Jason menatap Ilona, pria itu ingin mengajaknya makan seusai pulang kerja. Ilona bingung, dia merasa agak cangung kalau makan berduan saja.
"Gimana mau ga makan bareng saya nanti? Cari tempat yang dekat apartementmu aja biar sekalian jalan!" tawar Jason pada Ilona.
"Emm..tapi saya masih ada kerjaan Pak. Ada yang mau saya cek sebentar untuk persiapan event!" ujar Ilona beralasan.
"Oh gitu ya udah, okay! Saya balik duluan ya! Jangan capek2 kerjanya! Kalian berdua semangat ya!" ujar Jason pada Ilona dan Wenny.
"Oh iya Pak! Makasih tawarannya!" jawab Wenny.
"Makasih ya Pak!" timpal Ilona juga.
Seperginya Pak Jason, Wenny langsung melihat ke arah Ilona.
"Kenapa sih Say? Kan betul feelingku Pak Jason itu tertarik sama kamu! Ya aku tau sih kamu kayanya lebih nyaman sama Ziyan, tapi ga salah juga kok kalau kamu coba dekat sama Pak Jason!" ujar Wenny.
"Duh, apaan sih Wen! Semuanya cuma teman buat aku! Aku masih belum punya perasaan lebi
Ilona segera mengabiskan mie instant yang dipesannya, memakan sosis bakar pemberian Jason dan memasukkan buah iris yang masih tersegel itu ke dalam kantong belanjaannya, Ilona pulang ke apartemen dengan sedikit gundah. Seorang pria baru saja secara tak langsung mengungkapkan perasaannya. Tapi apa yang ada di pikirannya saat ini hanya ada satu pria. Ziyan! Pria yang kemarin digandengnya berlari saat nonton bioskop dan makan sea food sampai kenyang. Ilona mengendarai mobilny dengan cepat dan langsung sampai di apartemennya. Menaruh semua barang belanjaan dan duduk bersandar di sofa tengah. "Huh! Ilona kamu itu mikir apa sih!" gumamnya berbicara sendiri. Dia mengambil ponselnya dia tak melihat satu pesanpun dikirim oleh Ziyan. Padahal tadi pagi Ilona sudah mengirim pesan chat menanyakan kabar untuk sekedar basa-basi, itupun juga masih belum terbaca sampai malam ini. "Yan! Apa kamu hari ini sibuk banget sampai sama sekali ga ada kabar!" gumam Ilona bicara pada p
Ilona dan Jason sampai di lokasi event, Ilona tak tau kalau ternyata Ziyan sudah ada di sana. Pria itu langsung berangkat ke lokasi even segera setelah sampai ke Indonesia tadi pagi. Ziyan yang merangkap sebagai staf perbantuan memang sedang membantu Linda untuk menyiapkan semua urusan gladi bersih yang berhubungan dengan humas hari ini. Linda yang melihat Jason datang bersama Ilona langsung tersenyum lebar, sementara Ilona terlihat kaget saat melihat Ziyan sudah ada di sana. Tapi sebelum Ilona menyapa Ziyan, Linda langsung berkomentar."Yan! Tuh liat si Jason bareng sama Ilona! Sudah kuduga mereka emang dekat!"ujar Linda sambil menunjuk Jason. Jason langsung datang menghampiri Linda dan memberikan sekardus barang-barang perlengkapan lomba anak-anak. "Nih bantuin bawa Nih! Daripada gosip aja Lu Lin!" ujar Jason.Ilona telihat diam dia hanya menurunkan semua barangnya bahkan tanpa menyapa Ziyan. Ziyan yang tak suka didiamkan langsung datang dan membantu Il
Ziyan duduk di belakang Ilona dan Jason dengan wajah tak nyaman. Dia merasa jadi pria yang payah karena harus menumpang di mobil Jason yang merupakan rival cintanya. Beda dengan Jason yang memang jauh lebih dewasa, pria itu hanya tersenyum memperhatikan kedua tingkah stafnya yang terlihat canggung. “Kalian lapar ga? Mau makan dulu?” ujar Jason memecah keheningan. “Nggak Pak, terima kasih!” jawab Ziyan “Iya Pak, ga usah! Saya mau langsung pulang saja?” jawab Ilona. “Beneran nih? Ga ada yang lapar?” tanya Jason menawarkan ulang “Iya Pak beneran! Lagi capek banget pengen langsung istirahat untuk persiapan even besok!” jelas Ilona. “Oh, ya udah! Okay!" Jason melihat wajah Ziyan dari kaca spion mobil. “Ziyan mau bareng sampai mana? Kamu rumahnya di mana?” tanya Jason. “Bapak jalan ke arah kantor kan ya? Saya nanti berhenti dekat sana aja Pak! Langsung ke tempat Ilona saja dulu Pak!” ujar Ziyan pada Jason. “Okay!” Jason membawa
