Beranda / Romansa / Fake Marriage / Bab 4 - Flashback 2

Share

Bab 4 - Flashback 2

last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-13 13:02:24

Flasback 2

Juna masih sibuk mewawancarai dirinya sendiri. Antara sang kakek dan egonya, mana yang akan ia pilih. 

Baskara beranjak dari tempat duduknya, ia menatap ke arah Juna lalu berbicara sesuatu yang membuat Juna merasa kesal bukan main.

"Karena aku adalah anak nomor dua, berarti kewajiban kakaklah untuk mengikuti keinginan kakek. Jangan sampai gadis pilihan kakek ditumbuhi lumut saking lamanya menunggu jawaban kakak atas permintaan terakhir kakek," ujar Baskara lalu meninggalkan ruangan itu.

Adik durhaka. Dasar tak tahu terimakasih. Bila bukan dirinya yang mengorbankan diri untuk menggantikan sang papa mengelola perusahaan jasa konstruksi yang sudah dirintis sejak papanya masih muda, tentu Baskara tidak bisa sesantai ini. Tatapannya memandang nanar pintu yang baru saja dilalui Baskara.

Setelah berpikir sekian lama, akhirnya ia memutuskan untuk melihat dulu seperti apa gadis yang hendak dinikahkan dengannya. 

"Oke, Ma. Juna ingin melihat dulu foto gadis pilihan kakek itu." Juna menatap serius kedua orangtuanya.

"Kamu memang putra mama yang sangat Mama banggakan, tapi sayang, yang tahu seperti apa gadis itu, hanya kakek seorang," jawab mamanya jujur.

Hah! Juna dibuat terbengong mendengar perkataan sang mama. Lalu, bagaimana ia bisa menyelidiki latar belakang calon istrinya itu. Otaknya mendadak buntu. 

Tiba-tiba terdengar suara batuk-batuk dari dalam kamar tamu. Juna dan kedua orangtuanya bergegas masuk ke kamar tersebut.

" Hei, kau, cucu yang tidak berbakti. Aku tidak mau melihatmu lagi. Pergi sana. Jangan sampai aku melihatmu lagi. Sana, pergi jauuh dari mataku!" Sang kakek kumat lagi.

Juna menarik nafas, lalu berjalan mendekati sang kakek. Ia duduk di samping tempat tidur kakeknya itu dan berkata, " Juna akan memenuhi permintaan kakek," jawabnya dengan nada pasrah.

Raut wajah laki-laki tua itu langsung berubah menjadi sumringah, seperti layaknya anak kecil yang diperbolehkan makan es krim oleh kedua orangtuanya. Juna menjadi terharu. Mungkin ini saat yang tepat, dirinya menjadi cucu yang berbakti pada kakeknya.

"Nah, begitu kan bagus. Akan ada seseorang yang akan membuatmu merasa nyaman dan menghilangkan rasa capek dan penatmu," ucap sang kakek bahagia.

"Besok kakek akan meminta fotonya. Percaya pada kakek, Baskara pasti akan menyesal," ujar kakek. Juna menganggukkan kepalanya pasrah, bangkit dari duduknya dan  melangkah meninggalkan kamar itu menuju  kamar pribadinya. Rasa lengket membuat Juna  ingin segera mengguyur badannya  dengan air pancuran.

"Kalian harus mendukungku. Awas, kalau kalian berani melawanku," ujar orangtua itu pada anak dan menantunya. Rahman dan Yuliani hanya berani menganggukkan kepala mereka dengan pasrah, sama seperti anaknya.

Juna kini terbaring di atas kasur king sizenya. Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia telah melakukan hal yang benar. Yang jadi masalah sekarang, bagaimana caranya ia bisa tahu seperti apa gadis pilihan kakeknya itu. 

Juna merasa takut dan tidak tahu bagaimana nanti bersikap bila saatnya tiba untuk bertemu dengan gadis itu. Ia belum pernah dekat dengan seorang gadis meski hanya sekedar bertegur sapa . Baginya, seorang gadis atau seorang wanita adalah makhluk yang paling rumit, dan Juna tidak suka kerumitan diluar urusan pekerjaan. 

Dua minggu kemudian ia mendapat telpon dari sang papa saat ia sedang berada di luar kota. Rahman  menyuruh putranya untuk melihat rekaman cctv yang dikirimnya.

