"Ma, Pa." Nathalie memanggil kedua orang tuanya yang kini sedang duduk di sofa menunggu kepulangannya. "Kamu pulang Sayang, ayo, makan malam sudah siap. Naka keluar menjemput Clara, Clara akan menginap di sini nanti malam." "Siapkan satu kursi lagi, aku mengundang Kak Oliv untuk makan malam bersama." "Oliver," Kamaya dan Yamada saling berpandangan. "Selamat malam, Tante, Om," James keluar dari belakang tubuhnya Nami. "James," gumam Yamada dan Kamaya. "K-kami berbaikan, aku memutuskan untuk memberi kesempatan kedua padanya. Aku … masih mencintainya." ucap Nami lirih. "Sayang …." Kamaya terdiam saat Yamada menepuk pundaknya sebagai kode. "Sayang, panggil Martha untuk menyiapkan satu tempat duduk lagi untuk James." titah Yamada. "Oke," Kamaya terpaksa setuju dengan permintaan Yamada. "Kak Oliv," Nami menarik tangan James untuk mengikutinya. Yamada dan Kamaya mengembuskan napasnya saat melihat wajah Nami yang berseri-seri. Semenjak kepulangannya dua bulan yang lalu. Baru saat in
"Pa, jangan." teriak Nami ketika Yamada sudah mencengkeram krah bajunya James. Wajah Yamada begitu marah melebihi wajah Naka yang mengamuk tadi. Namun karena Nami memegang tangannya. Yamada lalu melepaskan cengkraman tangannya. "Jangan terpancing emosi, Pa. Kita bicara baik-baik. Aku sudah memikirkannya baik-baik sebelum menerima ajakan Kak Oliv untuk kembali. Aku memberikannya kesempatan kedua karena menurutku Kak Oliv pantas mendapatkan itu." Kamaya datang lalu menarik tangan Yamada untuk duduk di sofa. "Papa tadi yang menyuruh Mama untuk tenang. Kenapa Papa sekarang begitu sangat marah?" tanya Kamaya. "Tentu Papa marah, bagaimana Papa tidak marah kalau kenyataannya calon menantu kita …." Yamada mengembuskan nafasnya. "Menghamili wanita lain." "Apa?" ucap Kamaya terkejut. "Ma, please." Nami menyentuh tangan Kamaya. "Jangan memperkeruh masalah ini, kita bicarakan baik-baik. Aku tidak ingin segalanya berubah menjadi kacau. Bagaimanapun aku sudah memutuskan untuk kembali kepada Ka
"Ayo masuk," Nami mempersilakan James masuk ke dalam rumahnya setelah James menelponnya berulang-ulang karena ingin bertemu. Keadaan rumah Nami sangat sepi karena kedua orang tuanya dan Naka pergi makan malam menemui orang tuanya Clara untuk membicarakan pernikahan antara Naka dan Clara. Awalnya mereka tidak ingin cepat-cepat menikah. Namun tidak diduga Clara hamil dan Naka tidak ingin Clara melahirkan tanpa menyandang status sebagai istri Naka. Setelah Yamada dan Kamaya mengetahui kehamilan Clara. Keduanya mendesak Naka untuk meluluhkan hati Clara agar keduanya segera menikah. Kamaya dan Yamada merasa aneh karena hubungan Naka dan Clara sudah lama dan sangat baik. Keduanya saling mencintai sejak remaja. Namun menyuruh mereka menikah sangatlah sulit. Bahkan setelah Clara hamil pun, Clara bersikeras menunda pernikahan mereka. Padahal Kamaya, Yamada dan Naka tidak akan membatasi gerak Clara dan menghambat karirnya. Maka dari itu, Naka dan kedua orang tuanya ingin meminta bantuan orang t
"Ini kamarmu?" James ditarik masuk ke kamar yang dinding kamarnya berwarna peach. Seperti kebanyakan seorang gadis. Kamar Nami sangat bernuansa girlie dan penuh dengan pernak-pernik. James duduk di ranjang Nami lalu meraba permukaan ranjang sambil membayangkan Nami yang setiap malam tidur lelap di atas ranjang ini. Pasti wajah imutnya, akan semakin menggemaskan ketika Nami memakai piyama bercorak bunga-bunga seperti seorang gadis SMA "Apa yang sedang Kakak pikirkan? Kenapa senyum-senyum sendiri?" Nami duduk di sebelah James. "Tidak ada." "Kakak bukan sedang berpikiran mesum, kan?" James terkejut dengan tebakan Nami. "Kamu yang berpikiran mesum," James mencubit hindung Nami. Ia lalu bangkit, memeriksa walk in closetnya Nami. Memeriksa baju-baju koleksi Nami. James melihat pakaian yang tergantung di walk in closetnya Nami, jumlahnya tidak terlalu banyak dan koleksi tas serta sepatu juga tergolong sedikit. Dulu saat menginap di apartemennya Dela atau Amanda. James bisa nelihat berbag