Jason yang menatap para bocah yang berlarian tampak sedikit murung. Pernah menikah dan ditinggalkan oleh pasangan karena kematian adalah pengalaman yang menyedihkan. Melihat Timo yang lucu berlari-lari dengan lincah Jason tak tahan karena merasa gemas dan ikut bermain dengan para bocah itu. "Hai Timo sini! Om punya bubble gun lo....!" ujarnya mengajak ke spot tempat bermain outdoor. Beberapa bubble gun memang disediakan di playing corner, Jason membuat gelembung yang sangat banyak dengan bubble gun yang sangat besar. Anak-anak berlari mendekat mereka berebut memecahkan balon yang terbang sangat banyak. Jason tertawa senang, pria itu tampak sangat bahagia. Ilona menatap Jason yang sedang bermain, ada rasa iba di hatinya. Di usia Jason seharusnya dia sudah punya keluarga kecil yang bisa menemani kesehariannya. Seorang istri yang mencintainya dan anak-anak yang lucu yang bisa menyambutnya dengan ceria saat dia pulang kerja. Tapi sebelum dia mengasihani Jas
Ziyan yang baru saja datang belakangan, ternyata cukup menjadi pusat perhatian. Postur tubuh yang tinggi, kulit yang putih bersih dan wajah yang tampan tetap menjadi menarik para wanita walaupun dia memakai pakaian sederhana. Ziyan melepas kaca mata hitamnya dia berjalan di belakang para bocah yang tampak asik makan sambil meikmati alunan musik anak-anak yang ceria. Ziyan tersenyum, aura ceria anak-anak yang bahagia menular padanya. Dia bahkan tak sadar kalau Ilona sudah memperhatikannya dari tadi. Dia duduk bersila bersama para bocah dan tampak mengajak mereka ngobrol. Ikut membagi-bagikan balon dan memompa balon baru untuk dibagikan. Setelah 20 menit asik dengan para bocah barulah dia melihat Ilona di seberang area anak yang sedang melihatnya dengan wajah penuh makna. Melihat Ilona, Ziyan melambai. Pria itu mendekat, para staf di belakang Ilona tampak mulai bergunjing karena pria tampan yang dari tadi mereka perhatikan berjalan ke arah mereka. “Hai Ilona, giman
Ziyan dan Daniel bertepuk tangan, begitu juga para penonton yang terharu dengan drama yang mereka tonton barusan. Tiba-tiba Daniel berbisik pada Ziyan. "Pulang bareng apa mau tinggal di sini dulu?" tanyanya. Ziyan menatap Daniel dengan bimbang, dia ingin tinggal tapi bisa jadi Ilona masih marah padanya. "Mobilnya bawa aja Ian, aku bisa pulang bareng yang lain!" bisik Daniel lagi. "Ya udah okay!" jawab Ziyan. Daniel dan jajaran staf kantor pusat kepercayaan Daniel pamit pulang. Mereka meninggalkan acara event dengan segera setelah semua acara selesai. "Pak Daniel, apa ga masalah kalau Pak Eldrian di tinggal di sini?" tanya Haris pada atasannya. "Ga masalah Ris, Pak Eldrian kadang sering begitu! Jangan lupa di sini beliau namanya Ziyan!" ujar Daniel memperingatkan. "Ya Pak!" jawab Haris yang merasa kalau CEOnya itu aneh. Ziyan masih duduk di ruang aula saat semua orang bersiap pulang. Dia sedang menunggu Ilona keluar karena dia masih r
