Viona mencoba menyembunyikan perasaannya di balik senyuman tipis. "Saya baik-baik saja, terima kasih." Perawat itu merasa ada sesuatu yang mengganjal, tapi ia memilih untuk tidak menanyakan lebih lanjut. "Baiklah, jika kamu butuh sesuatu, jangan ragu untuk memanggil kami." Setelah perawat pergi, Viona kembali merenung dan memandang keluar jendela kamarnya. Hatinya terasa hancur oleh sindiran-sindiran yang ia dengar dari teman-temannya. Ia merasa kesal karena mereka tidak mencoba mengerti situasinya dan justru malah ikut menghakimi. Meskipun hatinya masih terasa sedikit tersentuh oleh gosip-gosip yang beredar, Viona memutuskan untuk tidak membiarkan hal tersebut mengganggu konsentrasi kerjanya. Ia tahu bahwa pekerjaannya masih menunggu dan harus diselesaikan, terlebih lagi karena dirinya sedang dirawat di rumah sakit. Viona mengambil laptopnya yang ada di samping tempat tidurnya dan mulai bekerja. Ia membuka file pekerjaan yang sudah ia siapkan sebelumnya dan mulai meninjau ulang ko
Setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi Viona mulai membaik. Ia memutuskan untuk mematuhi saran suster dan tidak lagi begadang untuk bekerja. Pagi itu, ia bangun dengan lebih segar dan bugar dari sebelumnya. Setelah mandi dan mengenakan pakaian yang lebih nyaman, Viona memutuskan untuk pergi jalan-jalan sejenak untuk mencari udara segar di luar. Dengan langkah yang ringan, Viona keluar dari kamar rumah sakit dan berjalan menuju taman yang berada di sekitar. Udara pagi terasa segar di wajahnya, dan sinar matahari yang hangat membuatnya merasa lebih baik. Ia duduk di bangku taman dan menikmati pemandangan di sekelilingnya. Sementara itu, suster yang merawatnya sebelumnya berjalan mendekat dan tersenyum melihat Viona. "Bagaimana perasaanmu pagi ini, Nak?" Viona mengangguk dan tersenyum. "Lebih baik, Bu. Udara segar pagi ini membuat saya merasa lebih bugar." Suster itu tersenyum ramah. "Bagus sekali. Jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatanmu dan istirahat de
Dengan tekad yang kuat, Viona merasa perlu mencari tahu siapa yang kini bertanggung jawab atas proyek yang dulunya menjadi miliknya. Ia tidak ingin hanya berdiam diri setelah usahanya diambil begitu saja. Setelah mengerjakan beberapa pekerjaan di rumah sakit, Viona mengambil ponselnya dan memutuskan untuk menghubungi bagian informasi perusahaan. Setelah beberapa saat, Viona akhirnya mendapatkan informasi yang ia cari. Ia mengetahui bahwa proyek tersebut kini dikelola oleh Dila, nama yang sangat akrab di telinganya. Dila, orang yang pernah membuli dan bahkan membuatnya pingsan di kamar mandi. Viona merasa bingung dan marah sekaligus. Mengapa perusahaan mempercayakan proyek penting ini kepada seseorang yang tahuannya sangat buruk terhadapnya? Viona merasa terkejut dan tidak percaya ketika ia mendengar nama "Dila" sebagai orang yang sekarang bertanggung jawab atas proyek yang dulu ia kerjakan dengan keras. Ia memutuskan untuk segera mencari tahu lebih lanjut tentang Dila dan alasan meng
Viona tersentak dan menoleh kepada perawat itu. "Saya baik-baik saja, tapi ada sesuatu yang ingin saya selidiki. Saya harus membuktikan bahwa seseorang telah melakukan tindakan yang tidak benar terhadap saya," jawab Viona dengan tekad. Perawat itu merasa simpati terhadap Viona, tetapi ia juga mengingatkan, "Penting bagi Anda untuk tetap menjaga kesehatan dan tidak memberatkan diri sendiri. Mungkin Anda bisa melanjutkan ini setelah Anda pulih sepenuhnya." Viona mengangguk mengerti, tetapi rasa keinginannya untuk menemukan kebenaran terlalu kuat. "Saya akan istirahat sebentar, tapi setelah itu saya harus melanjutkan ini. Saya ingin membuktikan bahwa kejahatan tidak boleh luput dari pengadilan," ucapnya dengan tekad. Perawat itu mengangguk dan pergi dari kamar, meninggalkan Viona kembali pada penelitiannya. Ia merasa semakin terdorong untuk mengungkapkan kebenaran dan membuktikan bahwa tindakan Dila harus dihukum. Meskipun ia sedang dirawat di rumah sakit, semangat dan tekadnya tidak t