Merasa penasaran, Juna langsung mengecek emailnya dan membuka kiriman video yang dimaksudkan papanya. Tampak seorang gadis menangis sesenggukan seorang diri di kursi tunggu yang berada tepat di depan ruang ICU sebuah rumah sakit.

Tak berapa lama, tampaklah mama, asisten papanya dan sepupunya Ines, menghampiri sang gadis. Gadis itu tak hentinya menangis, bukan lagi menangis sesenggukan melainkan menangis tersedu-sedu sambil berulang kali membungkuk-bungkukkan tubuh dan kepalanya ke hadapan sang nenek dan orangtuanya. Mereka lalu terlibat pembicaraan yang Juna tidak bisa mendengar pembicaraan apa. Gadis itu memiliki rambut panjang sebahu. Namun Juna tidak bisa melihat seperti apa wajah gadis itu.

Ponselnya berdering. Terdengar suara papanya diujung sana.

"Itu gadis yang akan menikah denganmu besok. Saat ini dokumen dan semua sudah disiapkan Burhan. Persiapkan dirimu," ujar papanya lalu mematikan sambungan telpon itu secara sepihak. Juna berusaha menghubungi papanya kembali.

"Halo..., Pa.. Urusan Juna disini belum selesai. Baru satu tender yang bisa Juna selesaikan, masih ada 2 meeting lagi, yang nilai tendernya lebih besar," terangnya, berusaha meminta waktu paling tidak sehari, untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Kakekmu sekarang sedang kritis. Apa kamu ingin kakekmu meninggal hanya karena menunggumu menyelesaikan urusanmu?" jawab papanya dingin dan ketus.

Juna duduk terhenyak di sofa kamarnya menginap. Masih ada beberapa tender yang harus ia menangkan kali ini, paling tidak 2 tender lagi. Ia baru mengetahui sakitnya sang kakek dari telpon papanya barusan. Itulah sebabnya, ia tidak  berada di rumah sakit saat sang kakek terbaring sakit akibat kekeras-kepalaannya sendiri, hanya agar gadis muda bernama Lily itu bersedia menikah dengan salah satu cucunya, dirinya atau Baskara. Ia dengan sangat terpaksa meminta penjadwalan ulang kepada calon rekanannya. 

Juna langsung menghubungi agen perjalanan langganannya untuk memesankan satu tiket penerbangan pulang hari ini juga. 

-0- 

Acara ijab kabul berjalan lancar. Kini, Juna dan Lily sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Ini adalah kali pertama dirinya bertemu dengan gadis itu. Gadis itu baru saja dipertemukan dengannya setelah prosesi ijab kabul selesai. Mereka berjalan bersama menuju ke pelaminan untuk mengikuti rangkaian acara selanjutnya.

Tidak ada sepatah katapun yang terucap di antara keduanya. Mereka saling bungkam, tanpa menyapa satu sama lain. Bukti bila mereka sama-sama terpaksa menjalani  pernikahan ini. Juna tampak pintar dalam memainkan perannya sebagai pengantin pria yang berbahagia dengan pernikahannya, berbeda dengan Lily. Gadis itu hanya menampakkan wajah datarnya. 

Juna melirik gadis di sampingnya, lalu membisikkan sesuatu yang langsung membuat Lily gelagapan. Lily langsung berusaha semaksimal mungkin, menampakkan wajah bahagianya. Terus tersenyum tanpa mengucapkan kata-kata apapun. Bukan tanpa alasan Lily bersikap seperti itu. Dirinya masih belum menerima semua ini dengan ikhlas. Alasan apa yang membuat  si kakek tua menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Lily, masih menjadi misteri dan sangat menganggu pikiran gadis itu. 

Ketika ia melihat kehadiran kedua orang tuanya, Lily secara spontan berdiri dari duduknya dan langsung melangkahkan kakinya, hendak menghampiri keduanya. Namun, Juna langsung menarik tangan Lily hingga gadis itu urung melanjutkan langkahnya.

"Mau kemana? Masih banyak tamu yang ingin memberi ucapan. Kembali ke tempatmu semula!" Juna memberi perintah tegas pada Lily. 

