Brug...! Eldrian menutup wajahnya dengan bantal.
Pagi yang cukup cerah setelah melalui malam yang cukup menyebalkan bagi Eldrian. Seperti biasa dia harus putus dengan wanita yang dia kencani karena tau kalau si Venya mantannya hanya suka pada hartanya saja. Menjadi CEO sebuah perusahaan teknologi bukan hal sulit untuk memilih wanita yang disukai tapi sangat sulit untuk mencari wanita BAIK yang memang mencintai dirinya dibandingkan embel-embel harta dan posisinya.
“Ini kopinya Pak,” kata Supri asisten rumah tangga yang melayani Eldrian di rumah.
“Iya Mas, terima kasih, taruh di situ saja!” jawabnya.
“Mau baca koran Pak?” tanya Supri lagi.
“Ah, iya taruh situ saja Mas! Terima kasih,” jawabnya lagi.
Supri diam dan permisi keluar kamar, dia tau sepertinya ada yang menggangu pikiran bosnya pagi ini. Belum sempat Supri keluar Eldrian memanggilnya.
“Mas Supri!” Eldrian memanggil
“Eh iya Pak?” Supri kaget.
“Tolong bilang mas Tony ya, besok saya ke kantor ga usah diantar mobil, dan tolong minta siapkan motor matic satu ya. Kalau ga ada tolong belikan yang second aja di mana gitu terserah yang jelek aja asal masih bisa di starter otomatis!" pinta Eldrian.
Si Supri mulai bingung “Buat siapa Pak motornya?” tanyanya.
“Ya buat saya lah, mulai besok saya mau ngantor pakai motor aja,” jawab Eldrian.
“Loh, kenapa kok gitu Pak?” tanya Supri makin bingung.
“Ga papa Mas, biar ga macet aja,” jawab bosnya itu.
“Lah, terus kenapa cari yang second Pak?” tanya Supri penasaran.
“Udah, kamu jangan kepo, pokoknya saya minta tolong kamu bilang gitu ke Mas Tony ya, udah gitu aja jangan banyak tanya, Terima kasih,” jawab Eldrian.
Supri pergi sambil tetap penasaran. Sampai di parkiran Supri menyampaikan pesan Eldrian ke Tony supir pribadinya.
“Loh, buat apa beli motor? Second pula?” tanya Tony tak kalah penasaran.
“Ya ga tau mas, ini si Bos aneh dari pagi, kopi ga diminum, koran ga dibaca,eh malah minta beli motor second, katanya sih mau kerja pakai motor mulai besok,” jawab si Supri .
“Loh, terus aku sopir pribadinya buat apa? Ini mobil banyak ga dipakai?” si Tony mulai was-was.
“Ah, ya sudahlah saya cari motor second dulu lah,” pamit Tony pada Supri dan mulai mencari pesanan bosnya yang cukup aneh menurut mereka.
Eldrian lahir dari keluarga yang cukup terpandang, kuliah di Harvard dan mengembangkan usaha keluarga sebagai CEO di usia yang cukup muda yaitu 28 tahun. Semua bisa dia lakukan. Pria ini bukan karakter anak orang kaya manja. Biasa hidup sendiri di luar negeri membuatnya sangat terbiasa melakukan banyak hal sendiri. Dia sangat ramah dan bahkan selalu berkata sopan kepada semua pegawai dirumahnya.
Dia juga cukup tampan, termasuk tipe ideal pemikat wanita. Hanya saja Eldrian termasuk punya hati yang sulit ditakhlukkan. Dia tidak suka wanita berpakaian minim, dia tidak suka wanita cantik yang bodoh, dia tidak suka wanita cerewet, dia tidak suka wanita yang suka pamer harta, tidak suka wanita yang begini, begitu, begino,,bla,,bla,,bla,, panjang lah kriteria wanita idealnya. Oleh karena itu orang tua Eldrian, Bapak dan Ibu Dewanga cukup lelah menjodohkannya dikarenakan kebanyakan putri orang kaya punya sifat yang dibenci olehnya.
“Tok...Tok...Tok,” Tony mengetuk pintu kamar.
“Ya, silahkan masuk!” Eldrian menyahut.
“Pak, ini saya Tony, ini kunci motor yang Bapak pesan ya,” Tony masuk dan memberikan kunci motor matic second pesanannya.
“Besok saya kerjanya apa Pak?” tanya Tony khawatir.
“Katanya Pak Eldrian mau naik motor saja?” tanya Tony lagi.
