Beranda / Romansa / FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT / 94 Before House Warming Party

Share

94 Before House Warming Party

Penulis: Ans18
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-10 22:28:24

"Gila! Gila! Lo mikir nggak sih Han?" umpat Vio setelah Hana menceritakan perihal ART yang akan dikirim Melinda.

Hari itu, Evan terpaksa harus pergi ke kantor karena ayahnya memintanya untuk menghadap. Sementara Hana kembali ke rumah mereka karena Evan memintanya untuk istirahat sehari lagi.

Vio yang baru saja selesai persidangan, memilih menemui Hana di rumah barunya daripada kembali ke kantor. Bersyukurlah dia yang kini menjabat senior pengacara di kantornya. Kalau tidak, mana mungkin dia bisa leluasa mengunjungi Hana di jam kerja.

"Gue juga bingung sih jujur. Kenapa gue nantangin gitu. Tapi lama-lama gue gerah juga sama Melinda. Berani banget dia merasa rumah ini dipersiapkan Evan untuk dia, ngerasa perhatian yang Evan kasih buat gue sama kayak yang pernah Evan kasih buat dia. Gila nggak?"

"Iya sih, lebih gila dia daripada lo ternyata."

Hana mengangsurkan segelas es jeruk pada Vio yang duduk di stool bar. "Gue juga nggak tau sih, dia itu bantuin Evan nyari ART beneran buat mata-ma
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   95 The Dark Queen

    "Ka?"Hana tidak menutupi kebingungannya dengan kehadiran Azka di petang hari itu. Tahu dari mana Azka alamat rumahnya?"Kata Evan kalian mau ngumpul-ngumpul nanti malem? House warming party? Parah banget, keluarga belum diundang, malah ngundang orang lain."Sekarang Hana tahu kenapa tiba-tiba Azka ada di depan pintu rumahnya. "Dadakan kok. Buat keluarga nanti lah, kan pada sibuk."Hana memperhatikan mata Azka yang tampak mencari-cari sesuatu. "Nyari Vio? Di ruang tengah. Samperin gih. Aku mandi dulu ya, Ka. Temenin Vio sana," ucap Hana sambil menunjukkan posisi ruang tengah yang berada di sisi kanan, sementara ia melanjutkan langkah menuju kamarnya.Hana baru saja selesai mandi saat mendapati Evan yang sudah duduk santai di pinggir kasur dengan dasi yang sudah dilonggarkannya."Udah nyampe? Kirain bakal lama karena ngambil makanan dulu.""Masa tuan rumah dateng telat." Evan menepuk-nepuk pahanya sebagai kode kepada Hana kalau ia ingin istrinya itu duduk di pangkuannya.Menurut, Hana

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   96 Pemegang Saham Cakrawangsa

    "Van, kamu masuk duluan deh, aku nyusul lima menit lagi.""Kenapa?"Evan terpaksa mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil karena ucapan Hana yang tiba-tiba itu."Aku—""Kamu malu masuk bareng aku ke kantor?""Bukan malu, cuma—""Kamu istriku, kunikahi secara sah, kita nggak pernah nutup-nutupin, nggak ada yang salah sama hubungan kita, kenapa mesti malu atau nggak enak?"Evan lantas mengusap puncak kepala Hana. "Nggak bakal ada yang berani ngomong aneh-aneh. Kalo pun ada, pasti ngomongnya di belakang kita, dan kita nggak perlu meduliin orang yang nggak berani ngomong di depan kita."Sebenarnya Hana sendiri tidak mengerti dengan suasana hatinya. Tiba-tiba saja ketika mobil Evan telah terparkir dengan sempurna dan Evan mengajaknya turun, ada rasa enggan yang luar biasa muncul di dirinya.Apakah Hana merasa insecure? Apalagi mengingat dirinya yang sempat digosipkan menggoda dan merebut Evan dari Melinda."Kamu pasti kepikiran gosip sebelum kita nikah?"Hana mendelik kesal pada Evan,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   97 Panggil Aku 'Mas'

