Natalie masuk kembali ke dalam rumah setelah Fransisca pulang diantar supirnya, Dean. Dia duduk di ruang makan mengangkat telpon itu."Natalie Carter, jika ingin pernikahan kalian tetap berlangsung. Jangan ikut campur dengan urusan kami. Apapun yang terjadi, sudah terjadi. Cukup berhenti dan jangan terobsesi penasaran." suara itu terdengar seperti suara pria dan telponnya terenksripsi. Sebelum Natalie membalas peringatan itu, pria itu sudah mengakhiri telponnya. "Darren selalu mengatakan ini. Apa itu dia?" batin Natalie. Dia mengingat dia dan suaminya selalu berdebat apabila soal kasus di kastil itu dan tentang pembunuh Cavero dan orang dibalik pernikahannya. Dia selalu dilarang suaminya untuk terobsesi pada semua kejadian itu.Bahkan Darren melarangnya untuk menyelidiki semua kasus itu sendirian. Meskipun dengan bantuan detektif sekalipun. Namun, Natalie tetap menyelidiki hal itu dengan bantuan Vincent dan Nolan. Dia jadi berpikir apakah mungkin ada yang memata-matai dirinya selama
"Aku sedang tidak bergairah, Natalie. Aku hanya butuh penjelasan kamu." Darren melepaskan tangan istrinya dan dia menjauh kemudian duduk di atas sofa. Natalie yang tak mau marah pun mulai menjelaskan mengapa dia mengirim Arfan pergi. "Aku tau dia adalah mata-mata--" "Darimana kamu tau dia itu mata-mata?" Darren memotong penjelasan istrinya yang belum lengkap. "Dari seorang pria yang--""Yang apa?" Darren memotong lagi ucapan istrinya yang hampir saja keceplosan. "Dari seorang pria misterius yang menelpon aku. Sama seperti penelpon yang mengatakan aku harus berhenti atau aku harus bercerai denganmu..." jelas Natalie terbata-bata. Darren diam sejenak karena dia sama sekali tidak mengerti dari siapa istrinya mendapatkan telpon misterius yang memberitau dirinya bahwa Arfan adalah seorang mata-mata."Aku harus memeriksa ponsel kamu!" Deg, deg, deg. Jantung Natalie semakin berdebar dengan kencang. Dia melotot menatap suaminya karena bukan pria misterius melainkan Vincent yang telah member
Mereka berdua menyimpulkan bahwa keduanya sedang terancam jadi, Darren membantu istrinya karena dia penasaran dengan sesuatu yang sudah dia abaikan. Dia memberanikan diri untuk membantu istrinya karena dia sudah lelah bahwa pernikahannya dijadikan permainan oleh mereka. Natalie mengatakan idenya kepada Darren untuk menjadikan Arfan mata-mata mereka dan dia harus menginformasikan setiap detail apa yang mereka lakukan dan apa tujuan mereka mempermainkan pernikahan Natalie dan Darren. "Siapapun yang meminta kita bercerai, mereka mungkin saja yang sudah menjebak kita untuk menikah." ucap Natalie mengatakan pendapatnya tentang kelompok misterius yang tak pernah memberikan mereka istirahat yang tenang.Darren yang sudah tau pelakunya pun tak mau mengatakan yang sebenarnya. Dia ingin istrinya menemukan hal itu sendiri karena mungkin saja fakta itu dapat menyakiti perasaan Natalie. "Mungkin saja. Kita akan menemukan mereka dan mengetahui apa tujuan mereka menikahkan kita." Darren mengelus pi
