Home / Romansa / Fake Marriage / Bab 6 - Siapa Pria Itu?

Share

Bab 6 - Siapa Pria Itu?

last update Last Updated: 2021-06-28 15:21:01

Siapa Pria Itu?

Semua yang berada di kamar itu terkejut. Terlebih Lily, ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Juna mengepalkan kedua tangannya. Ingin ia melayangkan bogem mentahnya ke wajah Baskara saat itu bila ia tidak ingat adiknya itu baru saja sadar dari pingsannya dan wajah itu masih terlihat lemah dan pucat.

Mama Amelia yang tidak kalah terkejut dengan pertanyaan Baskara, berjalan mendekati Baskara dan duduk di pinggir kasur empuk itu.

"Apakah kepalamu masih pusing? Belum makan sejak pagi?" Baskara terus di berondong Amelia terkait pertanyaan yang dianggap halusinasi Baskara sesaat karena dirinya baru saja sadar dari pingsannya. 

Pak Broto menghela nafas kasar. Ia tahu bahwa cucunya itu sedang menahan kecewa karena telah salah memilih langkah. Penyesalan selalu datang terlambat kan? Pak Broto langsung mengajak Pak Yono untuk mengantarkannya kembali beristirahat di kamarnya, tidak tega melihat wajah penuh kecewa dan penyesalan Baskara.

Juna sendiri dengan kasar menarik tangan Lily untuk meninggalkan kamar itu. Lily mengikuti langkah Juna dengan tertatih mengimbangi langkah Juna yang lebar dan panjang. 

Kini hanya tersisa Ridwan dan Amelia di kamar itu. Amelia memandang sedih Baskara, sedangkan Ridwan duduk di kursi yang berseberangan dengan kasur pembaringan Baskara.

"Makanlah ini lalu minum obat. Lanjutkan istirahatmu. Besok kita akan bicarakan lagi maksud perkataanmu tadi." Perintah Ridwan berjalan mendekati pembaringan Baskara seraya membawa sepiring bubur ayam yang baru saja diantar oleh asisten rumah tangga mereka.

-0-

Lily kali ini memang harus belajar menabung begitu banyak kesabaran. Bukan kali ini, tapi mungkin selamanya, selama ia hidup bersama Juna. Ia yang terbiasa dituruti semua kehendak dan kemauannya oleh kedua orang tuanya, kini, setelah menikah dengan Juna, sang perfeksionis yang sangat idealis, harus benar-benar belajar untuk bersabar.

Tampan tapi menyebalkan, batin Lily. Enak dilihat tapi nggak enak buat dinikmati. Dinikmati what?! Lawong mendekat saja,uugghh, juteknya ampun-ampun, batinnya lagi, berulangkali membuatnya mengucap bacaan istighfar, yang kemudian  menjadi kebiasaan barunya sekarang selain  mengurut dada, menenangkan emosinya sendiri. Ini semua berkat Juna.

Juna memang sudah berhasil merubah Lily. Lily menjadi lebih sabar tapi hanya pada saat menghadapi Juna, diluar itu ia menjadi lebih galak. Lily yang biasanya kalem, sekarang sering mengomel-omel sendiri apalagi setelah bertemu dengan sang suami.

Akibat perkataan Juna kemarin, yang menyindir dirinya karena ia lupa bahwa ia sudah menikah, dan harus meminta ijin dulu kepada Juna, sang  suami, membuat Lily malas untuk mengikuti  sholat tarawih di masjid seberang rumah ini. Bukan masalah minta ijinnya itu yang Lily permasalahkan, tapi ia sudah  merasa ilfill duluan bila harus terlibat percakapan dengan Juna.

Semua ini gara-gara laki-laki tua itu. Oh iya, di mana laki-laki tua itu, batin Lily  yang tiba-tiba teringat laki-laki yang mengancam akan harakiri saat itu juga bila Lily tidak mau menikah dengan cucu laki-lakinya. Kakek tua penyebab kelam masa depannya. Karena kakek itu, Lily terdampar dan terpaksa menghabiskan sisa hidupnya dengan pria menyebalkan bernama Juna, umpat Lily dalam hati. 

Lily masih setia dengan posisinya yang saat ini sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. Bahasa tubuhnya yang berubah-ubah  ternyata menyita perhatian Juna yang baru saja tiba dari kantornya.

