Dua pria melangkah dengan cepat. Mereka segera pergi dari kantor pemasaran menuju arah parkiran depan.
“Ada apa Daniel?” Eldrian bertanya.
“Pak Eldrian kita harus segera ke Dubai besok! Bapak harus ke sana jika tidak ingin kehilangan investor besar!” jelas Daniel tentang maksud kedatangannya.
“Okay, tolong pesankan tiketnya, kita berangkat besok!” ucap Eldrian setuju.
“Baik Pak, akan saya proses untuk keberangkatan besok,” ujar Daniel.
Daniel segera menghubungi beberapa staf untuk mengatur keberangkatan bosnya. Eldrian masuk ke dalam mobil yang dibawa Daniel, dia terdiam seperti ada yang dipikirkan.
“Sepertinya beberapa hari ini aku tidak bisa bertemu Ilona,” batinnya.
Mobil melaju cukup kencang memecah angin yang membawa lamunan Eldrian saat itu. Dia menatap langit dari jendela mobil, awan putih bergumpal tampak lebih indah dari biasanya. Gedung-gedung pencakar langit yang dia lintasi seperti sedang bergoyang-goyang di matanya dan sekali lagi dia tersenyum.
Berdendang angin di bawah awan
Membawa pesan tanpa suara
Berbisik samar dekat di telingga
Menghangatkan jiwa-jiwa yang kesepian
Ruang Kantor Pemasaran
“Drrrrr....drrr....!” handphone Ilona bergetar. Rabu yang sibuk membuatnya tidak telalu peduli dengan beberapa pesan masuk. Hanya panggilan yang berhubungan dengan pekerjaan saja yang dia jawab. Duduk di depan laptop dengan wajah serius Ilona mengotak-atik website dan mencoba mengarang konten iklan. Dia sedang berpikir konsep baru apa yang bisa dia gunakan untuk produk barunya, sebelum iklan diberikan pada staf desain. Ilona memang sering mengajukan proposal, menyumbangkan ide-ide anehnya, kadang konsep horor, kadang konsep komedi, semua itu tampak menarik dan bisa menjadi ide iklan yang original dan mudah diingat orang.
“Ilona..! HPmu berisik tuh!” Wenny salah satu staf mengingatkan.
“Okay..okay.. Aku silent mode aja!” jawab Ilona.
“Buka dulu lah, siapa tau ada berita penting!” Wenny menyarankan.
“Oh ini, ga kok hanya saja grup alumni kampusku mau bikin reuni jadi mereka berisik banget hari ini,” jelasnya.
“Reuni, kamu ga ikut?” tanya Wenny.
"Ya elah Wen, mana sempat, rencana weekend minggu depan aku ikut acara di kantor pusat,” gerutu Ilona.
“Hahaha... Datang aja sih! Aiapa tau dapat jodoh say, masak iya jomblo terus!” Wenny meledek.
Ilona memang gila kerja, setiap hari ke rumah, showroom, kantor saja yang dia tuju. Ilona beralih menatap Wenny sambil menghentikan ketikan jari di laptopnya.
“Resek lu Wen!” Ilona manyun.
“Ahahaha...” mereka tertawa sambil terus melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Tiba-tiba ada bau makanan datang, aromanya sedap sekali seperti ayam saus keju dan beberapa bumbu lada hitam tapi ada juga bau seperti udang dan aroma enak lainnya.
“Permisi Bu, paket makanan untuk Bu Ilona,” suara Ganjar (staff OB devisi iklan) mengantar makanan dari resto cepat saji yang sedang naik daun.
“Loh dari siapa Mas?” tanya Ilona heran.
Dia memang belum makan dan tidak sedang pesan makanan delivery service.
“Ini dari Pak Jason Bu, katanya untuk Tim Bu Ilona,” Ganjar menjelaskan.
“Wah..terima kasih,” jawab Ilona.
Wenny yang sedang lapar langsung mewakili Ilona dan ikut berterima kasih pada Mas Ganjar.
“Asiiik.. ada traktiran Bos!” Wenny mulai membuka kotak makanan.
“Yuk Ilona, makan dulu maag lo entar, mumpung ada makanan enak nih!” ajaknya.
Kalau soal makanan Wenny memang selalu terdepan dan tercepat, wanita bertubuh mungil itu memang suka makan. Hanya saja tak tampak dari posturnya dan seperti hilang dirombak oleh enzim pencernaannya yang hebat.