Setelah berdansa dan minum sampanye. Mereka mabuk dan menuju ke kamar yang sudah dihiasi dengan bunga-bunga mawar di sepanjang depan pintu sampai ke ranjang. Darren dan Natalie masih mabuk akan tetapi, mereka masih bisa menyadari betapa indahnya dekorasi kamar mereka malam ini. Persis seperti yang Natalie minta. Darren mengunci pintunya untuk privasi berdua dan menjaga prinsip mereka untuk rajin berolahraga sebelum tidur sebelum memiliki anak. Mereka saling bertatapan dalam dan napas keduanya dapat saling tercium. Darren sudah sangat terdengar bergairah terdengar dari ucapannya yang sangat romantis namun, kotor memenuhi telinga Natalie dan mengalir ke setiap titik syaraf sensitifnya. Dia semakin merasa sentuhan Darren ketika suaminya meraba punggungnya pelan, memijat kedua pinggulnya sementara lidahnya menjelajah leher Natalie. Tangan Darren dengan ramah dan pembukaan, dia membuka resleting dress warna merah milik Natalie dan membuangnya di atas sofa. Dia juga membuka setelan tuxedo
"Anak angkat? bukannya Nolan adalah anak kandung Vincent?" Darren mengernyitkan dahinya karena dia heran dengan asumsi istrinya yang entah darimana. "Iya, anak angkat. Nolan sendiri yang bilang tadi sama polisi. Dia juga udah izin cuti karena mau memakamkan ayahnya dulu lalu baru bekerja." jelas Darren lagi. "Kenapa kamu bisa bilang Nolan anak kandung Vincent?" Darren menyipitkan matanya karena dia terkejut dengan asumsi istrinya yang mengatakan bahwa Nolan adalah anak kandung dari Vincent. "Wajah mereka agak mirip. Mereka juga sangat dekat, kamu tau aku ketemu Nolan jauh hari sebelum kamu karena aku menyewa dia, kan?" dengan cepat Natalie memberikan pernyataan yang terdengar masuk akal di telinga suaminya sehingga Darren hanya menganggukan kepalanya karena memang itu yang terjadi sebelum istrinya menyewa seorang pengawal."Aku sempat ketemu Vincent waktu menyewa Nolan. Dan wajah mereka mirip sekali jadi, aku berpikir awalnya mereka ayah dan anak kandung tanpa aku bertanya kejelasann
"Ya, tapi kan kita gak perlu explore semuanya, buat apa?" keluh Darren yang sudah lelah dan ingin hidup normal saja tanpa adanya hal semacam ini. "Karena aku ingin tau alasan pembunuhan di kastil itu? Kenapa mereka membunuh orang yang belum tentu bersalah dan siapa dibalik semua ini dan siapa dalangnya?" Natalie terus ngotot menjelaskan sampai Darren saja pusing mendengarnya. "Aku mau kita berhenti disini. Cukup kita tau apa ini dan kita tidak akan pernah kembali kesana!!" tegas Darren yang membuat Natalie memijat kepalanya pelan. "Bagaimana jika aku masih punya keinginan untuk kembali kesana?" Natalie menatap suaminya serius. "Aku tidak akan membantu kamu lagi dan kamu akan terima resikonya sendiri, Natalie. Aku sangat mencintai kamu dan tidak mungkin aku membiarkan kamu kesana sendirian..." ucap Darren terbata-bata karena dia tidak bisa mengucapkan persaannya di depan umum. Ada cukup banyak peneliti yang duduk dan bekerja di laboratorium ini dan mereka seketika berhenti sejenak u
"Ada apa lagi, Nolan?" Natalie berbisik di telpon karena dia tau suaminya tidak akan suka apabila dia masih berhubungan dengan Nolan. "Aku hanya ingin bertanya apa yang harus kita lakukan selanjutnya karena aku masih di Italy dan pestanya masih berlanjut untuk beberapa orang." Natalie terkejut mendengar pernyataan Nolan padahal jelas pestaya sudah dihentikan karena ada pembunuhan Vincent. "Bagaimana pestanya masih berlanjut padahal semua anggota keluarganya sudah pulang ke rumah masing-masing?" Natalie mengernyitkan dahinya karena pestanya seharusnya tidak berlanjut. "Mereka tergabung dalam sebuah organisasi yang bernama 'Carly'. Aku menemukan sebuah cincin di kamar anda waktu itu dan di lingkaran cincin itu tertulis nama 'Carly' sehingga bisa dipastikan itulah nama organisasi mereka yang entah bergerak dalam bidang apa?" jelas Nolan."Jika mereka berkelompok, sudah pasti mereka menjalankan bisnis illegal." Natalie hanya bisa berasumsi akan tetapi, hati kecilnya mengatakan bahwa Ca
