Terlihat MC sudah naik kepanggung dan akan memulai acara reuni hari itu. Beberapa angkatan lama ada yang naik panggung dan bernyanyi lagu tembang kenangan. Pasti umurnya tua sekali karena lagu-lagunya sama seperti lagu ibu Ilona. Fix reuni yang membosankan meskipun cukup lumayan untuk bersantai setelah satu minggu berurusan dengan pekerjaan.
Tiba-tiba Ilona melihat seseorang yang cukup familiar disana. Sosok yang setiap hari dia lihat dikantor. “Pak Jason!” celetuknya.
“Waduh gaes ada bosku!” Ilona menunduk sambil memberitahu kedua temannya.
“Yang mana?” Indah dan Fransisca mulai kepo.
“Tuh yang pakai kemeja hitam berkacamata!” jawab Ilona sembari menunjukkan keberadaan bosnya itu.
“Wow, cakep juga Lona! Blasteran, wajahnya kaya pinter gitu!” ujar Fransisca mulai menganalisa.
“Eh iya lo, kaya model!” ujar Indah sependapat.
“Tapi masih tetep lebih ganteng CEO mu Ilona, kalau yang ini umurnya lebih tua dari kita, sepertinya kakak tingkat,” ujar Fransisca masih menganalisa.
“Sudah, sudah jangan gibahin suami orang, sudah sold out, sudah jangan dilihatin, nanti orangnya nyadar!” Ilona mengingatkan.
“Ih kan bagus kalau disamperin, bisa kenalan, masa iya bakal di suruh ngantor hari minggu gini, ga mungkin kan!” ujar Fransisca sambil tetap memandang Jason.
“Ya ga enak Sis! Masa timku lembur aku malah libur sendiri, ketahuan reuni lagi, duuh!” Ilona makin menunduk.
“Hah, timmu lembur hari ini? Ahahaha. Pak! Ini Pak ada stafnya disini Pak!” ujar Fransisca mengoda sambil berbisik-bisik.
Belum selesai mereka bercanda mata Jason sudah melihat sosok Ilona dan benar-benar datang menghampiri mereka. Tiga perempuan itu terdiam seolah murid yang ketahuan sedang mencontek.
“Ilona! Kamu dari kampus ini juga?” tanya Jason.
“Iya Pak, saya angkatan 2016,” jawab Ilona canggung.
“Oh, kalau saya angkatan 2010,” ujar Jason.
“Tau gitu tadi bareng dari kantor ya. Eh, kayanya tadi saya ga ngelihat kamu di kantor?” Jason tampak memastikan.
Dua teman Ilona menelan ludah berprasangka bahwa si Lona akan disuruh balik kantor saat itu juga.
“Iya Pak hari ini saya ijin libur, Wenny yang gantikan Pak,” jelas Ilona.
“Oh gitu, ya bagus lah, masa iya kamu lembur terus Lona,” jawab Pak Jason diluar dugaan.
“Ya sudah lanjutkan makannya!” ujar Jason berbalik arah.
“Jason!” terdengar suara seorang laki-laki yang menyapa.
“Aku turut berduka cita ya, maaf aku ga bisa datang waktu istrimu meninggal, aku ada di Australia 2 tahun ini,” tampak seorang teman Jason mengajak ngobrol dengan suara yang masih terdengar dari meja Ilona dan kawan-kawan.
“Iya Bro, ga papa, minta doanya aja ya!” ujar Jason dengan wajah tampak sedih membicarakan mendiang istrinya.
“Leni sakit apa?” tanya temannya itu bersimpati. Mereka mengobrol dan semakin menjauh dari meja Ilona dan kawannya.
“Kamu dengar itu..? Istrinya meninggal!” tampak Fransisca memastikan apa yang di dengarnya.
“Oh iya, pantas saja setahun lalu Pak Jason sempat cuti berminggu-minggu, mungkin karena istrinya sakit,” ujar Ilona bersimpati.
“Kasihan ya, padahal masih muda!,” ucap Indah.
Berbeda dengan Indah, Fransisca malah tampak mengkode Ilona agar mulai mendekati bosnya itu.
“Available ternyata, kamu masih jomblo kan?” tanya Fransisca tanpa basa-basi.
“Huss! Udah makan saja tuh siomaynya!” jawab Ilona tampak tidak nyaman.