“Iya..udah kamu makan duluan aja!” Ilona masih asik mengotak-atik laptopnya.
“Ya ampun ga enak nanti keburu dingin, ayolah makan bareng!” Wenny merayu. “Lihat paha ayam ini, saus kejunya sudah memanggil, Lona...Lona...Kemari! Makan aku! Aku enak! Teganya kau mengacuhkan aku Ilona!” Wenny menggerak-gerakkan paha ayam sambil terus mengunyah.
Ilona luluh juga melihat kelakuan teman kantornya itu, dia mengambil kotak makan dan segelas kopi latte dingin kesukaannya.
“Manager kita baik ya, tau aja kalau stafnya sering lupa makan,” celetuk Wenny.
"Iya,” sahut Ilona sembari mulai memasukkan udang kemulutnya.
“ Lumayan enak juga ya makanannya, yuk kapan-kapan kita nongki di outletnya aja”, ajak Wenny. Ilona mengangguk tanda setuju.
Belum selesai mereka makan melintas Mira dan Jenni yang seperti sedang bergosip.
“Hemm, masa iya sih Mir?” tanya Jenni tampak kaget.
“Duh kamu ini kaya ga tau aja, sudah dari dulu dia playboy,” ucap Mira tampak bersungguh-sungguh.
Percakapan mereka terhenti saat tercium bau ayam yang Wenny dan Ilona makan.
“Wooow, makan-makan nih, masih banyak ga? Bagi dong say!”, Jenni tampak sumringah.
“Ini masih banyak,” Wenny menawarkan.
“Asiik!” Mira dan Jeni langsung duduk dan mengunyah paha ayam.
“Eh, kalian gosip apaan sih? Seru amat!” Wenny penasaran.
“Itu loh Wen, si Rendy pacaran sama Siska padahal baru sebulan putus sama Mita. Heboh loh tim devisi 2. Gimana bisa enak kerja kalau setim satunya mantan, satunya pacar, ya ga sih?” jelas Mira dengan wajah meyakinkan. “Sepertinya bakal ada mutasi staf, karena Pak Hadi sudah dengar kalau kerja mereka kurang profesional,” imbuh Mira lagi.
“Tuh Wen dengerin, jangan pacaran aja nanti di mutasi, mending gue jomblo!” Ilona seperti mendapat pembenaran.
Ketiga temannya menatap Ilona dengan wajah meledek setengah kasihan.
“Susah juga ya kalau ngobrol sama jomblo akut,” ledek Jenni.
“Iya Jen parah, sepertinya susah diselamatkan!” imbuh Wenny.
Mira menepuk pundak Ilona. “Sabar ya Bestie!” wajah menyebalkan tampak jelas di wajah temannya itu.
“Sudah-sudah sini ayamnya, jangan dimakan!” Ilona merajuk dan mulai menyita ayam di meja.
“Ahahahaha..” ketiga temannya tertawa melihat kelakuan temannya yang naif itu.
“Ya sudah makan saja semua, siapa tau nanti bisa mimpi kencan sama peternak ayam,” ledek Jenni makin menjadi-jadi.
“Ada yang pernah disemprot pakai hand sanitizer ga!” Ilona mengambil sprayer di meja bagai menghalau virus jahat.
“Kaburrrrr...! Ahahahaha,” Mira dan Jenni lari setelah berhasil membawa kabur beberapa paha ayam.
Ilona menatap Wenny, dan gadis itu langsung mundur dengan medorong kursi kerja berodanya.
“Ampuun Bestie, Just Kidding!” Wenny cengengesan sambil tetap waspada siapa tau dia diserang dengan sprayer.
“Ya sudahlah aku ikut reuni aja,” celetuk Ilona.
Wenny tertawa tanpa suara dan mengacungkan jempol ke arah sahabatnya itu.
“Pokoknya minggu lo yang handle ya, ga ada orang lagi yang paham masalah persiapan launching!” Ilona tiba-tiba menyerahkan tanggung jawab ke Wenny.
“Oh, tidaaaakkkk! Tapi okay lah, aku rela berkorban untuk Bestieku”, Wenny mengedipkan mata menggoda.
“Hamsyong lu Wen!” Ilona tersenyum.
“Dandan yang cantik ya!” imbuh Wenny lagi.
“Ya..ya..ya... Cerewet! Memang apa sih asiknya punya pacar?” gerutu Ilona.
