"Siapa?" Natalie bertanya ketika Darren selesai bicara di telpon. "Mama. Dean katanya dipindahkan tugas jadi pengawal Fransisca karena previous bodyguard dia just died.""Haaa?" Natalie memelototkan matanya terkejut. "Kok bisa gitu, kenapa?" "Karena Fransisca diserang dan pengawalnya mencoba menyelamatkannya. Dia justru mati karena tertikam oleh pisau beracun. Dean baru saja mengirim pesan dan menjelaskan semuanya." jelas Darren sembari membaca pesan yang dikirim oleh Dean."Apa ini ada hubungannya dengan pernikahan kita? Aku sempat melawan kamu dengan tidur di kamar tamu dan tidak tidur di samping kamu?" Natalie mendekat dan menatap Darren yang terlihat bingung sendiri. "Kalau memang benar begitu, apakah mereka mengawasi gerak-gerik kita selama ini?" "Semua ini terdengar tidak masuk akal. Apa manfaatnya kita menikah dan memenuhi semua aturan itu?" Darren bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Banyak yang terlintas di pikirannya. Jika pernikahan ini adalah sebuah jebakan untuk balas
Natalie dan Darren bersiap sebentar setelah itu mereka segera turun ke lantai pertama untuk makan malam bersama dengan Lincoln Carter. Setelah melewati tangga dan lorong yang cukup panjang, mereka sampai juga di sebuah ruang makan dengan suasana yang agak gelap. Tidak ada lampu melainkan lilin yang dihidupkan di sepanjang sisi ruangan. Terdapat foto Dinda dan Lincoln yang terpajang. Meja makan di ruang makan ini cukup besar karena memiliki jumlah 12 kursi di samping dan depannya. Mungkin saja Lincoln masih memiliki tamu, Lincoln memilih mengasingkan diri dari keluarga dan pekerjannya dan tinggal di Italy untuk alasan yang tidak diketahui. Louis dan Stacy juga jarang pergi kesini. Mereka datang ketika Fransisca memaksa ingin liburan ke kastil ini saja karena menurut Fransisca tempat ini sangat indah dan menenangkan. Lincoln juga menyayangi cucu perempuan satu-satunya itu. Natalie dan Darren duduk bersebelahan sedangkan, Lincoln duduk di samping mereka. Hidangan masakan khas Italia di
Setelah dekorasi pernikahan selesai. Semua persiapan selesai, menjelang malam mereka berdua agak kelelahan dan tertidur tanpa ada romansa percintaan. Stacy menelpon bahwa dia tidak bisa datang karena Fransisca tiba-tiba sakit jadi, yang datang cuma Elvin dan tunangannya, Irene. Darren merasa sedih karena orangtuanya tidak bisa hadir. Namun, setidaknya mereka akan hadir ketika makan malam tiba."Kenapa?" Natalie yang baru bangun pun kebingungan dengan ekspresi suaminya yang tampak sedih. "Mama sama Papa gak bisa datang karena Fransisca lagi sakit dan mereka cuma bisa datang nanti pas dinner..." jawab Darren terdenga sendu.Natalie mendekat dan mencium pipi suaminya. "Bisa postpone besok kok, ada berapa tamu memangnya?" tanya Natalie penasaran karena dia tidak mendapatkan informasi jumlah tamu yang diundang oleh Lincoln. "Ada sekitar 500 orang dan mereka semua rekan bisnis..." Natalie seketika terkejut mendengar jawaban Darren. Dia memelototkan matanya ke arah Darren dengan serius. "It