MC mulai mengajak para alumnus untuk melakukan game agar acara hari itu lebih meriah. Gamenya adalah Siapa Jomblo Silahkan Maju. Setiap program studi diwakili dua orang dan Ilona didorong ke atas panggung oleh teman-temannya. Ilona tersenyum kecut karena tau dia dikerjai oleh kawan-kawannya. Game berlangsung sangat lucu, bukan permainan berpasangan tapi tebak kata dan hasilnya sungguh konyol.
Seolah MC ingin memberi tahu bahwa status jomblo dikarenakan mereka kurang bisa berkomunikasi dengan lawan jenis. Lalu acara berakhir dengan doa agar para jomblowan dan jomblowati segera bisa mendapatkan jodoh. Fransisca dan Indah tertawa cekikikan melihat wajah Ilona yang tampak memerah dikerjai MC.
“Ah, kalian tega!” keluh Ilona.
“Ya ampun non, jangan diambil hati!” kata Indah dengan sedikit menahan tawa.
Tak lama kemudian ada seorang pria datang dan mengajak Ilona berkenalan. Rupanya game tadi cukup membuat para pria tertarik karena ada wanita cantik berstatus “Jomblo” naik ke atas panggung. Tapi seperti biasa Ilona tidak terlalu menanggapi dan malah permisi ke kamar mandi.
Acara reuni sudah usai, tiga serangkai berpamitan satu sama lain setelah cium pipi kanan kiri. Hari itu Ilona tidak bawa mobil karena mobilnya di taruh bengkel untuk service rutin. Terlihat dia berjalan kaki ke arah depan dan mulai mengotak-atik HP untuk memesan taxi online.
“Ga bawa mobil?” tanya seorang laki-laki mengajaknya bicara. Yup itu Jason atasannya.
“Oh iya Pak, di bengkel saya service rutin,” jelas Ilona.
“Mau bareng saya? Bukannya apartementmu dekat kantor? Saya mau balik ke sana, ayo sekalian!” Jason menawarkan.
“Tidak usah Pak, saya naik taxi online saja,” tolak Ilona.
“Sudah dapat belum mobilnya? Biasanya jam segini agak rame lo. Coba dulu deh kamu cek di aplikasi!” ujar Jason menyarankan.
Ternyata apa dugaan Jason tidak salah memang susah mendapatkan taxi online di jam macet, aplikasi Ilona hanya berputar-putar dan tidak segera mendapatkan pengemudi.
“Sudah, yuk sekalian bareng aja!” Jason menawarkan lagi.
Mau tak mau sepertinya Ilona tidak punya pilihan. Wanita muda itu akhirnya menumpang pulang dengan mobil bosnya. Mobil Jason cukup mewah, beberapa alat canggih ada disana. Seperti robot mainan kucing keluaran terbaru yang bisa menyapa saat kita masuk mobil. Robot itu menjelaskan kondisi lalu lintas terupdate dan memberi saran arah mana yang lengang dan paling cepat sampai tujuan.
“Gimana reuninya seneng ga?” Jason menggoda karena tau Ilona tadi dikerjai MC acara.
“Kalau tau mau dikerjain gitu, tadi saya ga usah datang aja Pak!” keluh Ilona.
“Hahaha, ga usah diambil hati, itu cuma game!” tutur Jason menenangkan.
“Masih lapar ga? Tuh lewat outlet ayam favoritmu!” Jason menunjuk sebuah resto ayam crispy keju yang dia kirimkan kapan hari.
“Oh, disitu tempatnya?” mata Ilona antusias.
“Bukannya Bapak masih mau kerja lagi? Next time aja lah sekalian sama tim marketing!. Teman-teman kayanya juga pengen coba makan disana!” saran Ilona.
“Hari ini saya kenyang!” sambil nyengir Ilona mengusap perutnya.
“Okay, next time ya!” Jason tersenyum sambil tetap fokus menyetir.
“Emangnya kamu jomblo Lona? Kirain pacarmu banyak?” Jason mulai menggoda lagi.
“Ya elah Pak, ga sempat ngedate Pak, tiap weekend kebagian lembur,” gerutu Ilona.
“Duh kasihan!” ujar Jason sembari meledek.
“Hemmm, apa jadi Jomblo itu kejahatan? Ga kan!” jawab Ilona membela diri.
"Iya ga usa nge GAS! Hahaha!" Pak Jason tertawa dan menghentikan mobilnya karena sudah sampai di depan apartement tempat Ilona tinggal.