Juna tidak langsung masuk ke kamarnya. Ia membuka pintu kamar yang sebelumnya terbuka sedikit. Ia melihat Lily yang berbicara sendiri, yang terkadang berdiri, lalu menepuk keningnya sendiri, dan sesekali menarik-narik  mukena yang ada di dekatnya. Ia semakin tertarik memperhatikan istrinya itu. Gadis aneh. Kakek menemukan gadis ini  dimana sih tanya nya dalam hati sembari melanjutkan langkahnya memasuki kamarnya yang tadi sempat terhenti. 

"Ehheemmm." Juna berdeham.

Gubrak. Lily seketika terlonjak kaget hingga ia jatuh dari tempatnya duduk.  Wajahnya mendadak pias, tangannya dingin, jantungnya berdetak kencang.

Sial! Kenapa dia sudah pulang, umpat Lily dalam hati, sambil berdiri agak sempoyongan karena kaget akan kehadiran Juna yang tiba-tiba. Ia meletakkan mukena dan sajadah yang tadi ia gunakan untuk sholat ashar, masih dengan tangan bergetar karena terkejut.

Ia kemudian bergegas menyisir rambutnya saat Juna masuk ke kamar mandi dan kembali menggunakan hijabnya dan melangkah keluar dari kamar itu hendak membantu mama Juna menyiapkan menu untuk berbuka puasa.

Juna yang kini sudah selesai mencuci tangan dan kakinya, keluar dari kamar mandi mengambil baju gantinya dan kembali masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari bau keringat yang melekat. Kemana gadis aneh itu pergi, Juna mengedarkan pandangannya mencari sosok Lily sebelum dirinya masuk kembali ke dalam kamar mandi.

Tiga puluh menit berlalu. Juna kini sudah berganti pakaian. Saat ini ia sudah mengenakan baju koko, dan tengah menyemprotkan eau de cologne ke baju nya. 

Lily datang mengetuk pintu kamar yang masih tertutup dari dalam. Tiga kali ketukan tanpa jawaban Ehm, paling sedang mandi, gumam Lily. Dirinya lantas  membalikkan badannya hendak beranjak dari depan kamar yang ia tempati bersama Juna. Namun, langkah kakinya yang baru dapat beberapa langkah terhenti karena teguran seseorang yang tadi hendak ia panggil.

"Kalau mengetuk pintu kamar atau rumah itu jangan hanya mengetuk tapi juga  mengucap salam?"

Lily tertegun dalam diam. Meredam kesal yang tiba-tiba membuncah. Ah, betapa ia sangat ingin menganiaya orang yang barusan menegurnya. Menjambak rambutnya, mencubit lengannya sesakit yang ia bisa, dan memukulnya sekuat-kuatnya.  

Juna melangkah ringan melewati Lily yang berdiri dalam diam, yang  tengah meredam emosinya. Entah. Tanpa Juna  sadari, ia semakin hari semakin senang menggoda Lily, menjadikan Lily, pereda kepenatan otaknya dan penghilang lelah raganya. Perasaannya menjadi lebih bahagia setelah melihat semua tingkah Lily yang menahan kesal akibat ucapan dan tingkah yang ia perbuat.

Tapi meski demikian, Juna dengan tegas tidak menyimpan rasa apapun tentang Lily. Ia hanya ingin menjalani pernikahan aneh ini sekedarnya saja, terlebih lagi setelah ia mendengar pertanyaan halu Baskara yang meminta pernikahannya dengan gadis itu dibatalkan. Ia hanya menganggap pernikahan ini sebagai hiburan bukan sesuatu yang penting karena ia sama sekali tidak melibatkan perasaannya. Ia menganggap pernikahan yang terjadi di antaranya dan Lily adalah sebuah pernikahan palsu, bukan kenyataan yang harus dianggap penting.

Lily menghirup udara sebanyak-banyaknya dan dengan perlahan menghembuskannya sambil merapal kata sabar berulang kali. Sabar, nantikan saja saat dimana aku bisa lepas dari pernikahan palsu ini. Aku akan membuat perhitungan denganmu, ucap gadis itu dalam hati.

Sabar-sabar. Bulan puasa. Jangan sampai terpancing amarah. Anggap saja ada setan yang berhasil lepas dari neraka dan sedang mencari tempat bersembunyi di dunia. Lily terus menenangkan dirinya. Sabar.