“Oh iya, kamu santai dulu aja lah di rumah!” jawab bosnya.
“Maksud Bapak saya dipecat Pak?” Tony makin was-was.
“Ya ga lah Mas, ga usah mikir yang aneh-aneh, saya cuma mau naik motor aja,” jawab Eldrian tersenyum. “Besok lusa Mas Tony masuk lagi saja bantu-bantu Bi Sarni sama Mas Supri urus rumah ya!”.
“Oh begitu ya Pak, iya Pak terima kasih, lalu mobil yang di parkiran gimana Pak?” tanya Tony lagi.
“Oh iya, dipanasin aja tiap pagi pakai aja jalan ke pasar atau ke supermarket kalau Bi Sarni sama Mas Supri mau belanja kalian bertiga aja biar sekalian refreshing!” jelas Eldrian.
“Woh, yang bener Pak? Waduh seneng banget ini,” wajah sumringah di wajah Tony.
“Hihihi, ya udah santai aja, pokoknya saya minta tolong mobil saya dirawat, biar kalau saya butuh sewaktu-waktu udah ready ya!” jelas bosnya itu.
“Oh iya, SIAP PAK !” Tony semangat. “Saya permisi dulu ya Pak,” pamit Tony. Eldrian menggangguk dan Tony pun keluar dari kamar.
Bos muda itu membuka lemari bajunya, sambil memilih beberapa baju dia menelepon Pak Hadi kepala HRD .
“Tut....tut....tut....!” suara panggilan di Handphone.
“Halo, Ya Pak Eldrian, dengan saya Hadi HRD ada yang bisa dibantu Pak?” jawab stafnya.
“Begini Pak, tolong diatur ya mulai besok saya mau posisi Office Boy untuk saya ya Pak!” pinta Eldrian.
“Gimana Pak? OB Pak? Buat siapa Pak?" Pak Hadi seperti salah dengar.
“Untuk saya Pak Hadi, saya mau jadi Office Boy di kantor,” jawab bosnya itu santai.
“Kenapa begitu Pak?” tanya Pak Hadi bingung.
“Saya ingin pantau kinerja staf saya Pak. Jika saya masuk sebagai OB saya bisa tau mereka lebih jelas. Mana yang kerjanya bagus, mana yang santai-santaian, mana yang makan gaji buta,” jelas Eldrian.
“Oh begitu ya Pak, baik Pak saya siapkan, ini kebetulan ada posisi di bagian pemasaran kantor cabang,” jawab Pak Hadi.
“Okay!” Eldrian setuju.
“Tapi Pak, kalau OB kerjanya berat lo Pak, ga mau ganti posisi saja Pak? Mungkin staf admin atau staf marketingnya saja Pak?” Pak Hadi menawarkan.
“OB aja Pak, saya lama ga olah raga Pak pengen sibuk-sibuk sedikit,” jawab bosnya itu kalem.
“Oh begitu ya Pak, tapi ini dirahasiakan ya Pak?” Pak Hadi serba salah.
“Iya Pak, saya mau sedikit bermain di kantor. Begitu ya Pak tolong diatur! Tolong dirahasiakan dan tolong nama saya, semua identitas saya diganti!” pinta Eldrian lagi.
“Baik Pak,” jawab Pak Hadi agak pasrah.
Senin pagi, Eldrian keluar dari rumah dengan motor matic second putih dan helm standart hadiah gratisan dealer motor. Semua asisten di rumahnya heran, sebenarnya apa yang bosnya itu pikirkan. Eldrian memakai baju kaos sederhana, celana jeans sederhana, jaket sederhana dan tas ransel yang juga sederhana. Jauh dari brand mahal kesukaannya.
“Bos kita kenapa ya Ton?” celetuk Supri ke Tony.
“Mungkin lagi bosen Pri, bosen jadi orang kaya, mungkin bos mau ngerasain jadi orang biasa kaya kita-kita gini,” jawab Tony.
“Tapi tujuannya itu loh Ton? Apa? Kenapa coba kok susah-susah naik motor?” si Supri kepo.
“Ya itu Pri, tidak boleh banyak tanya katanya,” jawab Tony.
“Hemmmm....” si Tony dan Supri menghela nafas bersamaan.
Perusahaan R22 Tech kantor cabang 1
Eldrian datang menemui Pak Hadi dan langsung diberikan kartu karyawan baru dengan nama Ziyan Priambada.
“Wow, nama baru saya bagus juga Pak,” katanya sembari tersenyum.
