Eri membusungkan dada. Tubuhnya yang ceking lumayan jangkung untuk ukuran siswi kelas 3 SMU, terlihat menonjol di antara teman-temannya yang memiliki tinggi rata-rata. Kali ini ia terlihat mendongakkan kepalanya, otomatis karena upacara bendera akan selesai. Panas matahari Surabaya tidak membuat Eri mengeluh. Biasanya ia mengeluh dalam hati karena kebagian sial sebagai siswi tertinggi di kelasnya, berdampingan dengan Bima yang juga selisih sedikit lebih tinggi darinya. Kawan-kawan berebut berdiri di belakang Eri dan Bima agar terhalang dari panas matahari.
“Kali ini kita akan masuk ke pengumuman siswa berprestasi. Minggu lalu sekolah kita mendapat penghargaan terbaik di kompetisi Siswa SMU Teladan se-Surabaya. Erika Chandra dari kelas XII A-1 silakan maju ke depan untuk mendapat simbolis piala dan tabanasnya. Tepuk tangan buat Erika!” Bapak Adi, Kepala Sekolah SMU Nusa Bangsa bertepuk tangan paling semangat.
Eri berjalan tegap dengan senyum lebar yang terulas di muka ovalnya. Ia bangga karena bisa mempertahankan prestasi sebagai siswa teladan selama dua tahun. Gengsi ini juga berdampingan dnegan hasil rapor kenaikan kelas lalu yang menahbiskan Eri sebagai juara umum. Bayangan kuliah di jurusan manapun yang akan ia masuki di bangku kuliah tahun depan sudah terpancang di kepala Eri.
“Coba ceritakan sedikit bagaimana cara belajarmu supaya bisa menjadi motivasi teman-teman lain dan juga adik-adik kelasmu,” kata Pak Adi. Kini mikrofon diberikan kepada Eri. Eri menarik napas panjang sebelum mulai bicara.
“Terima kasih atas apresiasi yang sudah diberikan kepada saya, Pak Adi. Saya berterima kasih kepada Tuhan yang sudah memberi saya kekuatan untuk belajar keras demi sekolah dan juga kompetisi ini. Selain itu saya berterima kasih kepada orang tua yang selalu mendukung jika saya ingin membaca buku atau belajar hal baru. Tips belajar saya sebenarnya tidak terlalu spesial. Tiap sepulang sekolah, pe-er akan langsung saya kerjakan sambil mengulang pelajaran yang saya terima di sekolah. Lalu besok paginya sebelum berangkat, saya akan membaca materi yang akan diajarkan. Kalau memasuki musim ujian, tentu jam belajarnya yang sedikit ditambah. Jangan lupa istirahat cukup dan olahraga. Kurangi melakukan hal yang tidak bermanfaat.”
Pak Adi mengangguk-angguk bangga. Kumis tebalnya terus bergerak mengikuti senyum yang turut berbangga melihat murid jagoannya terus membawa prestasi untuk sekolah.
“Nah, anak-anak sekalian, sudah dengar apa yang disampaikan oleh Erika? Ulangi materi, kerjakan tugas tepat waktu, persiapkan pembelajaran di hari yang sama dan kurangi aktivitas tidak bermanfaat, contohnya nonton drakor sampai berjam-jam dan lupa mengerjakan pe-er. Bukan begitu, Erika? Kamu tentu tidak punya waktu untuk menonton orang-orang Korea itu joget di laptop kan?”
Kalimat Pak Adi menohok Eri. Terpaksa ia mengiyakan perkataan kepala sekolahnya. Siapapun ingat bagaimana murkanya Pak Adi ketika melihat anaknya dihukum Bu Susi, guru Bahasa Inggris karena lupa mengerjakan pe-er. Anaknya yang baru kelas X sangat suka menonton maraton drama korea sampai begadang bahkan di jam tidur malam.
“Kalau ingin menjadi siswa yang pintar, kurangilah hal yang kurang berfaedah. Seorang yang pintar seperti Erika pasti bukanlah seorang fangirl akut yang menghabiskan waktunya hanya untuk menggandrungi hal-hal semacam itu.”