Hari itu berlalu dengan cukup panjang, selepas semua pekerjaan usai Ilona segera keluar menuju parkiran. Wanita ini memang cantik rambut panjang setengah coklat, kulit putihnya tanpa cacat, tubuh tinggi semampai dengan pakaian yang fashionable menjadi satu paket yang mengagumkan. Terlebih isi otaknya, sangat pintar. Beberapa laki-laki di kantor banyak yang menyukainya tapi si flat dan gila kerja itu yang mematahkan hati mereka. Dia hampir tidak memandang pria sebagai pria, semua gender sama, seperti itu perlakuan Ilona ke rekan kerjanya.
Ilona menekan pintu lift untuk pergi ke basement, di dalam dia bertemu dengan Jason managernya dan beberapa staf bagian iklan.
“Selamat malam Pak,” sapa Ilona.
"Oh iya Ilona,” sahut Jason.
Tampak beberapa staf iklan tampak sibuk berkonsultasi sambil jalan dengan bosnya itu. Maklum Jason selalu sibuk, jadi dia selalu terbuka untuk stafnya berkonsultasi di manapun dan kapanpun, selama itu di kantor. Setelah pulang kantor kami para staf tidak berani menggangu waktu istirahatnya. Karena sangat dipastikan waktu istirahatnya sangat minim.
Staf iklan turun kelantai 2 dan tinggal Ilona dan Jason saja yang tetap tinggal di lift menuju ke parkiran basement.“Gimana ayamnya enak?” tanya Jason.
“Oh iya Pak, tadi saya mau bilang terima kasih, tapi sepertinya Bapak masih sibuk sekali,” jawab Ilona sungkan.
"Enak nggak?" tanya Jason lagi.
“Gurih dan empuk ayamnya Pak, cocok banget datang pas saya lapar,” ujarnya.
“Hahaha, itu artinya kerasa enak karena memang pas kamu lapar aja Ilona!” Jason tertawa meledek.
“Ah, nggak kok Pak! Beneran enak! Tuh si Wenny, Mira sama Jenni juga ikut makan, malah ayamnya dibawa kabur,” imbuh Ilona.
“Berarti jatah ayam kamu kurang dong?” ledek managernya lagi.
“Ya ga gitu juga sih pak, mereka aja yang resek!” sambil membela diri.
“Ya udah next time kita makan di outletnya langsung aja ya bareng sama tim kamu!” ujar Jason menawarkan.
“Siap pak, beneran ditunggu lo! Hihihi,” Ilona tersenyum.
“Oh ya Pak saya permisi duluan ya, terima kasih traktirannya, kita pasti lebih semangat kerjanya Pak,” ucap Ilona sembari menunduk sopan kemudian berlalu sambil sedikit berlari kecil ke arah mobilnya. Jason hanya tersenyum melihat tingkah stafnya itu.
Hari ini Mama Ilona sengaja datang ke apartementnya, karena itu dia ingin segera pulang dan bertemu dengan ibunya. Mobil melaju dengan cukup hati-hati dan sampai juga dia di apartementnya. Mama Ilona pasti sudah datang, beliau bisa masuk dengan mudah karena Ilona memang memberinya kunci cadangan.
“Ma...!” Ilona membuka pintu sembari memanggil mamanya.
“Ilona, itu kamu Nak?” terdengar suara lembut dari dalam rumah.
Mereka berpelukan, tampak saling merindukan, sudah beberapa bulan Ilona tidak berkunjung ke rumah mamanya karena selalu sibuk bekerja.
“Gimana kerjanya? Lancar Nak?” mulai mengajak ngobrol sambil mengeluarkan beberapa makanan.
“Sup Merah Iga Sapi! Asikk...Makasih mama!” tanpa menjawab pertanyaan ibunya Ilona lebih fokus ke makanan yang dibawa.
“Rendang Padang! Ahhh, Mama memang terbaik!” Ilona memeluk ibunya sambil terus fokus pada makanan.
“Gimana kok kerjanya? Lancar?" mama mulai bertanya lagi.
“Lancar Ma..! Aamaannn..!” Ilona menenangkan.
“Pacar gimana? Sudah punya belum?” tanya mama Ilona penuh harap.
Sambil mengunyah kroket ayam Ilona menggeleng tanda dia masih belum punya kekasih.