Ziyan yang mengambil dompet dokumen segera menyimpannya ke laci kecil di dalam mobilnya. Ilona terdiam dia merasa kalau Ziyan memang sedang menyembunyikan sesuatu. "Ups, maaf ya Yan, aku lancang!" ujar Ilona langsung mengangkat tangannya.Ziyan tersenyum simpul, dia juga tak enak sudah berteriak pada Ilona dengan nada yang agak keras karena benar-benar tak mau ketahuan. Suasana di mobil kembali hening, hanya suara kunyahan kentang dan air minum yang disedot melalui pipa sedotan plastik minuman kemasan. "Iya lebih baik makan aja lah, ngapain juga tadi aku kepo!" batin Ilona menyalahkan diri sendiri. Ziyan melihat Ilona yang tak bersuara, dia merasa bingung, tapi akhirnya memutuskan untuk mengajak bicara. "Ilona, setelah event amal ini kegiatanmu apa?" tanya Ziyan basa-basi. "Balik lagi kaya biasa, marketing ke mall, ke showroom optimasi website, ya gitu deh!" jawab Ilona. "Bosen ga sih?" tanya Ziyan. "Ya bosen juga sih, tapi aku emang
Ziyan menatap Ilona dengan wajah memerah, kali ini dia benar-benar malu. Tapi melihat wajah Ilona Ziyan tertawa. "Hahaha, kita pura-pura pacaran gitu? Ya ampun Ilona ada-ada aja kamu!" jawab Ziyan. Wajah Ilona merah, dia merasa malu karena permintaannya itu ditanggapi dengan tawa. "Ya udah lah kalau ga mau, aku minta tolong Pak Jason aja lah!" ujarnya membuat pilihan ke dua. "Jangan! Sama aku aja! Aku mau, aku bisa jadi pacarmu yang paling ganteng!" jawab Ziyan tersenyum. "Diih PDnya!" cibir Ilona yang tampak menyembunyikan rasa malunya juga. Ziyan tersenyum, entah kenapa dia terlihat sangat senang meskipun ini hanya pura-pura. Mobil sport milik Daniel akhirnya sampai di depan apartemen Ilona."Kamu kabari aja ya kalau Ibumu ke Jakarta! Jangan khawatir aku pemain drama yang handal!" ujar Ziyan sambil melambai. "Ya, ati-ati di jalan ya Ziyan! Makasih dianter!" jawab Ilona juga melambai. Ziyan pulang dan Ilona masuk ke apartemennya. Gad
Hari pernikahan, semua kru EO tampak begitu sibuk, meskipun beberapa hari Eldrian tidak bertemu Ilona dia tetap mempersiapkan pernikahan dengan baik. Dia tahu Ilona tak akan datang, tapi dia masih berdandan setampan mungkin dengan setelan jas putih ala pengantin eropa yang membuat Eldrian semakin tampan."Wah ganteng banget!" goda Daniel. "Haha," jawab Eldrian terpaksa tertawa. "Kok wajahmu muram gitu? Bukannya hari ini kamu bakal nikah sama Ilona! Harusnya kamu senang dong!" Hhhh..! Eldrian menghela nafas kasar. "Kenapa tuh? Kok kaya banyak pikiran?" "Udahlah Niel, kamu ga usah ikut acara nikahan gua deh! Lagian ga bakalan datang juga si Ilona," jelas Eldrian. "Hah? Gimana? Kamu ngomong apa?" "Ilona gabakal datang! Gua ditolak sama dia, lalu dia bilang ga mau nikah!" bisik Eldrian jelas di telinga Daniel. "Apaaa?" "Sssttt! Jangan berisik! Cuma kamu yang tau!" "Gila! Terus kalau batal kenapa kamu masih pakai baju tuxedo ganteng gini? Kenapa kamu ga batalkan semuanya?" "Kare
Eldrian yang datang menemui Ilona tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Ilona kaget. "Apa maksudmu?" "Undang saja semua temanmu, saudaramu, kerabatmu, kita menikah! Jangan memikirkan perceraian!" "Hah? Bukankah ini hanya berlaku satu tahun?" "Memang apa bedanya satu tahun atau selamanya? Kita benar-benar melakukan pernikahan!" "Tapi__bukankah kita teman Eldrian! Kau gila!" "Lalu? Apa kau tidak sedih kalau kita memulai pernikahan untuk perceraian? Apa kau sama sekali tidak punya perasaan?" "Sebentar? Apa maksudmu kau mulai memakai perasaan untuk hubungan kita?" "Setidaknya aku menyukainya!" "Menyukai apa?" "Makan bersama, bercanda, berbincang, belanja, aku suka jika aku bersama denganmu!" jawab Eldrian. "Tapi bedakan antara pertemanan dan percintaan! Itu beda Eldrian!" "Lalu apa kau pikir teman akan menikah! Hubungan kita itu tidak normal Ilona! Coba katakan apa kau tidak peduli padaku!" "Aku peduli!" "Apa kau tidak sayang?" "Aku sayang!" "Itu artinya
