[Im Aerum’s POV]
“When she was a little girl
You'll never want to know
The places she liked
The things she enjoyed
Never ask the girl what she liked
About her childhood
You'll never know
What she's trying to hide from you so”
Saat aku mulai bernyanyi, aku langsung merasa seperti beban yang berat sedang terangkat dari pundakku. Padahal tadi aku sangat gugup. Lagu ini, tepatnya lagu Vineyard adalah my comfort song. Rasanya setiap kali aku mendengarkan lagu ini aku menjadi lebih damai dan tenang. Karena itu lah aku memilih lagu ini untuk kubawakan.
Aku ingin menyalurkan perasaan yang kurasakan itu melalui suaraku. Aku berharap mereka juga merasakan hal yang sama denganku. Selain itu aku rasa tidak akan terlalu banyak orang yang memilih lagu ini untuk digunakan saat audisi seperti ini.
Hai haii! Salam kenal aku Celly, kalian bisa panggil aku Holynda juga. Aku nggak tau bab ini bakal diprivate atau nggak. Tapi, aku cuman mau bilang thank you buat kalian yang udah baca ceritaku. Hope you like it, yaa. Maaf juga kalau masih banyak salah :( See u later!
[Kim Young Mi’s POV] Seketika ruangan menjadi hening seperti semula. Hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu. Kami berdua seperti sedang terlarut dalam kalutnya pikiran kami masing-masing. Meskipun sekarang aku sedang berdiam diri, tapi aku memiliki banyak sekali pertanyaan. Rasanya kalguksu ini pun menjadi hambar seketika. Menit demi menit pun berlalu. Lama kelamaan suasana canggung dan hening ini membuatku bosan dan gusar di saat yang bersamaan. Aku tahu Mama pasti memiliki banyak sekali pikiran saat ini. Jadi … haruskah aku memulai percapakan lagi? “Eomma?” “Iya, Sayang?” “Lalu apa yang sekarang akan kalian lakukan?” Aku menunggu jawaban keluar dari bibir Mama. “Sebenarnya …” Mama membiarkan kata-katanya tergantung di langit-langit dan menghela napas berat. “Kenapa, Ma?” tanyaku sudah tidak sabar. “Papa sudah memutuskan untuk meninggalkan Eomma untuk seme
[Im Aerum’s POV] Perjalanan dari kantor agensi Move Entertainment dan rumah kami ternyata tidak membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun rute jalan yang Appa pilih bukanlah rute jalan yang biasanya Appa pilih saat mengemudi. Aku mengingat-ingat lagi saat aku pertama kali datang ke kantor agensi Move Entertainment. Gedung itu ternyata lebih mewah daripada yang kubayangkan. Rasanya saat pertama kali datang ke sana cukup aneh. Karena nama Move Entertainment bukanlah nama yang familiar di telingaku. Berbeda dengan Yeri yang selalu mengikuti seluk beluk dunia para artis dan K-pop, aku justru tidak tahu terlalu banyak mengenai K-pop. Aku hanya beberapa kali menonton penampilan para artis melalui siaran televisi hanya ketika aku sedang bosan. Aku juga tak terlalu peduli mengenai agensi mereka. Rasanya aku masih sangat baru dalam dunia hiburan ini. Untuk memenuhi rasa ingin tahuku
[Kim Young Mi’s POV] Kakiku melangkah menuju tujuanku. Semakin aku mendekati tujuanku semakin keras pula degupan jantungku. Langkah kakiku terhenti di depan bar bertuliskan ‘Cherry on Top’. Untuk sejenak perasaan ragu itu meruak kembali di dadaku. Seolah-olah bertanya kepadaku apa aku benar-benar harus masuk ke dalam. Aku pun memutuskan untuk menunggu di depan untuk sementara waktu, karena aku harus memastikan orang itu benar-benar berada di dalam sana. Tampak dari luarnya bar ini hanya seperti deretan ruko yang kumuh. Pintu masuknya pun sangat kecil. Bar ini memiliki kaca berwarna hitam gelap. Sayangnya, aku tidak bisa melihat ke dalamnya. Namun, orang dari dalam bisa melihat keluar. Orang awam sepertinya tidak akan mengira kalau akan ada bar di sekitar sini. Karena dengar-dengar paginya tempat ini dijadikan sebagai toko roti. Namun, malam hari tempat ini menjadi tempat yang sangat berbeda. Mereka menggun