Disela kesibukan meredam amarahnya terhadap Juna, Lily teringat sosok pria yang datang di sela-sela perdebatannya dengan Juna. Pria berkulit putih itu melontarkan pertanyaan yang tidak masuk akal. Siapa pria itu? Tampaknya dia terlihat lebih ramah dari Juna. Kenapa bukan dia saja yang menjadi suaminya? Lily mulai mengkhayal yang tidak-tidak. Sikap Juna yang menyebalkan membuatnya lelah.

 

Related chapters

  • Fake Marriage   Bab 7 Niat Lily dan Ingatan Baskara

    Niat Lily dan Ingatan Baskara Baskara kembali memejamkan matanya. Obat yang baru saja ia minum mulai bereaksi. Pikirannya masih terbayang-bayang gadis yang tadi ia lihat di samping kakaknya. Lily, gumamnya lirih. Lupakah gadis itu padanya, tanyanya dalam hati. Diantara bayang-bayang Lily, Baskara akhirnya tertidur. Satu jam kemudian, Baskara terbangun dari tidurnya. Sakit kepala yang di deritanya mulai berangsur hilang, badannya kini lebih enteng dibanding sebelumnya. Pakaiannya basah karena keringat yang berhasil keluar dari pelipis dan sekujur tubuhnya. Baskara lantas bangun dari tidurnya secara perlahan. Ia berjalan ke kamar mandi, membasuh wajahnya dan bersikat gigi. Hari sudah subuh, ia bergegas menunaikan kewajibannya sebelum matahari meninggi, lalu keluar dari kamarnya. -0- Lily mengambil mushaf Alquran yang ada di lemari buku yang letaknya paling tinggi. Setelah sahur, ia menyegerakan diri untuk bersiap menunaikan sholat subuh, bukan di masjid, namun sendiri di kamarnya. Ju

    Last Updated : 2021-07-17
  • Fake Marriage   Bab 8 - Kakek Tua Yang Menyebalkan

    Kakek Tua Yang Menyebalkan Lily bangun pagi seperti biasa, namun bangun dengan perasaan yang luar biasa bahagia. Rona bahagia terlihat jelas sejak ia membuka matanya. Lili berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya mengusir rasa malas dan kantuk yang masih sedikit menggantung di pelupuk matanya dan dengan cepat keluar dari kamar hendak membantu menyiapkan santapan sahur. Tampak olehnya, pria yang hobbynya berkata pedas padanya masih terlelap tidur, membuat lily berjalan sedkit pelan agar tidak membangunkannya.Lily menyiapkan empat piring dan 4 mangkuk kecil sebagai wadah untuk menikmati sup jamur yang ia masak sendiri. Lily memasak sup jamur spesial untuk suaminya sebagai ungkapan terimakasih karena sudah mengijinkan dirinya untuk bekerja kembali. Ia menyiapkan semua itu dengan perasaan yang bahagia.Ia bersenandung kecil ketika menaiki tangga hendak membangunkan suaminya. Baru saja dirinya tiba di depan pi

    Last Updated : 2021-08-04
  • Fake Marriage   Bab 9 - Ada Apa Dengan Laki-laki itu

    Ada Apa Dengan Laki-laki itu Sepasang pengantin baru itu terdiam dalam perjalanan menuju kantor Lily. Lily yang awalnya sangat bersemangat menyambut hari ini, menjadi lemas ketika ia mendengar jawaban Juna atas pertanyaan yang ia ajukan saat melihat Juna mengenakan jaket dan meraih kontak mobil di atas meja riasnya, saat ia sudah bersiap untuk mengenakan tas selempangnya."Peraturan pertama, berangkat aku yang antar, pulang aku yang jemput. Tidak setuju tidak usah masuk kerja lagi," jawab Juna dengan nada tegas tak terbantahkan.Impiannya menikmati kebebasan berangkat kerja sendiri buyar seketika mendengar perkataan Juna itu.Ia berulang kali berdecih kesal mengungkapkan kekecewaannya, namun Juna bersikap acuh, tidak menanggapi kekesalan Lily.Lily terus diam menatap jalan. Lama kelamaan ia tidak tahan dengan keheranannya. Mengapa Juna bisa tahu letak kantornya padahal ia belum pernah ke sana, bahkan sewaktu berangkat tadipu

    Last Updated : 2021-08-08
  • Fake Marriage   Bab 10 - Tidakkah Kita Saling Mengenal Dulu?