Eri lalu kembali ke barisannya. Teman-teman sekelasnya mengerubunginya untuk mengucapkan selamat. Mereka semua selalu kagum dengan keberhasilan Eri.
“Jelaslah Eri nggak bakal turun prestasinya, kan dia bukan fangirl kaya kita, hihiih. Tapi Er, masa kamu nggak ada idola sama sekali?”
“Aku juga sering nonton film kok. Aku suka aktor-aktor Hollywood,” jawab Eri.
Upacara pun selesai. Joyce meminta traktiran Eri sepulang sekolah. Eri menolak. “Sorry, aku nggak bisa. Aku harus nemenin Bunda ke rumah temennya. Katanya temennya itu Dosen ITS, siapa tahu aku bisa nanya-nanya soal kampus itu sama dia.”
“Ya ya ya, kalau gitu aku datang ke rumahmu pas Minggu aja ya biar bisa dimasakin Bundamu. Bundamu kan kalau masak enak bangeet,” kata Joyce. Ia membayangkan bagaimana sedapnya masakan Tante Arumi, bunda Eri yang selalu mudah menerbitkan air liur.
“Emm, kayanya nggak bisa. Aku sama ortuku bakal ke Blitar. Ada acara keluarga sekalian mau jalan-jalan di sana,” ujar Eri. Mereka masuk ke dalam kelas. Eri dan Joyce duduk di bangku masing-masing.
“Oh oke, udah lama banget aku nggak mampir ke rumahmu. Ya udah entar next time aja.”
“Besok lusa deh pas Senin aku bisa traktir kamu di deket tempat lesku ada kafe baru yang enak. Duit tabanasku bisa kuambil dikit, oke?”
Joyce mengacungkan jempol. Sebenarnya ia ingin sekali mampir ke rumah Eri karena masakan Arumi selalu enak. Bunda Eri itu selalu menyiapkan bekal masakan siang enak buat Eri sehingga anaknya jarang makan siang di kantin sekolah. Seorang perempuan karir masih menyempatkan diri memasak untuk keluarga tanpa asisten rumah tangga adalah hal luar biasa bagi Joyce. Keluarga Eri adalah panutan bagi Joyce.
Sorry ya Joyce. Sebenernya aku cuman mau nonton film di rumah aja sama Bunda. Berdua aja. Kamu nggak mungkin kuajak ke rumah soalnya udah semingguan ini Bunda sibuk dan pengin punya quality time sama aku. Ayahku juga nggak bisa datang ke rumah hari Minggu besok.
Eri ingin membuka koleksi foto Kim Jae Min seharian di kamarnya. Ayah dan Bundanya biasanya meluangkan waktu bersama Eri entah untuk jalan-jalan atau sekadar berkumpul di rumah. Eri tahu usaha keras orang tuanya itu patut diapresiasi karena meski resmi berpisah setahun lalu, mereka berkomitmen untuk tetap berteman dan menjadi orang tua terbaik buat Eri. Masalahnya Eri tidak mau teman-temannya tahu jika Ayah dan Bunda berpisah. Mereka adalah pasangan idola Joyce. Jangan sampai imajinasi itu rusak karena perpisahan ayah bundanya.
Pelajaran pertama dimulai. Saku seragam Eri bergetar pelan, tanda pesan masuk. Eri berusaha konsentrasi karena pasti ada kabar masuk di grup Jaemination Asia yang ia ikuti. Atau bisa jadi ada notifikasi baru dari aplikasi Fingstory? Fanfiction yang ia buat ahir-akhir ini mendapat like makin banyak dari penggemar.
“Jadi senyawa ini jika digabungkan dengan senyawa ini akan menjadi sebuah bentuk baru dengan nama...” Bu Mutia, wali kelas Eri yang sekaligus menjadi guru Kimia sedang sibuk menjelaskan di papan tulis. Ketika gurunya berbalik, Eri melirik ponsel di sakunya. Ia menekan tombol lock screen untuk melihat notifikasi apa yang masuk.