“Udah lah, Mama tenang aja, jodoh pasti datang pada waktunya!” Ilona berdalih.
“Iya nak, pasti datang, tapi untuk orang yang mau berusaha,” celetuk mama yang paham benar kelakuan anaknya.
“Hehehe, aku mandi dulu ya,” Ilona mencoba kabur dari introgasi ibunya dan menuju kamar mandi.
Hari itu penuh dengan makanan, makanan memang salah satu cara mendekatkan sebuah hubungan. Terlebih pada orang dengan perut-perut yang sedang lapar.
Eldrian memakai kacamata hitamnya, matahari cabang Dubai memang beda teriknya dengan cabang Jakarta. Sambil membuka beberapa dokumen dia berbincang dengan beberapa pria berbusana layaknya pangeran Arab. Mereka seperti sedang bernegosiasi untuk pemasaran beberapa produk teknologi lintas negara. Tapi semua itu segera berakhir dengan kesepakatan yang tampak menyenangkan bagi kedua belah pihak. Kontrak ditanda tangani dan mereka bersalaman tanda kerjasama sudah diputuskan.Eldrian pergi dengan Daniel menuju arah kamar hotelnya. Banyak sekali orang asing di Dubai. Negara itu tidak setertutup Saudi Arabia dan negara Uni Emirat Arab lainnya. Mereka lebih terbuka untuk orang asing, bahkan lebih terbuka daripada negara kita. Tentu saja itu membuat pandangan mata Daniel sulit dijaga saat beberapa wanita bule berambut pirang dan berpakain sexy melintas kesana kemari.“Daniel! Pekerjaanmu sudah selesai, kamu boleh jalan-jalan tanpa saya!" Eldrian memberi kesempatan pada sekretaris pribadinya itu
Siang itu cafe tempat reuni cukup ramai. Ilona, seorang wanita berambut panjang yang makin cantik dengan rok pendek terusan berwarna putih tulang. Jaket rajut putih crop sebagai outer dan sepatu sandal coklat muda. Rambutnya yang hitam kecoklatan sengaja dibiarkan terurai dengan sedikit ikatan di belakang.Terlihat beberapa alumnus kampus Ilona mulai hadir. Ada yang datang bersama pasangan bahkan ada yang datang bersama anak-anaknya. Cafe itu cukup besar, arsitekturnya minimalis, beberapa pot bunga cantik, lukisan yang mirip aliran picaso dan alunan musik barat terbaru.Ilona duduk di sudut sambil menunggu teman satu angkatannya. Maklum saja ini reuni besar jadi hampir semua angkatan ada di sana. Ada yang tampak familiar ada yang bahkan tidak dia kenal.“Ilona, sudah lama?” tanya seorang wanita yang baru saja datang. Dia adalah Indah teman lamanya, sering mengambil mata kuliah yang sama membuat mereka cukup dekat.“Kamu tambah cantik Lona,” ujar Indah memuji.“Ya namanya juga cewek ma
Terlihat MC sudah naik kepanggung dan akan memulai acara reuni hari itu. Beberapa angkatan lama ada yang naik panggung dan bernyanyi lagu tembang kenangan. Pasti umurnya tua sekali karena lagu-lagunya sama seperti lagu ibu Ilona. Fix reuni yang membosankan meskipun cukup lumayan untuk bersantai setelah satu minggu berurusan dengan pekerjaan.Tiba-tiba Ilona melihat seseorang yang cukup familiar disana. Sosok yang setiap hari dia lihat dikantor. “Pak Jason!” celetuknya.“Waduh gaes ada bosku!” Ilona menunduk sambil memberitahu kedua temannya.“Yang mana?” Indah dan Fransisca mulai kepo.“Tuh yang pakai kemeja hitam berkacamata!” jawab Ilona sembari menunjukkan keberadaan bosnya itu.“Wow, cakep juga Lona! Blasteran, wajahnya kaya pinter gitu!” ujar Fransisca mulai menganalisa.“Eh iya lo, kaya model!” ujar Indah sependapat.“Tapi masih tetep lebih ganteng CEO mu Ilona, kalau yang ini umurnya lebih tua dari kita, sepertinya kakak tingkat,” ujar Fransisca masih menganalisa.“Sudah, sudah