    Tidakkah Kita Saling Mengenal Dulu? Ponsel Lily yang berada di atas mesin jahit tiba-tiba berbunyi. Jam dinding yang berada di ruangan itu sudah menunjukkan pukul 3 sore.Lily menggeser tombol berwarna hijau." Assalammu"alaikum.""Waalaikumsalam. Aku sudah di depan ruanganmu. Cepat buka!" Suara ketus Juna terdengar.Lily bersegera membukakan pintu ruangannya yang tadi ia tutup karena ia hendak melaksakan sholat ashar di ruangannya."Kenapa pakai ditutup segala sih pintunya," omel Juna saat melangkah masuk ruangan bernuansa hijau tosca itu. "Saya kan sedang sholat ashar suamiku sayang," ujar Lily tanpa menyadari sapaan yang baru saja terlontar dari bibirnya.Juna tercenung mendengar sapaan Lily barusan. Serius itu tadi yang mengucapkan Lily, istrinya si gadis aneh? Suamiku sayang? Rasa panas menjalar ke seluruh wajah Juna, ia mendadak gugup. Salah tingkah sendiri. Bila set

    Last Updated : 2021-08-10
  • Fake Marriage   Bab 11 - Kenangan

    KenanganLily terkesiap, mendengar pertanyaan laki-laki di depannya. Pandangannya semakin dalam seakan mencari kebenaran ucapan laki-laki itu. Detik berikutnya, Lily semakin merasa tidak berdaya."Tidakkah kita saling mengenal dulu?" Ia mengulangi lagi pertanyaannya, sambil tersenyum menatap Lily yang hanya diam mematung menatapnya. Mata bulat penuh binar itu tidak berubah, tetap indah seperti dulu, Baskara menggumam dalam hati. Dirinya terus saja mengamati wajah gadis di depannya yang masih menatap dirinya dalam diam. Lily tersadar dari diamnya lalu berdeham, menghilangkan kekakuan yang tercipta di antara mereka. "Maaf..." ucapnya pelan, seakan takut suaranya akan terdengar oleh orang lain selain mereka berdua. Baskara menangkap sikap Lily yang canggung. Ia tidak menyalahkan Lily. Dirinya dulu pernah menemani Lily untuk beberapa saat tanpa status hubungan yang jelas. Baik dirinya maupun Lily menjalani semu

    Last Updated : 2021-08-11
  • Fake Marriage   Bab 12 - Tekad Juna

    Tekad Juna Seminggu sudah Lily berangkat dan pulang kerja bersama dengan Juna, dan dalam seminggu itu pula tidak begitu banyak perubahan yang terjadi pada hubungan mereka berdua. Juna masih dengan sikap ketusnya dan menjadi semakin dingin setiap kali melihat bagaimana Baskara memperlakukan Lily dengan begitu lembut, berbanding terbalik dengan dirinya. Hari ini, seperti biasa kebisuan menemani mereka selama perjalanan pulang hingga mobil sedan itu memasuki pekarangan luas keluarga Broto. Keduanya memasuki rumah dengan berjalan beriringan, terus melewati ruang tamu dan ruang keluarga, menaiki tangga hingga tibalah mereka di kamar mereka. Juna melepas sepatunya dan menggantinya dengan selop kamar, lalu melepas dasi dan kemejanya. Tinggallah sekarang dirinya hanya mengenakan kaos singlet masih dengan celana panjang yang sama. Sedangkan Lily,

    Last Updated : 2021-08-13
  • Fake Marriage   Bab 13 - Ceraikan Aku

    Ceraikan Aku Juna melangkah acuh meninggalkan meja makan. Ia membiarkan Lily berjalan di belakangnya. Tidak lagi beriringan seperti biasanya. Kakek tua, Pak Broto, melihat semua kejadian yang berlangsung di meja makan selama buka puasa tadi. Ia menyaksikan bagaimana Baskara berusaha mendekati Lily, dan bagaimana ekspresi Juna melihat interaksi keduanya. Dalam hati kakek tua itu begitu sedih. Perjodohan yang ia harapkan dapat berakhir bahagia bagi sang cucu, justru menciptakan persaingan dan permusuhan diantara mereka. Dirinya sendiri tidak mampu menengahi pertikaian terselubung dua cucu kesayangannya itu. Ia hanya mampu menyerahkan semuanya kepada Yang Di Atas, akan seperti apa kedepannya hubungan kedua kakak beradik itu. Lily berdendang ringan meninggalkan meja makan. Ia melangkah menaiki tangga dengan riang ketika sebuah tangan kekar mencekal tangannya. Lily menghentikan langkahnya dan menoleh ke s

