Share

43: PAPPARAZI

Author: Yantie Wahazz
last update Last Updated: 2024-02-29 13:56:39

Meski melalui sedikit adu argumentasi, akhirnya Lukas berhasil membujuk Nesia untuk pergi ke mall mencari pakaian baru, meski untuk di rumah, sesuai dengan perintah Remy. Dalih yang diutarakan oleh Nesia sebenarnya cukup masuk akal. Untuk apa membeli baju lagi, sementara di lemari kamar Nesia juga sudah cukup banyak pakaian yang semuanya nyaris belum terpakai.

Ketika Remy meminta Lukas membeli pakaian harian untuk Nesia —di hari pertama perempuan itu dibawanya ke rumah— Remy tak meminta detailnya seperti apa. Lukas pun hanya membeli asal bagus dan bermerk. Dan seharusnya memang tidak masalah jika Nesia mengenakan pakaian sebatas lutut, karena gadis dan perempuan lain bahkan mengenakan celana yang lebih pendek pun banyak.

Hanya saja, masalahnya ada di Remy sendiri sebenarnya. Laki-laki itu gerah dengan hasratnya sendiri hanya karena melihat kaki Nesia. Tetapi mengapa justru Nesia yang harus mengganti model pakaiannya? Bukankah itu aneh?

“Pak bos nggak pesan warnanya harus apa, kan, Lu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • FROM THE WEDDING HALL   44: TANGAN YANG MENGHALANGI

    Remy sedang menghadapi Sinta, kepala bagian keuangan di perusahaan Remy karena ada beberapa pengeluaran yang melebihi anggaran semula karena naiknya beberapa bahan baku bangunan dan juga naiknya jasa perusahaan transportasi.Sinta memang salah satu pegawai Remy yang cukup lama bekerja dengannya. Mulai dari posisi paling bawah, hingga sekarang sebagai kepala bagian keuangan. Jelas karena performa Sinta memang bisa dipercaya.Ketika sedang serius membahas masalah ini, tiba-tiba ponsel Remy berdering tanda ada pesan masuk. Awalnya Remy mengabaikan pesan itu dan akan membukanya setelah nanti selesai dengan Sinta. Namun, karena berdenting beberapa kali, maka Remy terpaksa membukanya.‘Edo? Tumben dia mengirim pesan? Biasanya langsung telepon.’ Remy membatin.“Maaf, Sinta. Aku membuka pesan dulu.” Remy meminta izin pada Sinta, karena meskipun Sinta adalah bawahannya, tetapi Remy tak pernah menganggapnya sebagai bawahan melainkan rekan kerja.“Silakan, Pak.” Sinta selalu seperti ini, sopan s

    Last Updated : 2024-02-29
  • FROM THE WEDDING HALL   45: KECEPLOSAN

    “Tuan Remy?” seru Lukas tak menyangka bahwa Remy sudah berada di sini, berdiri dengan keangkuhan yang sama dan bahkan meraih tangan Nesia dengan posesif.Nesia yang tak menyangka bahwa Remy akan datang ke tempat ini juga terpukau melihat kedatangan Remy yang begitu tiba-tiba itu. Dia tentu saja terpana. Tidak hanya dengan ketampanan Remy yang terlalu berlebihan, namun juga dengan sikap Remy yang tiba-tiba meraih tangannya.“Ya, Lukas. Ini aku. Tidak cukup mengejutkan seharusnya, kan?” tanya Remy dengan nada menohok.Nesia berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman tangan besar Remy, namun laki-laki itu lebih kuat memegang pergelangan tangan Nesia. Nesia hanya bisa meringis, dan akhirnya berhenti melepaskan diri.Edo hanya memandang mereka bertiga dalam diam dan senyum kering penuh kesimpulan. Dan sepertinya kesimpulan Edo mendekati benar.“Ah, tidak! Tidak mengejutkan, hanya saja saya … saya tidak menyangka Anda akan datang ke tempat ini,” jawab Lukas sedikit gugup.Ketika sekilas