"Terima kasih ya Pak!” Ilona berpamitan ramah.
“Oh iya, saya lupa, saya butuh bantuan kamu Lona! Tapi detailnya saya kirim besok saja lah, sekarang istirahat saja dulu!” ujar Jason yang tiba-tiba ingat pekerjaannya.
“Bye-bye, besok jangan telat ya!” sambil melambai dari mobil dan meninggalkan Ilona yang penasaran. Ilona mengerutkan alis sambil mengira-ngira pekerjaan apa yang akan dibebankan untuknya besok.
Hai terima kasih sudah baca, baca terus karyaku ya. terima kasih :)
“Wuss..! Wuss..!” tercium bau telur gosong dari arah dapur.Apartemen yang ditinggali Ilona tampak berasap, untungnya semua jendela terbuka dan udara segar masih bisa masuk. Wanita muda itu sedang sibuk di dapur.“Au, Au!” suara Ilona terdengar berteriak.Hari ini Ilona masuk sedikit lebih siang, jadi dia berencana sarapan dirumah. Rencananya sih ingin membuat roti sandwich spesial made by Ilona, tapi kemampuan memasaknya memang sangat payah. Minyak goreng yang dia masukkan terlalu banyak untuk hanya menggoreng telur. Alhasil, minyak memercik kesana- kemari membuat serangan panas ke segala arah.“Hei, telur menurutlah pada tuanmu!” ucapnya.“Kalau sudah matang kugigit kau!” imbuh Ilona lagi.Akhirnya telur setengah gosong pun bisa diangkat dari penggorengan. Dia menaruhnya begitu saja diatas roti, memberikan daun slada, bawang bombay, keju slice, saus sambal,dan mayonise.“Hahaha, kata siapa aku tak bisa masak, ini buktinya bisa dimakan!” ujar Ilona mengunyah roti sembari membaca pesa
Percetakan Kantor PusatSilvia dan teman-teman segera menemui staf penanggung jawab kemasan. Dia menunjukkan tempat kemasan dan mempersilahkan mereka untuk bekerja. Biasanya kalau ada kesalahan cetak ada pekerja partime yang akan membantu. Tapi karena ini mendadak, jadi partimer tidak bisa datang membantu. Mereka mulai menempel stiker satu demi satu di atas kertas kemasan produk. Mereka hanya punya waktu 6 jam untuk bisa menyelesaikan semuanya. Sudah 1 jam mereka disana dan hanya sanggup menempel sekitar 2000 kemasan.Ilona mulai mengkalkulasi waktu. Jika sejam 2000 kemasan berarti 6 jam hanya bisa mendapat 12.000 kemasan. Masih kurang 28.000 kemasan lagi. Ini masalah, Ilona mulai mengshare pesan SOS ke grup kantor. Intinya dia meminta bantuan siapa saja yang longgar saat itu untuk membantu. Tapi dia agak pesimis karena pastinya tim lain juga akan punya kesibukan lain alih-alih membantu tim design untuk bertanggung jawab perihal penempelan stiker.Tuut..! Terdengar ada pesan masuk.“S
AC mobil yang dingin membawa suasana yang cukup canggung di dalam mobil. Ilona yang membawa Ziyan untuk traktiran usai kerja, malah tampak seperti kencan diam-diam.“Teman Bu Ilona ikut?” Ziyan memastikan.“Mereka pulang!” jawab Ilona singkat.Makin hening suasana di dalam mobil, Ziyan agak grogi karena malam ini mereka hanya berdua saja.“Kita ke DC Bistro ya, kamu mau?” ajak Ilona.“Boleh,” jawab Ziyan tidak kalah singkat.Ilona mengajak Ziyan ke rumah makan yang tempatnya agak jauh dari kantor. Ilona rupanya juga khawatir kalau acara makan bersama mereka menjadi gosip saat ada staf kantor yang melihatnya.“Bu Ilona, sekarang sibuk persiapan event apa? Ada pameran lagi?” tanya Ziyan mengusir canggungnya.“Ga ada pameran sih, cuma persiapan event sosial, bikin acara sama anak yatim, tapi masih belum kepikiran mau bikin apa yang sekiranya seru,” jawab Ilona.“Sosial? yang bulan depan ini?” tanya Ziyan memastikan.“Iya, event sosial perusahaan, CEO kita yang cari dananya, jauh-jauh sam