Sampai di lobi hotel Ilona menelepon Eldrian, entah ada apa tapi tanpa pikir panjang Eldrian langsung mengangkatnya. "Ya, ada apa?" jawab Eldrian. "Kamu lagi apa?" "Belanja! Bukannya kamu minta oleh-oleh!" "Oh ya? Mana lihat!" Edrian langsung mengganti panggilan dengan video call. "Nih!" ucapnya sembari menunjukkan barang-barang saat Ilona menerima ajakan video call. "Wah! Banyak banget! Kamu pasti habisin duit banyak!" "Nggak! Kan di kaki lima! Ini aku juga nawar. Aku beli kaos murah banget masak kena 150 bath per pcs," ujar Eldrian bangga. "Hooo! Ya ya! Bagus!" "Hahaha, kamu lagi apa?" "Ini di rumah, stafmu datang ke rumah Mama antar banyak undangan jadi kami lagi pilih siapa saja yang akan di undang," jawab Ilona. "Ah, sudah siap ya, undang aja semua temanmu, saudaramu, jangan khawatir biayanya," jelas Eldrian. "Ah, aku malah sembunyikan sebagian undangan dari mamaku!" "Kenapa?" "Bukannya kita akan cerai 1 tahun lagi? Kenapa harus aku undang semua?" tany
Eldrian yang malam itu datang ke apartemen Ilona cukup membuat Ilona kaget dengan informasi kalau mereka akan menikah dua minggu lagi. "Jangan gila! Dua minggu lagi itu masih bulan ini!" protes Ilona."Ya memang, lebih tepatnya 14 hari lagi, tapi aku rasa 10 hari lagi pernikahan kita akan dilaksanakan! Astaga sungguh tak disangka ya Ilona!" ujar Eldrian terlihat santai. "Tapi aku bahkan belum melakukan apapun! Ini pernikahan Eldrian!" "Kenapa kau begitu serius, bukannya kamu tahu ini hanya sebuah kerjasama? Jangan terlalu menjiwai kalau tidak mau jatuh cinta dan tergila-gila padaku!" ucapnya. "Huh! Semakin kau banyak bicara kau semakin terdengar menyebalkan! Sudah sana pergi ke Thailand!" "Hahaha, hei jangan galak kita akan tinggal bersama satu tahun ke depan!" "Astaga mimpi buruk!""Hahaha, apa kau mau oleh-oleh? Di Thailand banyak yang unik!" tawar Eldrian. "Emm, aku mau coklat saja!" "Coklat? Hei, kenapa cuma coklat? Apa kamu ga mau mau oleh-oleh yang lain?" Eldrian heran.
Ilona yang tidak bisa menemukanEldrian di kantor segera duduk di lobi kantor pusat dan mulai membuat panggilan. Dia tak menyangka pria itu bahkan tidak sedang di Indonesia saat menerima semua panggilannya. "Halo? Ada apa lagi?" jawabnya. "Di mana kamu?" tanya Ilona. "Aku__sedang kerja! Kenapa?" "Kerja di mana? Aku sedang di kantormu tapi kamu tak ada!" keluh Ilona. "Hah? Kamu ke kantorku? Oh, ya aku memang sedang tidak di tempat. Ada masalah apa?" tanya Eldrian. "Aku menarik semua kesepakatan kita! Lebih baik aku di marahi oleh Mamaku dari pada aku terjebak masalah besar denganmu!" ucap Ilona to the point. "Apa? Kamu berubah pikiran? Tapi kenapa? Bukankah menikahi pria kaya adalah impian semua wanita?" tanya Eldrian bingung. "Kata siapa? Aku tidak!" jawab Ilona. "Kenapa?" "Karena kekayaanmu bukan segalanya! Kenapa kamu malah terdengar sombong! Aku lebih suka kau saat menjadi Ziyan!" keluh Ilona. "Tapi Ilona, coba tanyakan ke ibumu apa dia mau membatalkan pernikahan kita? An