Lily menatap kesal lelaki itu. Dengan mendengus, ia kembali duduk di tempatnya semula. Aku akan membuat perjanjian kontrak dengan pria ini. Ia tampaknya sama sepertiku, sama-sama terpaksa menjalankan ini semua. Jadi, perjanjian hitam di atas putih bisa menjadi solusi diriku agar bisa segera lepas dari pernikahan palsu ini. 

Bab terkait

  • Fake Marriage   Bab 5 - Pertanyaan Baskara Yang Mengejutkan

    Pertanyaan Baskara Yang Mengejutkan Hari sudah menjelang petang, beberapa jam ke depan, sholat taraweh sudah akan dimulai. Pernikahan antara Lily dan Juna memang dilaksanakan satu hari sebelum memasuki bulan ramadan, dan saat ini, Lily sedang bersiap mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat maghrib. Sekeluarnya dari kamar mandi, ia mengambil sajadah lalu dibentangkannya sajadah itu dan mulai bersiap untuk sholat.Suara dehaman membuatnya urung mengangkat tangan untuk takbiratul ikram."Sudah bersuami itu ya harusnya sholat berjamaah bersama dengan suaminya, bukan malah sholat sendiri," ujar Juna, pria yang kini resmi menjadi suami Lily.Lily tertunduk. Bukan tertunduk malu melainkan tertunduk kesal, karena sindiran yang diucapkan Juna. Ia segera mengambil sajadah lagi untuk sang suami, ketimbang dirinya nanti kena sindir lagi.Juna yang baru saja selesai mengambil wudlu, segera mengenakan baju kok

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • Fake Marriage   Bab 6 - Siapa Pria Itu?

    Siapa Pria Itu? Semua yang berada di kamar itu terkejut. Terlebih Lily, ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Juna mengepalkan kedua tangannya. Ingin ia melayangkan bogem mentahnya ke wajah Baskara saat itu bila ia tidak ingat adiknya itu baru saja sadar dari pingsannya dan wajah itu masih terlihat lemah dan pucat. Mama Amelia yang tidak kalah terkejut dengan pertanyaan Baskara, berjalan mendekati Baskara dan duduk di pinggir kasur empuk itu. "Apakah kepalamu masih pusing? Belum makan sejak pagi?" Baskara terus di berondong Amelia terkait pertanyaan yang dianggap halusinasi Baskara sesaat karena dirinya baru saja sadar dari pingsannya. Pak Broto menghela nafas kasar. Ia tahu bahwa cucunya itu sedang menahan kecewa karena telah salah memilih langkah. Penyesalan selalu datang terlambat kan? Pak Broto langsung mengajak Pak Yono untuk mengantarkannya kembali beristirahat di kamarnya, tidak tega melihat wajah penu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Fake Marriage   Bab 7 Niat Lily dan Ingatan Baskara

    Niat Lily dan Ingatan Baskara Baskara kembali memejamkan matanya. Obat yang baru saja ia minum mulai bereaksi. Pikirannya masih terbayang-bayang gadis yang tadi ia lihat di samping kakaknya. Lily, gumamnya lirih. Lupakah gadis itu padanya, tanyanya dalam hati. Diantara bayang-bayang Lily, Baskara akhirnya tertidur. Satu jam kemudian, Baskara terbangun dari tidurnya. Sakit kepala yang di deritanya mulai berangsur hilang, badannya kini lebih enteng dibanding sebelumnya. Pakaiannya basah karena keringat yang berhasil keluar dari pelipis dan sekujur tubuhnya. Baskara lantas bangun dari tidurnya secara perlahan. Ia berjalan ke kamar mandi, membasuh wajahnya dan bersikat gigi. Hari sudah subuh, ia bergegas menunaikan kewajibannya sebelum matahari meninggi, lalu keluar dari kamarnya. -0- Lily mengambil mushaf Alquran yang ada di lemari buku yang letaknya paling tinggi. Setelah sahur, ia menyegerakan diri untuk bersiap menunaikan sholat subuh, bukan di masjid, namun sendiri di kamarnya. Ju

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Fake Marriage   Bab 8 - Kakek Tua Yang Menyebalkan