Darren menggenggang erat pergelangan tangan Natalie dan mengajaknya keluar dari kamar Fransisca. Ketika keluar mereka melihat lantai yang sudah bersih dan kamar mereka juga sudah dirapikan oleh para pelayan yang bekerja dengan cepat. "Apa yang terjadi?" Darren bertanya karena tadi pagi pelayan sudah membereskan kamar mereka. "Polisi sudah memeriksa tempat ini, Tuan. Mereka mengatakan bahwa tempat ini begitu berantakan ketika mereka datang dan ketika mereka selesai memerika tempat ini maka, mereka memerintahkan saya untuk merapikan kembali kamar ini, Tuan." jelas sang pelayan sembari menundukkan kepalanya. "Baiklah, keluar kamu dari sini dan jangan masuk sampai saya panggil lagi nanti!!" perintah Darren yang dianggukan oleh sang pelayan. "Aku tidak ingin apabila kamu terus ikut campur dalam masalah seperti ini!!!!" teriak Darren yang sudah menahan emosinya ketika ada orangtuanya. Sekarang dia melepaskan lava itu tepat di wajah istrinya. Dan tanpa Darren sadari, amarah itu membakar s
"Akan lebih baik jika kita pergi ke Paris. Kita sudah terlalu lama disini karena acara pernikahan ini dan aku tidak ingin membuang waktu karena ada banyak pekerjaan." jawab Darren singkat. Natalie terus memperhatikan ke arah Lincoln yang sedang sarapan bersama anak, menantu dan cucunya. Hanya Darren dan Natalie saja yang tidak hadir."Terdengar bagus. Aku cuma ingin mengatakan bahwa semua ini masih belum berakhir, Darren. Aku sama sekali tidak mengerti apa alasan kamu selalu mendominasi di antara hubungan kita akan tetapi, aku tidak ingin ada yang tersakiti..." ucap Natalie. Darren mengangkat alisnya sebelah, "Aku tidak tau kamu ingin berbicara tentang apa. Namun, jika membicarakan tentang hal kemaren aku tidak akan setuju. Keputusan itu tidak bisa didiskusikan lagi dan aku tidak ingin membicarakannya lagi!!" tegas Darren sekali lagi. "Aku akan pergi mandi. Kita akan berpamitan dan bersiaplah!" perintah Darren kepada istrinya akan tetapi, Natalie harus mencari alasan untuk menolak a
Setelah Natalie membereskan barang-barangnya dan memastikan tidak ada yang ketinggalan. Dia dibantu dengan pelayan yang membawa kopernya dan koper Darren pun segera ke lantai bawah untuk menemui Darren. Dia sudah siap memakai sweater dan celana panjang sama seperti Natalie akan tetapi, Natalie memakai topi musim dingin berwarna merah. Dia juga mengenakan jas winter warna merah cabai. Sangat cetar di mata Darren. "Kenapa tiba-tiba berubah pikiran, sayang? Aku pikir kamu sedang sakit?" Darren mengangkat alisnya sebelah heran. "Aku sudah merasa lebih baik dan kamu benar tentang kita yang tidak boleh membuang banyak waktu. Aku punya banyak pekerjaan di Indonesia..." keluh Natalie sembari memposisikan badannya di mobil. "Kenapa tidak langsung balik aja ke Bali. Kalau kita berdua punya banyak pekerjaan." saran Darren. "Aku tidak ingin melewatkan sehari saja di Paris. Walaupun ucapanmu tak indah, aku akan tetap menjadi pendengar setia untuk puisimu." Natalie tersenyum tipis memandangi suam
"Bagaimana itu bisa terjadi, Darren?" Natalie duduk di samping suaminya yang terlihat masih risau atas apa yang baru saja terjadi. "Ini hanya soal pengiriman. Kapalnya mengalami kebocoran sehingga menyebabkan produknya tidak bisa diselamatkan." jawab Darren sendu."Lalu bagaimana dengan kapten dan awak kapal?" "Mereka semua selamat karena ada kapal darurat yang disediakan di dalam kapal itu. Jangan khawatir aku akan menyelidiki ini. Kamu jaga diri baik-baik selama di rumah dan jangan pergi kemana-mana!!" tegas Darren memerintahkan istrinya.Natalie yang tidak ingin berdebat dengan suaminya dan tak ingin jika suaminya curiga maka, dia menjadi istri penurut dengan menganggukan kepalanya patuh. Darren juga tak mau banyak bicara karena dia sedang frustasi. Bukan karena kehilangan uang, reputasinya akan hancur jika kecelakaan yang sebenarnya tidak sengaja ini terjadi. Reputasi dan nama baik sangat penting untuk kedua pasangan ini.Jika Natalie bisa berpura-pura bahagia dengan begitu seder
