu jangan tawuran lagi." ucap Malika panik.James tersenyum senang saat Malika melarangnya untuk tawuran, ada rasa khawatir untuknya. Berarti perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan."Kenapa jadi senyum-senyum sendiri?" Malika terbengong."Nggak kok, kamu cantik banget."Pipi Malika langsung memerah. James selalu membuatnya tersipu. Cowok bule tampan yang urakan tapi bisa begitu manis ketika bersama dengannya."Yuk jalan, jangan bengong. Nanti pipi kamu meletus karena kepanasan." James mencolek pipi Malika. "Ih jangan colek-colek." Malika cemberut.Memang dasar cantik cemberut pun makin cantik. Pen gue …." James mendekatkan bi
"Jangan, James, jangan." Malika mulai menangis."Jangan takut, May. Gue bakal hati-hati, percaya, deh." James mengecup pipi Malika yang basah dengan air mata."A-ku takut, James." Buliran air mata jatuh berderai di kedua pipi mulus Malika."Gue janji kalau elo nggak kuat, gue bakal berhenti." rayu James."Bukan itu, kita masih sekolah, James." Malika menggenggam tangan James."Elo takut hamil?"Malika mengangguk."Gue udah siapin pengaman, lo nggak usah khawatir, percaya sama gue." James mengambil alat konstrasepsi yang sudah dibeli dari apotek terdekat.Malika tertunduk."Kenapa lagi, May." James menghela napas. "Lihat gue, May. Lo cinta nggak sama gue?"Malika mengangguk sambil tersipu malu."Ya udah, gue juga cinta sama elo. Banget malahan." Tangan James menyisir rambut Malika ke belakang.Malika menautkan kedua tangannya, gelisah."Please … May, gue pengen banget ngerasain yang begituan dari kemarin-kemarin, kata temen-temen gue. Enaknya ngalahin apa pun. Banyak cewek-cewek di luar
"Udah May, jangan nangis." James mengelus punggung polos Malika yang di penuhi keringat, sama seperti dirinya.Malika semakin kencang tangisnya."Shh … jangan gitu dong, May. Gue kan udah bilang, bakal tanggung jawab. Gue udah ambil harta yang paling berharga buat elo, maka dari itu, gue akan tanggung jawab, menjaga lo seumur hidup gue. Setelah bisa mimpin perusahaan bokap, gue akan segera nikahi elo. Mau kan jadi Nyonya Baskoro?"Malika menghentikan tangisnya sambil mengangguk pelan."Nah gitu, dong. Masih sakit?" James meraba pangkal pahanya Malika.Malika mengangguk."Nanti kalau udah terbiasa, juga nggak sakit, malah elo bakal keenakan." goda James."James," Malika memukul dàda James."Hahaha, gitu dong, ngomong, jangan diam saja."Setelah untuk pertama kalinya mereka berhubungan badan, James akan meminta Malika minimal seminggu sekali untuk melayaninya. Malika yang sudah cinta dan terlanjur memberikan kesuciannya kepada James, tidak pernah menolak ajakan James. Apartemen James yan
James terbelalak, melihat bundanya sudah berdiri di depannya. Ia tak menyangka di kunjungi bundanya dengan tiba-tiba. "Minggir." Felicia, bundanya James, mendorong tubuh James yang menghalanginya untuk masuk ke apartemen. Ia sangat terkejut melihat James yang hanya mengenakan bokser dengan senjatanya yang terlihat menonjol. Felicia melangkah tergesa, ia masuk ke dalam apartemen. Seketika Felicia menutup mulutnya saat melihat Malika yang terlentang di atas sofa dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun. Malika yang masih menahan sakit di area bawahnya, ia berjingkat kaget mendengar suara Felicia. Belum sempat ia mengembalikan kesadarannya, Malika sudah mendapat teguran dari Felicia. "Bangun, kenakan pakaianmu di kamar, jangan keluar sebelum saya panggil." Felicia menatap Malika tidak suka, beda dengan sikapnya yang selama ini manis kepadanya. "Bun, bukan salah Malika, semuanya salahku." James tidak ingin bundanya membenci Malika. "Diam kamu!" Felicia menatap James dengan tatapan
Pov Nami Aku tidak menyangka Kak Oliv masih memperlakukanku dengan romantis. Bahkan ia tidak peduli ketika aku sudah hamil besar. Ia sudah paham bagaimana cara memperlakukan ibu hamil ketika bercinta. Aku perhatikan suamiku sangat rajin bertanya tentang seputar kehamilan dan kegiatan seks yang harus dihindari dengan wanita hamil. Ia tidak sungkan bertanya dan berkonsultasi. Aku juga sempat memergokinya sedang mencari artikel yang membahas percintaan dengan wanita hamil dengan segala resikonya. Tentu saja ia tidak lupa mencari tahu bagaimana posisi bercinta dengan ibu hamil agar aman untuk bayinya. "Kak," aku medongakkan wajahku ketika kejantanannya memompa kewanitaanku. Entah kenapa aku selalu bergairah ketika berdekatan dengannya. Mungkin karena efek hormon kehamilanku. Padahal dulu sebelum hamil aku tidak seperti ini. Tidak menginginkan percintaan setiap hari. Dulu Kak Oliv sering merayuku agar aku mau bercinta dengannya. Namun beda ketika aku hamil, tanpa dirayu pun kadang aku me