    Evan keluar dari kamar setengah jam lalu, dan Hana merasa itu waktu yang cukup untuk meredakan emosi. Karena itu, Hana memilih keluar mencari suaminya.Hana tertegun saat melihat Evan telah merebahkan diri di sofa ruang tengah sambil menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan kosong."Van." Tidak juga mendengar jawaban dari Evan, membuat Hana duduk bersimpuh di dekat sofa. "Maaf. Aku lupa bilang ke kamu."Evan masih memberikan Hana silent treatment, ia terlalu bingung bagaimana menghadapi masalah ini. Namun, tiba-tiba Hana menyandarkan kepalanya di bahu Evan. Hanya kepalanya saja yang bersandar karena tubuh Hana masih duduk di samping sofa.Mungkin bagi orang lain, itu adalah gerakan biasa. Tapi bagi Evan, impact-nya luar biasa. Amarah yang semula menguasainya tiba-tiba luruh begitu saja."Jangan gitu, nanti lehermu sakit," ucapnya sambil bergeser, merapat pada punggung sofa. "Sini."Hana tersenyum, ikut merebahkan diri di samping Evan, di atas sofa yang sebenarnya tidak terlal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   98 Penghianat

    "Van, eh ... Mas, takut."Evan dan Hana sudah berdiri di depan pintu ruang kerja Ares sejak beberapa menit sebelumnya, tapi Hana masih terus menarik tangan suaminya, enggan untuk masuk ke dalam ruangan di hadapannya itu."Satu jam lagi RUPS dimulai, Sayang. Udah nggak ada waktu lagi. Kamu mau Ayah baru tau pas rapat? Nanti kalo Ayah shock gimana?""Pak Evan, Bu Hana, mau bertemu Pak Ares?" tanya Lukman, sekretaris yang sudah bertahun-tahun bekerja pada Ares. "Masuk aja. Pak Ares ada kok.""Iya, Pak," sahut Evan.Kepalang tanggung, dan sekretaris ayahnya sudah menatapnya dengan curiga, Evan akhirnya mengetuk pintu ruang kerja ayahnya. Evan membuka pintu setelah mendengar ayahnya mempersilakan masuk."Van, Han?""Yah, ada yang perlu kita obrolin," ucap Evan sambil menggandeng tangan Hana dan memintanya duduk di two seater sofa.Ares tidak banyak bertanya, ia hanya berdiri dari kursi kerjanya dan ikut duduk di single seater sofa yang ada di depan anak dan menantunya. "Ada apa?""Mau kopi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   99 Hadiah Pernikahan

    "Nggak bisa, kami menolak."Setelah seseorang mengatakannya, lalu terdengar suara riuh yang juga menyepakati apa yang diucapkan orang itu.Hana masih menunduk, menggigiti bibir bawahnya. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Biasanya ia bisa menghadapi orang-orang yang menyudutkannya, kinerjanya juga sudah tidak perlu diragukan lagi.Ares mengetuk microphone-nya beberapa kali, tanda kalau ia ingin berbicara dan mendapat perhatian dari para pemegang saham yang hadir di aula besar. Ibra bahkan menghentikan langkahnya untuk memperhatikan apa yang ingin diucapkan lelaki yang pernah mengajaknya makan siang itu."Saya rasa pengalihan saham milik Hana ke pihak lain tidak ada hubungannya dengan posisi Hana sebagai asisten di perusahaan ini. Kinerjanya sudah terbukti, dia sudah membantu saya bertahun-tahun. Lalu sekarang, meskipun Evan baru masuk ke perusahaan, berapa proyek yang berhasil digarapnya? Itu menunjukkan kerja sama yang bagus antara Evan dan Hana, tidak bisa kita pungkiri itu kan?""Tap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   100 Mencintai Kamu Sedalam Ini

    Dengan perlahan, Evan mendorong Hana ke dinding setelah mengunci pintu kamar.Kepulangan mereka di siang hari tentu saja membuat dua ART di rumah mereka kebingungan. Tapi melihat keduanya yang tergesa masuk ke kamar dan mengunci pintu, kedua ART mereka hanya bisa mengulum senyum.Tangan Evan bergerak cepat membuka blazer yang dikenakan Hana dan menjatuhkannya ke dekat kakinya. Begitu juga dengan blouse tanpa lengan dan celana panjang yang dikenakan istrinya. Ia seperti sudah terlatih menanggalkan itu semua dalam waktu singkat.Sementara Hana masih berkutat dengan kancing baju suaminya yang sialnya terasa sangat sulit dilepaskan karena tangannya yang bergetar.Evan menikmati waktunya, membiarkan istrinya berlatih menanggalkan pakaiannya. Ia tersenyum simpul sambil memandang lantai tempat baju Hana berserakan. Istrinya tidak akan mengomel di tengah pemanasan mereka hanya karena Evan meletakkan baju sembarangan kan?Napas keduanya yang tersengal menjadi bukti betapa mereka merindukan sat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   101 Penyesalan Terbesar

