Aku menatap kosong ke wajah memelas didepanku.
"Lex, tolong... Kasih Drian buat aku. Aku butuh dia..." Wajah cantik kakakku itu berlinang airmata. Dia mengatakannya dengan tubuh gemetar.
Mataku panas menatap bayi kecil tak berdosa yang sedang tidur dipelukannya. Bayi yang tidak mengerti apa-apa, bayi yang berhak mendapat kasih sayang penuh dari Mama dan Papanya.
"Aku udah kehilangan Brian. Tapi aku ga mau anakku kehilangan Papanya. Aku mohon Lex. Jangan bawa Drian pergi. Kami butuh dia.." bahunya bergetar saat menunduk sambil menutup wajahnya dengan satu tangan.
Aku menelan kenyataan baru yang harus aku hadapi sekarang. Aku kalah, mengalah pada mahluk tidak berdosa itu.
Aku mengusap bahu kakakku dan memeluknya, menahan jeritan tangisku. Aku menarik napas, berusaha menenangkan dentuman jantungku sebelum menjawab. Aku menarik napas berkali-kali, menetralkan rasa sesak di dada. Aku menarik napas agar tidak menangis.
"Kak.. kakak tenang aja oke?
Perutku terasa kram saat aku terbangun jam sembilan pagi, kak Drian sudah berangkat pukul enam dan aku berpura-pura tidur saat dia pamit. Setelah bayangannya menghilang aku terduduk sambil menangis. Semua rasa sedih yang aku tahan semalaman memuncak. Aku sudah menghubungi Mama dan bilang bahwa aku harus kembali ke Lombok. Mama awalnya protes karena aku hanya sebentar bertemu tapi aku beralasan, entah masuk akal atau tidak, pastinya aku sudah tidak sanggup lagi bertemu dengan pria itu. Aku tidak memberitahu kakakku, dia pasti mengerti apa yang membuatku pergi secepat ini. Aku membereskan barang-barangku, membawa semua kenangan kami yang sebelumnya kusimpan disana. Dan aku langsung ke Bandara. Karena mendadak, aku baru bisa berangkat pukul satu siang. Jam sebelas aku sudah sampai di bandara dan langsungcheck in.Aku hanya duduk diruang tunggu, pikiranku kosong hingga dering ponsel mengusikku. Kak Drian terus menghubungiku tapi aku me
Aku jatuh sakit, seminggu kemudian aku terbaring di rumah sakit. Seperti mendapat penderitaan bertubi, seolah Tuhan menghukum atas apa yang aku lakukan karena menyakiti pria itu, aku kehilangan jabang bayiku.Setelah kembali dari Bali aku mengalami depresi, aku tidak bisa berangkat kerja, tidak mengurus tubuhku dengan baik sehingga janin kecil yang ada dirahimku harus menjadi korban. Aku kehilangan hal berharga yang merupakan wujud cintaku bersama Drian.Reno bingung melihat keadaanku, dia pikir aku sakit tipes dan aku
Present dayHalaman belakang rumah Mama di sulap menyerupai tempat pesta minimalis, tidak ada acara khusus, hanya berkumpul bersama dengan beberapa sanak keluargasambil menanti pergantian tahun.Ada beberapa meja di kiri taman yang berisi bermacam-macam kue dan minuman. Di sudut kanan ada tenda kecil, sepertinya khusus untuk Brielle bila tertidur.Beberapa asisten rumah tangga tampak sigap melayani, Mama menyiapkan beraneka makanan dari pembuka hingga penutup. Aku tadi siang hingga sore hanya bantu mendekor halaman luas itu, terlihatsimpletapi cukup memakan banyak waktu.Pukul enam sore saat saudara-saudara kami terlihat mulai berdatangan, aku baru selesai mandi. Aku sedang mengenakan anting saat melihat dari jendela kamarku ke arah bawah. Sudah ramai orang, ada beberapa keluarga dari pihak Mama dan Papa yang datang. Kira-kira ada dua puluh lima hingga tiga puluh orang yang sudah hadir. Pandanganku