Dari pop up message Fingstory ia bisa membaca jelas.
SK Agency is opening a new writing competition. It’s a chance for you to participate!
Eri memindahkan ponselnya ke dalam tas. Ia ingin sekali membuka ponsel lebih lama tapi itu mustahil. Kompetisi menulis SK Agency? Apa yang sedang dicari ya? SK Agency adalah manajemen yang menaungi idolanya. Eri lebih bersemangat karena ia pasti ingin mengikuti kompetisi itu, tentu saja diam-diam jangan sampai Joyce tahu.
Aplikasi Fingstory milik Eri minta pembaharuan. Karena di kamarnya ia memakai wifi, langsung saja Eri menekan OK untuk menyetujui aplikasinya diperbaharui. Eri mengecek draft cerita terbaru yang ada di dalam folder rahasianya. Butuh password rumit yang hanya diketahui Eri. Joyce kadang meminjam laptop ketika bermain di rumah dan itu membuat Eri sedikit takut jika fanfictionnya dibaca orang lain, meksipun itu Joyce.Profil Echan, nama samarannya di dunia Fingstory muncul dengan banyak notifikasi. Ada 10 vote baru di fan fictionnya minggu lalu dan juga komentar-komentar yang belum terbalas.Kapan update cerita terbaru? Oya ada lowongan dari SK Agency buat nulis script tuh, Echan. Ikutan aja tuh.Echan, aku kasi vote 4 dulu karena ceritanya masih ngegantung. Bikinin cerita lain dong yang lebih panjang. Aku pengin Kim Jae Min jadi CEO gitu. Jangan jadi dokter atau polisi. Bia
Beberapa tahun sebelumnya.Waktu itu Eri baru saja membeli majalah edisi terbaru untuk melihat update drakor terbaru. Ia ingin pamer karena ingin juga seperti teman-teman di kelas yang asyik membaca majalah favorit mereka sambil bertukar cerita. Eri baru saja hendak mengambil majalahnya saat istirahat siang ketika ia mendnegar suara ribut-ribut di barisan bangku paling belakang.Sandra, gadis paling cantik sekaligus paling menakutkan di kelas Eri, sedang berdiri dengan pose mengancam. Beberapa teman segengnya sedang berdiri mengelilingi Davina, anak baru dari Jakarta.“Kamu ini kan yang udah ngerebut Kak Andre? Kamu kan baru dua bulan di sekolah ini, jangan macem-macem deh! Mentang-mentang anak Jakarta. Kak Andre itu nggak pantes buat deket orang macem kamu!”Soal cowok lagi? Nih anak beneran bikin enek. Eri menjadi penonton dari jarak jauh. Ia paling malas kalau melihat Sandra berulah lagi. Anak perempuan it
Eri terbangun dari tidurnya. AC di kamarnya harus segera diperbaiki. Meksipun suhu AC diatur sampai 16 derajat, masih ada bulir keringat yang mengalir di kepala Eri. Gelap gulita di kamar. Lampu tidurnya juga tak menyala. Hanya ada dirinya dan suara rintik hujan di luar kamar yang menemani Eri tidur.Ternyata bukan AC rusak, tapi listriknya mati. Pikir Eri setelah memencet sakelar lampu kamar yang tak juga menyala. Ponselnya dinyalakan, masih jam 2 dini hari. Lalu terdengar suara duk di ruang tengah. Kamar Eri dekat dengan ruang keluarga. Langkah kaki yang terkesan berhati-hati, membuat kewaspadaan Eri meningkat.Siapa di luar? Jantung Eri berdegup kencang. Keringat dingin mulai membanjir mengikuti respons alami Eri tiap kali serangan panik itu muncul. Suasana malam yang sama, rintik gerimis yang juga mengiringi malam yang serupa, lampu padam yang tidak mau menyala meski Eri berulangkali menekan sekelar. Bedanya, waktu itu Eri lan