    Last Updated : 2021-08-15
  • Fake Marriage   Bab 14 - Dejavu

    Dejavu Lily berjalan cepat meninggalkan kamar Juna. Ia melangkah tegas, seakan ingin menunjukkan bahwa suasana hatinya sedang benar-benar marah. Ia berjalan menuju masjid yang berada tepat di seberang rumah mertuanya itu. Entah memang takdir atau hanya kebetulan semata, lagi-lagi dirinya dipertemukan kembali dengan Baskara yang juga tengah melangkah keluar dari kamarnya hendak ke masjid yang sama dengan yang dituju Lily. Baskara pun sama terkejutnya seperti Lily. Ia merasa seakan dirinya dan Lily sedang dipermainkan oleh takdir. Di saat seperti ini, mereka justru kerap bertemu tanpa mereka rencanakan sedikitpun. Baskara pun mempercepat langkahnya, berusaha mengejar Lily yang sudah melangkah jauh di depannya. "Lily!" panggil Baskara ketika ia berhasil mengikis jarak di antara mereka. Lily seketika menghentikan langkah kakinya. Suara Baskara seakan memiliki daya magis bagi Lily. Ia tidak memiliki daya apapun unt

    Last Updated : 2021-08-17

Latest chapter

  • Fake Marriage   Bab 75 - Akhir Cerita 2

    Suara itu begitu mengejutkan Juna dan Baskara. Mereka sama sekali tidak mengira sosok yang sedang mereka bicarakan, tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. "Lily...!" seru kakak beradik itu bersamaan, menatap wanita muda yang menggendong seorang bayi mungil. "Kebetulan sekali kita bertemu di sini." Lily tersenyum sangat manis. Sangat bertolak belakang dengan apa yang ia rasakan saat ini. Juna terngaga. Apakah ini semua rencana Tuhan? Mendatangkan Lily ditengah-tengah mereka yang sedang bersiteru tentang dirinya? "Lily! Kamu mau kemana?" Baskara segera bangkit dari duduknya. Ia lantas menghampiri Lily. Rasa sayang terlihat jelas dari sikap dan tutur kata Baskara, memaksa Juna kembali merasa bersalah. "Tidak kemana-mana." Lily masih tersenyum. Namun, perubahan di kedua manik cokelatnya, segera diketahui Baskara. Mata yang mulai berair itu, membuat Baskara secara tidak sadar menarik Lily ke dalam dekapannya. Ia thu jika wanita itu sedang berpura-pura tegar. "Aku tidak apa-apa,

  • Fake Marriage   Bab 74- Akhir Cerita 1

    Juna bergeming, kembali menatap langit biru yang membentang bersih tanpa sedikit pun awan. Ia mengabaikan pertanyaan Baskara, yang menuntut penjelasan lebih atas pernyataan yang baru saja ia ucapkan. Bukan hal yang mudah bagi seorang Juna, untuk mengambil keputusan itu. Ia sudah menimbang jauh hari sebelumnya. Ya. Sebelum ia dan Lily, pada akhirnya menyepakati untuk melakukan gencatan senjata, membuat kesepakatan untuk menjalankan peran mereka masing-masing, sebagai pasangan suami-istri, selama satu tahun. Dan kini, sudah tiba waktunya untuk mereka berdua, duduk bersama kembali, membicarakan hubungan mereka untuk ke depan. Membayangkan perpisahannya dengan Lily, dan juga Arka, membuat Juna tersiksa. Tidak pernah ia merasakan kebimbangan yang sangat seperti sekarang ini. "Aku sudah berjanji, akan menceraikannya setelah satu tahun pernikahan kami." Sontak Baskara mengangkat kepalanya. Ia tidak mengira jika Juna masih mengingat hal itu. "Kak?" Juna menganggukkan kepalanya dengan t