"Akh.. hhh..Mmh.."Aku mendesah tanpa henti saat Reno menumbukku dari belakang, tangannya tidak berhenti meremas payudaraku dan aku mengerang saat pelepasanku tiba. Kemudian suamiku menyusul, mengerang berat saat dia mencapai puncak. Reno melepaskan miliknya lalu merebahkan tubuh kami berdua."Wow! Kamuh... Hothh.. bangeth!!" Dia terengah. Dan aku terdiam menatap langit-langit kamar.Semua gara-gara dia!!Sejak kejadian tadi, kak Drian tidak berhenti menggangguku. Kapan pun ada kesempatan, dia akan mendekat, menyentuhku secara sengaja, seperti saat pesta tahun baru itu, saat kami membagikan kembang api, dengan sengaja dia mengelus jariku ketika aku menyerahkan korek api.Aku berusaha acuh, tapi aku tidak memungkiri kalau aku terpengaruh dengan sentuhan pria itu. Gila! Dia memang gila!Aku melepaskan amarahku dengan mengajak Reno bercinta penuh gairah malam ini setelah acara bubar pukul dua pagi. Sudah satu jam kami bercinta tapi aku
Satu bulan kemudian, ada pesan masuk ke emailku. Ada permintaan bookingkamar dan fasilitas lainnya untuk acara Seminar Kesehatan dihotel kami. Pesertanya datang dari berbagai kota di Indonesia. Wow! Aku segera menghubungi Reno, dia bilang dia lupa memberitahu bahwa dia sudah sudah membalas email itu dengan bilang setuju dan menyerahkan segala urusannya padaku. Dia bilang sudah pernah menerima email itu, dan kelanjutannya diserahkan padaku. Pesertanya banyak, dan mereka membookingseluruh kamar dihotel kami. Double Wow! Dalam email itu dikatakan bahwa para pengurus Ikatan Dokter Muda Indonesia akan datang untuk survey. Aku bersemangat menyiapkan semuanya. Kali ini sahabatku ikut terlibat, aneh, padahal biasanya Krista selalu enggan berhubungan langsung dengan pihak perusahaan. "Kali aja Lex, nemu jodoh Dokter ..." sahutnya sambil menaik-turunkan kedua alisnya berkali-kali. Aku menggeleng mendengar kehaluan sahaba
Aku berjalan ke arah ruang makan, Dina bilang mereka sedang sarapan pagi. Tanganku terkepal rasanya ingin menggebrak meja tempat pria itu makan dengan santai seolah tidak mendengar hentakan sepatuku yang mendekat padanya. "Selamat pagi dr. Dri.. Ehem.. Dr. Samuel..". Aku tersenyum dan mengangguk pada ketiga orang lain yang membalas sapaanku. "Pagi bu Alexys. Sudah dengar rupanya ya ..." Dia menjawab sambil acuh dan aku merasa kesal. "Katanya ada masalah dok? Bisa jelaskan sama saya?" Aku tetap berwajah tenang sambil menekan emosiku dalam-dalam. "Ya.. saya mengurungkan niat untuk mengadakan acara seminar disini." Ketiga orang lain di meja itu terlihat terkejut. Rupanya mereka juga belum tahu hal itu. "Kenapa ya kalau saya boleh tau? Apa ada masalah dok?" "Ya. Ada. Saya tidak menyangka kalau anda sebagai pimpinan disini bersikap tidak profesional." Jawabannya membuat atmosper diruangan itu berubah. Beberapa pasang mata me