“Ah..Bapak bisa saja,” Pak Hadi menjawab dengan wajah pucat.
“Pak Eldrian, ini serius Bapak mau jadi OB? Saya masih bisa ubah lo Pak, OB berat lo Pak,” saran Pak Hadi.
“Iya Pak, tidak masalah, OB juga profesi yang baik, sudah tidak usah sungkan. Silahkan Bapak kerja saja! Biar saya mulai kerja disini juga,” tutur Eldrian sambil tersenyum dan berlalu.
Pak Hadi mengernyitkan alis dan menatap bosnya itu dengan was-was, dia khawatir kalau kelakuan bos mudanya itu kedepan bisa dijadikan masalah oleh Bapak dan Ibu dewangga, tentu saja itu akan membuat dia berpotensi untuk disalahkan sebagai kepala HRD.
Ziyan (nama samaran Eldrian) mengetuk pintu dan mulai masuk ke kantor barunya.
“Selamat pagi! Perkenalkan saya Ziyan, saya OB baru di sini mohon kerjasamanya,” sapa Ziyan memberi salam orang se kantor. Beberapa pasang mata menatap aneh pria itu, sebagian ada yang tersenyum, ada yang melihatnya, ada juga yang bahkan hampir tidak peduli dan terus sibuk bekerja.
“Puk...!” ada seseorang yang menepuk pundaknya.
“Halo Ziyan, salam kenal, selamat bekerja ya, Semangat !” wanita itu tersenyum dengan sangat ramah, wajahnya cantik dengan rambut panjang diikat sedikit dan tergerai dengan rapi.
“Oh iya Bu, dengan ibu siapa kalau boleh tau?” Ziyan mencoba ramah.
Wanita itu tersenyum “Panggil saya Ilona, saya pasti banyak butuh bantuan Mas Ziyan nantinya, minta tolong ya jangan kaget dengan kerja saya, di sini sibuk banget soalnya,” jawab Ilona dengan ramah sambil berlalu menuju arah pintu keluar.
“Mas Ziyan ya? Bisa tolong saya?” seorang staf kantor mulai mengajak Ziyan bekerja. “Masnya bisa fotokopi ga? Tolong dong ini dikopikan semua ya!” sembari menyodorkan setumpuk dokumen.
Ziyan menerimanya dan segera lah dia menuju mesin foto kopi.
“Bisa kan? Saya tunjukkan satu kali, selanjutnya tolong dilanjutkan ya Mas!” staf itu mengajarkan.
Ziyan mengangguk, foto kopi adalah tugas pertama Ziyan dan berlanjut dengan banyak tugas lainnya di hari itu.
"Mas, tolong angkatkan barang ini ke lantai dua!” pinta Ani.
“Mas, tolong hubungi Pak Johan untuk minta nota retur barang di lantai 4 ya Mas!” pinta si Amar.
“Mas Ziyan, saya ngantuk banget nih, di kantin ada kopi Americano Latte tolong belikan satu ya, sama roti bludernya juga ya! Gulanya dikit aja ya!, terima kasih Mas,” pinta si Iqbal.
“Mas bisa minta tolong angkat produk ke lantai 3 Mas?” Bu Riska minta tolong.
Hampir tanpa jeda dan kesempatan bernafas, ternyata kantor yang dimasuki Ziyan cukup sibuk. Masuk jam istirahat kantor, Ziyan duduk minum teh sambil meregangkan kakinya yang mulai pegal. Dia duduk di belakang tembok yang terhalang almari dokumen sehingga tidak terlihat oleh staf lainnya.
“Fuhhh.... bisa santai juga akhirnya, ternyata padat juga kerjaan staf di sini,” Ziyan bergumam sambil nyengir.
“Kayanya aku salah devisi, hubungi Pak Hadi saja lah, minta pindah ke devisi lain,” batin Ziyan.
Belum sempat ziyan mengirim pesan terdengar suara staf menyebut namanya.
“Siapa tadi namanya? Ziyan ya? OB baru yang tadi itu loh?” seseorang membicarakannya.
“Iya Ziyan, kenapa?” sahut seseorang.
“Cakep juga ya, sayang OB kalau staf udah kupacarin hihihi,” jawab suara itu.
“Ya elah, dasar lu matre, emang kalau OB kenapa?” sahut temannya.
“Ya ogah lah, bisa-bisa nanti aku yang biayai kebutuhan hidupnya, mau kencan aku yang bayar, ih males banget!” ujar suara itu mengejek.