Pov James Delapan bulan kemudian. Aku menatap istri kecilku yang sedang terlelap dalam dekapanku dengan perutnya yang membuncit. Ia tidur miring menghadap ke arahku dengan perutnya yang diganjal oleh sebuah bantal kecil khusus. Setelah kepulangan kami dari bulan madu, Nami dinyatakan positif hamil. Saat itu aku sangat bahagia karena sesuai dengan harapan kedua orang tuaku yang menginginkan cucu. Nami langsung hamil. Aku yang dari pertama juga menginginkan seorang anak melarang Nami untuk melakukan program KB dan untungnya Nami menyetujuinya sehingga tidak ada penundaan kehamilan setelah pernikahan kami. Dan sekarang Nami sudah hamil tujuh bulan. Namun yang membuat aku heran badannya tidak mengalami perubahan hanya bagian perutnya saja yang membesar. Dengan tubuhnya yang mungil, kadang aku merasa kasihan karena sepasang kaki kecilnya harus menahan beban beberapa kilo yang berada di perutnya. Kami sudah pergi ke dokter melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin anak kami. Karena kami
POV James Aku tersenyum mengingat percintaan panas kami di jet waktu itu. Nami sangat liar, membuat gairahku naik beberapa kali lipat dibanding biasanya. "Kamu serius? Aku masih bertanya di saat Nami telah melepas kaosnya. Tentu aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku pun segera melepas semua pakaianku tanpa terkecuali. Langsung kudekati Nami lalu kupeluk tubuhnya yang hangat. Aku sangat merindukan momen ini. Sejak kami berbaikan, terhitung hanya beberapa kali kami bercinta. Aku haus kehangatan, aku ingin memasuki kewanitaannya yang sempit. Merasakan setiap pijatan lembut di kejantananku. Istri kecilku bagaikan candu untukku. Membuatku melayang dan puas pada saat yang bersamaan. "Kak Oliv," Nami mendesah saat kukecup tengkuknya. Tubuhnya menggeliat setelah mendapat rangsangan dari tanganku. "Kakak sudah memastikan semua kru tidak akan melihat kita?" tanya Nami dengan suara yang sudah terengah. "Tentu Sayang, aku tidak mungkin memperlihatkan percintaan kita kepada orang l
Lima jam sebelumnya. "Hei, kamu kan gadis tadi?" tanya Becky saat melihat Nami keluar dari kamar hotelnya. "Kamu bicara denganku?" Nami pura-pura tidak paham dengan maksud Becky. "Kemarin James memanggilmu Sayang." "Sayang? Apa maksudmu?" Hati Nami yang sedikit membaik berubah kesal dengan kehadiran Becky. "Laki-laki tampan yang bersamamu, ke mana dia?" Nami menghela napasnya, "aku tidak mengenalnya." "Kumohon pertemukan aku dengannya. Aku sangat mencintainya dan aku ingin menikah dengannya." "Dengar Nona aku tidak tahu tentang keberadaannya dan kamu ingin aku membawamu …." Nami terkesiap melihat Becky berlutut di hadapannya. "Tolonglah, aku mohon. Aku tidak bisa melupakannya. Aku mencoba bercinta dengan laki-laki lain tapi itu tidak bisa menghapus kenanganku bersama James. Hanya James yang bisa memuaskanku di ranjang. Perlakuannya sangat manis dan lembut. Sungguh aku tidak bisa melupakannya." Nami langsung emosi mendengar Becky menceritakan percintaan James dengannya. "Nona
"Babe!" James mencari Nami di kamarnya. Istrinya itu memutuskan pisah kamar setelah pertemuan mereka dengan Becky. Apalagi setelah James jujur mengatakan jika pernah bercinta dengan Becky. Nami langsung marah sehingga tidak mau tidur sekamar dengan James. Jangankan bulan madu indah, makan malam saja Nami tidak ingin bersama James. Dan pagi ini Nami sudah menghilang dari kamarnya. "Bodohnya gue, harusnya gue lebih mengawasi keberadaannya." James memang berada di kamar lain. Tapi ia mengawasi keberadaan Nami dari balik pintu. Tadinya ia akan menunggui di depan pintu kamarnya Nami. Namun karena beberapa pengunjung hotel menatapnya curiga, James memutuskan kembali ke kamarnya. Lagipula James takut Becky datang lagi dan membuat Nami semakin marah. "Ke mana dia, ya?" James berjalan mondar-mandir di lobi hotel. "Mungkin dia ke sana, menemui Takeshi." James terkesiap saat mengingat Takeshi. Teman Nami yang berpura-pura menjadi sepupunya dengan tujuan ingin memiliki Nami sebagai kekasih. "T