Malam yang cukup panjang untuk berbincang-bincang, makanan yang enak, ide yang segar, dan teman yang tampan. Ziyan menatap Ilona yang mulai berbicara panjang lebar. Steik yang mereka pesan sudah habis dan sekarang berganti hidangan laut. Wanita itu bercerita tentang seputar pekerjaannya. Sembari mengetok cangkang kepiting yang keras mulut Ilona masih saja presentasi produk. Ilona memang masih tampak berenergi meskipun sudah lewat jam 10 malam. Ziyan tersenyum simpul dan terus mengamati. Ziyan merasa ada magnet yang cukup besar yang membuatnya tertarik pada wanita itu. Hanya saja Ziyan masih belum tau perasaan apa yang dirasakannya sekarang. Dia hanya membiarkan semua perasaan itu mengalir alami dan membuat kesan yang manis. Sesekali Ilona menyelipkan rambutnya ke telinga saat makan dan itu membuatnya tampak semakin mempesona. "Eh kamu tau ga bedanya rajungan sama kepiting laut?" tanya Ilona tiba-tiba. "Tau lah!" jawab Ziyan santai. "Tau? masak? apa bedanya?" tanya Ilona mendadak
2 minggu yang laluMinggu sore, Eldrian terlihat sedang asik membuka katalog kalung berlian di sebuah toko perhiasan. Eldrian ingin memberi kejutan pada kekasihnya Venya nanti malam. Sudah beberapa minggu mereka harus berhubungan jarak jauh karena Eldrian sedang mengurus beberapa urusan di Jepang. Rencana malam itu adalah menjemput Venya di apartementnya, membawa buket bunga, memesan tempat untuk makan malam, dan memberikan hadiah spesial. Persiapan yang sangat matang untuk sebuah kencan romantis .“Saya mau yang ini!” ujar Eldrian pada pelayan toko.Eldrian memilih sebuah kalung berlian berbentuk kunci kecil dengan lambang hati ditengahnya. Sangat indah, dan mampu mewakili perasaan rindunya saat itu. Sembari mengecek ponselnya dia tersenyum saat tau Daniel sudah berhasil memesan dan mengatur tempat makan yang Eldrian inginkan malam itu. Semua sudah siap sebelum jam 8 malam. Eldrian berdandan sangat tampan. Mengendarai mobil hitamnya dia sudah siap menuju apartement kekasihnya untuk m
Ilona dari pagi tampak mengotak-atik laptopnya dan melihat angka penjualan untuk minggu ini. Cukup lumayan tapi masih belum sampai ke target yang dia inginkan. Membuka website dan mulai mengupdate beberapa produk, Ilona juga mempunyai website pribadi untuk penjualan, semua staf marketing punya, hanya berbeda-beda produk saja. Ilona bertanggung jawab untuk produk robot pembersih, dan semua robot seputar rumah. Sangat laris dipasaran karena selain lucu, teknologinya juga sangat berguna. “Hai Ilona!” seseorang menyapanya. Dia adalah Jeremy rekannya dari bagian desain. “Kamu suka milk green tea?” tanyanya sembari menyodorkan cup minuman dingin. “Wow, terima kasih Jeremy,” ucap Ilona sambil tersenyum. “Gimana penjualanmu minggu ini? Aman?” tanya pria itu lagi. “Masih aman, tapi belum maksimal sih!” jawab Ilona. “Gimana desain iklanmu? Ada kendala?” tanya Ilona balik. “Semuanya sudah fix, sudah ACC Pak Jason kemarin” ujar Jeremy tamp
Kesibukan rutin CEO Eldrian membuatnya hampir tidak sempat melakukan penyamarannya. Ziyan si OB sudah lama tidak main ke kantor cabang devisi 1. Sore hari yang agak senggang membuatnya ingin pergi ke sana dan bertemu Ilona. Setelah menugaskan Daniel untuk mewakilinya bertugas. Eldrian pergi ke kantor cabang dengan membawa mobil box milik kantornya. OB serba bisa itu perannya, mobil kantor bukan sesuatu yang tampak mewah tapi cukup menjadi kakinya agar sampai ke kantor cabang.Eldrian masuk dan membawa sekotak kue. Dia duduk di lobi ruang tunggu dan membuat panggilan. Panggilan untuk Ilona teman barunya di kantor pemasaran. Teman yang cukup cantik dengan karakter baik hati yang gila kerja. Sore hari sudah dekat dengan waktu jam pulang staff. Ilona menerima panggilannya dan segera datang.Terakhir kali mereka bertemu adalah saat makan malam, sebuah malam yang menyenangkan sekaligus canggung. Ziyan tidak pernah menghubungi Ilona begitu juga Ilona. Baru sore hari itu merek