"Jadi, gimana Nat? butuh dokter pribadi gak?" Serena menawarkan diri untuk menjadi dokter pribadi Natalie. "Kamu nih, aku kan sudah dokter. Lagian kalau gak ada kamu yang berlebihan pasti aku sudah pulang. Karena kamu Darren jadi percaya kalau aku butuh istirahat." keluh Natalie menyalahkan Serena karena dia terjebak di tempat ini. Kamar VVIP ini terlihat seperti kamar hotel bintang lima dibanding dengan kamar rumah sakit. Tidak ada bau obat, cuma ada parfum ruangan. Memiliki ruang tamu di sebelah dan ada kamar khusus untuk penunggu di sebelah ruangan. Terdapat tempat makan di balkon dan sofa di sepanjang dekat jendela. Ada televisi di depan mata Natalie akan tetapi, dia sama sekali tidak minat memutarnya meskipun dia bisa menonton apa saja yang dia mau."Gak harus sakit kan, bisa jadi ketika kamu melahirkan gitu misalnya....haha" Serena tertawa kecil. Dia sebenarnya hanya mencoba untuk menghibur bossnya akan tetapi, Natalie masih terlihat tidak sehat dan tidak baik setelah kecelakaa
"Lihatlah video ini!!" Natalie duduk di samping suaminya dan memperlihatkan video yang dikirim oleh Christoper melalui ponselnya. Darren juga sama terkejutnya melihat hal itu akan tetapi, dia tau beberapa alasan mengapa semua ini bisa terjadi dan dia tak yakin jika istrinya mau menerima fakta ini. "Aku tau, kamu pasti frustasi akan tetapi, dia tak memiliki hubungan dengan Arslan. Semua ini murni niatnya sendiri. Jika kamu terima fakta tersebut, aku tidak keberatan menceritakan semuanya dan aku mohon kamu lupakan saja. Demi aku, Nat?" Darren memegang kedua telapak tangan istrinya dan memelas. Namun, Natalie justru berkaca-kaca dan berat sepertinya mengabulkan keinginan istrinya. "Natalie, kalau kamu di posisiku. Apakah kamu mau jika orang yang kamu sayang terluka dan menderita? seperti aku yang tak ingin kamu untuk terluka. Tolonglah, kali ini saja." Darren terus memelas akan tetapi, Natalie justru tak bisa menahan tangis air matanya. Tangisnya pecah di hadapan suaminya.Dia bukan ha
"Natalie Carter. Senang sekali bisa melihatmu lagi." Natalie tak sadar ada yang datang dari belakangnya dan menaruh pisau di lehernya sebagai ancaman. Dia tidak bisa bergerak karena tangan sebelah pria itu menahan badannya sementara satu tangannya yang tadinya memegang ponsel mencoba untuk melawan akan tetapi, dia kalah cepat dengan pria yang memakai baju hitam dan bertopeng. Arslan datang dengan kejutan dari depan pintu. Dia tak menggunakan topeng, hanya saja menggunakan cincin yang memiliki mata biru beda dengan anggota yang lain yang memiliki mata hijau. Dia tersenyum lebar dan tatapannya benar-benar menakuti Natalie. Dia berteriak dan minta untuk dilepaskan serta bertanya apa mau Arslan dengan datang kemari. "Jika aku hancur, kalian juga akan hancur. Perdagangan senjata dan obat-obatan illegal yang dikirim Victor melalui kapal Carter. Semuanya akan terbongkar." ucap Arslan dengan memasang wajahnya yang menyeringai mendekat ke hadapan Natalie. "Kamu tentunya sudah tau siapa aku,