    Kakek Tua Yang Menyebalkan Lily bangun pagi seperti biasa, namun bangun dengan perasaan yang luar biasa bahagia. Rona bahagia terlihat jelas sejak ia membuka matanya. Lili berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya mengusir rasa malas dan kantuk yang masih sedikit menggantung di pelupuk matanya dan dengan cepat keluar dari kamar hendak membantu menyiapkan santapan sahur. Tampak olehnya, pria yang hobbynya berkata pedas padanya masih terlelap tidur, membuat lily berjalan sedkit pelan agar tidak membangunkannya.Lily menyiapkan empat piring dan 4 mangkuk kecil sebagai wadah untuk menikmati sup jamur yang ia masak sendiri. Lily memasak sup jamur spesial untuk suaminya sebagai ungkapan terimakasih karena sudah mengijinkan dirinya untuk bekerja kembali. Ia menyiapkan semua itu dengan perasaan yang bahagia.Ia bersenandung kecil ketika menaiki tangga hendak membangunkan suaminya. Baru saja dirinya tiba di depan pi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • Fake Marriage   Bab 9 - Ada Apa Dengan Laki-laki itu

    Ada Apa Dengan Laki-laki itu Sepasang pengantin baru itu terdiam dalam perjalanan menuju kantor Lily. Lily yang awalnya sangat bersemangat menyambut hari ini, menjadi lemas ketika ia mendengar jawaban Juna atas pertanyaan yang ia ajukan saat melihat Juna mengenakan jaket dan meraih kontak mobil di atas meja riasnya, saat ia sudah bersiap untuk mengenakan tas selempangnya."Peraturan pertama, berangkat aku yang antar, pulang aku yang jemput. Tidak setuju tidak usah masuk kerja lagi," jawab Juna dengan nada tegas tak terbantahkan.Impiannya menikmati kebebasan berangkat kerja sendiri buyar seketika mendengar perkataan Juna itu.Ia berulang kali berdecih kesal mengungkapkan kekecewaannya, namun Juna bersikap acuh, tidak menanggapi kekesalan Lily.Lily terus diam menatap jalan. Lama kelamaan ia tidak tahan dengan keheranannya. Mengapa Juna bisa tahu letak kantornya padahal ia belum pernah ke sana, bahkan sewaktu berangkat tadipu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Fake Marriage   Bab 10 - Tidakkah Kita Saling Mengenal Dulu?

    Tidakkah Kita Saling Mengenal Dulu? Ponsel Lily yang berada di atas mesin jahit tiba-tiba berbunyi. Jam dinding yang berada di ruangan itu sudah menunjukkan pukul 3 sore.Lily menggeser tombol berwarna hijau." Assalammu"alaikum.""Waalaikumsalam. Aku sudah di depan ruanganmu. Cepat buka!" Suara ketus Juna terdengar.Lily bersegera membukakan pintu ruangannya yang tadi ia tutup karena ia hendak melaksakan sholat ashar di ruangannya."Kenapa pakai ditutup segala sih pintunya," omel Juna saat melangkah masuk ruangan bernuansa hijau tosca itu. "Saya kan sedang sholat ashar suamiku sayang," ujar Lily tanpa menyadari sapaan yang baru saja terlontar dari bibirnya.Juna tercenung mendengar sapaan Lily barusan. Serius itu tadi yang mengucapkan Lily, istrinya si gadis aneh? Suamiku sayang? Rasa panas menjalar ke seluruh wajah Juna, ia mendadak gugup. Salah tingkah sendiri. Bila set

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Fake Marriage   Bab 11 - Kenangan

    KenanganLily terkesiap, mendengar pertanyaan laki-laki di depannya. Pandangannya semakin dalam seakan mencari kebenaran ucapan laki-laki itu. Detik berikutnya, Lily semakin merasa tidak berdaya."Tidakkah kita saling mengenal dulu?" Ia mengulangi lagi pertanyaannya, sambil tersenyum menatap Lily yang hanya diam mematung menatapnya. Mata bulat penuh binar itu tidak berubah, tetap indah seperti dulu, Baskara menggumam dalam hati. Dirinya terus saja mengamati wajah gadis di depannya yang masih menatap dirinya dalam diam. Lily tersadar dari diamnya lalu berdeham, menghilangkan kekakuan yang tercipta di antara mereka. "Maaf..." ucapnya pelan, seakan takut suaranya akan terdengar oleh orang lain selain mereka berdua. Baskara menangkap sikap Lily yang canggung. Ia tidak menyalahkan Lily. Dirinya dulu pernah menemani Lily untuk beberapa saat tanpa status hubungan yang jelas. Baik dirinya maupun Lily menjalani semu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • Fake Marriage   Bab 12 - Tekad Juna