Tanpa terdengar oleh staf yang sedang bergosip Ziyan pergi ke arah kantin, perutnya mulai lapar dan sepertinya dia tidak suka dengan perbincangan wanita tadi. Ya memang benar Ziyan alias Eldrian paling benci dengan tipe wanita materialistis, oleh karena itu dia memilih pergi menghindar. Pria itu duduk dibangku kantin dan makan mie ayam pesanannya. Dia memakan mie perlahan sambil menghela nafas, entah apa yang dia pikirkan. Seorang tuan muda CEO perusahaan yang punya segalanya itu sedang MURUNG.
hai. terima kasih sudah membaca novel aku. Yuk baca dan simpan karyaku di pustaka kalian ya. Jangan lupa ulas dengan memberikan kritik dan saran ya. Terima kasih :)
Siang menjelang sore. Ziyan yang tampak murung duduk di kantin dan makan mie ayam. Tak lama kemudian ada seseorang menyapanya. “Hai Ziyan, gimana kerja hari pertama?” suara seorang wanita. Dia Ilona, wanita yang tadi menyapanya saat awal datang ke kantor. Sambil membawa segelas kopi latte dingin wanita itu menyodorkan kopi ke Ziyan. “Nih, kopi! Enak lo seger, biar ga ngantuk,” Ilona menawarkan. Dengan santai Ilona duduk di depan Ziyan dan meminum kopi dingin miliknya. “Wah, hari ini sibuk sekali, aku baru saja ke showroom di kantor pusat, di sana rame banget,” Ilona mulai mengajak ngobrol. Ziyan yang masih bengong menatap wanita itu dengan heran, entah apa yang dipikirkannya. “Kamu kenapa Ziyan?” Ilona menyadari lawan bicaranya itu sedikit tidak bereaksi. Ziyan sadar dan mulai ngobrol juga. “Ah, ga papa Bu, hanya capek naik turun angkat barang,” jelas Ziyan. “Oh, begitu ya, seharusnya OB itu ada tiga di sini karena kerjaannya banyak banget. Tapi sepertinya masih belum dapat o
Dua pria melangkah dengan cepat. Mereka segera pergi dari kantor pemasaran menuju arah parkiran depan. “Ada apa Daniel?” Eldrian bertanya. “Pak Eldrian kita harus segera ke Dubai besok! Bapak harus ke sana jika tidak ingin kehilangan investor besar!” jelas Daniel tentang maksud kedatangannya.“Okay, tolong pesankan tiketnya, kita berangkat besok!” ucap Eldrian setuju.“Baik Pak, akan saya proses untuk keberangkatan besok,” ujar Daniel.Daniel segera menghubungi beberapa staf untuk mengatur keberangkatan bosnya. Eldrian masuk ke dalam mobil yang dibawa Daniel, dia terdiam seperti ada yang dipikirkan.“Sepertinya beberapa hari ini aku tidak bisa bertemu Ilona,” batinnya.Mobil melaju cukup kencang memecah angin yang membawa lamunan Eldrian saat itu. Dia menatap langit dari jendela mobil, awan putih bergumpal tampak lebih indah dari biasanya. Gedung-gedung pencakar langit yang dia lintasi seperti sedang bergoyang-goyang di matanya dan sekali lagi dia tersenyum.Berdendang angin di bawa
Eldrian memakai kacamata hitamnya, matahari cabang Dubai memang beda teriknya dengan cabang Jakarta. Sambil membuka beberapa dokumen dia berbincang dengan beberapa pria berbusana layaknya pangeran Arab. Mereka seperti sedang bernegosiasi untuk pemasaran beberapa produk teknologi lintas negara. Tapi semua itu segera berakhir dengan kesepakatan yang tampak menyenangkan bagi kedua belah pihak. Kontrak ditanda tangani dan mereka bersalaman tanda kerjasama sudah diputuskan.Eldrian pergi dengan Daniel menuju arah kamar hotelnya. Banyak sekali orang asing di Dubai. Negara itu tidak setertutup Saudi Arabia dan negara Uni Emirat Arab lainnya. Mereka lebih terbuka untuk orang asing, bahkan lebih terbuka daripada negara kita. Tentu saja itu membuat pandangan mata Daniel sulit dijaga saat beberapa wanita bule berambut pirang dan berpakain sexy melintas kesana kemari.“Daniel! Pekerjaanmu sudah selesai, kamu boleh jalan-jalan tanpa saya!" Eldrian memberi kesempatan pada sekretaris pribadinya itu