James menarik pengait bra nya Nami lalu membukanya tidak sabar. Jantung Nami berdebar-debar, satu minggu yang lalu mereka bercinta karena dirinya mabuk. Namun kali ini dirinya dalam keadaan sadar. Untuk pertama kalinya, Nami akan bercinta dengan James menggunakan perasaan dan cinta kasihnya"Sayang, lihat Kakak," Napas James menderu. "Kak Oliv," Nami membuka matanya yang terpejam, pipinya bersemburat merah. Wajah James semakin tampan di matanya. Mata biru yang terlihat membara itu semakin menarik di mata Nami "I love you." "Love you …." Nami terkesiap saat James langsung mengulum puncak dadanya setelah menarik pengait branya. Lidah basah yang terasa hangat itu seperti memberikan getaran yang hebat di tubuh Nami. Suara desahan langsung keluar begitu saja dari mulut Nami. James semakin bersemangat ketika Nami mendesahkan namanya. Ia dengan lembut bergantian mempermainkan kedua puncak dadanya Nami yang mungil. Nami yang lugu, pasrah di bawah tubuh James. Menerima sentuhan laki-laki
Saking kuatnya tenaga Nami saat mendorong tubuh James, membuat James jatuh terjerembab ke belakang dari ranjang. "Aduh," teriak James yang kepalanya terantuk meja nakas. "Kak Oliv," Nami terbelalak saat melihat darah di dahi James. "Kakak, baik-baik saja?" "Kakak tidak yakin, Kakak baik-baik saja." keluh James sambil memegangi dahinya. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud melukai Kakak." Nami menarik tangan James lalu menatap dahi berdarah itu dengan tatapan khawatir. "Tunggu sebentar, aku akan mengambil P3K. Dahi Kakak harus diobati, jika tidak akan infeksi." "Aku baik-baik saja, Sayang. Hanya lecet sedikit." James tidak ingin Nami khawatir. "Tidak! Dahimu harus diobati. Aku takut merusak wajah tampanmu." James tersenyum simpul. Ia berencana untuk mengambil keuntungan dari lukanya ini. "Singkirkan tangan Kakak, biar aku obati." Nami sudah memegang sebuah cotton bud dan antiseptik. "Tahan sebentar, mungkin akan terasa perih." Nami menempelkan cotton bud di dahi berdarah James de
Suasana di meja makan terasa sangat kaku. James tidak jadi pulang karena Yamada dan Kamaya mengajaknya sarapan bersama. Naka berwajah masam. Sedangkan Kamaya dan Yamada mengembuskan napasnya berkali-kali. Mereka berdua lelah menasihati Naka untuk tidak terlalu ikut campur dengan hubungan Nami dan James. Mereka ingin Naka fokus terhadap kehamilan Clara dan lamaran yang belum dijawab oleh Clara. "Om, Tante, saya pamit. Sudah siang, sebaiknya saya pulang dulu." pamit James yang merasa tidak nyaman dengan atmosphere yang terasa canggung gara-gara kemarahan Naka. "Sebelum pulang, ada yang ingin saya bicarakan padamu. Ayo ikut saya," Yamada berdiri lalu diikuti oleh James. "Ma," Nami meminta penjelasan. "Mama tidak tahu sayang. Ini urusan laki-laki," Kamaya menepuk punggung tangan Nami. "Nami …." Naka langsung terdiam saat melihat ibunya menatap tajam ke arahnya. "Cukup, Kak. Aku tidak ingin membahas apapun denganmu. Ini hidupku, aku punya hak menentukan jalan hidupku." "Naka, fokus
James tersenyum penuh arti setelah mendapat laporan dari Doni. Hari ini Malika akhirnya keluar dari apartemen secara diam-diam untuk menemui seseorang di ruang VIP. James yakin jika orang yang ditemui Malika ada hubungan spesial dengannya. Mengingat selama ini Malika tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun sejak ketahuan selingkuh dua belas tahun yang lalu. Malika yang meminta kesempatan kedua kepada James. Rela melakukan apa saja dan membatasi pergaulan dengan laki-laki lain selain James. Namun sekarang, suatu kejutan ketika Malika menemui laki-laki lain yang identitasnya disembunyikan. Menurut informasi orang-orangnya James. Laki-laki itu datang memakai kacamata hitam, mengenakan hodie, dan masker wajah. Doni sedang mengusahakan untuk mencari tahu identitas laki-laki itu dengan mengorek keterangan dari pihak restoran tempat mereka bertemu.[Maaf, Bos. Kami tidak mendapatkan informasi apa-apa dari pihak restoran.] isi pesan Doni membuat James sangat kesal. "Dasar bodoh," desis J