    Last Updated : 2024-02-29
  • FROM THE WEDDING HALL   46: JANTUNG TAK SEHAT

    Melihat tatapan Lukas yang sepertinya marah itu Edo sedikit gentar. Dalam hati dia menyesali sikapnya yang selalu teledor dan merugikan dirinya sendiri itu. Dan itu bahkan sudah berulang kali terjadi.‘Mengapa dua kakak beradik ini sama-sama memiliki tatapan mata tajam yang mengerikan seperti ini?’ Edo menyimpulkan dalam hati ketika lagi-lagi dia menemukan kesamaan antara Remy dengan Lukas. Meski sejujurnya Remy jelas lebih menakutkan dibandingkan dengan Lukas. Namun jelas sifat dan gesture Lukas tak bisa diabaikan begitu saja, bukan? Mereka berdua layaknya predator yang berbeda spesies.“Maaf, Lukas. Aku tidak bermaksud mengadu kalian berdua karena aku tahu siapa yang akan menang dan siapa yang akan dikalahkan. Hanya saja seperti yang kukatakan tempo hari bahwa aku penasaran dengan hubungan mereka berdua yang … ya, kamu tahu, kan? Bahwa ada yang tidak biasa pada sikap Remy dalam menghadapi Nesia. Apakah kamu tidak merasakannya?” Edo membelokkan pembicaraan agar terbebas dari kemaraha

    Last Updated : 2024-02-29
  • FROM THE WEDDING HALL   47: SEPASANG MATA

    Benar-benar makan siang yang penuh tekanan. Bagaimana tidak, etika makan Remy memang benar-benar elegan dan sangat berkelas. Sesuai dengan gayanya dalam bersikap dan berpakaian, begitu juga dengan cara Remy ketika makan. Nesia memang tidak ikut makan karena dia baru saja makan kenyang bersama dengan Lukas, sehingga dia punya banyak waktu untuk memperhatikan tata cara makan Remy.Dan berkali-kali Nesia kagum dengan sikap elegan Remy. Tapi siapa sangka jika laki-laki di depannya itu suka seronok dengan mencuri ciumannya semalam. Tak tahukah dia bahwa itu ciuman pertama Nesia? Dan entah mengapa muka Nesia mendadak terasa panas ketika ingat kelakuan Remy itu.“Oh, ya, Nyonya Wilson. Kembali aku tegaskan, bahwa meskipun pernikahan kita hanya berdasarkan sebuah perjanjian, tapi aku akan tetap melakukan perjalanan bulan madu kita. Agar orang-orang tidak mencurigai kebohongan ini dan berpikir bahwa aku adalah seorang suami yang kejam karena hanya bekerja tanpa memperhatikan istri. Padahal kit

    Last Updated : 2024-02-29
  • FROM THE WEDDING HALL   48: GOSIP KARYAWAN

    Remy tentu saja memilih jalur khusus untuk bisa sampai di ruangannya di lantai atas gedung ini, sehingga tak harus bersamaan dengan beberapa karyawan yang mungkin harus hilir mudik ke atas dan ke bawah. Namun, sepanjang perjalanan menuju ke ruangannya itu, Remy sama sekali tak melepas genggamannya. Padahal dia tahu bahwa tangan Nesia dingin oleh keringat.Tentu saja Nesia berkeringat dingin karena selama ini, ketika dia menjalin hati dengan Vino, mereka hanya jalan bersama. Sesekali saja mereka berpegangan tangan. Itupun sudah cukup menyenangkan karena Nesia mencintai Vino, demikian juga sebaliknya.Akan tetapi, Vino adalah rakyat biasa yang tidak akan mendapat tatapan mencolok jika pergi kemanapun. Tetapi ini? Lelaki yang menggandeng tangannya dengan kuat ini adalah seorang publik figur di perusahaan ini, yang setiap gerak langkahnya akan selalu menjadi perhatian. Terutama oleh anak buahnya.Merasakan tangan Nesia yang berkeringat dan diam saja semenjak turun dari mobil tadi membuat