Siang itu cafe tempat reuni cukup ramai. Ilona, seorang wanita berambut panjang yang makin cantik dengan rok pendek terusan berwarna putih tulang. Jaket rajut putih crop sebagai outer dan sepatu sandal coklat muda. Rambutnya yang hitam kecoklatan sengaja dibiarkan terurai dengan sedikit ikatan di belakang.Terlihat beberapa alumnus kampus Ilona mulai hadir. Ada yang datang bersama pasangan bahkan ada yang datang bersama anak-anaknya. Cafe itu cukup besar, arsitekturnya minimalis, beberapa pot bunga cantik, lukisan yang mirip aliran picaso dan alunan musik barat terbaru.Ilona duduk di sudut sambil menunggu teman satu angkatannya. Maklum saja ini reuni besar jadi hampir semua angkatan ada di sana. Ada yang tampak familiar ada yang bahkan tidak dia kenal.“Ilona, sudah lama?” tanya seorang wanita yang baru saja datang. Dia adalah Indah teman lamanya, sering mengambil mata kuliah yang sama membuat mereka cukup dekat.“Kamu tambah cantik Lona,” ujar Indah memuji.“Ya namanya juga cewek ma
Terlihat MC sudah naik kepanggung dan akan memulai acara reuni hari itu. Beberapa angkatan lama ada yang naik panggung dan bernyanyi lagu tembang kenangan. Pasti umurnya tua sekali karena lagu-lagunya sama seperti lagu ibu Ilona. Fix reuni yang membosankan meskipun cukup lumayan untuk bersantai setelah satu minggu berurusan dengan pekerjaan.Tiba-tiba Ilona melihat seseorang yang cukup familiar disana. Sosok yang setiap hari dia lihat dikantor. “Pak Jason!” celetuknya.“Waduh gaes ada bosku!” Ilona menunduk sambil memberitahu kedua temannya.“Yang mana?” Indah dan Fransisca mulai kepo.“Tuh yang pakai kemeja hitam berkacamata!” jawab Ilona sembari menunjukkan keberadaan bosnya itu.“Wow, cakep juga Lona! Blasteran, wajahnya kaya pinter gitu!” ujar Fransisca mulai menganalisa.“Eh iya lo, kaya model!” ujar Indah sependapat.“Tapi masih tetep lebih ganteng CEO mu Ilona, kalau yang ini umurnya lebih tua dari kita, sepertinya kakak tingkat,” ujar Fransisca masih menganalisa.“Sudah, sudah
“Wuss..! Wuss..!” tercium bau telur gosong dari arah dapur.Apartemen yang ditinggali Ilona tampak berasap, untungnya semua jendela terbuka dan udara segar masih bisa masuk. Wanita muda itu sedang sibuk di dapur.“Au, Au!” suara Ilona terdengar berteriak.Hari ini Ilona masuk sedikit lebih siang, jadi dia berencana sarapan dirumah. Rencananya sih ingin membuat roti sandwich spesial made by Ilona, tapi kemampuan memasaknya memang sangat payah. Minyak goreng yang dia masukkan terlalu banyak untuk hanya menggoreng telur. Alhasil, minyak memercik kesana- kemari membuat serangan panas ke segala arah.“Hei, telur menurutlah pada tuanmu!” ucapnya.“Kalau sudah matang kugigit kau!” imbuh Ilona lagi.Akhirnya telur setengah gosong pun bisa diangkat dari penggorengan. Dia menaruhnya begitu saja diatas roti, memberikan daun slada, bawang bombay, keju slice, saus sambal,dan mayonise.“Hahaha, kata siapa aku tak bisa masak, ini buktinya bisa dimakan!” ujar Ilona mengunyah roti sembari membaca pesa
