SUMMER
Aku ingin jam pulang kerja cepat berakhir. Tidak sabar bertemu dengan Pria Inggris-ku.
Waktu tadi siang, dia menanyakan tentang berapa kencan yang kuinginkan sebelum dia menembakku. Jujur, aku tidak ingin dia menembakku.Tapi kau depresi ingin bercinta dengan Fall, Summer!Mau bagaimana lagi, aku siap untuk seks, karena penantianku pada Brad sudah mencapai ujung; aku harus melanjutkan hidup. Melupakannya. Salah satu caranya dengan melepaskan keperawanku dengan one night stand. Mencari pria yang pantas mendapatkan ceriku tidak semudah membalikkan telapak tangan. Rasa ragu dan takut itu ada, namun saat bertemu dengan Fall, hati kecilku berkata...Dia pria untukmu, Summer.Tapi balik lagi, Aku belum siap untuk ikatan. Bagaimana kalau aku mengacau?Tetapi, ketika melihat asisten manis juga mantan tunangannya yang tak kalah bergaya--mencoba menarik perhatian Fall, darahku mendidih seSUMMERAku berbalik, pemandangan yang kulihat benar-benar membuat mata dan hatiku perih. Mereka berpelukan dengan erat...Sementara aku?Di apartemennya, menunggunya dengan bertanya-tanya dan hati tak tenang."Sunshine, sepertinya Reed berkencan dengan gadis... sial, aku yakin aku kenal gadis itu."Aku tidak bertanya apa maksud dari omongan Brad, malahan membuka pintu dan keluar dari Limosin.Ingin sekali kulempar kedua orang itu dengan pumps Louboutin-ku, tapi aku menahannya, malahan berjalan mendekati mereka.Kepala kedua orang itu teralih ke arahku. Fall terkesiap. Clarissa tersenyum. Hanya Tuhan yang tahu apa arti senyumannya."Sugar, aku..." Fall mendekatiku, sudah pasti dengan mata membulat, raut bersalah."Apa alasanmu, hmm?" Sekuat tenaga kutahan air yang ingin keluar dari mataku."Maafkan aku, ya Tuhan, maafkan aku." Fall berusaha menggenggam tanganku
SUMMERJangan pergi kepadanya?Astaga, aku jadi teringat kejadian di saat Fall melarangku bertemu dengan Brad, tapi aku tetap ngotot dan akhirnya dia marah besar.Apa kau akan bahagia tanpa kehadiran Fall di hidupmu?"Jangan urusi kehidupan--""Please," potong Fall, berdiri, dan memberikan tatapan memelas yang membuatku ingin mengatakan, I got you, Baby.Apa yang ada di otakmu, Summer?"Kalau aku pergi...?""Buatku, sudah cukup berat menyukai seorang gadis yang mencintai pria lain selama... berapa lama, hmm?""Aku mengaguminya semenjak balita, tapi aku memutuskan untuk menjadi istrinya saat kelas tujuh."Fall tertawa kering, memijit batang hidungnya. "Lima belas tahun kau mencintainya, siapa aku yang cuma mengenalmu belum sampai seminggu?" Dia menatapku, matanya memerah. "Apa aku benar?""Kau benar." Mataku mengerjap-ngerjap, menah
SUMMERSekarang jarinya kembali meraba pipiku, mengusap-usap lembut. "Beri aku kesempatan untuk merayumu, memberikan kencan yang pantas sebelum akhirnya menembakmu." Kepala Fall miring ke kiri, tersenyum geli. Rupanya dia mengikuti arah kepalaku."Harusnya kau berpikir itu sebelum--""Bloody hell, kau tipe gadis yang selalu mengingatkan kesalahan kekasihnya, ya?""Kita belum jadian.""Touché!" cengir Fall. "Kalau kau tidak mau berurusan lagi denganku, kau pasti bilang, in your dream, go to hell, atau--""Poinnya?" Aku mendesah berlebihan, menahan malu."Beri aku waktu sebulan untuk pendekatan denganmu, kalau akhirnya kau menolakku, aku akan menuruti keinginanmu. Bahkan menjadi fück buddy-mu."Aku hanya menatapnya tidak percaya. Apa aku harus mengambil kesempatan yang kuinginkan dari Fall sejak awal?Tidak, waktu itu keinginanku hanya one night stand saja, ingin melepaskan semua keterikatan,
SUMMERYa Tuhan, aku rindu berciuman dengannya, apalagi yang bergairah seperti ini. Dengan lihainya dia memainkan bibirku, mengisap dengan lembut sekaligus keras yang membuatku mendesah. Aku balik menciumnya, lidahku menjelajahi rongga mulutnya, rasa rempahnya makin terasa. Dia habis makan apa tadi? Atau minum apa... bersama Clarissa?Ketika pikiranku sibuk berkelana apa ada hal lain lagi yang Fall lalukan bersama Clarissa, dia menggeram dan memeluk tubuhku erat-erat. Ternyata taksi yang kami kendarai berhenti mendadak, membuatku terdorong ke depan. Untung saja dia melindungiku. Dan tentu saja dia mengomeli si pengemudi taksi tersebut--karena bisa menyebabkan aku celaka.Padahal, sekarang aku ada di pangkuannya, mengangkang dengan gaun tertarik sampai paha atas, bak gadis nakal yang siap dipakai kapan pun. Kalau ibuku melihat kami, pasti..."Sudah sampai," cengir Fall, tapi tangannya malahan mengusap pahaku, membuatku mengangguk malu