  • Fake Marriage   Bab 73 - Keputusan Berat

    Tangan kiri Juna bergerak sebentar lalu kembali diam. Ia mendengar beberapa orang sedang berbicara di dekatnya tapi ia tidak bisa memahami apa yang mereka bicarakan. Pria itu sibuk mencari-cari sumber cahaya. Ia tidak bisa melihat apa pun di sekitarnya. Gerakan ini tanpa ia sadari, membuat kepalanya secara otomatis bergerak ke kanan dan ke kiri. Sayangnya, di ruangan itu sedang tidak ada seorang pun. Gelap. Juna tidak bisa melihat apa-apa. Ia mencoba mengangkat tangan kanannya, tapi mengapa terasa begitu berat. Digantinya dengan tangan kiri. Berhasil. Tangannya terangkat sempurna, tapi ia tidak bisa meraih apa pun. Dikerjapkannya berulang kali, namun kedua matanya tetap tidak bisa melihat apa pun. 'Apa yang terjadi?' batin Juna mulai panik. 'Buta. Apakah aku sekarang buta?' Kini, Juna menjadi benar-benar panik. Tiba-tiba perutnya terasa begitu lapar. Ia ingin memakan sesuatu. Apa saja yang bisa mengganjal perutnya sekarang ini. Bayangan semur daging melayang-layang di benakn

  • Fake Marriage   Bab 72 - Keajaiban

    Baskara tenggelam dalam tumpukan map-map yang nyaris menutupi dirinya. Ia tidak punya banyak waktu untuk menyelesaikan semua dokumen-dokumen itu. Tiga jam berlalu sejak kedatangannya ke ruangan Juna. Karena kondisi Juna, maka ia terpaksa mengambil alih semua pekerjaan sang kakak,untuk sementara waktu. Untung saja ia pernah memimpin anak cabang perusahaan itu, jadi ia tidak perlu belajar terlalu lama untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah dikerjakan Juna sebelumnya. Ketukan yang sebenarnya tidak terlalu keras, membuyarkan konsentrasi Baskara. Ia nyaris terjungkal dari kursinya. Begitu wajah asisten Juna muncul dari balik pintu, Baskara sontak saja melayangkan satu pensil dan nyaris mengenai pelipis pria muda itu. "Aisssh, Kau ini! Tidak tahukah jika aku sedang sangat serius dengan pekerjaanku..." Tatapan kesal mengiringi langkah sang asisten. Ditutupnya dengan kasar, berkas yang berada di hadapannya "Maafkan saya, Pak. Tapi, ada telpon dari rumah sakit mengabarkan..." Belum juga kali

  • Fake Marriage   Bab 71 - Menanti Kabar Juna

    Lily bergeming. Ia tidak lagi berani membalas tatapan Baskara. Ia merasa seperti seorang pencuri yang tertangkap basah oleh pemilik rumah. Otaknya dipaksa berputar, mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Baskara yang dirasa menyudutkan dirinya. "Ak-Akuu... Aku hanya... Yaaah, hanya... Kebetulan...Ya, aku hanya kebetulan berada di sini..." Entah apa yang dipikirkan Lily. Jawabannya justru memicing pertanyaan lanjutan Baskara. "Kamu di sini sendiri?" Tanpa bisa dicegahnya, kepala Lily dengan pasrah mengangguk. "Sendiri? Lalu di mana Arka? Kamu meninggalkannya sendirian?" Suara Baskara tanpa sadar meninggi, membuat Lily sontak membulatkan matanya. "Suaramu!" seru Lily tertahan. Baskara segera menarik tangan Lily, membawa wanita muda itu keluar dari ruang serba putih itu. Lily meringis kesakitan. Baru kali ini, ia merasakan kemarahan Baskara. Apakah yang ia lakukan sangat salah? "Bas. Sssa-kiit," keluh Lily berusaha melepaskan cengkeraman Baskara di pergelangan tangann

  • Fake Marriage   Bab 70 - Bilik ICU

    Pak Yono berjalan cepat keluar dari kamarnya, meraih kontak mobil yang tergeletak di atas nakasnya. Langkahnya terkesan buru-buru, sambil berbicara dengan seseorang dengan ponselnya. "Baik, Mbak. Saya segera berangkat. Perlukah saya menghubungi Mas Baskara?" *Tidak perlu. Biar aku sendiri saja yang memberitahunya. "Baik. Saya berangkat ke sana sekarang." Mobil sedan hitam Juna meluncur mulus meninggalkan pekarangan luas milik Pak Broto. Lily menelpon Pak Yono untuk menjemputnya pulang, karena hari ini adalah hari terakhirnya dan bayi mungil Arka berada di rumah sakit. -0- Lily baru saja selesai membereskan semua barang bawaannya, tanpa bantuan siapa pun. Baskara masih menyelesaikan urusan administrasi persalinan dan perawatannya. Ia berjalan keluar, melihat apakah Pak Yono, orang kepercayaan Pak Broto sudah tiba di sini atau belum. Ia sangat membutuhkan Pak Yono saat ini. Ada sesuatu yang harus ia lakukan, sebelum dirinya dan bayi mungil Arka meninggalkan tempat ini. Lima bela