Percetakan Kantor PusatSilvia dan teman-teman segera menemui staf penanggung jawab kemasan. Dia menunjukkan tempat kemasan dan mempersilahkan mereka untuk bekerja. Biasanya kalau ada kesalahan cetak ada pekerja partime yang akan membantu. Tapi karena ini mendadak, jadi partimer tidak bisa datang membantu. Mereka mulai menempel stiker satu demi satu di atas kertas kemasan produk. Mereka hanya punya waktu 6 jam untuk bisa menyelesaikan semuanya. Sudah 1 jam mereka disana dan hanya sanggup menempel sekitar 2000 kemasan.Ilona mulai mengkalkulasi waktu. Jika sejam 2000 kemasan berarti 6 jam hanya bisa mendapat 12.000 kemasan. Masih kurang 28.000 kemasan lagi. Ini masalah, Ilona mulai mengshare pesan SOS ke grup kantor. Intinya dia meminta bantuan siapa saja yang longgar saat itu untuk membantu. Tapi dia agak pesimis karena pastinya tim lain juga akan punya kesibukan lain alih-alih membantu tim design untuk bertanggung jawab perihal penempelan stiker.Tuut..! Terdengar ada pesan masuk.“S
AC mobil yang dingin membawa suasana yang cukup canggung di dalam mobil. Ilona yang membawa Ziyan untuk traktiran usai kerja, malah tampak seperti kencan diam-diam.“Teman Bu Ilona ikut?” Ziyan memastikan.“Mereka pulang!” jawab Ilona singkat.Makin hening suasana di dalam mobil, Ziyan agak grogi karena malam ini mereka hanya berdua saja.“Kita ke DC Bistro ya, kamu mau?” ajak Ilona.“Boleh,” jawab Ziyan tidak kalah singkat.Ilona mengajak Ziyan ke rumah makan yang tempatnya agak jauh dari kantor. Ilona rupanya juga khawatir kalau acara makan bersama mereka menjadi gosip saat ada staf kantor yang melihatnya.“Bu Ilona, sekarang sibuk persiapan event apa? Ada pameran lagi?” tanya Ziyan mengusir canggungnya.“Ga ada pameran sih, cuma persiapan event sosial, bikin acara sama anak yatim, tapi masih belum kepikiran mau bikin apa yang sekiranya seru,” jawab Ilona.“Sosial? yang bulan depan ini?” tanya Ziyan memastikan.“Iya, event sosial perusahaan, CEO kita yang cari dananya, jauh-jauh sam
Hari pernikahan, semua kru EO tampak begitu sibuk, meskipun beberapa hari Eldrian tidak bertemu Ilona dia tetap mempersiapkan pernikahan dengan baik. Dia tahu Ilona tak akan datang, tapi dia masih berdandan setampan mungkin dengan setelan jas putih ala pengantin eropa yang membuat Eldrian semakin tampan."Wah ganteng banget!" goda Daniel. "Haha," jawab Eldrian terpaksa tertawa. "Kok wajahmu muram gitu? Bukannya hari ini kamu bakal nikah sama Ilona! Harusnya kamu senang dong!" Hhhh..! Eldrian menghela nafas kasar. "Kenapa tuh? Kok kaya banyak pikiran?" "Udahlah Niel, kamu ga usah ikut acara nikahan gua deh! Lagian ga bakalan datang juga si Ilona," jelas Eldrian. "Hah? Gimana? Kamu ngomong apa?" "Ilona gabakal datang! Gua ditolak sama dia, lalu dia bilang ga mau nikah!" bisik Eldrian jelas di telinga Daniel. "Apaaa?" "Sssttt! Jangan berisik! Cuma kamu yang tau!" "Gila! Terus kalau batal kenapa kamu masih pakai baju tuxedo ganteng gini? Kenapa kamu ga batalkan semuanya?" "Kare
Eldrian yang datang menemui Ilona tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Ilona kaget. "Apa maksudmu?" "Undang saja semua temanmu, saudaramu, kerabatmu, kita menikah! Jangan memikirkan perceraian!" "Hah? Bukankah ini hanya berlaku satu tahun?" "Memang apa bedanya satu tahun atau selamanya? Kita benar-benar melakukan pernikahan!" "Tapi__bukankah kita teman Eldrian! Kau gila!" "Lalu? Apa kau tidak sedih kalau kita memulai pernikahan untuk perceraian? Apa kau sama sekali tidak punya perasaan?" "Sebentar? Apa maksudmu kau mulai memakai perasaan untuk hubungan kita?" "Setidaknya aku menyukainya!" "Menyukai apa?" "Makan bersama, bercanda, berbincang, belanja, aku suka jika aku bersama denganmu!" jawab Eldrian. "Tapi bedakan antara pertemanan dan percintaan! Itu beda Eldrian!" "Lalu apa kau pikir teman akan menikah! Hubungan kita itu tidak normal Ilona! Coba katakan apa kau tidak peduli padaku!" "Aku peduli!" "Apa kau tidak sayang?" "Aku sayang!" "Itu artinya