Hari Minggu pagi, janji kencan dengan Jeremy akhirnya disanggupi oleh Ilona. Dia teringat apa kata Ziyan bahwa mencoba bukanlah sesuatu hal yang salah. Pikirkan saja kalau Jeremy adalah saudaramu dan pahami karakternya. Saran yang bagus sekaligus agak menyesatkan bagi wanita yang sangat jarang berkencan dengan pria itu. Ilona mencari baju yang manis, dan berdandan agar tampak menarik. Bukan karena dia ingin tampil cantik di depan Jeremy tapi karena dia ingin mendalami suasana kencan dengan seorang pria. Maklum status jomblo yang sering menjadi bahan ledekan teman-temannya membuat Ilona merasa muak dan ingin juga memiliki satu pacar yang bisa dia ajak nongki bersama teman-temannya. Meskipun Ilona juga paham betul bahwa hati tidak bisa dipaksakan. Ilona membawa mobilnya sendiri dan mengajak Jeremy untuk bertemu langsung di bioskop saja. Hal itu dilakukan Ilona untuk mengantisipasi agar Jeremy tidak tau dimana dia tinggal karena dia teringat apa kata Ziyan ada sebagian pria yang memang
Hari pernikahan, semua kru EO tampak begitu sibuk, meskipun beberapa hari Eldrian tidak bertemu Ilona dia tetap mempersiapkan pernikahan dengan baik. Dia tahu Ilona tak akan datang, tapi dia masih berdandan setampan mungkin dengan setelan jas putih ala pengantin eropa yang membuat Eldrian semakin tampan."Wah ganteng banget!" goda Daniel. "Haha," jawab Eldrian terpaksa tertawa. "Kok wajahmu muram gitu? Bukannya hari ini kamu bakal nikah sama Ilona! Harusnya kamu senang dong!" Hhhh..! Eldrian menghela nafas kasar. "Kenapa tuh? Kok kaya banyak pikiran?" "Udahlah Niel, kamu ga usah ikut acara nikahan gua deh! Lagian ga bakalan datang juga si Ilona," jelas Eldrian. "Hah? Gimana? Kamu ngomong apa?" "Ilona gabakal datang! Gua ditolak sama dia, lalu dia bilang ga mau nikah!" bisik Eldrian jelas di telinga Daniel. "Apaaa?" "Sssttt! Jangan berisik! Cuma kamu yang tau!" "Gila! Terus kalau batal kenapa kamu masih pakai baju tuxedo ganteng gini? Kenapa kamu ga batalkan semuanya?" "Kare
Eldrian yang datang menemui Ilona tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Ilona kaget. "Apa maksudmu?" "Undang saja semua temanmu, saudaramu, kerabatmu, kita menikah! Jangan memikirkan perceraian!" "Hah? Bukankah ini hanya berlaku satu tahun?" "Memang apa bedanya satu tahun atau selamanya? Kita benar-benar melakukan pernikahan!" "Tapi__bukankah kita teman Eldrian! Kau gila!" "Lalu? Apa kau tidak sedih kalau kita memulai pernikahan untuk perceraian? Apa kau sama sekali tidak punya perasaan?" "Sebentar? Apa maksudmu kau mulai memakai perasaan untuk hubungan kita?" "Setidaknya aku menyukainya!" "Menyukai apa?" "Makan bersama, bercanda, berbincang, belanja, aku suka jika aku bersama denganmu!" jawab Eldrian. "Tapi bedakan antara pertemanan dan percintaan! Itu beda Eldrian!" "Lalu apa kau pikir teman akan menikah! Hubungan kita itu tidak normal Ilona! Coba katakan apa kau tidak peduli padaku!" "Aku peduli!" "Apa kau tidak sayang?" "Aku sayang!" "Itu artinya