    Tekad Juna Seminggu sudah Lily berangkat dan pulang kerja bersama dengan Juna, dan dalam seminggu itu pula tidak begitu banyak perubahan yang terjadi pada hubungan mereka berdua. Juna masih dengan sikap ketusnya dan menjadi semakin dingin setiap kali melihat bagaimana Baskara memperlakukan Lily dengan begitu lembut, berbanding terbalik dengan dirinya. Hari ini, seperti biasa kebisuan menemani mereka selama perjalanan pulang hingga mobil sedan itu memasuki pekarangan luas keluarga Broto. Keduanya memasuki rumah dengan berjalan beriringan, terus melewati ruang tamu dan ruang keluarga, menaiki tangga hingga tibalah mereka di kamar mereka. Juna melepas sepatunya dan menggantinya dengan selop kamar, lalu melepas dasi dan kemejanya. Tinggallah sekarang dirinya hanya mengenakan kaos singlet masih dengan celana panjang yang sama. Sedangkan Lily,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13

Bab terbaru

  • Fake Marriage   Bab 75 - Akhir Cerita 2

    Suara itu begitu mengejutkan Juna dan Baskara. Mereka sama sekali tidak mengira sosok yang sedang mereka bicarakan, tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. "Lily...!" seru kakak beradik itu bersamaan, menatap wanita muda yang menggendong seorang bayi mungil. "Kebetulan sekali kita bertemu di sini." Lily tersenyum sangat manis. Sangat bertolak belakang dengan apa yang ia rasakan saat ini. Juna terngaga. Apakah ini semua rencana Tuhan? Mendatangkan Lily ditengah-tengah mereka yang sedang bersiteru tentang dirinya? "Lily! Kamu mau kemana?" Baskara segera bangkit dari duduknya. Ia lantas menghampiri Lily. Rasa sayang terlihat jelas dari sikap dan tutur kata Baskara, memaksa Juna kembali merasa bersalah. "Tidak kemana-mana." Lily masih tersenyum. Namun, perubahan di kedua manik cokelatnya, segera diketahui Baskara. Mata yang mulai berair itu, membuat Baskara secara tidak sadar menarik Lily ke dalam dekapannya. Ia thu jika wanita itu sedang berpura-pura tegar. "Aku tidak apa-apa,

  • Fake Marriage   Bab 74- Akhir Cerita 1

    Juna bergeming, kembali menatap langit biru yang membentang bersih tanpa sedikit pun awan. Ia mengabaikan pertanyaan Baskara, yang menuntut penjelasan lebih atas pernyataan yang baru saja ia ucapkan. Bukan hal yang mudah bagi seorang Juna, untuk mengambil keputusan itu. Ia sudah menimbang jauh hari sebelumnya. Ya. Sebelum ia dan Lily, pada akhirnya menyepakati untuk melakukan gencatan senjata, membuat kesepakatan untuk menjalankan peran mereka masing-masing, sebagai pasangan suami-istri, selama satu tahun. Dan kini, sudah tiba waktunya untuk mereka berdua, duduk bersama kembali, membicarakan hubungan mereka untuk ke depan. Membayangkan perpisahannya dengan Lily, dan juga Arka, membuat Juna tersiksa. Tidak pernah ia merasakan kebimbangan yang sangat seperti sekarang ini. "Aku sudah berjanji, akan menceraikannya setelah satu tahun pernikahan kami." Sontak Baskara mengangkat kepalanya. Ia tidak mengira jika Juna masih mengingat hal itu. "Kak?" Juna menganggukkan kepalanya dengan t