    Seperti de javu, Evan dan Hana berada di bandara, dengan Arfindo dan Melinda yang sudah menunggu mereka di dekat area check in."Kalo penganten baru tu emang lengket gini terus ya?" tanya Arfindo sambil menggeleng-gelengkan kepala."Cobain aja sana, biar tau rasanya nggak bisa jauh sama istri," balas Evan."Ck! Kamu nggak risih Han dikekepin terus sama Evan?""Nggak lah, masa dikekepin suami risih.""Shit! Paket lengkap banget suami istri ini," umpat Arfindo.Bukan tanpa alasan Arfindo sejak awal menyindir kemesraan mereka. Ia hanya ingin membuka mata Melinda kalau kesempatan untuknya sudah tertutup, dengan cara yang lebih halus.Sayangnya, Melinda tidak acuh dengan apa yang sedang diusahakan Arfindo. Ia juga tidak ingin melihat pemandangan mesra yang tersaji di depannya. Jadilah yang dilakukannya hanya bermain ponsel dan menyesap kopi dari cup berlogo sebuah merk franchise coffee shop yang terkenal yang berada di tangannya."Kalian mau duluan masuk ke ruang tunggu? Gue mau nemenin Ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   102 Permintaan Melinda

    Hana tampaknya harus banyak-banyak bersyukur. Dua hari menghabiskan waktu di Lombok, Melinda sama sekali tidak bertingkah. Pun begitu dengan suaminya yang kini jangankan menggodanya dengan mendekati Melinda, setiap Evan dan Melinda dalam ruangan atau forum yang sama, Evan selalu menjaga jaraknya.Evan dan Hana bahkan sempat menghabiskan waktu berdua untuk berjalan-jalan di beberapa pantai yang berada di daerah Lombok Selatan, sebagai pengganti honeymoon yang sampai saat itu belum juga terlaksana."Mas, aku nggak ikut makan di resto ya, badanku nggak enak, nanti aku pesen makanan ke kamar aja." Hana memijat pelipisnya karena kepalanya mendadak pusing setelah mereka pulang dari lokasi proyek.Evan yang semula berniat untuk mandi, membatalkan niatnya dan duduk di samping istrinya, menggantikan tangan Hana untuk memijat pelipisnya. "Pusing banget? Masuk angin ya? Mau ke dokter?"Hana mengernyitkan keningnya setiap sakit di kepalanya terasa menyiksanya. "Kayaknya kepanasan tadi di lokasi p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13

Bab terbaru

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   120 Ingin Sendiri

    "Van, kamu lagi nyetir, mending matiin aja video call-nya. Bahaya.""Kamu nggak apa-apa? Kenapa nggak nelepon aku pas dia dateng tadi?""Kamu mau ketemu dia?""Bukan gitu, Sayang. Aku kan jadi nggak bisa ngelindungin kamu. Bentar ya, aku udah mau nyampe."Evan mematikan sambungan video call-nya, meninggalkan Hana yang bingung saat mendengar Evan hampir sampai di tujuan. 'Nggak mungkin udah sampe kantor kan? Cepet banget.'"Sayang."Hana menoleh dengan kaget ke arah pintu kamar yang baru saja dibuka."Kok balik?""Ya aku nggak bisa tenang lah. Tadi aku langsung puter balik pas dapet telepon dari Bibi. Tapi macet banget pas mau puter baliknya. Maaf ya, lama. Kamu nggak apa-apa?" Evan menarik Hana ke dalam pelukannya, mengusapi punggungnya pelan. "Nggak ada omongan dia yang bener. Jangan ada yang dimasukin ke hati ya.""Kamu denger semuanya?""Hmm. Aku makin cinta sama kamu. Rasanya pengen tepuk tangan waktu kamu bales semua omongan nggak benernya."***"Kamu yakin ngelakuin ini, Van?""

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   119 Masih Cinta

    Hana tahu kalau tidak sopan langsung bertanya seperti itu kepada tamu yang datang ke rumahnya. Tapi boleh kan ia membuat pengecualian untuk wanita itu? Ini rumahnya, dia punya kuasa sebenarnya untuk menerima atau mengusir tamu.Wanita yang dengan tenang duduk di sofa itu menyunggingkan senyumannya. Di atas meja terlihat satu keranjang buah, entah dalam rangka apa dia membawanya, sebagai tanda empati atau sebaliknya, sebagai tanda berbahagia."Aku cuma mau jenguk, katanya kamu baru keluar dari rumah sakit.""Makasih, kalo tujuanmu buat bener-bener jenguk. Tapi aku udah sehat.""Kamu memang udah sehat, tapi ... sayang banget ya ... calon anak Evan--""Sebenernya tujuan kamu apa, Mel? Aku tau kamu ke sini bukan buat jenguk. Kalo kamu mau jenguk aku, bisa pas ada suamiku kan? Sekalian kalo kamu mau nyoba deketin dia lagi."Melinda tersenyum pongah. "Gimana rasanya kehilangan yang seharusnya jadi milik kamu?""Aku memang kehilangan calon bayiku dan Evan, tapi masih ada rasa bahagia, sengga

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   118 Setelah Aku jatuh Cinta Sama Kamu ...