“Sudah kubilang aku tidak ada urusan dengan para pengiklan itu. Sudah kubilang kan kalau aku tidak akan mau berurusan dengan model aneh itu! Apa sih yang kalian pikirkan? Apa kalian mau kalau aku putuskan kontrak kerjasama? Aku bisa membayar 10 kali lipat kerugian yang kalian minta! Lalu kubuat agensi kalian hancur sekarang juga!”Laki-laki yang berteriak di telepon itu adalah Kim Jae Min, idola hampir seluruh perempuan Asia atau mungkin mancanegara? Kali ini suasana hatinya sangat buruk. Ia melempar ponsel ke sofa sambil mengumpat. Untung saja ia sedang sendiri. Asisten rumah tangganya tidak datang di hari Minggu. Ia tidak pernah ingin diganggu jika sedang berada di rumah.Laki-laki setinggi 180 sentimeter itu menghampiri kulkas dua pintu di dapur mewahnya. Tumpukan piring kotor tidak ia sentuh. Pagi tadi Kim Jae Min menyempatkan diri membuat pasta untuk sarapan, harinya sempat ceria sebelum telepon yang merusak kesenangannya berdering.“Jae M
“Tahu nggak, si Kim Jae Min mau tampil iklan bareng Heo Yu Ri. Wah kok bisa ya? Bukannya mereka dulu pernah kena skandal? Mereka nggak beneran dating kan?” percakapan itulah yang menyambut Eri di hari Jumat pagi.Kasak-kusuk makin menular dan akhirnya sebagian teman-teman sekelas Eri berkumpul di satu lingkaran sambil memantau berita terbaru yang baru saja ditayangkan Noompi, salah satu media hiburan Korsel yang selalu update berita terbaru.“Ada apaan sih? Kok tumben pagi-pagi udah pada ngegosip semua?” tanya Joyce yang baru datang.Eri mengangkat bahu. Ia berpura-pura tak peduli. “Denger-denger Kim Jae Min atau apalah. Aku nggak denger banget. Oya, aku mau ikutan lomba ini nih? Hadiahnya bisa ke Jepang dan dapat pelatihan nulis skenario gratis. Kira-kira oke nggak?” Eri menunjukkan iklan soal lomba menulis SK Agency pada Joyce.Joyce membaca beberapa detik, alisnya terangkat. “Korea? Kamu kan n
Fangirl ScriptbookBab 1: Seorang yang Tak SempurnaKim Seung Woo keluar dari rumahnya dengan menutup kedua telinga. Perut lapar pun tidak ia pedulikan. Baru saja ia pulang dari bimbingan belajar sampai jam Sembilan malam, malah bukan nasi dan lauk yang tersedia di meja. Ia hanya melihat kedua orang tuanya sedang saling melempar barang dengan teriakan-teriakan keras.“Kenapa kau memasukkan Seung Woo di bimbel itu? Sudah kubilang kan, aku bisa memanggilkan guru privat yang jauh lebih murah? Seung Woo hanya akan masuk SMA, bukan kuliah. Uang yang kaupakai itu bisa digunakan untuk membayar bunga utang kita!” Kim Seung Ho mendelik melihat saldo tabungan yang akan dipakai membayar utang pada rentenir hanya bersisa 20 ribu won.Nam Go Eun, istri Seung Ho, tidak kalah keras membalas teriakan suaminya. “Sudah kubilang, kalau Seung Wo masuk bimbel itu, kesempatan masuk SMU Shinwa akan lebih besar. Di sana S
Jari-jari Eri berusaha menyelaraskan posisi di tuts hitam putih dengan not balok. Resital seminggu lagi, tetapi berkali-kali Eri salah mengikuti petunjuk gurunya. Pak Agus meminta Eri berhenti karena terlambat mengikuti arahannya. Teman-temannya yang bermain cello, saksofon dan biola memandang jengkel ke arah Eri.“Erika, seminggu lagi kita akan tampil. Tolong fokus ya. Apa kamu sedang sakit sampai tidak bisa konsentrasi?” tanya Pak Agus.Eri menjawab dengan anggukan. Ini lebih sederhana ketimbang ia menjawab ada masalah di hati dan kepalanya, bukan jari-jarinya. Pak Agus berjalan mendekati Eri duduk. Kepala gadis itu tertunduk, tanpa berani memandang guru musiknya. Ia telah berlatih selama empat tahun bersama Pak Agus setelah sebelumnya memanggil guru privat di rumah. Eri malu karena tidak bisa membagi pikiran antara perasaan dengan musik.“Kalau begitu, pulanglah dulu. Kemarin permainan pianomu sudah bagus biar hari ini Adam yang men