[Im Aerum’s POV] Tempat tidur yang empuk, selimut, pendingin ruangan, popcorn, soda, dan juga drama yang bagus memang adalah perpaduan yang selalu terasa pas. Aku meraup popcorn dari toples dan memakannya lagi. Sebenarnya drama ini bukanlah drama yang ingin kutonton. Drama romansa seperti ini bukanlah tipe drama yang akan kutonton saat sedang sendirian. Tapi, karena sekarang aku sedang bersama Yeri maka mau tidak mau kami akan menonton drama romansa. Kalau aku tentunya akan lebih memilih drama bertemakan detektif, misteri, atau bahkan horror. Ya, tapi tentu saja Yeri akan ketakutan kalau kami beneran memilih drama seperti itu. Cih, dasar penakut. “Aku sudah bosan dengan drama ini,” kataku untuk kesekian kalinya. “Ini episode yang paling romantis tahu nggak sih?” Aku menautkan alisku, “Hm? Ya, tapi kau sudah menonton ini berjuta-juta kali bersamaku. Itu malah membuat adegan ini jadi nggak romantis lag
[Kim Young Mi’s POV] 07.30 Hari ini aku bangun cukup pagi. Karena banyak hal yang harus kulakukan hari ini. Aku tidak bisa berlama-lama di Seoul. Aku harus secepatnya kembali ke Busan. Karena aku tidak mungkin meninggalkan sekolahku begitu saja. Terutama setelah aku merugikan kelompok bahasa Inggrisku. Setidaknya aku sudah menemani Mama untuk beberapa hari dan juga bertemu dengan ‘orang’ itu. Yah, aku tahu masalahnya tidak akan selesai begitu aku bertemu dengannya. Aku tahu betul dia orang yang seperti apa. Dan dia bukan orang yang bisa memaafkan dan berdamai dengan mudah. Ck, karenanya hidupku jadi terhambat begini. Aku melipat baju-baju yang beberapa hari ini kupakai selama di Seoul. Setelahnya aku mengemasnya di dalam tas. Tak lupa aku juga membereskan beberapa perlengkapanku. Setelah semua barang sudah masuk ke dalam koperku aku segera turun ke bawah untuk membuat sarapan. Dari lantai atas aku bisa melihat Mama se
[Im Aerum’s POV] Tidak terasa hari ini adalah liburanku di hari yang terakhir. Besok sekolah sudah menyambutku kembali. Sejujurnya, aku sedikit takut dengan kembali ke sekolah kali ini. Kalau aku kembali bersekolah di sekolah lama rasanya tidak banyak hal yang harus kupikirkan. Tapi ini … aku bersekolah di sekolah yang sangat berbeda, alias baru. Aku akan bersekolah di Seoul Art School! Ya, benar. Sekolah yang sudah kuimpikan selama ini. Seoul Art School adalah salah satu sekolah seni di Seoul yang sangat terkenal. Jika kalian sering mengikuti perkembangan dunia Korean Pop kemungkinan besar kalian tahu bahwa kebanyakan idol bersekolah di sekolah seni semasa mereka sekolah. Para idol lebih memilih sekolah seni seperti Seoul Art School dikarenakan mereka ingin lebih memperdalam ilmu yang mereka minati. Aku tidak benar benar mengikuti K-pop. Tapi, aku hanya mengikuti dunia hiburan, t