Sampai di lobi hotel Ilona menelepon Eldrian, entah ada apa tapi tanpa pikir panjang Eldrian langsung mengangkatnya. "Ya, ada apa?" jawab Eldrian. "Kamu lagi apa?" "Belanja! Bukannya kamu minta oleh-oleh!" "Oh ya? Mana lihat!" Edrian langsung mengganti panggilan dengan video call. "Nih!" ucapnya sembari menunjukkan barang-barang saat Ilona menerima ajakan video call. "Wah! Banyak banget! Kamu pasti habisin duit banyak!" "Nggak! Kan di kaki lima! Ini aku juga nawar. Aku beli kaos murah banget masak kena 150 bath per pcs," ujar Eldrian bangga. "Hooo! Ya ya! Bagus!" "Hahaha, kamu lagi apa?" "Ini di rumah, stafmu datang ke rumah Mama antar banyak undangan jadi kami lagi pilih siapa saja yang akan di undang," jawab Ilona. "Ah, sudah siap ya, undang aja semua temanmu, saudaramu, jangan khawatir biayanya," jelas Eldrian. "Ah, aku malah sembunyikan sebagian undangan dari mamaku!" "Kenapa?" "Bukannya kita akan cerai 1 tahun lagi? Kenapa harus aku undang semua?" tany
Eldrian yang malam itu datang ke apartemen Ilona cukup membuat Ilona kaget dengan informasi kalau mereka akan menikah dua minggu lagi. "Jangan gila! Dua minggu lagi itu masih bulan ini!" protes Ilona."Ya memang, lebih tepatnya 14 hari lagi, tapi aku rasa 10 hari lagi pernikahan kita akan dilaksanakan! Astaga sungguh tak disangka ya Ilona!" ujar Eldrian terlihat santai. "Tapi aku bahkan belum melakukan apapun! Ini pernikahan Eldrian!" "Kenapa kau begitu serius, bukannya kamu tahu ini hanya sebuah kerjasama? Jangan terlalu menjiwai kalau tidak mau jatuh cinta dan tergila-gila padaku!" ucapnya. "Huh! Semakin kau banyak bicara kau semakin terdengar menyebalkan! Sudah sana pergi ke Thailand!" "Hahaha, hei jangan galak kita akan tinggal bersama satu tahun ke depan!" "Astaga mimpi buruk!""Hahaha, apa kau mau oleh-oleh? Di Thailand banyak yang unik!" tawar Eldrian. "Emm, aku mau coklat saja!" "Coklat? Hei, kenapa cuma coklat? Apa kamu ga mau mau oleh-oleh yang lain?" Eldrian heran.
Ilona yang tidak bisa menemukanEldrian di kantor segera duduk di lobi kantor pusat dan mulai membuat panggilan. Dia tak menyangka pria itu bahkan tidak sedang di Indonesia saat menerima semua panggilannya. "Halo? Ada apa lagi?" jawabnya. "Di mana kamu?" tanya Ilona. "Aku__sedang kerja! Kenapa?" "Kerja di mana? Aku sedang di kantormu tapi kamu tak ada!" keluh Ilona. "Hah? Kamu ke kantorku? Oh, ya aku memang sedang tidak di tempat. Ada masalah apa?" tanya Eldrian. "Aku menarik semua kesepakatan kita! Lebih baik aku di marahi oleh Mamaku dari pada aku terjebak masalah besar denganmu!" ucap Ilona to the point. "Apa? Kamu berubah pikiran? Tapi kenapa? Bukankah menikahi pria kaya adalah impian semua wanita?" tanya Eldrian bingung. "Kata siapa? Aku tidak!" jawab Ilona. "Kenapa?" "Karena kekayaanmu bukan segalanya! Kenapa kamu malah terdengar sombong! Aku lebih suka kau saat menjadi Ziyan!" keluh Ilona. "Tapi Ilona, coba tanyakan ke ibumu apa dia mau membatalkan pernikahan kita? An
Ilona dan Eldrian melakukan kesepakatan, mereka akan menikah satu tahun dengan perjanjian bermaterai. Sebuah tindakan bodoh yang malah membuat hubungan mereka semakin jauh meskipun secara fisik mereka berdekatan. Ilona berpikir kalau Eldrian hanyalah pria yang suka bermain-main, sementara Eldian juga merasa kalau Ilona mulai sama gilanya dengan wanita lain yang dikencaninya karena mengajukan syarat harta sebagai hukuman. Tapi, setelah Ilona turun dari mobil dan Eldrian juga pergi mereka sama-sama berharap kalau sebenarnya mereka bisa bersama dalam hubungan yang sebenarnya. "Gila! Aku gila!" gerutu Eldrian memaki dirinya sendiri. "Apa yang kamu pikirkan Eldrian, pernikahan! Dengan Ilona? Huh! Bagaimana kamu bisa sepakat secepat itu? Pernikahan itu sah secara hukum dan agama! Itu artinya kau akan segera berstatus suami orang!" gerutunya lagi. Fyuuuh..! Pria itu menghela nafas, mengendarai mobilnya dengan tidak semangat. "Tapi, Ilona! Ya__ dia Ilona, aku yakin Ilona berbeda dengan