    Last Updated : 2024-02-29
  • FROM THE WEDDING HALL   49: SALING MENGENAL

    “Ya. Ke ruangan Pak Remy. Sekalian kita akan melihat seperti apa istri beliau,” jawab Bu Sinta dengan suara lirih dan senyum penasaran.Deg! Jantung Vino berdebar tak karuan. ‘Bukannya istri Pak Remy seharusnya Nona Dona? Bagaimana bisa jadi Nesia yang menikah dengan Pak Remy? Sial! Apakah dia sudah menjual tubuhnya untuk itu untuk Pak Remy?’ berbagai pikiran buruk membanjiri kepala Remy.“Setengah jam lagi aku tunggu kamu, Vino.” Bu Sinta lantas bergegas meninggalkan Vino yang masih terbengong dengan perasaan yang dia sendiri tak bisa artikan.Marah, cinta dan benci yang tak bisa dibendungnya dengan baik, membuat wajahnya memerah tanpa terkendali.“Pantas saja dia ngotot putus denganku dan tidak mau menunggu restu Ibu. Rupanya dia sudah punya laki-laki lain?” gumam Vino dengan geram dan penuh kebencian.Tangannya masih gemetar dan jantungnya juga masih belum normal debarannya. Jelas karena pikirannya yang kacau. Belum lagi hatinya tersusun karena Nesia nekat tak mau menunggu restu i

    Last Updated : 2024-02-29
  • FROM THE WEDDING HALL   50: PAGUTAN MEMABUKKAN

    Melihat bos mereka sedang dalam posisi yang tidak senonoh, Sinta segera menutup pintu ruangan Remy dengan wajah horor. Demikian juga dengan Vino yang juga datang bersama dengan Sinta. Dengan tergopoh-gopoh, Sinta mendekati meja Livi.“Livi! Kamu gila, ya? Nggak bilang kalau pak bos sedang mesra dengan istrinya. Dan posisinya? Astaga!” Sinta berseru tertahan sementara Vino memilih diam, meredakan gejolak hatinya yang tidak nyaman itu.Livi tertawa kecil melihat kepanikan Sinta.“Bukannya di grup saya sudah bilang, Bu Sinta? Bahwa Pak Bos sedang sama bininya. Bu Sinta sih, nyelonong saja,” jawab Livi mengelak.“Tapi kan aku sudah nanya sama kamu?” Sinta kembali ngotot.“Lha, kan Bu Sinta cuman nanya, Pak Bos ada nggak? Ya, saya jawab ada. Nggak salah, kan?” Livi selalu punya jurus mengelak.“Ah, sudahlah! Aduh, bagaimana ini kalau Pak Bos marah? Mana mereka sedang posisi … astaga, mentang-mentang pengantin baru, mesranya nggak tanggung-tanggung. Padahal ini di kantor,” gerutu Sinta sam

    Last Updated : 2024-02-29
  • FROM THE WEDDING HALL   51: KEPERGOK EDO

    Dunia Remy benar-benar hening, yang terdengar hanya decapan bibirnya yang terus menginvasi bibir Nesia tanpa memberi kesempatan gadis itu untuk menghindar apalagi mengelak sama sekali. Sungguh, kelembutan ini demikian memabukkan. Apalagi ketika dia semakin merasa berhasrat.Meski sesungguhnya Nesia ingin menghindar, namun dia tak bisa melakukannya karena Remy benar-benar menutup aksisnya untuk bergerak. Dia hanya mencoba mengelak serangan bibir Remy, namun berujung menyerah karena nyatanya Remy begitu pandai menggiringnya menuju pada sebuah rasa nyaman dan indah yang membanjir di segenap jiwa raga Nesia.Namun kenyamanan itu harus terhenti ketika terdengar tepukan tangan yang terasa membahana karena keheningan ruangan itu. Seketika Remy menghentikan ciumannya namun bibirnya masih menempel lembut di bibir Nesia yang gemetar. Uniknya, Nesia buru-buru membuka matanya yang tadi terpejam selama beberapa menit.Apakah dia juga menikmati kenyamanan dan rasa baru yang diberikan Remy?“Mungkin