“Wuss..! Wuss..!” tercium bau telur gosong dari arah dapur.Apartemen yang ditinggali Ilona tampak berasap, untungnya semua jendela terbuka dan udara segar masih bisa masuk. Wanita muda itu sedang sibuk di dapur.“Au, Au!” suara Ilona terdengar berteriak.Hari ini Ilona masuk sedikit lebih siang, jadi dia berencana sarapan dirumah. Rencananya sih ingin membuat roti sandwich spesial made by Ilona, tapi kemampuan memasaknya memang sangat payah. Minyak goreng yang dia masukkan terlalu banyak untuk hanya menggoreng telur. Alhasil, minyak memercik kesana- kemari membuat serangan panas ke segala arah.“Hei, telur menurutlah pada tuanmu!” ucapnya.“Kalau sudah matang kugigit kau!” imbuh Ilona lagi.Akhirnya telur setengah gosong pun bisa diangkat dari penggorengan. Dia menaruhnya begitu saja diatas roti, memberikan daun slada, bawang bombay, keju slice, saus sambal,dan mayonise.“Hahaha, kata siapa aku tak bisa masak, ini buktinya bisa dimakan!” ujar Ilona mengunyah roti sembari membaca pesa
Percetakan Kantor PusatSilvia dan teman-teman segera menemui staf penanggung jawab kemasan. Dia menunjukkan tempat kemasan dan mempersilahkan mereka untuk bekerja. Biasanya kalau ada kesalahan cetak ada pekerja partime yang akan membantu. Tapi karena ini mendadak, jadi partimer tidak bisa datang membantu. Mereka mulai menempel stiker satu demi satu di atas kertas kemasan produk. Mereka hanya punya waktu 6 jam untuk bisa menyelesaikan semuanya. Sudah 1 jam mereka disana dan hanya sanggup menempel sekitar 2000 kemasan.Ilona mulai mengkalkulasi waktu. Jika sejam 2000 kemasan berarti 6 jam hanya bisa mendapat 12.000 kemasan. Masih kurang 28.000 kemasan lagi. Ini masalah, Ilona mulai mengshare pesan SOS ke grup kantor. Intinya dia meminta bantuan siapa saja yang longgar saat itu untuk membantu. Tapi dia agak pesimis karena pastinya tim lain juga akan punya kesibukan lain alih-alih membantu tim design untuk bertanggung jawab perihal penempelan stiker.Tuut..! Terdengar ada pesan masuk.“S
AC mobil yang dingin membawa suasana yang cukup canggung di dalam mobil. Ilona yang membawa Ziyan untuk traktiran usai kerja, malah tampak seperti kencan diam-diam.“Teman Bu Ilona ikut?” Ziyan memastikan.“Mereka pulang!” jawab Ilona singkat.Makin hening suasana di dalam mobil, Ziyan agak grogi karena malam ini mereka hanya berdua saja.“Kita ke DC Bistro ya, kamu mau?” ajak Ilona.“Boleh,” jawab Ziyan tidak kalah singkat.Ilona mengajak Ziyan ke rumah makan yang tempatnya agak jauh dari kantor. Ilona rupanya juga khawatir kalau acara makan bersama mereka menjadi gosip saat ada staf kantor yang melihatnya.“Bu Ilona, sekarang sibuk persiapan event apa? Ada pameran lagi?” tanya Ziyan mengusir canggungnya.“Ga ada pameran sih, cuma persiapan event sosial, bikin acara sama anak yatim, tapi masih belum kepikiran mau bikin apa yang sekiranya seru,” jawab Ilona.“Sosial? yang bulan depan ini?” tanya Ziyan memastikan.“Iya, event sosial perusahaan, CEO kita yang cari dananya, jauh-jauh sam
Malam yang cukup panjang untuk berbincang-bincang, makanan yang enak, ide yang segar, dan teman yang tampan. Ziyan menatap Ilona yang mulai berbicara panjang lebar. Steik yang mereka pesan sudah habis dan sekarang berganti hidangan laut. Wanita itu bercerita tentang seputar pekerjaannya. Sembari mengetok cangkang kepiting yang keras mulut Ilona masih saja presentasi produk. Ilona memang masih tampak berenergi meskipun sudah lewat jam 10 malam. Ziyan tersenyum simpul dan terus mengamati. Ziyan merasa ada magnet yang cukup besar yang membuatnya tertarik pada wanita itu. Hanya saja Ziyan masih belum tau perasaan apa yang dirasakannya sekarang. Dia hanya membiarkan semua perasaan itu mengalir alami dan membuat kesan yang manis. Sesekali Ilona menyelipkan rambutnya ke telinga saat makan dan itu membuatnya tampak semakin mempesona. "Eh kamu tau ga bedanya rajungan sama kepiting laut?" tanya Ilona tiba-tiba. "Tau lah!" jawab Ziyan santai. "Tau? masak? apa bedanya?" tanya Ilona mendadak