  • Fake Marriage   Bab 69 - Permainan Takdir 2

    Baskara langsung berdiri dan kembali ke loket tempat pembayaran. Telpon dari Lily membuat dirinya melupakan sejenak tentang nama pasien yang mirip dengan Juna. Untungnya, antrian tidak lagi sebanyak tadi. Hanya tinggal dua orang. *Apakah begitu banyak yang mengantri hingga kau membutuhkan waktu begitu lama menyelesaikan pembayarannya, Bas? Suara Lily terdengar seperti seseorang yang sedang merajuk. "Antri, Sayang. Banyak orang yang sedang mengantri melakukan pembayaran di sini." Baskara berbohong. Ia sendiri sedang berjalan, kembali menuju loket pembayaran. *Bukankah hari masih pagi, mengapa orang-orang sudah mengantri? Baskara menghela nafas panjang. Beginikah perubahan seorang wanita yang baru saja melahirkan? Begitu cerewet, mengomentari semuanya dengan sangat detil? "Kamu tidak percaya padaku?" Baskara menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia bersiap-siap dengan lengkingan suara Lily, tapi itu tidak terjadi. *Bukan begitu. Hanya saja, aku sudah bosan di sini. Pengen cepet-cepe

  • Fake Marriage   Bab 68 - Permainan Takdir

    Juna duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih, Ia menghisap sebuah cerutu yang anehnya, cerutu itu juga berwarna putih. Kepulan asap hanya terlihat bak garis tepi yang membentuk bulatan-bulatan tembus pandang, terbang hingga satu meter lalu menghilang tanpa jejak. Juna terus menghisap cerutu tanpa henti. Ia seakan sedang melepaskan semua beban yang ada di pundaknya. Pikiran Juna melanglang buana, entah kemana. Hanya saja, saat itu Juna sedang menghitung dalam hati usia pernikahannya dengan Lily. Jarinya mulai melambat kemudian berhenti berhitung. Ia menatap ke semua jari tangannya. Kurang satu bulan lagi, usia pernikahannya dengan Lily akan genap berusia satu tahun. "Sudah hampir satu tahun. Apakah aku sudah siap untuk melepasnya?" gumam Juna lirih. "Apa yang akan dilakukan Lily setelah perceraian ini? Akankah ia menikah dengan Baskara?" Juna kembali mengulang hitungannya dan tak lama kemudian dirinya berhenti . Berapa kalipun ia menghitung, ia akan berhenti di tempat yang sama

  • Fake Marriage   Bab 67 - Apakah Itu Artinya...

    Juna berlari mengejar taksi yang baru saja berhenti di halaman depan bandara. Ia tidak menghiraukan hujan deras yang mengguyur kota Jakarta setibanya ia dari Singapura. Yang ada dalam benaknya hanyalah Lily dan kandungannya. Ia sangat ingin menemani istrinya melewati masa-masa kritisnya saat melahirkan buah cinta mereka. Saat ia berhasil mencapai pintu taksi, mendadak sebuah sedan hitam menghantamnya dari samping kanan, membuat Juna terlempar ke udara setinggi satu meter sebelum jatuh ke sebelah kiri, berjarak sepuluh meter dari tempatnya berhenti semula. Ia tidak merasakan apa-apa lagi. Yang ia ucapkan saat dirinya menyentuh tanah hanya satu kalimat. "Maafkan aku, Lily." Juna mendengar teriakan orang-orang di sekitarnya hingga kemudian kehilangan kesadarannya. Juna memimpikan Baskara dalam alam bawah sadarnya. Tiba-tiba ia sudah berada dalam satu bangku panjang dengan adiknya. "Apakah dia sudah tidur?" tanyanya pada Baskara yang baru saja menjatuhkan tubuhnya di kursi yang sama

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status