    Last Updated : 2024-02-29

Latest chapter

  • FROM THE WEDDING HALL   117: LUKAS KASMARAN

    Nesia memang sudah pulang dari rumah sakit dan sepertinya keadaan baik-baik saja. Lukas yang melihatnya kini berubah ikut senang meski untuk hal ini dia harus menjadi sasaran pukulan Remy yang salah memahami dirinya. Sejujurnya Lukas maklum jika Remy marah padanya. Kalau saja Remy tahu bahwa dia juga menyukai Nesia, mungkin laki-laki itu akan menghajarnya dengan lebih gila lagi.Karenanya, demi menghindari kegilaan Remy, Lukas memilih menghindar. Setelah jam kantor usai, Lukas tak segera pulang melainkan mengekor Edo kemana pun dia pergi. Edo yang bujang kadaluwarsaitu merasa aneh dengan kelakuan Lukas yang tak biasa.“Hei? Ada apa rupanya kamu mengekor kemanapun aku pergi? Jangan sampai karyawan mengira kamu kasmaran sama aku, Luke.”“Cuih!!! Kasmaran sama kamu? Aku masih cukup normal untuk tidak jatuh cinta sama lelaki tak mutu sepertimu!” Lukas membalas tak kalah pedas.“Jadi mengapa kamu mengekor terus?”Lukas menghela napas berat.“Aku enggan pulang.” Akhirnya Lukas bicara jujur.

  • FROM THE WEDDING HALL   116: REMY MEMUTUSKAN

    Pintu kamar tertutup dan Remy meletakkan Nesia ke atas ranjang dengan gerakan yang lembut dan sebisa mungkin membuat Nesia nyaman di ranjang mereka. Sejujurnya Remy sangat merindukan perempuan muda yang sudah membuat hidup dan hatinya porak poranda dan kehilangan jati diri itu. Dia ingin memeluknya seerat mungkin dan memastikan bahwa perempuan itu tak akan kemana-mana, tak akan jauh darinya dan tak akan meninggalkannya meski perjanjian mereka jelas mengatakan bahwa mereka memiliki keterbatasan waktu bersama.Lelaki yang kini berubah jauh lebih ramah itu sibuk membetulkan letak selimut untuk menutupi tubuh Nesia yang sebenarnya tak lagi kedinginan karena efek obat pagi ini membuatnya sedikit gerah.Nesia menatapnya dengan senyum keheranan.“Mengapa menatapku seperti itu? Apakah aku aneh?” tanya Remy yang berhenti sejenak untuk menatap Nesia yang semenjak hamil terlihat jauh lebih cantik dari biasanya. Meskipun jelas biasanya juga dia selalu cantik di mata Remy.Nesia menggeleng. Tangan

  • FROM THE WEDDING HALL   115: TATAPAN PENUH DENDAM

    Wajah Remy dan Nesia seketika bersemu merah ketika mereka melihat siapa yang sudah membuka pintu dan menampakkan wajahnya. Tak lain dan tak bukan adalah dokter Ilham bersama seorang suster yang menjadi asisten dokter Ilham pagi ini. Apalagi ketika mereka melihat bahwa dokter dan suster itu tersenyum karena memergoki ulah Remy. “Ehem!” Remy berdehem menghadap ke arah dokter Ilham untuk menetralkan suasana yang mendadak canggung. Tak sedikit pun Remy merasa ingin memperbaiki keadaan. Dia bahkan tak menjauh dari Nesia. “Sebaiknya kamu mulai belajar menahan diri terhadap keinginan apapun pada istrimu, Remy. Kehamilannya masih sangat muda. Aku khawatir akan membahayakan kondisi janinnya.” Dokter Ilham memberikan nasehat seolah mengerti apa yang Remy rasakan. “Berapa lama, Dok?” tanya Remy yang tahu kemana arah pembicaraan dokter Ilham. Pertanyaan sigap yang diajukan Remy membuat dokter Ilham tertawa kecil. Sambil memeriksa tekanan darah Nesia, dokter Ilham tersenyum. Suster yang berada d