'Becky?' Alis Nami terangkat, siapa lagi wanita ini? Wanita yang mempunyai bentuk tubuh seperti model artis panas. Tinggi tubuh Becky sebatas telinga James. Rambutnya panjang di atas pinggul yang diwarnai merah. Kulitnya cokelat eksotis dan wajahnya cantik. Buah dada dan pantatnya menonjol sempurna. Jika dibandingkan dengan dirinya, sungguh Nami tidak ada apa-apanya. James langsung menarik tangan Nami untuk masuk ke dalam. Ia ingin menjelaskan identitas Becky agar tidak salah paham "James," Becky memeluk James dari belakang. Tubuh seksi wanita itu menempel dan kedua buah dada montoknya menekan punggung James. Mata Nami melotot, ia kesal karena Becky cuma mengenakan bikini two-piece dan saat ini buah dada montoknya tersingkap separuh. Puncak dada kecoklatan itu menyembul keluar dan Nami bisa melihat jika puncak dada itu sudah menegang, menandakan wanita seksi itu sedang bergairah. James langsung melepas tangan Becky, "maaf saya tidak mengenal Anda. Anda salah orang." "Tidak mungkin
"Lo sedang chat dengan siapa?" tanya James kepada Doni. "Dela, Bos." "Dela? Kalian berpacaran? " "Ck, Bos, saya hanya menganggap Dela sebagai adik kandung saya sendiri. Kami berteman dan bekerja sama selama dua tahun di Surabaya. Walaupun dia kadang menyebalkan, tapi Dela banyak membantu pekerjaan saya." James nenggedikkan bahunya, "gue udah putus dengan Dela. Kalau lo suka, deketin aja. Dela bukan cewek matre." "Ck, saya dan Dela teman biasa. Saya menyukai gadis lain." "Gadis macam apa? Siapa?" "Ups, Anda menjebak saya, Bos." Doni mendengkus. "Hahaha, gue udah anggap lo sebagai saudara kandung gue, Don. Lo bisa cerita ke gue, mungkin gue bisa bantu lo." "Tapi saya belum berhasil mendapatkan hatinya," keluh Doni. "Payah, bawa bunga, ajak dia makan malam. Setelah itu mampir di toko tas branded lalu ajak dia ke hotel untuk bercìnta." "Itu jurus Anda dulu saat menjadi playboy." gerutu Doni. James hanya tergelak saat menggoda Doni. "Harusnya Bos memberitahu saya bagaimana cara
"May," panggil Rico. Saat ini laki-laki itu sedang berada di sebuah rumah sakit swasta di mana Malika yang baru saja melahirkan.Malika memalingkan mukanya saat Rico membawa bayi laki-laki yang baru dilahirkannya. Ia masih belum menerima kenyataan jika hubungannya dengan James telah berakhir. Setelah terbongkarnya kebohongannya di restauran saat itu. Rico memaksa Malika untuk tinggal bersama di apartemennya. Bagaimanapun Rico ingin bertanggung jawab penuh kepada Malika dan bayinya. Walaupun Malika menunjukkan sikap yang menyebalkan. Rico tidak menyerah, ia bertekat akan meluluhkan hati Malika, terlebih ada bayi yang sudah dilahirkan oleh gadis itu. Darah daging yang diharapkan Rico bisa menjadi jembatan bersatunya hubungan antara dirinya dan Malika."Bawa dia pergi." Malika enggan melihat bayi yang baru saja dilahirkannya.Mendengar kata-kata ketus Malika, dokter dan suster saling berpandangan. Mereka heran karena baru pertama kali ini mereka mendengar seorang ibu yang tidak mau menima
James terkesiap mendengar penuturan Nami. Jadi yang menyebabkan Nami melarikan diri di hari pernikahan mereka karena Malika mengirimkan video percintaan mereka. 'Sial,' umpat James dalam hati. James mengetatkan rahangnya, tidak menyangka jika Malika akan begitu licik menggagalkan pernikahannya dengan merekam kegiatan panas mereka. 'Oh, malam di mana gue mabuk itu dia sengaja merekamnya lalu mengirimkannya kepada Nami.' James sangat menyesal karena telah berpikiran buruk kepada Nami selama dua tahun ini. Ternyata dirinya sendiri yang menyebabkan Nami patah hati lalu meninggalkan Jakarta hingga kecelakaan dan amnesia. Beruntung Nami selamat dan belum bisa dimanipulasi oleh Takeshi. Jika tidak, James akan menghukum dirinya sendiri karena kecerobohannya. Namun karena peristiwa itu James patut bersyukur karena hilang ingatan, Nami gampang didekati oleh James. Dan niatnya balas dendam urung dilaksanskan karena tanpa sadar James jatuh cinta kepada Nami. "Hei, dengar. Kakak sudah jujur pada