Beberapa tahun yang lalu....flashback.Dia dilahirkan di sebuah rumah kecil di tengah hutan. Pakaiannya terbuat dari baju yang sudah tak terpakai dan banyak tambalan di bajunya yang terlihat lusuh. Dia bermain bersama teman sebayanya dan bahagia di saat itu. Namun, masalah uang selalu menjadi hal utama yang ingin diselesaikan. Ada banyak kebutuhan dalam hidup ini sehingga harus bijak dalam mengelola keuangan. Dia kehilangan kedua orangtuanya dan tinggal sendiri dalam panti asuhan. Dia memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan bekerja di kapal yang berlayar dari tempat ke tempat. Dia menemukan sebuah ide dan berbisnis dari temannya yang sempat meninggal dan dia iseng membelah dadanya, menyimpan organ itu rapi di dalam pendingin kemudian menjualnya. Penjualan itu tentu membuahkan hasil yang tak sedikit. Seiring berjalannya waktu, dia memiliki klinik sendiri setelah salah seorang pria kaya memesan organ jantung untuk anak-anak untuk menyelamatkan anak mereka. Saat itu, dia memiliki
Natalie terkejut ketika dia sudah sampai di bandara dan dia menerima telpon dari Nolan yang mengabarkan bahwa kondisi suaminya saat ini sedang kritis karena tertembak. Dia segera menuju ke rumah sakit dan menangis khawatir di sepanjang perjalanan. Dia tak tau harus mengatakan apa akan tetapi, dia hanya berharap kepada yang Maha Kuasa agar suaminya baik-baik saja dan dapat melewati masa-masa buruk ini. "Apa yang terjadi, Nolan?" Natalie berlari ke arah Nolan dan memegang erat kerah baju Nolan yang memerah karena ada noda darah. Dia berteriak khawatir dan Nolan hanya bisa menenangkan Natalie dalam pelukannya. "Darren akan baik-baik saja, percayalah. Dia hanya terkena 2 peluru." Natalie spontan melepaskan pelukan Nolan dan menatap mata Nolan dengan serius."Apa katamu, bagaimana bisa hal itu terjadi? bukankah dia mengatakan dia akan mundur dan berhenti saat itu. Apa akibatnya jika membunuh Ford. Mereka sama bahayanya dengan Liam." sekarang Nolan yang menatap Natalie serius sementara Nat
Natalie mencoba menelpon suaminya akan tetapi, tak ada jawaban lagi sementara mobilnya sudah terparkir di depan rumah seseorang. Rumah itu memiliki desain sederhana dan minimalis tak terletak di suatu komplek akan tetapi, berada di desa dan dekat dengan kearifan lokal dapat dibuktikkan dengan masyarakatnya yang masih berkeliling mengenakan baju adat untuk merayakan sesuatu. "Dok, kita sudah sampai di lokasi." ucap Shena sembari melihat ponsel yang menunjukkan petanya. "Kamu yakin dia mau bertemu disini?" tanya Natalie yang tak begitu yakin dengan tempatnya. "Ini sudah sesuai dengan mapnya. Kita masuk saja." Natalie masih ragu sehingga dia tak mau keluar dari mobil."Telpon dia terlebih dahulu, aku ingin tau apakah dia benar-benar disini atau tidak." perintah Natalie karena dia ingin memastikan bahwa tempat ini aman. Shena pun menelpon pria tersebut dan pria itu menegaskan dia sedang menunggu di dalam. Bahkan, dia melambaikan tangannya melalui jendela agar Natalie percaya bahwa tempat
Natalie tak tau siapa yang harus dipercaya saat ini apalagi ada kenjanggalan di rumah sakitnya sehingga, dia hanya berdiskusi dengan para teknisi mengenai pintu itu dan dia meminta kepada mereka untuk membuka pintu itu. Karena Natalie adalah petinggi rumah sakit sehingga mereka tak berani menolak permintaan Natalie."Salah satu dari kalian pasti tau kenapa ruangan itu di dirikan?" tanya Natalie menatap semua orang yang ada di ruang rapatnya dengan tatapan tajam. "Ini adalah file otopsi Bella Carter dan dia di otopsi oleh dokter Clinton lalu, mengapa file ini ada di klinik pribadi milik saya?" Natalie melemparkan dokumen itu tepat ke hadapan Clinton. Dia sedang emosi kali ini akan tetapi, dia sudah memeriksa siapa mereka sehingga dia tau tidak akan ada keterlibatan dari pelaku. "Kami diperintah, Dokter. Kami diperintah 20 tahun yang lalu untuk membangun tempat itu dengan cepat. Kami terima karena kami dibayar 2x lipat dari gaji kami biasanya. Mereka juga memberi kami bonus dan rumah b