2 minggu yang laluMinggu sore, Eldrian terlihat sedang asik membuka katalog kalung berlian di sebuah toko perhiasan. Eldrian ingin memberi kejutan pada kekasihnya Venya nanti malam. Sudah beberapa minggu mereka harus berhubungan jarak jauh karena Eldrian sedang mengurus beberapa urusan di Jepang. Rencana malam itu adalah menjemput Venya di apartementnya, membawa buket bunga, memesan tempat untuk makan malam, dan memberikan hadiah spesial. Persiapan yang sangat matang untuk sebuah kencan romantis .“Saya mau yang ini!” ujar Eldrian pada pelayan toko.Eldrian memilih sebuah kalung berlian berbentuk kunci kecil dengan lambang hati ditengahnya. Sangat indah, dan mampu mewakili perasaan rindunya saat itu. Sembari mengecek ponselnya dia tersenyum saat tau Daniel sudah berhasil memesan dan mengatur tempat makan yang Eldrian inginkan malam itu. Semua sudah siap sebelum jam 8 malam. Eldrian berdandan sangat tampan. Mengendarai mobil hitamnya dia sudah siap menuju apartement kekasihnya untuk m
Hari pernikahan, semua kru EO tampak begitu sibuk, meskipun beberapa hari Eldrian tidak bertemu Ilona dia tetap mempersiapkan pernikahan dengan baik. Dia tahu Ilona tak akan datang, tapi dia masih berdandan setampan mungkin dengan setelan jas putih ala pengantin eropa yang membuat Eldrian semakin tampan."Wah ganteng banget!" goda Daniel. "Haha," jawab Eldrian terpaksa tertawa. "Kok wajahmu muram gitu? Bukannya hari ini kamu bakal nikah sama Ilona! Harusnya kamu senang dong!" Hhhh..! Eldrian menghela nafas kasar. "Kenapa tuh? Kok kaya banyak pikiran?" "Udahlah Niel, kamu ga usah ikut acara nikahan gua deh! Lagian ga bakalan datang juga si Ilona," jelas Eldrian. "Hah? Gimana? Kamu ngomong apa?" "Ilona gabakal datang! Gua ditolak sama dia, lalu dia bilang ga mau nikah!" bisik Eldrian jelas di telinga Daniel. "Apaaa?" "Sssttt! Jangan berisik! Cuma kamu yang tau!" "Gila! Terus kalau batal kenapa kamu masih pakai baju tuxedo ganteng gini? Kenapa kamu ga batalkan semuanya?" "Kare
Eldrian yang datang menemui Ilona tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Ilona kaget. "Apa maksudmu?" "Undang saja semua temanmu, saudaramu, kerabatmu, kita menikah! Jangan memikirkan perceraian!" "Hah? Bukankah ini hanya berlaku satu tahun?" "Memang apa bedanya satu tahun atau selamanya? Kita benar-benar melakukan pernikahan!" "Tapi__bukankah kita teman Eldrian! Kau gila!" "Lalu? Apa kau tidak sedih kalau kita memulai pernikahan untuk perceraian? Apa kau sama sekali tidak punya perasaan?" "Sebentar? Apa maksudmu kau mulai memakai perasaan untuk hubungan kita?" "Setidaknya aku menyukainya!" "Menyukai apa?" "Makan bersama, bercanda, berbincang, belanja, aku suka jika aku bersama denganmu!" jawab Eldrian. "Tapi bedakan antara pertemanan dan percintaan! Itu beda Eldrian!" "Lalu apa kau pikir teman akan menikah! Hubungan kita itu tidak normal Ilona! Coba katakan apa kau tidak peduli padaku!" "Aku peduli!" "Apa kau tidak sayang?" "Aku sayang!" "Itu artinya