Makan malam Eldrian dan Ilona malah berakhir dengan rencana pernikahan untuk mereka. Dalam perjalanan pulang Ilona langsung protes pada Eldrian. "Ian! Apa kamu mulai gila? Orang tuamu berencana menikahkan kita!" protes Ilona. "Ya aku tahu, tapi sudahlah jangan kau anggap itu serius," "Begitu? Baiklah, aku tak akan peduli lagi dan langsung menolak saat ada tawaran pernikahan. "Hemm, ya lakukan apa yang kamu mau," jawab Eldrian kesannya seperti bermain-main. Sebenarnya pria itu merasa malu, dia tak menyangka kalau orang tuanya malah berbicara seperti itu pada Ilona. "Ya, pria kaya memang selalu bermain dengan pernikahan," gerutu Ilona. "Tidak seperti itu, aku bahkan belum pernah menikah," "Ya, tapi kau sudah berencana mengacaukannya! Jangan libatkan aku lagi!" "Ya, ya. Aku akan mengarang alasan yang mengatakan kalau kita sudah putus," jawab Eldrian. "Ya, kita putus malam ini! Hahaha," ucap Ilona tertawa seperti tidak ada beban. Eldrian sangat yakin wanita di sebela
Ilona yang menyetujui rencana Eldrian untuk berpura-pura menjadi pacar Eldrian, mulai merasa kalau akan ada masalah yang cukup serius menimpanya. Keringat dinginnya mulai keluar ketika mata tegas Pak Dewangga melihatnya, dari atas sampai ke bawah."Silahkan duduk!" ucapnya pada Ilona."Terima kasih," sahutnya.Eldrian tersenyum, nampak dia sama sekali tidak merasa grogi. "Kenapa lambat sekali!" protes Pak Dewangga."Biasa Yah, macet! Ini bukan Jepang, ini Jakarta!" jelasnya."Alasan saja! Ayah sudah pesan menu seafood, apa ada alergi?" tanya Pak Dewangga bertanya ke arah Ilona."Oh nggak Pak! Saya suka Seafood," jelas Ilona."Bagus!"Ilona melirik ke arah Eldrian, sementara Eldian menatap Ilona tanpa ragu dengan senyuman yang sangat manis."Jadi kalian pacaran?" tanya pria paruh baya itu."Ya begitulah! Cantikkan pacarku!" ujar Eldrian spontan memuji Ilona.Wajah Ilona merah, dia tak menyangka Eldrian sama sekali tidak grogi di depan ayahnya."Apa pekerjaanmu Nona?" tanya Pak Dewangg
Mendengar perkataan Ilona sepanjang perjalanan Eldrian diam. Dia merasa sedih karena Ilona bahkan terlihat sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan sesungguhnya dengannya. Dia menyetir dengan wajah cemberut seperti tidak semangat dengan apa yang akan dia lakukan hari itu.“Kenapa mukamu gitu amat?” tanya Ilona yang mulai sadar kalau lawan bicaranya terlihat berbeda.“Emang kenapa kalau pacaran sama gua bisa jadi masalah?” tanya Eldrian menanggapi pernyataan Ilona sebelumnya.“Haha, gua bercanda! Jangan diambil hati! Aku cuma mikir kaya di sinetron gitu aja sih Ian! Orang kaya biasanya lebih suka memilihkan jodoh yang selevel sama mereka. Kalau tahu anaknya pacaran sama orang biasa, kebanyakan sih ga setuju! Trus sekarang aku pura-pura jadi siapa? Pasti nanti ayahmu tanya, aku kerjanya apa, anaknya siapa? Lulusan apa?” ujar Ilona menebak apa yang akan dia hadapi saat nanti bertemu dengan Pak Dewangga.“Bilang aja apa adanya, Ilona staf marketing! Kerja di kantor cabang, ga usah dib