"Lex, kenapa kamu?""Mm.." aku berdehem. "Gapapa Ren itu.. mmm.." aku memegang lengan kekar itu dan berusaha menjauhkannya tapi tidak bisa, kini malah tangan satunya juga memelukku.Kak Drian menyenderkan tubuhnya ke meja dan menarikku hingga tubuh kami berbenturan. Aku gelagapan."Mmm.. aku lagi makan." Sahutku asal sambil menoleh ke arahnya. Mataku me
Setelah di massage selama empat puluh menit, aku merendam tubuhku dibak jacuzzi bulat berisi air susu dan aroma bunga. Biasanya berendam itu hanya lima belas hingga dua puluh menit, tapi aku membiarkan tubuhku tenggelam hingga hampir empat puluh menit. Ada segelas wine alih-alih minuman hangat untuk merilekskan pikiranku.Mataku terpejam saat air hangat itu menyelimuti tubuhku. Alunan instrumental yang terdengar dari speaker kecil diruangan ini membuat pikiranku enteng.Penat yang aku rasakan sedikit menghilang. Aku menatap langit-langit ruangan, tempat ini biasa tempatku bersembunyi. Hampirdua kali dalam sebulan aku menyendiri disini.Reno tahu kebiasaanku selama dua tahun ini, tapi tidak pernah sekalipun dia mengganggu, dia seolah memberiku privasi. Padahal aku tidak akan menolak jika dia ingin bergabung melakukan hal menyenangkan ini. Pria itu memiliki hidup yang teratur, Reno selalu tahu waktu dalam segala hal yang dia lakukan. Padahal bisa dibilang
A YEAR AFTER part 2Alexys pov"So, gimana seminarnya?" tanyaku mencoba mengalihkan gairah kami."Mmm ... lumayan menguras waktu supaya ga terus inget kamu." jawabnya sambil meletakkan tangannya di pinggiran bathub. Dia mengetuk jarinya membuat aku mengigit bibirku sendiri ingin disentuh dengan jari piawai itu.Aku menggumam sambil mengangguk. Aku rasa cukup mengulur waktunya, aku berdiri, membuat aliran air menetes dari tubuhku dan itu berhasil membuatnya tercengang kemudian menelusuri tubuhku dengan matanya sambil menelan salivanya berkali-kali."Lex, lima hari Lex ... lima hari!" desisnya."Baru lima hari kan." Aku melangkah keluar dan masuk ke dalam shower, melepas ikatan rambutku dan membiarkan air mengalir membersihkan tubuhku dari gelembung sabun.Dia bergeming ditempatnya, hanya memandangku. "Kamu tau, sepanjang aku di Makassar, aku selalu membayangkan kamu ada dikamar mandi hotelku. Seperti ini ..."Aku tersenyum, mengangkat satu kakiku dan membersihkan bagian kewanitaanku. Su
A YEAR AFTER part 1Alexys povPresent day..Mataku menyusuri daftar acara yang tertera di laptop dan menyamakannya dengan lembaran kertas di tanganku. Aku memeriksa kembali semua event yang ku handle selama satu bulan kedepan. Sesekali tanganku mengangkat cangkir berisi chai latte kesukaanku. Tinggal setengah jam lagi sampai jam pulang kerja.Beberapa notifikasi masuk ke ponselku dan aku juga menghubungi beberapa anak buahku sambil menugaskan kerjaan untuk hari senin.Di penghujung minggu seperti ini, saat libur aku tidak ingin terganggu dengan pekerjaan. Makanya sebelum jam kerja di hari jumat itu berakhir, aku sudah menyiapkan pekerjaan untuk hari seninnya. Aku juga tidak ingin karyawanku terbebani dengan pekerjaan saat mereka libur.Aku mengunci pintu ruangan, dan menyapa beberapa pegawai lainnya lalu berjalan ke mobilku. Mengendarai jalanan yang cukup padat saat jam pulang kantor menuju tempat tinggalku, untungnya tidak terl