  • Fake Marriage   Bab 73 - Keputusan Berat

    Tangan kiri Juna bergerak sebentar lalu kembali diam. Ia mendengar beberapa orang sedang berbicara di dekatnya tapi ia tidak bisa memahami apa yang mereka bicarakan. Pria itu sibuk mencari-cari sumber cahaya. Ia tidak bisa melihat apa pun di sekitarnya. Gerakan ini tanpa ia sadari, membuat kepalanya secara otomatis bergerak ke kanan dan ke kiri. Sayangnya, di ruangan itu sedang tidak ada seorang pun. Gelap. Juna tidak bisa melihat apa-apa. Ia mencoba mengangkat tangan kanannya, tapi mengapa terasa begitu berat. Digantinya dengan tangan kiri. Berhasil. Tangannya terangkat sempurna, tapi ia tidak bisa meraih apa pun. Dikerjapkannya berulang kali, namun kedua matanya tetap tidak bisa melihat apa pun. 'Apa yang terjadi?' batin Juna mulai panik. 'Buta. Apakah aku sekarang buta?' Kini, Juna menjadi benar-benar panik. Tiba-tiba perutnya terasa begitu lapar. Ia ingin memakan sesuatu. Apa saja yang bisa mengganjal perutnya sekarang ini. Bayangan semur daging melayang-layang di benakn

  • Fake Marriage   Bab 72 - Keajaiban

    Baskara tenggelam dalam tumpukan map-map yang nyaris menutupi dirinya. Ia tidak punya banyak waktu untuk menyelesaikan semua dokumen-dokumen itu. Tiga jam berlalu sejak kedatangannya ke ruangan Juna. Karena kondisi Juna, maka ia terpaksa mengambil alih semua pekerjaan sang kakak,untuk sementara waktu. Untung saja ia pernah memimpin anak cabang perusahaan itu, jadi ia tidak perlu belajar terlalu lama untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah dikerjakan Juna sebelumnya. Ketukan yang sebenarnya tidak terlalu keras, membuyarkan konsentrasi Baskara. Ia nyaris terjungkal dari kursinya. Begitu wajah asisten Juna muncul dari balik pintu, Baskara sontak saja melayangkan satu pensil dan nyaris mengenai pelipis pria muda itu. "Aisssh, Kau ini! Tidak tahukah jika aku sedang sangat serius dengan pekerjaanku..." Tatapan kesal mengiringi langkah sang asisten. Ditutupnya dengan kasar, berkas yang berada di hadapannya "Maafkan saya, Pak. Tapi, ada telpon dari rumah sakit mengabarkan..." Belum juga kali

  • Fake Marriage   Bab 71 - Menanti Kabar Juna

    Lily bergeming. Ia tidak lagi berani membalas tatapan Baskara. Ia merasa seperti seorang pencuri yang tertangkap basah oleh pemilik rumah. Otaknya dipaksa berputar, mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Baskara yang dirasa menyudutkan dirinya. "Ak-Akuu... Aku hanya... Yaaah, hanya... Kebetulan...Ya, aku hanya kebetulan berada di sini..." Entah apa yang dipikirkan Lily. Jawabannya justru memicing pertanyaan lanjutan Baskara. "Kamu di sini sendiri?" Tanpa bisa dicegahnya, kepala Lily dengan pasrah mengangguk. "Sendiri? Lalu di mana Arka? Kamu meninggalkannya sendirian?" Suara Baskara tanpa sadar meninggi, membuat Lily sontak membulatkan matanya. "Suaramu!" seru Lily tertahan. Baskara segera menarik tangan Lily, membawa wanita muda itu keluar dari ruang serba putih itu. Lily meringis kesakitan. Baru kali ini, ia merasakan kemarahan Baskara. Apakah yang ia lakukan sangat salah? "Bas. Sssa-kiit," keluh Lily berusaha melepaskan cengkeraman Baskara di pergelangan tangann

  • Fake Marriage   Bab 70 - Bilik ICU

    Pak Yono berjalan cepat keluar dari kamarnya, meraih kontak mobil yang tergeletak di atas nakasnya. Langkahnya terkesan buru-buru, sambil berbicara dengan seseorang dengan ponselnya. "Baik, Mbak. Saya segera berangkat. Perlukah saya menghubungi Mas Baskara?" *Tidak perlu. Biar aku sendiri saja yang memberitahunya. "Baik. Saya berangkat ke sana sekarang." Mobil sedan hitam Juna meluncur mulus meninggalkan pekarangan luas milik Pak Broto. Lily menelpon Pak Yono untuk menjemputnya pulang, karena hari ini adalah hari terakhirnya dan bayi mungil Arka berada di rumah sakit. -0- Lily baru saja selesai membereskan semua barang bawaannya, tanpa bantuan siapa pun. Baskara masih menyelesaikan urusan administrasi persalinan dan perawatannya. Ia berjalan keluar, melihat apakah Pak Yono, orang kepercayaan Pak Broto sudah tiba di sini atau belum. Ia sangat membutuhkan Pak Yono saat ini. Ada sesuatu yang harus ia lakukan, sebelum dirinya dan bayi mungil Arka meninggalkan tempat ini. Lima bela