Sampai di lobi hotel Ilona menelepon Eldrian, entah ada apa tapi tanpa pikir panjang Eldrian langsung mengangkatnya. "Ya, ada apa?" jawab Eldrian. "Kamu lagi apa?" "Belanja! Bukannya kamu minta oleh-oleh!" "Oh ya? Mana lihat!" Edrian langsung mengganti panggilan dengan video call. "Nih!" ucapnya sembari menunjukkan barang-barang saat Ilona menerima ajakan video call. "Wah! Banyak banget! Kamu pasti habisin duit banyak!" "Nggak! Kan di kaki lima! Ini aku juga nawar. Aku beli kaos murah banget masak kena 150 bath per pcs," ujar Eldrian bangga. "Hooo! Ya ya! Bagus!" "Hahaha, kamu lagi apa?" "Ini di rumah, stafmu datang ke rumah Mama antar banyak undangan jadi kami lagi pilih siapa saja yang akan di undang," jawab Ilona. "Ah, sudah siap ya, undang aja semua temanmu, saudaramu, jangan khawatir biayanya," jelas Eldrian. "Ah, aku malah sembunyikan sebagian undangan dari mamaku!" "Kenapa?" "Bukannya kita akan cerai 1 tahun lagi? Kenapa harus aku undang semua?" tany
Eldrian yang malam itu datang ke apartemen Ilona cukup membuat Ilona kaget dengan informasi kalau mereka akan menikah dua minggu lagi. "Jangan gila! Dua minggu lagi itu masih bulan ini!" protes Ilona."Ya memang, lebih tepatnya 14 hari lagi, tapi aku rasa 10 hari lagi pernikahan kita akan dilaksanakan! Astaga sungguh tak disangka ya Ilona!" ujar Eldrian terlihat santai. "Tapi aku bahkan belum melakukan apapun! Ini pernikahan Eldrian!" "Kenapa kau begitu serius, bukannya kamu tahu ini hanya sebuah kerjasama? Jangan terlalu menjiwai kalau tidak mau jatuh cinta dan tergila-gila padaku!" ucapnya. "Huh! Semakin kau banyak bicara kau semakin terdengar menyebalkan! Sudah sana pergi ke Thailand!" "Hahaha, hei jangan galak kita akan tinggal bersama satu tahun ke depan!" "Astaga mimpi buruk!""Hahaha, apa kau mau oleh-oleh? Di Thailand banyak yang unik!" tawar Eldrian. "Emm, aku mau coklat saja!" "Coklat? Hei, kenapa cuma coklat? Apa kamu ga mau mau oleh-oleh yang lain?" Eldrian heran.
Ilona yang tidak bisa menemukanEldrian di kantor segera duduk di lobi kantor pusat dan mulai membuat panggilan. Dia tak menyangka pria itu bahkan tidak sedang di Indonesia saat menerima semua panggilannya. "Halo? Ada apa lagi?" jawabnya. "Di mana kamu?" tanya Ilona. "Aku__sedang kerja! Kenapa?" "Kerja di mana? Aku sedang di kantormu tapi kamu tak ada!" keluh Ilona. "Hah? Kamu ke kantorku? Oh, ya aku memang sedang tidak di tempat. Ada masalah apa?" tanya Eldrian. "Aku menarik semua kesepakatan kita! Lebih baik aku di marahi oleh Mamaku dari pada aku terjebak masalah besar denganmu!" ucap Ilona to the point. "Apa? Kamu berubah pikiran? Tapi kenapa? Bukankah menikahi pria kaya adalah impian semua wanita?" tanya Eldrian bingung. "Kata siapa? Aku tidak!" jawab Ilona. "Kenapa?" "Karena kekayaanmu bukan segalanya! Kenapa kamu malah terdengar sombong! Aku lebih suka kau saat menjadi Ziyan!" keluh Ilona. "Tapi Ilona, coba tanyakan ke ibumu apa dia mau membatalkan pernikahan kita? An