Natalie terbangun dan dia dikelilingi oleh para pengawal dan seorang dokter yang sedang menanganinya. "Kenapa dengan saya, dok?" Natalie memijat kepalanya karena dia merasakan sakit kepalanya terlebih setelah dia pingsan. "Congratulation Mrs Carter, you're pregnant!" Natalie tampak tidak terkejut, dia malah lanjut memijat kepalanya dan memposisikan kepalanya agar terasa lebih nyaman. "Aren't you happy with this news?" sang dokter bertanya lagi karena Natalie tidak terlihat begitu senang ketika sang dokter mengucapkan selamat atas kehamilannya. Bagaimana dia bisa senang ketika suaminya saja tiba-tiba menceraikannya tanpa alasan yang jelas. Suaminya kini juga menghilang entah kemana bahkan Natalie tidak bisa menghubungi suaminya, sekarang dia harus senang dengan kabar yang dia sendiri sudah tau sejak beberapa minggu yang lalu?"No, it's not like that. You don't have to come but, thanks. I'm already a doctor." Natalie melemparkan sedikit senyum agar terlihat lebih ramah kepada sang dok
"Lihatlah video ini!!" Natalie duduk di samping suaminya dan memperlihatkan video yang dikirim oleh Christoper melalui ponselnya. Darren juga sama terkejutnya melihat hal itu akan tetapi, dia tau beberapa alasan mengapa semua ini bisa terjadi dan dia tak yakin jika istrinya mau menerima fakta ini. "Aku tau, kamu pasti frustasi akan tetapi, dia tak memiliki hubungan dengan Arslan. Semua ini murni niatnya sendiri. Jika kamu terima fakta tersebut, aku tidak keberatan menceritakan semuanya dan aku mohon kamu lupakan saja. Demi aku, Nat?" Darren memegang kedua telapak tangan istrinya dan memelas. Namun, Natalie justru berkaca-kaca dan berat sepertinya mengabulkan keinginan istrinya. "Natalie, kalau kamu di posisiku. Apakah kamu mau jika orang yang kamu sayang terluka dan menderita? seperti aku yang tak ingin kamu untuk terluka. Tolonglah, kali ini saja." Darren terus memelas akan tetapi, Natalie justru tak bisa menahan tangis air matanya. Tangisnya pecah di hadapan suaminya.Dia bukan ha
"Natalie Carter. Senang sekali bisa melihatmu lagi." Natalie tak sadar ada yang datang dari belakangnya dan menaruh pisau di lehernya sebagai ancaman. Dia tidak bisa bergerak karena tangan sebelah pria itu menahan badannya sementara satu tangannya yang tadinya memegang ponsel mencoba untuk melawan akan tetapi, dia kalah cepat dengan pria yang memakai baju hitam dan bertopeng. Arslan datang dengan kejutan dari depan pintu. Dia tak menggunakan topeng, hanya saja menggunakan cincin yang memiliki mata biru beda dengan anggota yang lain yang memiliki mata hijau. Dia tersenyum lebar dan tatapannya benar-benar menakuti Natalie. Dia berteriak dan minta untuk dilepaskan serta bertanya apa mau Arslan dengan datang kemari. "Jika aku hancur, kalian juga akan hancur. Perdagangan senjata dan obat-obatan illegal yang dikirim Victor melalui kapal Carter. Semuanya akan terbongkar." ucap Arslan dengan memasang wajahnya yang menyeringai mendekat ke hadapan Natalie. "Kamu tentunya sudah tau siapa aku,