[Kim Young Mi’s POV] “Young Mi?! Apa kamu sudah gila, Nak? Kenapa kamu ke sana larut malam? Kamu mana tahu kalau ada orang yang berniat jahat sama kamu?” Mama membobardirku dengan setumpuk pertanyaan. Hilang sudah suara lemah lembut Mama. Kini suara itu tergantikan dengan suara Mama yang berintonasi tinggi. “Jawab Mama sekarang! Kamu kenapa ke sana larut malam?” Mama sudah menuntutku dengan banyak sekali pertanyaan. Tapi, belum ada satu pun pertanyaan dari Mama yang sudah kujawab. Apapun jawaban yang akan keluar dari mulutku, itu akan tetap membuat Mama kecewa. “Aku ke sana untuk bertemu dengan Papa.” Akhirnya, jawaban terlontar juga dari mulutku. Aku menyebut kata itu lagi setelah sekian lama tak menyebut ‘Papa’. Rasanya ada sedikit perasaan canggung saat menyebutnya. “Itu bukan ide yang bagus untuk bertemu dengannya, Young Mi. Aku tahu dia memang sangat suka pergi ke tempat hiburan malam, tapi tidak bis
[Im Aerum’s POV] Aku menengadahkan kepalaku ke atas. Sang mentari telah menyambutku pagi ini. Mentari itu seolah-olah seperti tersenyum ke arahku. Cuaca hari ini sangat cerah. Tidak terlalu terik namun tetap menghangatkan kulitku. Sang mentari seolah-olah tahu jika aku sedang sangat berbahagia hari ini. Aku berlari kecil ke arah lorong bagian kiri. Dari kejauhan bisa kulihat kelas yang akan menjadi kelasku selama setahun itu, kelas X-1. Beberapa anak sudah datang dan menunggu di depan kelas sambil mengobrol dengan temannya. Aku tersenyum ke arah mereka, meskipun mereka tidak menggubrisku. Aku berjalan masuk ke dalam kelas sembari melihat jam tangan yang ada di tangan kananku. Sebentar lagi kami akan melakukan jam pertama kami. Beberapa anak yang tadi berada di luar berhamburan masuk ke dalam kelas. Tak lama kemudian aku melihat sesosok wanita bertubuh jangkung yang kuduga akan menjadi wali kelasku selama setahun ini. “Joheun achim
1 Juni 2021 Sore hari, selalu menjadi jam-jam paling sibuk nan riuh di Busan. Hari ini pun masih sama seperti hari-hari lainnya. Stasiun kereta itu terlihat sangat penuh, dipenuhi oleh penumpang yang bersiap-siap akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali bagi si wanita di usianya yang berada di kepala dua. Wanita itu terlihat berlarian mengejar sebuah kereta yang akan segera pergi. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh, namun ia tidak memedulikannya. Hal terpenting baginya adalah ia tidak ingin ketinggalan kereta itu. Ia berlarian seraya menenteng sebuah rangkaian bunga berwarna ungu di tangan kanannya. Begitu pintu kereta terbuka, ia langsung berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya. Wanita itu menghembuskan napas lega begitu dapat masuk ke dalam kereta dengan selamat. Karena kereta itu sangatlah penuh, ia pun mengambil tempat duduk yang terdekat dengannya. Di sebelahnya, terdapat dua anak perempuan berseragam. Kedua anak tersebut mengingatkannya saat ia masi
[Park Hyunjae’s POV]Satu bulan berlalu ….“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat kepada ke-sepuluh trainee yang berhasil dan lolos melewati acara survival show ini dengan baik. Kami akan menunggu debut kalian!” Begitu pembawa acara dari tayangan televisi mengumumkan keberhasilan kami, semua langsung bersiap untuk memegang gelas mereka masing-masing. Kami tersenyum memandangi satu sama lain.“Haruskah kita memulainya sekarang?” tanya manajer kami. “Cheers!”“Cheers!” ucap kami serempak. Kami langsung mendentingkan gelas kami satu sama lain dan meneguk minuman anggur itu bersamaan.“Bukankah ini pertama kalinya kita merayakan ini secara resmi?” tanya manajer kami.“Itu dapat dimaklumi. Kita ‘kan memang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan debut kita,” sahut Lee Dae sambil memegang gelas kosong di tangannya.“Jangan dengarkan dia, ya? Kalian juga harus bersenang-senang. Nikmatilah masa muda kalian, itu tidak akan datang dua kali.” Seperti biasa manajer kami selalu memberi nasihat ya