  • Fake Marriage   Bab 69 - Permainan Takdir 2

    Baskara langsung berdiri dan kembali ke loket tempat pembayaran. Telpon dari Lily membuat dirinya melupakan sejenak tentang nama pasien yang mirip dengan Juna. Untungnya, antrian tidak lagi sebanyak tadi. Hanya tinggal dua orang. *Apakah begitu banyak yang mengantri hingga kau membutuhkan waktu begitu lama menyelesaikan pembayarannya, Bas? Suara Lily terdengar seperti seseorang yang sedang merajuk. "Antri, Sayang. Banyak orang yang sedang mengantri melakukan pembayaran di sini." Baskara berbohong. Ia sendiri sedang berjalan, kembali menuju loket pembayaran. *Bukankah hari masih pagi, mengapa orang-orang sudah mengantri? Baskara menghela nafas panjang. Beginikah perubahan seorang wanita yang baru saja melahirkan? Begitu cerewet, mengomentari semuanya dengan sangat detil? "Kamu tidak percaya padaku?" Baskara menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia bersiap-siap dengan lengkingan suara Lily, tapi itu tidak terjadi. *Bukan begitu. Hanya saja, aku sudah bosan di sini. Pengen cepet-cepe

  • Fake Marriage   Bab 68 - Permainan Takdir

    Juna duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih, Ia menghisap sebuah cerutu yang anehnya, cerutu itu juga berwarna putih. Kepulan asap hanya terlihat bak garis tepi yang membentuk bulatan-bulatan tembus pandang, terbang hingga satu meter lalu menghilang tanpa jejak. Juna terus menghisap cerutu tanpa henti. Ia seakan sedang melepaskan semua beban yang ada di pundaknya. Pikiran Juna melanglang buana, entah kemana. Hanya saja, saat itu Juna sedang menghitung dalam hati usia pernikahannya dengan Lily. Jarinya mulai melambat kemudian berhenti berhitung. Ia menatap ke semua jari tangannya. Kurang satu bulan lagi, usia pernikahannya dengan Lily akan genap berusia satu tahun. "Sudah hampir satu tahun. Apakah aku sudah siap untuk melepasnya?" gumam Juna lirih. "Apa yang akan dilakukan Lily setelah perceraian ini? Akankah ia menikah dengan Baskara?" Juna kembali mengulang hitungannya dan tak lama kemudian dirinya berhenti . Berapa kalipun ia menghitung, ia akan berhenti di tempat yang sama

  • Fake Marriage   Bab 67 - Apakah Itu Artinya...

    Juna berlari mengejar taksi yang baru saja berhenti di halaman depan bandara. Ia tidak menghiraukan hujan deras yang mengguyur kota Jakarta setibanya ia dari Singapura. Yang ada dalam benaknya hanyalah Lily dan kandungannya. Ia sangat ingin menemani istrinya melewati masa-masa kritisnya saat melahirkan buah cinta mereka. Saat ia berhasil mencapai pintu taksi, mendadak sebuah sedan hitam menghantamnya dari samping kanan, membuat Juna terlempar ke udara setinggi satu meter sebelum jatuh ke sebelah kiri, berjarak sepuluh meter dari tempatnya berhenti semula. Ia tidak merasakan apa-apa lagi. Yang ia ucapkan saat dirinya menyentuh tanah hanya satu kalimat. "Maafkan aku, Lily." Juna mendengar teriakan orang-orang di sekitarnya hingga kemudian kehilangan kesadarannya. Juna memimpikan Baskara dalam alam bawah sadarnya. Tiba-tiba ia sudah berada dalam satu bangku panjang dengan adiknya. "Apakah dia sudah tidur?" tanyanya pada Baskara yang baru saja menjatuhkan tubuhnya di kursi yang sama

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status