Ilona dan Eldrian melakukan kesepakatan, mereka akan menikah satu tahun dengan perjanjian bermaterai. Sebuah tindakan bodoh yang malah membuat hubungan mereka semakin jauh meskipun secara fisik mereka berdekatan. Ilona berpikir kalau Eldrian hanyalah pria yang suka bermain-main, sementara Eldian juga merasa kalau Ilona mulai sama gilanya dengan wanita lain yang dikencaninya karena mengajukan syarat harta sebagai hukuman. Tapi, setelah Ilona turun dari mobil dan Eldrian juga pergi mereka sama-sama berharap kalau sebenarnya mereka bisa bersama dalam hubungan yang sebenarnya. "Gila! Aku gila!" gerutu Eldrian memaki dirinya sendiri. "Apa yang kamu pikirkan Eldrian, pernikahan! Dengan Ilona? Huh! Bagaimana kamu bisa sepakat secepat itu? Pernikahan itu sah secara hukum dan agama! Itu artinya kau akan segera berstatus suami orang!" gerutunya lagi. Fyuuuh..! Pria itu menghela nafas, mengendarai mobilnya dengan tidak semangat. "Tapi, Ilona! Ya__ dia Ilona, aku yakin Ilona berbeda dengan
Makan malam Eldrian dan Ilona malah berakhir dengan rencana pernikahan untuk mereka. Dalam perjalanan pulang Ilona langsung protes pada Eldrian. "Ian! Apa kamu mulai gila? Orang tuamu berencana menikahkan kita!" protes Ilona. "Ya aku tahu, tapi sudahlah jangan kau anggap itu serius," "Begitu? Baiklah, aku tak akan peduli lagi dan langsung menolak saat ada tawaran pernikahan. "Hemm, ya lakukan apa yang kamu mau," jawab Eldrian kesannya seperti bermain-main. Sebenarnya pria itu merasa malu, dia tak menyangka kalau orang tuanya malah berbicara seperti itu pada Ilona. "Ya, pria kaya memang selalu bermain dengan pernikahan," gerutu Ilona. "Tidak seperti itu, aku bahkan belum pernah menikah," "Ya, tapi kau sudah berencana mengacaukannya! Jangan libatkan aku lagi!" "Ya, ya. Aku akan mengarang alasan yang mengatakan kalau kita sudah putus," jawab Eldrian. "Ya, kita putus malam ini! Hahaha," ucap Ilona tertawa seperti tidak ada beban. Eldrian sangat yakin wanita di sebela
Ilona yang menyetujui rencana Eldrian untuk berpura-pura menjadi pacar Eldrian, mulai merasa kalau akan ada masalah yang cukup serius menimpanya. Keringat dinginnya mulai keluar ketika mata tegas Pak Dewangga melihatnya, dari atas sampai ke bawah."Silahkan duduk!" ucapnya pada Ilona."Terima kasih," sahutnya.Eldrian tersenyum, nampak dia sama sekali tidak merasa grogi. "Kenapa lambat sekali!" protes Pak Dewangga."Biasa Yah, macet! Ini bukan Jepang, ini Jakarta!" jelasnya."Alasan saja! Ayah sudah pesan menu seafood, apa ada alergi?" tanya Pak Dewangga bertanya ke arah Ilona."Oh nggak Pak! Saya suka Seafood," jelas Ilona."Bagus!"Ilona melirik ke arah Eldrian, sementara Eldian menatap Ilona tanpa ragu dengan senyuman yang sangat manis."Jadi kalian pacaran?" tanya pria paruh baya itu."Ya begitulah! Cantikkan pacarku!" ujar Eldrian spontan memuji Ilona.Wajah Ilona merah, dia tak menyangka Eldrian sama sekali tidak grogi di depan ayahnya."Apa pekerjaanmu Nona?" tanya Pak Dewangg
Mendengar perkataan Ilona sepanjang perjalanan Eldrian diam. Dia merasa sedih karena Ilona bahkan terlihat sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan sesungguhnya dengannya. Dia menyetir dengan wajah cemberut seperti tidak semangat dengan apa yang akan dia lakukan hari itu.“Kenapa mukamu gitu amat?” tanya Ilona yang mulai sadar kalau lawan bicaranya terlihat berbeda.“Emang kenapa kalau pacaran sama gua bisa jadi masalah?” tanya Eldrian menanggapi pernyataan Ilona sebelumnya.“Haha, gua bercanda! Jangan diambil hati! Aku cuma mikir kaya di sinetron gitu aja sih Ian! Orang kaya biasanya lebih suka memilihkan jodoh yang selevel sama mereka. Kalau tahu anaknya pacaran sama orang biasa, kebanyakan sih ga setuju! Trus sekarang aku pura-pura jadi siapa? Pasti nanti ayahmu tanya, aku kerjanya apa, anaknya siapa? Lulusan apa?” ujar Ilona menebak apa yang akan dia hadapi saat nanti bertemu dengan Pak Dewangga.“Bilang aja apa adanya, Ilona staf marketing! Kerja di kantor cabang, ga usah dib