Darren berangkat dengan jet pribadi bersama dengan Nolan. Dia sudah merencanakan semuanya bersama Nolan. Mereka diundang Lincoln untuk makan malam di kastil Lincoln karena dia ingin mengumumkan hal penting. Tentu saja, hal tersebut bukanlah sebuah kebetulan. Louis telah menghubungi ayahnya dan pembunuhan itu tentu saja bukan rencana Louis melainkan rencana Lincoln yang sudah lelah dengan kehadiran polisi yang ingin menggeledah rumahnya. Darren termenung memikirkan istrinya yang sudah pasti khawatir tentang dirinya. Namun, hidup istri dan anaknya jauh lebih penting ketimbang hidupnya. Dia menatap ke arah jendela dan melupakan satu hal bahwa dia adalah puitis yang hebat. Setiap kata di setiap sajaknya begitu bermakna khususnya untuk istrinya yang sangat menyukai sajaknya. "Ada yang mengatakan lebih baik menjadi pujangga daripada sakit hati karena jatuh cinta." ucap Nolan menghampiri Darren yang sedang menikmati kesendiriannya. "Jatuh cinta dan sakit hati itu adalah hal biasa. Namun,
"Kamu mengatakan aku menikah untuk alasan lain. Alasan apa selain menyelamatkan reputasi orangtuaku dan aku?" Karena suaminya sempat terdiam beberapa saat. Dia tak punya pilihan lain selain mengulangi apa yang sempat Darren ucapkan ketika mereka berada di mobil."Karena aku mencintaimu, Natalie. Sejak malam itu sehingga takdir mempertemukan kita dalam pelaminan itu. Bukankah kamu percaya bahwa keajaiban takdir itu ada?" Darren tersenyum manis karena otaknya bekerja di tengah malam."Tentu saja, aku percaya. Takdir tidak pernah salah dan aku beruntung menikah dengan pria yang tulus mencintai aku." Natalie mengelus telapak tangan suaminya seperti biasa. Dia juga menggandeng suaminya untuk pergi ke ranjang dan istirahat karena mereka akan kembali bekerja besok."Aku tidak tau jika selama ini keluarga kita adalah penipu. Aku sangat kecewa sebetulnya mendengar semua itu. Aku merasa mereka tidak menganggap aku ada sehingga mereka harus menyembunyikan semuanya dariku." Gumam Natalie sembari
Natalie mengenakan dress warna hitam yang elegan dan suaminya juga serba hitam kecuali baju hemnya yang berwarna putih. Mereka menghadiri acara makan malam yang diadakan oleh Louis dan Stacy. Meskipun Natalie masih kesal dia tak sengaja bertemu dengan kerabat Doni yang kini menjabat sebagai manajer di butik yang sempat dia dan suaminya kunjungi sebelum pulang ke rumah Darren. Natalie kini menerima permintaan suaminya untuk kembali tinggal bersamanya."Kenapa kebetulan sekali kamu memiliki bukti transfer itu?" tanya Natalie di sepanjang perjalanan menuju ke ruang makan. "Jika kamu berpikir itu sebuah kebetulan, tentu saja itu bukan sebuah kebetulan, Natalie." Natalie mengernyitkan dahinya mendengar jawaban suaminya.Lantas dia bertanya lagi karena penasaran, "Jadi, kamu sudah merencanakan semua ini dan kamu yang membunuh mereka, begitu." Darren berhenti mendengar tuduhan istrinya. "Karena aku tau ini akan terjadi. Siapapun yang ikut campur dalam urusan mereka pasti akan terbunuh." jela