    "Sayang, udah tiga hari kita di sini, nggak mau balik ke rumah kita?" tanya Evan saat Hana merapikan dasinya sebelum berangkat ke kantor.Hana masih belum banyak bicara pada Evan, walau tetap menjawab apa yang Evan tanyakan. Tidur mereka pun masih terpisah, hanya kadang Hana masuk ke kamar Evan jika memang ada sesuatu yang harus diurusnya seperti merapikan pakaian kerja Evan atau mencari barang yang tidak bisa ditemukan Evan."Ya udah, nanti malem kita balik ke rumah.""Beneran? Nggak apa-apa? Kalo kamu masih mau di sini dulu nggak apa-apa juga kok.""Iya, nanti malem pulang aja."Beberapa hari ini Hana memperhatikan keluarga Evan yang masih memberikan silent treatment pada Evan. Semakin lama, rasanya semakin tidak tega melihatnya. Lagipula ia tidak mau mengumbar hubungan rumah tangganya lebih lama lagi. Sepertinya orang tua Evan pun mulai gelisah karena ia dan Evan masih seperti berada di dunia yang berbeda."Nanti abis makan malem kalo gitu ya."Hana mengangguk samar. "Aku ... kapan

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   117 Silent Treatment

    Baru kali ini Evan mengalami makan malam tanpa suara obrolan.Keluarganya bukannya tidak tahu adab dengan banyak bicara saat prosesi makan berlangsung. Tapi karena kesibukan masing-masing anggota keluarganya, makan bersama tidak pernah diisi dengan keheningan. Minimal ada Elga yang selalu mengoceh, menceritakan apa saja yang menarik menurutnya.Namun malam itu, semua orang sepertinya sedang sakit gigi atau sariawan. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu dalam ruang makan yang luasnya bisa untuk dijadikan lapangan futsal itu.Ia pun tidak berani memulai percakapan, melihat mama dan ayahnya yang masih jelas-jelas memendam kemarahan padanya."Makan yang banyak, Han." Kalimat pertama yang terucap di ruang makan itu keluar dari Letta yang gelisah melihat Hana hanya mengaduk makanan di piringnya."Iya, Ma." Hana mulai memakan makanan di atas piringnya karena tidak ingin melihat tatapan cemas dari yang lainnya."Mau makan di kamar aja? Nanti aku anter ke kamar," ujar Evan lirih.Sebelum

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   116 Lean on Me

    "Sayang, kamu ngomong apa sih?""Mungkin kalo Melinda yang jadi istrimu—""Hana!" sela Evan yang kini memejamkan matanya, berusaha untuk mengatur emosinya. "Han, apa yang kamu lihat waktu itu nggak seperti yang kamu pikirin. Please, sekarang yang penting kamu sehat dulu. Nggak usah mikir yang nggak-nggak."Hana ingin menyahuti Evan, tapi pintu ruang rawat inapnya terbuka. Ayah mertuanya masuk sambil menyunggingkan senyumannya."Gimana, Han? Perlu Ayah panggilin dokter? Kata Mama dokter belum ngecek lagi ke sini setelah kamu bangun?"Hana membalas perhatian ayah mertuanya dengan sebuah senyuman, meski sangat sulit rasanya untuk tersenyum di kondisinya saat ini. "Nggak apa-apa kok, Yah. Biar nunggu jadwalnya dokter visit aja."Ares melirik Evan dengan tatapan yang sama sejak ia menampar anaknya itu. "Kamu sehat dulu ya, Han. Kalo udah sehat, kamu boleh minta penjelasan ke Evan, kamu boleh marah sama Evan, bahkan kalau kamu mau minta cerai pun, ayah nggak akan menghalangi. Di keluarga Ca