[Kim Young Mi’s POV]Napasku menderu karena sehabis berlari. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan satu pun orang yang dapat kumintai pertolongan. Apakah perumahan orang kaya selalu sesepi ini? Perasaanku kian gelisah dan tak kunjung tenang, serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku. Hanya ada satu orang yang dapat kupikirkan di dalam benakku saat ini.Kuhentikan langkahku dan memastikan alamat yang diberikan Jen benar. Aku bahkan sudah melewati gang ini dua kali. Mengecek setiap rumah yang ada, namun rumah yang ditujukan Jen hanya satu. Rumah dengan blok A bernomor 27. Apakah aku salah? Aku mendekati rumah yang sudah kulewati dua kali itu. Rumah itu sangatlah besar dan megah. T-tapi, mengapa di depan pagarnya ada sebuah bendera berwarna kuning yang menunjukkan seseorang baru saja meninggal?Aku berlari kecil ke arah rumah itu. Di depan rumah terdapat sebuah pos satpam kecil. Salah satu satpam itu menyadari kedatanganku dan langsung menghampiriku.“Apa kau sedang menca
[Yoon Jae’s POV]“Mengapa sampai sekarang mereka belum memberi kita asrama juga?”Lamunanku buyar, ketika salah satu dari mereka mulai mengoceh kembali. Oh astaga, aku hanya menginginkan sebuah istirahat yang tenang dan damai tanpa siapapun mengangguku. Dan, lagi-lagi mereka terus membahas mengenai hal yang sama. Aku sudah cukup lelah mendengar protesan dari mereka semua.Yeon Seok bangkit berdiri dan sekilas aku dapat melihat matanya mengerling padaku. Ia mendatangi trainee baru yang baru saja membuka suara itu dan mengcengkeram kerahnya.“Hei, anak baru, kau jangan berulah terus. Mereka tidak akan memberikanmu apa yang kita butuhkan selama kita tidak mengalami peningkatan apapun.”Salah satu teman Yeon Seok bersuara, “Kau seharusnya belajar dari kami. Bahkan sampai bertahun-tahun memendam di agensi sialan ini, mereka juga tidak akan pernah memberi kami asrama. Setidaknya hingga kita berhasil debut.”Seorang trainee yang baru saja protes itu langsung bergeming di tempatnya. Aku melih
[Kim Young Mi’s POV]Jari jemariku saling beradu di atas sebuah mesin ketik laptop milikku. Aku terus menerus melirik jam yang terletak di bawah laptop itu. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini tepat pukul enam malam ini. Jika aku terlambat barang semenit saja, maka itu akan berdampak besar kepada agensi.Alisku bertaut menunjukkan bahwa aku sangat berfokus untuk dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Kutulis subjek email dan tidak lupa mencantumkan sebuah file yang akan kukirim. Segera setelahnya, aku langsung menekan tanda enter dan email itu pun terkumpul kepada klien.Aku langsung menghembuskan napas sebagai bentuk kelegaanku. Kulirik kopi yang tersisa setengah cangkir di sebelahku. Kopi yang semula panas itu, sekarang sudah menjadi dingin. Kuhabiskan kopi itu dan bersiap-siap untuk pergi dari kantin milik agensi itu.Saat aku sedang memasukkan barang-barangku ke dalam tas, aku mendongak dan melihat dua wajah yang familiar dari kejauhan. Ku
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A