Hari yang sibuk sekaligus sangat menjengkelkan. Sudah selang dua minggu semenjak Kim Jae Min membuat CF dengan Heo Yu Ri, namun masih saja berita gosip menuliskan cerita soal dirinya dan juga mantan sahabat sekaligus cinta pertamanya itu?“Chosarang?[1] Saya tidak pernah bilang begitu soal Heo Yu Ri. Bagi saya, Heo Yu Ri adalah sahabat. Fakta jika saya sangat dekat dengannya di agensi lama membuktikan kedekatan hubungan kami di masa lalu. Namun, untuk menyatakan dirinya sebagai chosarang, saya rasa itu terlalu berlebihan.” Kim Jae Min berhati-hati ketika menjawab pertanyaan jurnalis di sebuah acara pembukaan toko perhiasan elit di Gangnam.Masalahnya, mulut bisa berbohong, tetapi foto yang diambil wartawan seolah berbicara hal yang berbeda. Bagaimana Kim Jae Min menghindari Heo Yu Ri semenjak pernyataan gadis itu jika memiliki kekasih terungkap di media, menandakan ada masalah yang tersembunyi di antara hubungan mereka. Heo Yu Ri bah
Jam istirahat sekolah kali terasa berbeda. Ada tamu penting yang akan datang ke sekolah demi dirinya. Erwin Chandra berjanji untuk menemui kepala sekolah untuk membicarakan kemenangan Eri. Email dan surat undangan resmi dari SK Agency Jepang telah dikirim via email maupun surat tercetaknya. Untuk pengurusan visa tinggal selama sebulan, Eri tinggal mendapat persetujuan dari sekolah.“Yang mendapat nilai tertinggi dalam ujian harian Kimia minggu lalu adalah Erika Chandra. Silakan maju ke depan untuk mendapat suvenir dari saya, Erika,” panggil Bu Widya kepada Eri yang melangkah dengan bangga. Kimia adalah salah satu pelajaran favoritnya. Eri lagi-lagi mendapat nilai sempurna.“Terima kasih, Bu Widya,” kata Eri sembari menerima tas selempang mini cantik dari gurunya. Bu Widya memang sering memberikan hadiah kecil untuk peraih nilai tertinggi di ujian harian maupun semester. Meskipun pelajaran Kimia termasuk sulit, gaya mengajarnya yang menyenangkan
Pada akhirnya Joyce meminta izin pulang lebih dulu dari restoran. Ia mengaku pada tantenya jika ada tugas sekolah yang hampir lupa ia kerjakan dan sekarang harus segera ke rumah teman untuk menyelesaikan. Alamat yang dikirim Eri tak jauh dari SMU Nusa Bangsa. Joyce memesan ojek online dengan perasaan cemas. Selama ini kecurigaannya terbukti benar. Eri tidak sedang baik-baik saja.Rumah ayah Eri tidak sebesar rumah Eri yang satunya—rumah yang selama ini diketahui Joyce—jam masih menunjukkan pukul lima sore ketika ia sampai di sana. Rumah itu hanya satu lantai tetapi terlihat luas. Joyce menekan bel di dekat pintu. Tak perlu menunggu lama, Eri keluar dari rumah. Wajahnya kuyu, terkesan tidak bersemangat.“Gampang ka nyari alamatnya?” tanya Eri. Ia membuka gembok pintu gerbang.Joyce langsung memeluk Eri. Tak ada kalimat yang ia katakan, dua sahabat itu saling berpelukan di depan gerbang rumah.“Ayo mas