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   115 Sorrow

    Hening.Tidak ada yang berbicara selama perjalanan dari rumah Evan ke rumah sakit.Ares memang marah pada anaknya, tapi sifat kebapakannya tidak juga luntur. Nyatanya ia menunggu Evan di dalam mobil, setelah memberi tahu kalau Hana berada di rumah sakit."Yah, kondisi Hana ...?" Evan melirik ayahnya yang fokus menyetir, menatapnya beberapa detik dan tidak mampu melanjutkan kalimatnya."Nanti kamu tanya sendiri. Itu juga kalo Hana mau nemuin kamu."***"Han." Letta memanggil Hana yang baru saja membuka matanya. Sudah beberapa jam ini ia tertidur di bawah kontrol obat penenang. "Ada yang terasa sakit? Mama panggilin dokter ya."Hana menggeleng pelan. "Nggak usah, Ma."Melihat gerakan Hana yang seperti ingin duduk, Letta bergegas membantunya. "Tiduran aja, Han. Ranjangnya otomatis kok.""Oh, iya, Ma." Hana kembali merebahkan diri dan tak lama kemudian bagian atas ranjangnya terasa bergerak naik setelah Letta menekan beberapa tombol di samping ranjang."Kak Azka mana, Ma?""Lagi ke kantin

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   114 Missing ...

    Letta berlari di sepanjang koridor rumah sakit setelah mendengar kabar dari Azka. Suaminya juga sedang dalam perjalanan ke rumah sakit tapi terjebak kemacetan demonstran yang terjadi di depan salah satu kantor kementerian."Gimana, Ka?" tanya Letta yang melihat Azka duduk lemas di salah satu kursi ruang tunggu."Dokter belum keluar, Tan.""Kamu udah berhasil hubungin Evan? Nomor hpnya nggak aktif." Letta benar-benar bingung dengan situasi yang terjadi. Mengapa Hana ada di Jakarta dan Evan masih di Lombok? Belum lagi ponsel Evan yang tidak bisa dihubungi sejak Letta mendapat kabar kondisi Hana dari Azka.Beruntung Azka datang ke rumah Hana pagi itu, kalau tidak, Letta tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Hana. Hanya ada dua ART di rumah itu dan semuanya perempuan. Siapa yang bisa membawa Hana ke rumah sakit dalam keadaan merintih kesakitan. Menunggu ambulance atau pertolongan dari kelaurganya tentu saja membutuhkan waktu lebih lama lagi."Masih nggak aktif hpnya, Tan," jawab A

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   113 Looking For ...

    Dante Coffee, hanya tempat itu yang kini menarik perhatian Hana. Tempatnya tidak terlalu luas, ada beberapa pengunjung di dalam dan masih ada tempat kosong di sudut coffee shop itu.Ia melangkah masuk, memesan minuman hangat selagi menunggu jadwal penerbangannya.Jangan tanyakan perasaannya saat ini.Hampa.Bahkan air mata tak kunjung ingin keluar dari sudut matanya. Padahal ia membayangkan kelegaannya jika air matanya bisa keluar saat itu juga.Hana berjalan menuju counter saat namanya dipanggil. Di tangannya kini ada secangkir cappuccino yang mengepul. Lumayan untuk Hana menghangatkan telapak tangannya yang mulai kedinginan, pasalnya ia hanya mengenakan kaos lengan pendek dan celana jeans, tanpa sempat berpikir mengambil cardigan dari dalam koper. Biasanya ia tidak memerlukan cardigan karena selalu ada Evan yang siap memeluknya.Lagi-lagi Hana tersenyum nanar, lelaki yang tiba-tiba saja muncul dipikirkannya saat ini, nyatanya tengah memeluk wanita lain. Apa yang bisa ia harapkan?Se

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   112 I Don't Wanna See You with Her

    Hana mengerjap pelan, kepalanya berat, dan kakinya masih pegal, rasanya seperti ia baru saja selesai latihan tae kwon do. Ia meraba-raba sisi kasur di sebelahnya, namun tidak menemukan keberadaan suaminya.'Mungkin di kamar mandi,' pikirnya.Ia kembali memejamkan mata, dan terlelap.Entah pukul berapa saat itu, yang jelas suara telepon internal di dalam kamar yang berbunyi nyaring membuat Hana terbangun. Ia mencoba meraih gagang telepon yang ada di atas nakas."Halo," jawabnya dengan suara serak khas orang bangun tidur."Han, lo tidur? Sorry, sorry.""Ada apa, Fin?" tanya Hana setelah yakin kalau suara di seberang sambungan telepon adalah suara Arfindo."Lo sama Evan nggak mau jalan-jalan gitu, lihat sunset mungkin? Gue gabut nih di kamar sendirian, nggak apa-apa deh gue jadi obat nyamuk kalian. Nggak enak banget sumpah, masa sampe Lombok cuma ngerem di kamar.""Hah? Lihat sunset?" Padahal Hana kira saat itu sudah pagi, tapi Arfindo mengajaknya melihat sunset? Ia lantas mengecek ponsel

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status