Setelah menutup telepon, Viona merenung sejenak. Ia tahu bahwa jalan untuk mengungkapkan tindakan Dila tidak akan mudah. Namun, ia tidak akan berhenti begitu saja. Ia meraih ponselnya lagi dan mencari alamat email perusahaan tempat Dila bekerja.Beberapa saat kemudian, Viona menemukan alamat email perusahaan tersebut. Dengan hati yang berdebar, ia mengetikkan email yang berisi pertanyaan-pertanyaan tajam mengenai proyek yang sedang dijalankan oleh Dila. Ia ingin mendapatkan jawaban yang jujur dan tegas.Setelah mengirim email, Viona merasa campur aduk. Ia merasa lega karena telah mengambil langkah pertama dalam menghadapi Dila, namun juga merasa tegang karena tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.Beberapa jam kemudian, Viona menerima balasan email dari perusahaan. Isi emailnya singkat, mengatakan bahwa pertanyaan-pertanyaannya akan disampaikan kepada Dila dan pihak yang berwenang. Viona merasa sedikit puas mendapatkan tanggapan, meskipun ia tahu bahwa perjuangannya masih panja
Viona memandang keluar jendela, menghela nafas lega. Ia tahu perjuangannya belum selesai. Ia akan berbicara dengan pemimpin perusahaan dan mengungkap semua yang ia ketahui. Ia tidak akan membiarkan gosip dan fitnah merusak karirnya dan reputasinya.Dengan mata yang berbinar-binar, Viona mengambil ponselnya dan mencari nomor telepon pemimpin perusahaan. Ia siap untuk memberikan penjelasan yang jujur dan membela dirinya. Tidak peduli seberapa keras Dila mencoba menghancurkannya, Viona tahu bahwa ia memiliki kekuatan untuk bangkit dan membuktikan nilai dirinya.***Viona menahan napas saat ia mengangkat telepon, hatinya berdebar kencang karena ketegangan. Suara lembut pemimpin perusahaannya terdengar di seberang sana. "Viona, terima kasih sudah mau menghubungi saya. Saya tahu bahwa saat ini Anda sedang menghadapi banyak tekanan."Viona memaksa senyum dan menjawab, "Tentu, Pak. Saya ingin mengetahui lebih lanjut tentang keputusan perubahan penanggung jawab
Selama beberapa hari ke depan, Viona benar-benar berusaha untuk mengabaikan berita yang tersebar di media sosial. Ia merasa bahwa membiarkan dirinya terus terikat pada komentar-komentar negatif hanya akan mengganggu pemulihannya. Sebagai gantinya, ia memilih untuk fokus pada proses penyembuhannya dan mengembalikan kekuatannya.Saat matahari bersinar terang di pagi hari, Viona duduk di kursinya di rumah sakit, menikmati sinar matahari yang masuk lewat jendela. Ia merasa angin sejuk dan segar menyapu wajahnya, dan ia tersenyum."Sudah seminggu kamu di sini, Viona. Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya suster yang datang dengan senyuman."Lebih baik, bu," jawab Viona sambil tersenyum. "Saya merasa lebih segar hari ini."Suster itu mengangguk puas. "Itu bagus. Ingatlah untuk tetap istirahat dan jangan terlalu banyak beraktivitas."Viona mengangguk dan berjanji untuk mematuhi anjuran suster. Setelah suster pergi, ia merenung sejenak tentang rencananya
Dengan tekad yang kuat, Viona memutuskan untuk kembali bekerja setelah masa pemulihannya. Ia merasa sudah siap menghadapi suasana di kantor yang mungkin sudah berubah akibat berita-berita yang tersebar. Namun, ketika ia memasuki ruang kantor, ia merasakan tatapan-tatapan tidak menyenangkan yang ditujukan kepadanya. Beberapa karyawan bahkan mengalihkan pandangan dengan sinis saat ia berjalan melewati mereka.Viona merasa detak jantungnya berdebar lebih cepat saat ia memasuki kantor. Ia merasakan pandangan tajam dari beberapa rekan kerja yang dulu pernah dekat dengannya. Namun, kali ini pandangan itu penuh dengan rasa tidak suka dan penilaian yang buruk. Meskipun hatinya merasa tidak nyaman, Viona memilih untuk tetap tenang dan berusaha menjaga kehormatannya.Dengan langkah mantap, Viona melangkah menuju meja kerjanya. Ia bisa merasakan pandangan dari sudut mata yang terus mengikuti setiap gerakannya. Tanpa menoleh atau menunjukkan bahwa ia terpengaruh, Viona fokus