Beberapa tahun yang lalu....flashback.Dia dilahirkan di sebuah rumah kecil di tengah hutan. Pakaiannya terbuat dari baju yang sudah tak terpakai dan banyak tambalan di bajunya yang terlihat lusuh. Dia bermain bersama teman sebayanya dan bahagia di saat itu. Namun, masalah uang selalu menjadi hal utama yang ingin diselesaikan. Ada banyak kebutuhan dalam hidup ini sehingga harus bijak dalam mengelola keuangan. Dia kehilangan kedua orangtuanya dan tinggal sendiri dalam panti asuhan. Dia memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan bekerja di kapal yang berlayar dari tempat ke tempat. Dia menemukan sebuah ide dan berbisnis dari temannya yang sempat meninggal dan dia iseng membelah dadanya, menyimpan organ itu rapi di dalam pendingin kemudian menjualnya. Penjualan itu tentu membuahkan hasil yang tak sedikit. Seiring berjalannya waktu, dia memiliki klinik sendiri setelah salah seorang pria kaya memesan organ jantung untuk anak-anak untuk menyelamatkan anak mereka. Saat itu, dia memiliki
Natalie terkejut ketika dia sudah sampai di bandara dan dia menerima telpon dari Nolan yang mengabarkan bahwa kondisi suaminya saat ini sedang kritis karena tertembak. Dia segera menuju ke rumah sakit dan menangis khawatir di sepanjang perjalanan. Dia tak tau harus mengatakan apa akan tetapi, dia hanya berharap kepada yang Maha Kuasa agar suaminya baik-baik saja dan dapat melewati masa-masa buruk ini. "Apa yang terjadi, Nolan?" Natalie berlari ke arah Nolan dan memegang erat kerah baju Nolan yang memerah karena ada noda darah. Dia berteriak khawatir dan Nolan hanya bisa menenangkan Natalie dalam pelukannya. "Darren akan baik-baik saja, percayalah. Dia hanya terkena 2 peluru." Natalie spontan melepaskan pelukan Nolan dan menatap mata Nolan dengan serius."Apa katamu, bagaimana bisa hal itu terjadi? bukankah dia mengatakan dia akan mundur dan berhenti saat itu. Apa akibatnya jika membunuh Ford. Mereka sama bahayanya dengan Liam." sekarang Nolan yang menatap Natalie serius sementara Nat
Natalie mencoba menelpon suaminya akan tetapi, tak ada jawaban lagi sementara mobilnya sudah terparkir di depan rumah seseorang. Rumah itu memiliki desain sederhana dan minimalis tak terletak di suatu komplek akan tetapi, berada di desa dan dekat dengan kearifan lokal dapat dibuktikkan dengan masyarakatnya yang masih berkeliling mengenakan baju adat untuk merayakan sesuatu. "Dok, kita sudah sampai di lokasi." ucap Shena sembari melihat ponsel yang menunjukkan petanya. "Kamu yakin dia mau bertemu disini?" tanya Natalie yang tak begitu yakin dengan tempatnya. "Ini sudah sesuai dengan mapnya. Kita masuk saja." Natalie masih ragu sehingga dia tak mau keluar dari mobil."Telpon dia terlebih dahulu, aku ingin tau apakah dia benar-benar disini atau tidak." perintah Natalie karena dia ingin memastikan bahwa tempat ini aman. Shena pun menelpon pria tersebut dan pria itu menegaskan dia sedang menunggu di dalam. Bahkan, dia melambaikan tangannya melalui jendela agar Natalie percaya bahwa tempat
Natalie tak tau siapa yang harus dipercaya saat ini apalagi ada kenjanggalan di rumah sakitnya sehingga, dia hanya berdiskusi dengan para teknisi mengenai pintu itu dan dia meminta kepada mereka untuk membuka pintu itu. Karena Natalie adalah petinggi rumah sakit sehingga mereka tak berani menolak permintaan Natalie."Salah satu dari kalian pasti tau kenapa ruangan itu di dirikan?" tanya Natalie menatap semua orang yang ada di ruang rapatnya dengan tatapan tajam. "Ini adalah file otopsi Bella Carter dan dia di otopsi oleh dokter Clinton lalu, mengapa file ini ada di klinik pribadi milik saya?" Natalie melemparkan dokumen itu tepat ke hadapan Clinton. Dia sedang emosi kali ini akan tetapi, dia sudah memeriksa siapa mereka sehingga dia tau tidak akan ada keterlibatan dari pelaku. "Kami diperintah, Dokter. Kami diperintah 20 tahun yang lalu untuk membangun tempat itu dengan cepat. Kami terima karena kami dibayar 2x lipat dari gaji kami biasanya. Mereka juga memberi kami bonus dan rumah b
