Kantor Pusat Kantor pusat mulai tampak bersiap-siap dan berbenah ketika CEOnya Eldrian sudah mulai masuk ke kantor lagi. Setelah seminggu harus bekerja di hotel karena menghindari wartawan. Akhirnya Eldrian bisa kembali kerja ke kantor dengan santai tanpa ganguan wartawan. Beberapa manager tampak mulai berkonsultasi dengan Eldrian perihal banyak hal yang terunda. Tak terlalu banyak, Eldrian hanya perlu menanda tanggani beberapa dokumen dan ruangannya kembali sepi. Hanya ada satu pria yang tetap tinggal yaitu Dainel sekretaris pribadinya. "Niel gimana persiapan event amal minggu depan? Ada kendala ga?" tanya Eldrian. "Aman Pak! Tidak ada kendala semua devisi sudah mulai persiapan!" jawabnya formal. "Emm, seminggu ini jadwalku sibuk ga?" "Cuma ada dua pertemuan penting selebihnya masih longgar Pak, ada apa Pak ada rencana?" "Aku mau nenggok ke Devisi Pemasaran. Penasaran gimana persiapan event amal nanti, kayanya seru deh!" "Mau hubungi
Linda melihat langsung ke mata Ziyan, tampak pria itu terlihat sedikit kesal karena Linda berhasil menebak statusnya hanya dengan sekali pertanyaan. “Iya jomblo! Udah ga usah ngebully!” ujar Ziyan. “Hahaha, ya elah nggak! Siapa juga yang ngebully! Jomblo itu bukan kejahatan! Santai aja!” ujar Linda sambil melenggang berjalan melihat-lihat semua tempat. “Gimana Lin? Udah Fix ya tempat ini?” “Yup! Fix! Cuss balik yuk ke kantor!” ajaknya. Mereka kembali naik ke mobil Linda, siang hari jalanan Jakarta mulai tidak bersahabat. Kemacetan hampir di semua ruas jalan. “Waduh! Bakalan lama nih sampai kantor!” ujar Ziyan. “Hadeeh! Kapan sih kota ini bisa lenggang gitu, belum follow up lagi!” “Follow up apaan?” “Cuma ngingetin Yayasan Panti Asuhannya aja sih Yan! Biar mereka ga lupa sama event kita!” “Oh iya, ga bisa coba di follow up di sini aja Lin?” “Ya kan datanya ada di kantor Yan! Aku ga bawa dokumennya sama sekali!” “Ah bent
Ziyan melihat Ilona menggandeng tangan Jason mereka berdua berdansa sangat indah. Tampak wajah Jason dan Ilona sama sekali tidak canggung walaupun mereka atasan dan bawahan. Ziyan geram dia ingin langsung saja pergi tapi dia berpapasan dengan Mira. Wanita yang langsung ikut berdansa bersama mereka. Jason langsung menggandeng Mira, keduanya terlihat romantis. Ziyan baru sadar kalau itu tadi adalah adegan drama. Mereka sedang melakukan latihan hari ini. Ziyan merasa malu pada dirinya sendiri. Dia tadi benar-benar marah tanpa alasan yang jelas. Tak butuh waktu lama Jason melihat sosok pria yang dari tadi mengamatinya. "Mau cari siapa Mas? Emm..kaya pernah lihat ya?" ujarnya. "Mau ketemu dengan Ilona Pak!" ujar Ziyan yang langsung membuat Ilona sadar di ujung ruangan. "Eh, Ziyan! Kok ke sini? Bukannya tadi kamu sedang makan?" "Kok tau? Tadi kamu ke kantin? Kok ga dipanggil sih! Ah ga seru ah sekarang sombong ah!" ujar Ziyan. "Ah nggak, aku cuma ga
Hari itu Eldrian pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Dia tak suka melihat Ilona dekat dengan Jason. "Duh! Ilona itu gimana sih! Hhhhh....!" Eldrian menghela nafas. Pria itu membuang baju kantornya di atas ranjang kamarnya karena kesal. Dia tak bisa melakukan apapun di sana dia dan Ilona tak berstatus apapun. "Bodoh amat lah! Mau dia suka sama Jason, atau Jeremy apa urusannya sama aku? Emang dia siapa?" gumam Eldrian menenangkan dirinya. Tapi semakin dia mengingkari perasaannya, semakin kencang juga debaran di jantungnya. "Duh! Masa iya sih aku suka Ilona! Sudah jelas kalian teman! Ah goblok lu!" gumam Eldrian menutup kepalanya dengan bantal. Tok...Tok..Tok..! Suara ketukan dari pintu kamar. "Tuan Eldrian! Makannya sudah siap!" ujar Bi Sarni dari luar kamar. "Iya Bi, taruh di ruang makan aja! Nanti saya ke sana!" jawab Eldrian. Saat ini Eldrian tak terlalu berselera makan. Kenyataan dia punya saingan dalam mendekati Ilon