Joyce berusaha tidak mempercayai matanya. Namun, melihat bagaimana laki-laki berpakaian necis yang menyentuh rambut Arumi, ibu sahabatnya, serta-merta ini menerbitkan perasaan tidak nyaman. Hari Minggu ini Joyce ditraktir makan siang oleh salah satu tantenya yang baru datang di Jakarta. Ia memilih restoran Kedai Lezat yang sedang hits di Surabaya. Ia ingin mencicipi nasi lemak lezat di sana. Lima belas menit menunggu menunya, Joyce melihat sepasang kekasih masuk ke restoran. Joyce yakin jika hubungan mereka bukan hanya sekadar teman, melihat bagaimana Arumi menggandeng lengan laki-laki di sisinya. “Kamu kelilipan, Joyce? Kenapa bolak-balik ngucek mata gitu?” tanya Tante Angel yang baru saja dari toilet. “Ehhm, ada debu masuk di mataku,” jawab Joyce berusaha tenang. Ia teringat perubahan sikap Eri yang jarang mau ditemui di rumah. Postingan foto liburan keluarga Eri juga terpampang di I*******m bulan lalu. Jadi bisa dipastikan kalau tidak ada yang salah dengan
Butuh waktu dua minggu untuk menguatkan tekad buat Eri. Dia tidak pernah melanggar peraturan, apalagi kabur dari rumah. Secara jelas, sebenarnya dia tidak kabur kalau perginya ke rumah Erwin Chandra, ayahnya. Di rumah gencatan senjata itu masih berlangsung. Eri hanya mengucapkan selamat pagi ketika hendak berangkat ke sekolah, saat liburan ia memilih untuk pergi keluar rumah.Kesibukan ibunya juga bertambah. Pulang larut adalah keharusan. Percakapan soal laki-laki yang dilihat Eri ketika menggandeng ibunya tak pernah diangkat lagi. Saat hari yang ditentukan itu tiba, Eri mengepak semua seragamnya. Ia tidak butuh pakaian bebas lain karena di rumah ayahnya semua sudah tersedia. Di hari Sabtu ketika ibunya harus lembur di kantor, Eri memanfaatkan waktu libur sekolahnya untuk menulis surat. Ia ingin tinggal bersama ayahnya selama seminggu atau lebih.Bunda, selama ini aku ke rumah Ayah kalau waktu liburan saja, itu juga kalau Bunda nggak sibuk untuk minta ditemanin di
3 Bulan Lalu di Gwanghae Club, Gangnam. Clubbing adalah salah satu aktivitas yang sering dihindari selebritis terutama yang sedang berada di puncak seperti Kim Jae Min. Ia juga bukan seorang pemuda yang suka keramaian. Keramaian membuatnya berkeringat dingin lalu mual. Sejauh ini ia bisa menyembunyikan semua kenorakan itu dengan baik. Ia suka membalik halaman bukunya lalu bergelung di dalam selimut sambil menonton film dari koleksi DVD. Kali ini sedikit berbeda. Dua gelas soju tidak bisa menghilangkan rasa penat Kim Jae Min. Drama terbarunya hanya mencapai rating 9 persen di TVB. Sudah 4 tahunan ini semua dramanya selalu menyentuh dua digit rating, minimal bernilai belasan. Kenapa drama bertema psikiatri ini malah tidak membawa tren bagus? Ia butuh uang lebih banyak dan iklan lebih mentereng. Semuanya demi membayar renovasi rumah yang tidak sedikit serta utang kartu kredit. “Mohon maaf, apakah benar ini Kim Jae Min-ssi? Seorang perempuan yan