SAN FRANCISCO part 2Drian pov"Dia terlihat normal, Mama bilang Lexy sedih pas awal-awal aku pindah. Tapi Mama baru cerita setelah kamu pergi, Lexy jadi sedikit pendiam. Mama pikir, karena kita semua jauh dari dia, yang bikin anak itu sedih, tapi feelingku bilang bukan karena itu. Aku sering teleponan sama dia, dan dia biasa aja. Tapi kalau aku sebutin nama kamu, dia mendadak seperti menghilang. Aku kadang merasa kalau dia sudah ga ada diseberang telepon. Dia hanya diam."Aku menengadah menatap foto gadis itu."Aku tau Dri, adikku sudah jatuh hati sama kamu, cuma ya ... terhalang berbagai hal, salah satunya status kita sebagai suami istri, dia pasti berpikir dia gila punya perasaan sama kamu. Jadi Dri, kapan kamu balik ke Indonesia? Aku ga bisa terus jagain dia. Ditambah cowok itu." Wajah Elle berubah sedikit kesal.Dadaku berubah tidak nyaman."Reno maksud kamu?" tanya Brian."Iya! Dia ngekorin Alexys terus kan .... Tempo lalu Mama ulangtahun, Mama
SAN FRANCISCO part 1Drian povAku terus mengecek ponselku, mataku berpendar ke segala penjuru di terminal kedatangan bandara Internasional Boston itu tapi sama sekali tidak sedikit pun terlihat batang hidung orang yang aku cari. Aku mendekat lagi ke papan informasi dan yakin bahwa pesawat Cathay dari Hongkong sudah mendarat satu jam empat puluh lima menit lalu. Tapi kemana mereka?Aku kembali mendekat di pintu kedatangan dan menunggu selama sepuluh menit, mataku berputar ke sekitaran ruangan sambil terus mengecek ponselku menunggu panggilan masuk tapi nihil. Apakah mereka tersesat? Astaga, sudah ku bilang untuk segera mengabari tapi kenapa tidak ada notifikasi apapun? Aku berjalan sedikit ke arah keramaian dan akhirnya menangkap dua siluet yang aku kenal tengah menyantap makanan.Aku merasa lega dan kesal sekaligus, aku mencari kesana kemari sedangkan mereka berdua sedang asik melahap burger dan kentang, bahkan mereka sama sekali tidak melihatku
The Secret part 2Author POVSuara Brian menginterupsi lamunan Drian, menunjuk ke arah luar dan melihat Alexys turun dari sebuah mobil. Mereka bertiga melihat Alexys melambaikan tangannya pada seseorang yang duduk di kursi kemudi, masih terlihat muda, teman sekolahnya tebak Drian.Alexys tersenyum sambil berjalan masuk tapi kemudian melambat saat melihat tatapan tajam kakaknya. "Dari mana kamu? Masih pake baju seragam." tanya Elle galak. "Mmm, abis kerja kelompok kak." jawab gadis itu takut-takut."Ampe malem gini? Jangan bohong ya, Dek ..."Wajah Alexys berubah takut kemudian dia menunduk. Drian yang tersengat cemburu menarik napas berusaha menguasai diri. "Kamu pasti capek, naik gih ..." sahutnya pelan pada Alexys."Eh, jangan bela ..."Drian mendorong bahu Alexys untuk segera menghilang dari hadapan mereka, lalu berbalik menatap Elle. "Jangan begitu Elle, nanti malah bohong beneran dia."