Malam itu ternyata Ziyan memesankan tiket film drama fantasi. Film romantis dengan genre fantasi peri dengan setting tempat yang sangat keren. Ilona cukup menikmati film yang dipilih Ziyan hanya saja dia juga kasihan dengan Ziyan yang duduk sendiri di pojok ruangan teater. Tapi llona melihat kalau Ziyan tampak serius melihat film yang dia tonton itu. "Ilona, habis dari sini kita makan yuk!" bisik Mira. "Ga deh kalian aja aku ada perlu!" ujar Ilona. "Beneran? Yuk ah sekali-sekali!" ujar Mira. "Maaf Say! Beneran ga bisa!" tolak Ilona. Mereka tak tau kalau ada cowok yang dari tadi melihat kesal ke arah mereka dari sudut ruangan. "Diih! Kenapa sih mereka harus nonton juga hari ini! Gangguin aja!" batin Ziyan yang menggerutu. Film sudah habis Mira dan Lusi keluar bersama Ilona, dari belakang Ziyan berjalan perlahan mengawasi mereka dengan melipat tangan. "Beneran nih ga mau ikutan makan malam sama kita?" tegas Lusi. "Iya ga usah! Terim
Setelah berkencan semalam dengan Ziyan, Ilona berangkat kerja dengan lebih semangat. Gadis itu mengenakan jepit rambut cantik pemberian Ziyan yang dihadiahkan padanya beberpa hari yang lalu. Sesampainya di kantor Mira dan Lusi langsung menghadang gadis cantik itu dengan mata penuh pertanyaan. "Ehem! Hayo kamu kencan sama siapa Ilona!" ujar Mira. "Gitu ya ternyata! Pantas aja nonton film gelisah aja! Pasti dia cowok yang duduk di pojok itu kan!" tebak Lusi dengan sangat akurat. "Hahaha! Apa sih kalian ini! Datang-datang di introgasi! Dia saudara sepupuku! Udah ah ga usah gosip!" jawab Ilona langsung duduk di meja kerjanya. "Ga deh beneran deh Ilona!" ujar Mira yang masih terlihat tidak percaya. "Udah sana kerja sana! Kerja!" "Heh kalian ini ngapain sih! Udah sana!" ujar Wenny membantu mengusir. "Ini juga diem-diem punya cowok! Cie yang kemarin kencan cie!" ujar Lusi pada Weni. "Halah...! Kaya ga pernah liat orang pacaran aja!
Jason menatap Ilona, pria itu ingin mengajaknya makan seusai pulang kerja. Ilona bingung, dia merasa agak cangung kalau makan berduan saja."Gimana mau ga makan bareng saya nanti? Cari tempat yang dekat apartementmu aja biar sekalian jalan!" tawar Jason pada Ilona."Emm..tapi saya masih ada kerjaan Pak. Ada yang mau saya cek sebentar untuk persiapan event!" ujar Ilona beralasan."Oh gitu ya udah, okay! Saya balik duluan ya! Jangan capek2 kerjanya! Kalian berdua semangat ya!" ujar Jason pada Ilona dan Wenny."Oh iya Pak! Makasih tawarannya!" jawab Wenny."Makasih ya Pak!" timpal Ilona juga.Seperginya Pak Jason, Wenny langsung melihat ke arah Ilona."Kenapa sih Say? Kan betul feelingku Pak Jason itu tertarik sama kamu! Ya aku tau sih kamu kayanya lebih nyaman sama Ziyan, tapi ga salah juga kok kalau kamu coba dekat sama Pak Jason!" ujar Wenny."Duh, apaan sih Wen! Semuanya cuma teman buat aku! Aku masih belum punya perasaan lebi
Ilona segera mengabiskan mie instant yang dipesannya, memakan sosis bakar pemberian Jason dan memasukkan buah iris yang masih tersegel itu ke dalam kantong belanjaannya, Ilona pulang ke apartemen dengan sedikit gundah. Seorang pria baru saja secara tak langsung mengungkapkan perasaannya. Tapi apa yang ada di pikirannya saat ini hanya ada satu pria. Ziyan! Pria yang kemarin digandengnya berlari saat nonton bioskop dan makan sea food sampai kenyang. Ilona mengendarai mobilny dengan cepat dan langsung sampai di apartemennya. Menaruh semua barang belanjaan dan duduk bersandar di sofa tengah. "Huh! Ilona kamu itu mikir apa sih!" gumamnya berbicara sendiri. Dia mengambil ponselnya dia tak melihat satu pesanpun dikirim oleh Ziyan. Padahal tadi pagi Ilona sudah mengirim pesan chat menanyakan kabar untuk sekedar basa-basi, itupun juga masih belum terbaca sampai malam ini. "Yan! Apa kamu hari ini sibuk banget sampai sama sekali ga ada kabar!" gumam Ilona bicara pada p