Hari yang sibuk sekaligus sangat menjengkelkan. Sudah selang dua minggu semenjak Kim Jae Min membuat CF dengan Heo Yu Ri, namun masih saja berita gosip menuliskan cerita soal dirinya dan juga mantan sahabat sekaligus cinta pertamanya itu?“Chosarang?[1] Saya tidak pernah bilang begitu soal Heo Yu Ri. Bagi saya, Heo Yu Ri adalah sahabat. Fakta jika saya sangat dekat dengannya di agensi lama membuktikan kedekatan hubungan kami di masa lalu. Namun, untuk menyatakan dirinya sebagai chosarang, saya rasa itu terlalu berlebihan.” Kim Jae Min berhati-hati ketika menjawab pertanyaan jurnalis di sebuah acara pembukaan toko perhiasan elit di Gangnam.Masalahnya, mulut bisa berbohong, tetapi foto yang diambil wartawan seolah berbicara hal yang berbeda. Bagaimana Kim Jae Min menghindari Heo Yu Ri semenjak pernyataan gadis itu jika memiliki kekasih terungkap di media, menandakan ada masalah yang tersembunyi di antara hubungan mereka. Heo Yu Ri bah
Jari-jari Eri berusaha menyelaraskan posisi di tuts hitam putih dengan not balok. Resital seminggu lagi, tetapi berkali-kali Eri salah mengikuti petunjuk gurunya. Pak Agus meminta Eri berhenti karena terlambat mengikuti arahannya. Teman-temannya yang bermain cello, saksofon dan biola memandang jengkel ke arah Eri.“Erika, seminggu lagi kita akan tampil. Tolong fokus ya. Apa kamu sedang sakit sampai tidak bisa konsentrasi?” tanya Pak Agus.Eri menjawab dengan anggukan. Ini lebih sederhana ketimbang ia menjawab ada masalah di hati dan kepalanya, bukan jari-jarinya. Pak Agus berjalan mendekati Eri duduk. Kepala gadis itu tertunduk, tanpa berani memandang guru musiknya. Ia telah berlatih selama empat tahun bersama Pak Agus setelah sebelumnya memanggil guru privat di rumah. Eri malu karena tidak bisa membagi pikiran antara perasaan dengan musik.“Kalau begitu, pulanglah dulu. Kemarin permainan pianomu sudah bagus biar hari ini Adam yang men
Fangirl ScriptbookBab 1: Seorang yang Tak SempurnaKim Seung Woo keluar dari rumahnya dengan menutup kedua telinga. Perut lapar pun tidak ia pedulikan. Baru saja ia pulang dari bimbingan belajar sampai jam Sembilan malam, malah bukan nasi dan lauk yang tersedia di meja. Ia hanya melihat kedua orang tuanya sedang saling melempar barang dengan teriakan-teriakan keras.“Kenapa kau memasukkan Seung Woo di bimbel itu? Sudah kubilang kan, aku bisa memanggilkan guru privat yang jauh lebih murah? Seung Woo hanya akan masuk SMA, bukan kuliah. Uang yang kaupakai itu bisa digunakan untuk membayar bunga utang kita!” Kim Seung Ho mendelik melihat saldo tabungan yang akan dipakai membayar utang pada rentenir hanya bersisa 20 ribu won.Nam Go Eun, istri Seung Ho, tidak kalah keras membalas teriakan suaminya. “Sudah kubilang, kalau Seung Wo masuk bimbel itu, kesempatan masuk SMU Shinwa akan lebih besar. Di sana S
“Tahu nggak, si Kim Jae Min mau tampil iklan bareng Heo Yu Ri. Wah kok bisa ya? Bukannya mereka dulu pernah kena skandal? Mereka nggak beneran dating kan?” percakapan itulah yang menyambut Eri di hari Jumat pagi.Kasak-kusuk makin menular dan akhirnya sebagian teman-teman sekelas Eri berkumpul di satu lingkaran sambil memantau berita terbaru yang baru saja ditayangkan Noompi, salah satu media hiburan Korsel yang selalu update berita terbaru.“Ada apaan sih? Kok tumben pagi-pagi udah pada ngegosip semua?” tanya Joyce yang baru datang.Eri mengangkat bahu. Ia berpura-pura tak peduli. “Denger-denger Kim Jae Min atau apalah. Aku nggak denger banget. Oya, aku mau ikutan lomba ini nih? Hadiahnya bisa ke Jepang dan dapat pelatihan nulis skenario gratis. Kira-kira oke nggak?” Eri menunjukkan iklan soal lomba menulis SK Agency pada Joyce.Joyce membaca beberapa detik, alisnya terangkat. “Korea? Kamu kan n