The Secret part 1Author POV"Ini apa?" Mata Elle menatap ke arah Drian tajam. Bukan hanya laki-laki itu yang menoleh, tetapi saudaranya juga. Mereka bertiga ada di kamar kedua pemuda kembar itu, kedekatan ketiganya membuat Elle dapat dengan leluasa masuk ke kamar Drian dan Brian. Mereka sudah sekian lama bersahabat dan dekat, bahkan Elle saat ini sedang menjalin hubungan asmara dengan Brian.Respon mereka diluar dugaan Elle, saling menatap, menandakan jika ada yang mereka sembunyikan dengan tersimpannya foto Alexys, adik kesayangan Elle di laci meja belajar Drian."Mm, itu ..." Brian mencoba berdalih."Diam kamu! Aku tanyanya ke Drian!" sahut Elle galak yang langsung membuat mulut Brian terkatup rapat."Itu privasiku." Drian berjalan mengambil selembar foto gadis impiannya dan menyimpannya kembali ke dalam laci."Privasiku juga kalau menyangkut Alexys!"Drian menghela napas, dia sudah memperkirakan cepat atau l
TWELVE YEARS AGO part 2Drian POVSetelah itu selama dua bulan berikutnya, aku selalu menemaninya kemana pun. Lebih tepatnya memperhatikan apa yang dia makan. Tenyata gadis kecil itu penggila makanan pedas, dan pecinta bakmi. Pantas saja!Dan satu hal lagi yang membuatku mau tidak mau selalu membantunya, dia cukup ceroboh untuk bocah berumur tiga belas tahun. Ada saja keteledoran yang dia lakukan, tak jarang juga membuat dia melukai dirinya sendiri. Ck.. ck.. ck..Suatu saat ketika kami sedang berenang bersama, gadis itu merengut karena Elle tidak mau mengajarinya berenang."Sini ... kakak ajarin!" tawarku sambil mengulurkan tangan. Dia memandangku ragu, tapi kemudian dia memegang tanganku.Setengah jam berikutnya aku terus mengajarinya untuk mengambang, satu hal yang aku tahu, Lexy cukup gigih untuk bisa berenang. Dan akhirnya setiap weekend dengan sukarela aku mengosongkan waktu untuk mengajarinya, membiarkan buku bacaanku ters
TWELVE YEARS AGO part 1Drian FlashbackAku duduk di pinggir kolam sambil membaca buku menatap saudaraku dan Elle sedang lomba berenang. Suara kecipak air dan tawa mereka membuat konsentrasiku sedikit terganggu. Aku menghela napas melihat kelakuan kedua anak manusia itu, sudah mau di bangku akhir SMA tapi mereka seperti anak-anak TK baru pertama kali berenang."Hahahahahha! Wait ... wait ..." Elle melongok ke arah pintu teras belakang yang mengarah ke dapur rumahnya. "Lexy lama amat yak bikin es jeruk. Dri, bantu cek dong ..."Aku menurunkan bukuku menatapnya heran, ini rumahnya tetapi dia justru menyuruhku ... Ck, ck, ck ...Well, sejak kami kembali ke Jakarta lima tahun lalu dan akrab dengan keluarga teman Mamaku ini, hampir setiap weekend kami menghabiskan waktu di kediaman Om Julius dan Tante Karin atau pergi keluar dengan anak tertua mereka, Ellectra. Tante Karin itu sahabat baik Mama, akhirnya mereka kembali bertemu setelah sekian l
Ketukan di pintu membuat tidurku terganggu. Aku mengerang merasa kehilangan tangan hangat yang memelukku sepanjang malam. Aku mengerjap menyesuaikan mataku dengan sinar matahari yang mulai masuk ke sela-sela kamar. Aku melihat kak Drian memakai celananya lalu berjalan membukakan pintu. "Pagi Lexy Say ... Astaga!" pekikan Mama membuatku langsung duduk tegak. "Na ... kal ... ka ... mu ... ya ...!" Mama memukul bahu telanjang kak Drian. Lalu tidak segan menjewer telinga pria itu. Aku hanya bisa menunduk malu sambil memegang erat selimut di dadaku. Kak Drian mengaduh, telinganya merah. Tidak lama aku melihat kakakku masuk sambil tertawa. "Udah aku bilang tar ketahuan. Masih aja ..." sahutnya mencibir. Sejak malam itu, setiap hari kak Drian memanjat jendela kamarku. "Drian, Mama tau kamu mau selalu sama Lexy, tapi sabar dong! Malam ini kan pernikahan kalian ..." Mama meletakkan piring makanan di meja nakas disamping ranjang. "Astag