SUMMER"Aku mengantuk, tolong kecilkan suaranya." Fall menguap, tapi dari tadi tangannya mencengkeram dengkulku.Aku tertawa dalam hati, mengecilkan suara TV yang sedang memutar film Jeepers Creepers. "Jadi mau bobo saja, nih?" Dia mengangguk manja. "Di sini atau di kamar...""Kita sudah di kamar." Fall turun dari ranjang, melepas kemejanya, melipatnya, lalu menaruhnya di nakas. Terus begitu, sampai yang tersisa di tubuhnya hanya boxer-brief putih yang membuatku menelan ludah."Maksudku kamarmu. Katanya kau nggak mau tidur di sini sebelum kita--""Tadi di luar kau bilang, merindukanku, kan?" Tubuh Fall masuk ke dalam selimut."Iya juga," cengirku, "besok aku bobo di sana, ya?" Dia menggeleng. "Sombong! Kalau besok aku kangen lagi, gimana?""Kita pikirkan besok," kekehnya, menepuk-nepuk bantal, tidur di sampingku. "Ayo kita bobo, Sugar." Dia mengelitiki pinggangku agar tidur di ranjang."Henti
Warning: Adult content.SUMMER"Bajingan," makiku pelan dengan air mata berlinang."Sudah kuduga," Fall terkekeh kering, dengan sigap memakai kembali kemejanya, "kau lebih memilih memakiku daripada menjawab pertanyaanku.""Kau mau bagaimana, huh, dari awal kau juga sudah mengetahui kalau aku tergila-gila padanya... mencin--""Please, jangan katakan apa-apa lagi," bisik Fall, mengepalkan tangannya. "Salah... ini sudah salah dari awal. Summer Reese," dia memejamkan matanya, lalu membukanya, "jangan memberikan atensimu lagi padaku, jangan mengganggu--""Fuck you!" teriakku."Aku bersumpah tadi hampir ingin melakukannya," kekehnya, memakai celana panjang, "tapi kalau aku melakukannya, aku pasti terjebak dengan kegilaan ini.""Kau mau apa, eh? Cinta mati dariku? Kau juga belum mencintaiku, kan?""Touché! Sebelum cinta ini datang, aku memilih menjauh. Karena apa...? Kau terlalu mudah untuk
Still... Adult content.SUMMERAku duduk di tepi ranjang, Warrior-nya sudah berada di hadapanku. Aku menggenggam batangnya, menjilat kepalanya yang sehalus sutra, dan perlahan mulutku masuk ke dalam, bersamaan dengan tangannya yang masuk ke sela-sela rambutku, dan yang lain meremas bahuku.Tidak butuh waktu lama, dia sudah memujiku. Pinggulnya juga bergerak seirama dengan isapanku. Saat kulihat wajahnya, dia sedang menatapku dengan bergairah dan rahang menegang.Fall menyumpah, mengusap keningku. "Luar biasa seksi, seksi..." dia menggeleng-geleng, pinggulnya masih bergerak, mulutku juga, walaupun hanya masuk sampai setengah Warrior-nya. Lalu tangannya bergerak ke buah dadaku, meremasnya, memainkan puncaknya.Sudah pasti aku mengerang, salah satu tanganku yang asalnya mencengkram pahanya naik ke bokongnya, meremasnya. Dan hal itu malahan membuat Fall menggila, mempercepat gerakannya, lalu menggumamkan ses
SUMMER"Dengar, aku tidak mau tahu sebelum jam pulang, ide-ide segar kalian tentang pakaian dalam edisi musim dingin harus tersedia di mejaku. Selamat siang," ujar Raline, mengakhiri rapat dadakan ini."Siang, Raline," balas rekan-rekanku sambil merapikan map, berkas-berkas, dan laptop lalu bersiap keluar dari ruangan rapat untuk makan siang.Raline memang keren. Dia mengubah beberapa sistem di sini, salah satunya sesama karyawan Femme Fatale harus saling memanggil nama depan atau nama panggilan yang tidak rasis tanpa terkecuali. Alasannya agar bekerja lebih nyaman, lebih produktif, dan tidak ada rasisme juga kesenjangan sosial."Kecuali kau," desah Raline padaku."Aku?""Ya. Ada apa dengan tema hijau, merah dan Sinterklas, hmm?""Musim dingin, kan, selalu berkaitan dengan Natal," belaku."Merek kita itu, merek pakaian dalam manis sekaligus provokatif--yang membuat lelaki tulen mana pun yang me