Sampai di lobi hotel Ilona menelepon Eldrian, entah ada apa tapi tanpa pikir panjang Eldrian langsung mengangkatnya. "Ya, ada apa?" jawab Eldrian. "Kamu lagi apa?" "Belanja! Bukannya kamu minta oleh-oleh!" "Oh ya? Mana lihat!" Edrian langsung mengganti panggilan dengan video call. "Nih!" ucapnya sembari menunjukkan barang-barang saat Ilona menerima ajakan video call. "Wah! Banyak banget! Kamu pasti habisin duit banyak!" "Nggak! Kan di kaki lima! Ini aku juga nawar. Aku beli kaos murah banget masak kena 150 bath per pcs," ujar Eldrian bangga. "Hooo! Ya ya! Bagus!" "Hahaha, kamu lagi apa?" "Ini di rumah, stafmu datang ke rumah Mama antar banyak undangan jadi kami lagi pilih siapa saja yang akan di undang," jawab Ilona. "Ah, sudah siap ya, undang aja semua temanmu, saudaramu, jangan khawatir biayanya," jelas Eldrian. "Ah, aku malah sembunyikan sebagian undangan dari mamaku!" "Kenapa?" "Bukannya kita akan cerai 1 tahun lagi? Kenapa harus aku undang semua?" tany
Eldrian yang malam itu datang ke apartemen Ilona cukup membuat Ilona kaget dengan informasi kalau mereka akan menikah dua minggu lagi. "Jangan gila! Dua minggu lagi itu masih bulan ini!" protes Ilona."Ya memang, lebih tepatnya 14 hari lagi, tapi aku rasa 10 hari lagi pernikahan kita akan dilaksanakan! Astaga sungguh tak disangka ya Ilona!" ujar Eldrian terlihat santai. "Tapi aku bahkan belum melakukan apapun! Ini pernikahan Eldrian!" "Kenapa kau begitu serius, bukannya kamu tahu ini hanya sebuah kerjasama? Jangan terlalu menjiwai kalau tidak mau jatuh cinta dan tergila-gila padaku!" ucapnya. "Huh! Semakin kau banyak bicara kau semakin terdengar menyebalkan! Sudah sana pergi ke Thailand!" "Hahaha, hei jangan galak kita akan tinggal bersama satu tahun ke depan!" "Astaga mimpi buruk!""Hahaha, apa kau mau oleh-oleh? Di Thailand banyak yang unik!" tawar Eldrian. "Emm, aku mau coklat saja!" "Coklat? Hei, kenapa cuma coklat? Apa kamu ga mau mau oleh-oleh yang lain?" Eldrian heran.
Ilona yang tidak bisa menemukanEldrian di kantor segera duduk di lobi kantor pusat dan mulai membuat panggilan. Dia tak menyangka pria itu bahkan tidak sedang di Indonesia saat menerima semua panggilannya. "Halo? Ada apa lagi?" jawabnya. "Di mana kamu?" tanya Ilona. "Aku__sedang kerja! Kenapa?" "Kerja di mana? Aku sedang di kantormu tapi kamu tak ada!" keluh Ilona. "Hah? Kamu ke kantorku? Oh, ya aku memang sedang tidak di tempat. Ada masalah apa?" tanya Eldrian. "Aku menarik semua kesepakatan kita! Lebih baik aku di marahi oleh Mamaku dari pada aku terjebak masalah besar denganmu!" ucap Ilona to the point. "Apa? Kamu berubah pikiran? Tapi kenapa? Bukankah menikahi pria kaya adalah impian semua wanita?" tanya Eldrian bingung. "Kata siapa? Aku tidak!" jawab Ilona. "Kenapa?" "Karena kekayaanmu bukan segalanya! Kenapa kamu malah terdengar sombong! Aku lebih suka kau saat menjadi Ziyan!" keluh Ilona. "Tapi Ilona, coba tanyakan ke ibumu apa dia mau membatalkan pernikahan kita? An
Ilona dan Eldrian melakukan kesepakatan, mereka akan menikah satu tahun dengan perjanjian bermaterai. Sebuah tindakan bodoh yang malah membuat hubungan mereka semakin jauh meskipun secara fisik mereka berdekatan. Ilona berpikir kalau Eldrian hanyalah pria yang suka bermain-main, sementara Eldian juga merasa kalau Ilona mulai sama gilanya dengan wanita lain yang dikencaninya karena mengajukan syarat harta sebagai hukuman. Tapi, setelah Ilona turun dari mobil dan Eldrian juga pergi mereka sama-sama berharap kalau sebenarnya mereka bisa bersama dalam hubungan yang sebenarnya. "Gila! Aku gila!" gerutu Eldrian memaki dirinya sendiri. "Apa yang kamu pikirkan Eldrian, pernikahan! Dengan Ilona? Huh! Bagaimana kamu bisa sepakat secepat itu? Pernikahan itu sah secara hukum dan agama! Itu artinya kau akan segera berstatus suami orang!" gerutunya lagi. Fyuuuh..! Pria itu menghela nafas, mengendarai mobilnya dengan tidak semangat. "Tapi, Ilona! Ya__ dia Ilona, aku yakin Ilona berbeda dengan