Ilona dan Eldrian melakukan kesepakatan, mereka akan menikah satu tahun dengan perjanjian bermaterai. Sebuah tindakan bodoh yang malah membuat hubungan mereka semakin jauh meskipun secara fisik mereka berdekatan. Ilona berpikir kalau Eldrian hanyalah pria yang suka bermain-main, sementara Eldian juga merasa kalau Ilona mulai sama gilanya dengan wanita lain yang dikencaninya karena mengajukan syarat harta sebagai hukuman. Tapi, setelah Ilona turun dari mobil dan Eldrian juga pergi mereka sama-sama berharap kalau sebenarnya mereka bisa bersama dalam hubungan yang sebenarnya. "Gila! Aku gila!" gerutu Eldrian memaki dirinya sendiri. "Apa yang kamu pikirkan Eldrian, pernikahan! Dengan Ilona? Huh! Bagaimana kamu bisa sepakat secepat itu? Pernikahan itu sah secara hukum dan agama! Itu artinya kau akan segera berstatus suami orang!" gerutunya lagi. Fyuuuh..! Pria itu menghela nafas, mengendarai mobilnya dengan tidak semangat. "Tapi, Ilona! Ya__ dia Ilona, aku yakin Ilona berbeda dengan
Makan malam Eldrian dan Ilona malah berakhir dengan rencana pernikahan untuk mereka. Dalam perjalanan pulang Ilona langsung protes pada Eldrian. "Ian! Apa kamu mulai gila? Orang tuamu berencana menikahkan kita!" protes Ilona. "Ya aku tahu, tapi sudahlah jangan kau anggap itu serius," "Begitu? Baiklah, aku tak akan peduli lagi dan langsung menolak saat ada tawaran pernikahan. "Hemm, ya lakukan apa yang kamu mau," jawab Eldrian kesannya seperti bermain-main. Sebenarnya pria itu merasa malu, dia tak menyangka kalau orang tuanya malah berbicara seperti itu pada Ilona. "Ya, pria kaya memang selalu bermain dengan pernikahan," gerutu Ilona. "Tidak seperti itu, aku bahkan belum pernah menikah," "Ya, tapi kau sudah berencana mengacaukannya! Jangan libatkan aku lagi!" "Ya, ya. Aku akan mengarang alasan yang mengatakan kalau kita sudah putus," jawab Eldrian. "Ya, kita putus malam ini! Hahaha," ucap Ilona tertawa seperti tidak ada beban. Eldrian sangat yakin wanita di sebela
Ilona yang menyetujui rencana Eldrian untuk berpura-pura menjadi pacar Eldrian, mulai merasa kalau akan ada masalah yang cukup serius menimpanya. Keringat dinginnya mulai keluar ketika mata tegas Pak Dewangga melihatnya, dari atas sampai ke bawah."Silahkan duduk!" ucapnya pada Ilona."Terima kasih," sahutnya.Eldrian tersenyum, nampak dia sama sekali tidak merasa grogi. "Kenapa lambat sekali!" protes Pak Dewangga."Biasa Yah, macet! Ini bukan Jepang, ini Jakarta!" jelasnya."Alasan saja! Ayah sudah pesan menu seafood, apa ada alergi?" tanya Pak Dewangga bertanya ke arah Ilona."Oh nggak Pak! Saya suka Seafood," jelas Ilona."Bagus!"Ilona melirik ke arah Eldrian, sementara Eldian menatap Ilona tanpa ragu dengan senyuman yang sangat manis."Jadi kalian pacaran?" tanya pria paruh baya itu."Ya begitulah! Cantikkan pacarku!" ujar Eldrian spontan memuji Ilona.Wajah Ilona merah, dia tak menyangka Eldrian sama sekali tidak grogi di depan ayahnya."Apa pekerjaanmu Nona?" tanya Pak Dewangg
Mendengar perkataan Ilona sepanjang perjalanan Eldrian diam. Dia merasa sedih karena Ilona bahkan terlihat sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan sesungguhnya dengannya. Dia menyetir dengan wajah cemberut seperti tidak semangat dengan apa yang akan dia lakukan hari itu.“Kenapa mukamu gitu amat?” tanya Ilona yang mulai sadar kalau lawan bicaranya terlihat berbeda.“Emang kenapa kalau pacaran sama gua bisa jadi masalah?” tanya Eldrian menanggapi pernyataan Ilona sebelumnya.“Haha, gua bercanda! Jangan diambil hati! Aku cuma mikir kaya di sinetron gitu aja sih Ian! Orang kaya biasanya lebih suka memilihkan jodoh yang selevel sama mereka. Kalau tahu anaknya pacaran sama orang biasa, kebanyakan sih ga setuju! Trus sekarang aku pura-pura jadi siapa? Pasti nanti ayahmu tanya, aku kerjanya apa, anaknya siapa? Lulusan apa?” ujar Ilona menebak apa yang akan dia hadapi saat nanti bertemu dengan Pak Dewangga.“Bilang aja apa adanya, Ilona staf marketing! Kerja di kantor cabang, ga usah dib