  • FROM THE WEDDING HALL   114: AROMA CEMBURU

    Suasana di sebuah ruang rawat di klinik ini terasa begitu heboh dan penuh kegugupan serta kekhawatiran yang berlebihan. Remy terlihat begitu sibuk mengemas semua barang yang kemarin terbawa ke klinik ini meskipun barang itu tak begitu diperlukan karena fasilitas di klinik sudah sangat memadai. Setelah semua barang terkemas rapi, terlihat Remy yang tersenyum lega seolah baru saja menyelesaikan sebuah proyek besar dan bernilai milyaran.Nesia yang sudah siap pulang, kini duduk di sisi ranjang rumah sakit, mengawasi Remy yang sibuk sendirian. Namun, kali ini Nesia memilih diam tanpa banyak tanya karena sejauh ini dia masih belum yakin dengan sikap penerimaan yang dilakukan Remy atas kehadiran bayi di dalam perutnya itu.Awalnya, Nesia mengira bahwa Remy akan marah besar dan menceraikan dirinya kemudian mengusirnya dari rumah itu. Dan untuk semua praduga buruk itu, Nesia bahkan sudah menyiapkan banyak rencana jika memang dia harus terusir dari rumah Remy karena kehamilannya.Tapi siapa sa

  • FROM THE WEDDING HALL   113: SI MANIS

    Mendengar pertanyaan Lukas, Edo sedikit gelagapan. Namun bukan Edo namanya kalau dia tak bisa mengelak dari cercaan Lukas. “Hei, apakah aku mengatakan bahwa kehidupan seks Remy tidak normal?” tanya Edo merasa tak bersalah. Lukas yang sudah hafal dengan kelakuan Edo hanya tersenyum masam. “Tak perlu berpura-pura lupa dengan ucapanmu sendiri Edo. Jelas-jelas kamu mengatakan bahwa kehidupan seks Remy sekarang berjalan normal. Bukankah itu artinya dia tidak normal sebelumnya?” Edo tergelak. “Aku hanya menduga, Luke. Bagaimana mungkin Remy mengumbar kehidupan seksnya pada orang lain? Sudahlah, habiskan kopimu dan pulanglah. Rumahku tak cukup cocok dengan bujang sepertimu!” ujar Edo kemudian berdiri, mengambil jas kerjanya yang ada di sampiran kursi makan dan mengenakannya dengan santai. “Aku tak mau pulang hanya untuk melihat mereka kasmaran,” jawab Lukas dengan santai, mengabaikan pengusiran yang diucapkan Edo dengan terus terang tadi. Edo tersenyum miris melihat Lukas yang kelihatan s

  • FROM THE WEDDING HALL   112: TERSISIH

    Sudah dua hari ini Lukas menginap di rumah Edo. Selain sebagai sesama pegawai di perusahaan yang ditangani Remy dengan tangan dinginnya, Lukas, Remy dan Edo adalah juga teman dekat. Nyaris tak ada rahasia di antara mereka, kecuali Remy yang memang sangat tertutup terutama soal perempuan.Remy sangat berbanding terbalik dengan Edo. Kalau Remy memilih tertutup mengenai perempuan, termasuk hubungannya dengan Nesia yang tak mudah ditebak, maka Edo memilih jalan vulgar untuk menunjukkan eksistensinya sebagai lelaki tampan dan mapan.“Kamu tak kerja lagi pagi ini, Luke?” tanya Edo ketika pagi ini dia masih melihat Lukas yang malas-malasan menikmati secangkir kopi yang dibuatnya sendiri tadi. Tentu saja Lukas harus membuatnya sendiri karena Edo seorang lajang yang tak memiliki seorang pembantu.Lukas hanya tersenyum kecil dan hambar, membuat Edo semakin penasaran dengan kelakuan Lukas yang tiba-tiba saja minggat ke rumahnya itu.“Memangnya kamu tak takut Remy akan menendangmu dari pekerjaan