Makan malam Eldrian dan Ilona malah berakhir dengan rencana pernikahan untuk mereka. Dalam perjalanan pulang Ilona langsung protes pada Eldrian. "Ian! Apa kamu mulai gila? Orang tuamu berencana menikahkan kita!" protes Ilona. "Ya aku tahu, tapi sudahlah jangan kau anggap itu serius," "Begitu? Baiklah, aku tak akan peduli lagi dan langsung menolak saat ada tawaran pernikahan. "Hemm, ya lakukan apa yang kamu mau," jawab Eldrian kesannya seperti bermain-main. Sebenarnya pria itu merasa malu, dia tak menyangka kalau orang tuanya malah berbicara seperti itu pada Ilona. "Ya, pria kaya memang selalu bermain dengan pernikahan," gerutu Ilona. "Tidak seperti itu, aku bahkan belum pernah menikah," "Ya, tapi kau sudah berencana mengacaukannya! Jangan libatkan aku lagi!" "Ya, ya. Aku akan mengarang alasan yang mengatakan kalau kita sudah putus," jawab Eldrian. "Ya, kita putus malam ini! Hahaha," ucap Ilona tertawa seperti tidak ada beban. Eldrian sangat yakin wanita di sebela
Ilona yang menyetujui rencana Eldrian untuk berpura-pura menjadi pacar Eldrian, mulai merasa kalau akan ada masalah yang cukup serius menimpanya. Keringat dinginnya mulai keluar ketika mata tegas Pak Dewangga melihatnya, dari atas sampai ke bawah."Silahkan duduk!" ucapnya pada Ilona."Terima kasih," sahutnya.Eldrian tersenyum, nampak dia sama sekali tidak merasa grogi. "Kenapa lambat sekali!" protes Pak Dewangga."Biasa Yah, macet! Ini bukan Jepang, ini Jakarta!" jelasnya."Alasan saja! Ayah sudah pesan menu seafood, apa ada alergi?" tanya Pak Dewangga bertanya ke arah Ilona."Oh nggak Pak! Saya suka Seafood," jelas Ilona."Bagus!"Ilona melirik ke arah Eldrian, sementara Eldian menatap Ilona tanpa ragu dengan senyuman yang sangat manis."Jadi kalian pacaran?" tanya pria paruh baya itu."Ya begitulah! Cantikkan pacarku!" ujar Eldrian spontan memuji Ilona.Wajah Ilona merah, dia tak menyangka Eldrian sama sekali tidak grogi di depan ayahnya."Apa pekerjaanmu Nona?" tanya Pak Dewangg
Mendengar perkataan Ilona sepanjang perjalanan Eldrian diam. Dia merasa sedih karena Ilona bahkan terlihat sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan sesungguhnya dengannya. Dia menyetir dengan wajah cemberut seperti tidak semangat dengan apa yang akan dia lakukan hari itu.“Kenapa mukamu gitu amat?” tanya Ilona yang mulai sadar kalau lawan bicaranya terlihat berbeda.“Emang kenapa kalau pacaran sama gua bisa jadi masalah?” tanya Eldrian menanggapi pernyataan Ilona sebelumnya.“Haha, gua bercanda! Jangan diambil hati! Aku cuma mikir kaya di sinetron gitu aja sih Ian! Orang kaya biasanya lebih suka memilihkan jodoh yang selevel sama mereka. Kalau tahu anaknya pacaran sama orang biasa, kebanyakan sih ga setuju! Trus sekarang aku pura-pura jadi siapa? Pasti nanti ayahmu tanya, aku kerjanya apa, anaknya siapa? Lulusan apa?” ujar Ilona menebak apa yang akan dia hadapi saat nanti bertemu dengan Pak Dewangga.“Bilang aja apa adanya, Ilona staf marketing! Kerja di kantor cabang, ga usah dib