Darren berangkat dengan jet pribadi bersama dengan Nolan. Dia sudah merencanakan semuanya bersama Nolan. Mereka diundang Lincoln untuk makan malam di kastil Lincoln karena dia ingin mengumumkan hal penting. Tentu saja, hal tersebut bukanlah sebuah kebetulan. Louis telah menghubungi ayahnya dan pembunuhan itu tentu saja bukan rencana Louis melainkan rencana Lincoln yang sudah lelah dengan kehadiran polisi yang ingin menggeledah rumahnya. Darren termenung memikirkan istrinya yang sudah pasti khawatir tentang dirinya. Namun, hidup istri dan anaknya jauh lebih penting ketimbang hidupnya. Dia menatap ke arah jendela dan melupakan satu hal bahwa dia adalah puitis yang hebat. Setiap kata di setiap sajaknya begitu bermakna khususnya untuk istrinya yang sangat menyukai sajaknya. "Ada yang mengatakan lebih baik menjadi pujangga daripada sakit hati karena jatuh cinta." ucap Nolan menghampiri Darren yang sedang menikmati kesendiriannya. "Jatuh cinta dan sakit hati itu adalah hal biasa. Namun,
"Kamu mengatakan aku menikah untuk alasan lain. Alasan apa selain menyelamatkan reputasi orangtuaku dan aku?" Karena suaminya sempat terdiam beberapa saat. Dia tak punya pilihan lain selain mengulangi apa yang sempat Darren ucapkan ketika mereka berada di mobil."Karena aku mencintaimu, Natalie. Sejak malam itu sehingga takdir mempertemukan kita dalam pelaminan itu. Bukankah kamu percaya bahwa keajaiban takdir itu ada?" Darren tersenyum manis karena otaknya bekerja di tengah malam."Tentu saja, aku percaya. Takdir tidak pernah salah dan aku beruntung menikah dengan pria yang tulus mencintai aku." Natalie mengelus telapak tangan suaminya seperti biasa. Dia juga menggandeng suaminya untuk pergi ke ranjang dan istirahat karena mereka akan kembali bekerja besok."Aku tidak tau jika selama ini keluarga kita adalah penipu. Aku sangat kecewa sebetulnya mendengar semua itu. Aku merasa mereka tidak menganggap aku ada sehingga mereka harus menyembunyikan semuanya dariku." Gumam Natalie sembari
Natalie mengenakan dress warna hitam yang elegan dan suaminya juga serba hitam kecuali baju hemnya yang berwarna putih. Mereka menghadiri acara makan malam yang diadakan oleh Louis dan Stacy. Meskipun Natalie masih kesal dia tak sengaja bertemu dengan kerabat Doni yang kini menjabat sebagai manajer di butik yang sempat dia dan suaminya kunjungi sebelum pulang ke rumah Darren. Natalie kini menerima permintaan suaminya untuk kembali tinggal bersamanya."Kenapa kebetulan sekali kamu memiliki bukti transfer itu?" tanya Natalie di sepanjang perjalanan menuju ke ruang makan. "Jika kamu berpikir itu sebuah kebetulan, tentu saja itu bukan sebuah kebetulan, Natalie." Natalie mengernyitkan dahinya mendengar jawaban suaminya.Lantas dia bertanya lagi karena penasaran, "Jadi, kamu sudah merencanakan semua ini dan kamu yang membunuh mereka, begitu." Darren berhenti mendengar tuduhan istrinya. "Karena aku tau ini akan terjadi. Siapapun yang ikut campur dalam urusan mereka pasti akan terbunuh." jela