  • FROM THE WEDDING HALL   111: APAKAH MIMPI

    Pemeriksaan pagi oleh Dokter Ilham sudah selesai. Seorang suster mengambil sampel urine Nesia dan hanya dalam beberapa menit saja sudah bisa dipastikan bahwa Nesia memang hamil. Setelah Dokter Ilham dan suster keluar, semua terdiam. Bu Maryam, Nesia, dan juga Remy. Tak ingin ikut larut dalam suasana canggung, Bu Maryam mengambil inisiatif untuk pulang dengan alasan sudah ada Remy sekalian membawa pulang tas yang semalam dibawa Remy.Remy yang gamang, tak tahu harus bagaimana, hanya mengangguk sehingga Bu Maryam kemudian segera keluar. Meski dalam hati was-was dengan apa yang akan terjadi pada Nesia ketika Remy tahu akhirnya Nesia hamil, tetapi dalam hati Bu Mar bersyukur bahwa akhirnya Nesia hamil. Pembantu itu hanya bisa berharap bahwa keberadaan anak mereka akan membuat pernikahan ini berjalan sebagaimana seharusnya.Bu Mar sudah menutup pintu, dan Nesia hanya menatap selimut yang menutupi tubuhnya. Keduanya masih sama-sama terdiam, tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Bahkan,

  • FROM THE WEDDING HALL   110: HAMIL?

    Pagi menunjukkan pukul enam ketika Nesia menggeliat dan membuka matanya. Namun, ada yang membuatnya tak nyaman di bagian tangan. Nesia lalu melihat tangannya dan terkejut mendapati jarum infus terpasang di sana. Dia mencari-cari ke sekeliling untuk mencari tahu apa yang terjadi ketika matanya melihat Remy yang duduk dengan mata terpejam di sisi ranjangnya. Bu Maryam tak terlihat di ruangan itu karena beberapa saat tadi dia pamit untuk mencari kopi di kantin bawah.Nesia mengerutkan keningnya. “Remy?” Tanpa bisa dicegah, Nesia menyebut nama lelaki itu.Merasa ada yang memanggilnya meskipun pelan, Remy segera membuka matanya dan mendapati Nesia sudah terbangun.“Hei, Nes? Kamu sudah bangun?” tanya Remy yang bergegas mendekat pada Nesia, menyambut uluran tangan perempuan itu, dan menciumnya dengan lembut. Entahlah, dia lupa dengan kalimatnya bahwa dia tidak mencintai Nesia, bahwa dia hanya butuh perempuan itu tetap sehat agar bisa bercinta kapanpun dia mau. Tapi nyatanya? Nyawa Remy sepe

  • FROM THE WEDDING HALL   109: SIKAP ANEH REMY

    “Kalau Bu Maryam mengantuk, Bu Maryam bisa tidur di kasur itu. Biar saya yang berjaga.” Lukas yang menunggui Nesia di ruang rawat inap bersama Bu Mar menyuruh wanita itu tertidur. Lukas tahu kalau Bu Mar pasti lelah.“Lalu Tuan bagaimana?” Bu Mar menatap lesu lelaki itu. Memang dibandingkan dengan Remy, Lukas jauh lebih manusiawi dan lunak serta ramah. Meskipun sekarang Bu Mar mengakui bahwa Remy jauh lebih lunak dan manusiawi.“Saya bisa tidur di sofa.”Bu Maryam mengangguk kemudian menuju ke sebuah kasur kecil yang memang disediakan bagi keluarga pasien yang menjaga. Sebelum dia merebahkan diri, Bu Mar berpesan, “Nanti kalau Nyonya bangun, Tuan Lukas bangunkan saya saja.”Lukas mengangguk. Lelaki itu memilih duduk di sofa, menyelonjorkan kakinya yang panjang ke atas meja yang ada di depannya. Matanya menatap Nesia yang tertidur lelap di atas ranjang rumah sakit. Selang infus terlihat terpasang di tangan kanannya.Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, tetapi Lukas tak juga bis

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status