“Apa maksudmu tidak biasa?” tanya Mike heran.
“Sudah jelas ini tumor. Mana ada tumor yang biasa”
“Minggir lah dulu, Mike!” seru Mansa memaksanya bergeser.
Mansa meraba tangan Chyntia yang membengkak, dan tiba-tiba wajah Chyntia terlihat berubah seakan terganggu oleh itu. Kelopak matanya mulai mengkerut memicing terlihat begitu tidak nyaman dan kemudian dia mulai merintih kesakitan.
“Hey, Jangan sembarangan menyentuh tangan Tante seperti itu!” seru Leni panik.
Tapi Mansa tidak terlalu peduli dengan seruan Leni tersebut. Dia tetap fokus mengamati bagian yang membengkak di tangan Chyntia.
“Kenapa bisa begini?” gumamnya.
<< Iya, aku juga baru kali ini melihat yang seperti ini >>
<< Lagi pula, seingatku waktu pertama kali kita datang ke sini waktu itu, rasa-rasanya sama sekali tidak ada makhluk halus sepertiku yang men
“Bagaimanapun kita tidak bisa membiarkan tante mereka itu seperti itu terus.” “Tolonglah, Mike,” pinta Mansa lirih. Mike menghela nafasnya. Dia sebenarnya sama sekali tidak keberatan menolong wanita itu tapi beberapa saat yang lalu dia lebih perhatian dengan apa yang akan Mansa ceritakan dan berharap Mansa bisa mengurangi rasa penasarannya itu. “Ya sudah.” “Aku akan coba berbicara dengan mereka,” seru Mike berbalik hendak kembali masuk ke dalam ruangan tersebut. Setelah berada di dalam, Mike mencoba meyakinkan Basri dan Leni agar tante mereka itu dibawa saja ke klinik milik mereka yang dikelola oleh Dokter Harlin. “Bagaimana dengan Arif?” sahut Leni. “Memangnya di mana Arif sekarang?” tanya Mike. “Dia baru saja keluar membeli paracetamol di apotek sebelum kalian datang ke sini,” jawabnya. “Dia hanya berjalan kaki, jadi mung
Harlin terpaksa mengikuti permintaan Mike. Diapun mengambil anestesia spray dari troli yang dia bawa dan hendak menyemprotkannya pada bagian tangan Chyntia yang membengkak. Namun Mansa langsung mencegahnya. “Bukan anestesia lokal,” katanya. “General Anestesia,” lanjutnya lagi. “Apa yang ingin kau lakukan?” tanya Harlin sedikit membentak. “Aku tahu mungkin ini adalah tumor ganas.” “Apa kau bermaksud membedahnya dengan kondisi klinik seperti ini?” Harlinpun menoleh ke arah Mike. “Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit saja?” serunya. Mike hanya diam dengan sedikit menggelengkan kepala. Harlinpun nampak semakin kesal. Namun sejurus kemudian meski dengan wajah cemberut dia menarik kasur di mana Chyntia berbaring dan sepertinya dia ingin membawanya keluar dari ruangan tersebut. “Jika memang itu yang ingin kau lakuka
“Jadi bagaimana sekarang?” tanya Mike. “Aku sudah berusaha untuk menariknya agar lepas dari tangan Tante Chyntia. Tapi parasit yang menempel di tangan Chyntia berusaha untuk tetap terikat dengan dan menyatu dengan sel tumor tersebut.” Mansa terlihat masih mencoba menarik-narik makhluk yang disebutnya parasit itu meski tidak terlalu keras. Harlin memperhatikan memang benar sel tumor yang ada di dalam tangan Chyntia yang membengkak seperti ikut tertarik. “Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang kalian bicarakan,” sanggah Harlin memotong diskusi mereka. “Tapi bagaimana jika bagian itu kita keluarkan, apakah kamu bisa membuat parasit itu lepas dari tangan yang membengkak itu?” “Itu yang ingin aku lakukan,” ujar Mansa. “Apa ibu bisa membantuku untuk sedikit menyayat bagian tangan yang membengkak ini? Mungkin dengan itu aku bisa menarik parasit ini keluar bersamaan dengan sel
Berbicara hal-hal yang bijak tentang takdir memang mudah, dan sering kali begitu enak didengar. Tapi menerima takdir yang tak lagi sesuai dengan keinganan adalah cerita yang berbeda. Untuk beberapa waktu dalam hidupnya, Mansa berpikir dia ditakdirkan untuk melakukan sesuatu dan keunikannya yang membuatnya berbeda dari orang lain bisa saja ditujukan agar dia melakukan sesuatu yang penting dengan itu. Beberapa urutan kejadian, masalah serta segala kemalangan yang dia lalui selama ini bertindak sebagai nasib yang seakan mendorongnya untuk melakukan hal-hal yang menurutunya sudah ditakdirkan untuk dirinya. Dia telah memutuskan untuk menerima dan menjalaninya, memahami keunikannya, dan melakukan kebaikan sebisa yang dilakukannya. Namun sekarang hidup seakan menamparnya seraya mengingatkan, “kau tak bisa berbuat seenaknya dalam hidup ini”, membuatnya sadar akan batasan diri dan garisan takdir yang tak bisa diubahnya. “Aku hanya berniat untuk
“Cerita energi dan materi adalah pembahasan mainstream di tingkat SMA, sementara soal evolusi alam semesta, teori big bang sudah bukan lagi rahasia umum.” “Aku mungkin memang tidak mendalami ilmu fisika, tapi aku cukup tahu semua itu. Tak ada hal yang baru bagiku mengenai topik itu,” jelas Harlin. Mansa hanya terlihat sedikit mengangkat satu alis matanya bagian kanan, diam saja tak memberikan tanggapan apapun, seolah dia masih menantikan sejauh mana Harlin bisa menjelaskannya. Reaksi Mansa itu sedikit membuat Harlin kesal seakan merasa dirinya diremehkan oleh seorang bocah SMP. Diapun mengambil spidol yang ada di depannya dan langsung berdiri mendekati sebuah white board. “Aku tak tahu bagian mana dari pembahasan soal energi dan materi yang harus dijelaskan. Topik itu terlalu luas. Tapi aku bisa sedikit bercerita tentang teori evolusi alam semesta,” terangnya. Harlinpun mulai menggambar seb
Sementara itu Harlin terdiam seperti terhipnotis oleh satu keping koin seribu rupiah yang ada di tangannya. Dia termenung, nampak membalik-balik koin tersebut seperti sedang larut dalam pikirannya. “Makhluk tak kasat mata yang aku sebut sebagai parasit itu,” ujar Mansa meneruskan penjelasannya. “Bisa dikatakan adalah makhluk hidup yang tidak tersusun oleh materi, tapi hanya berupa energi. Alasan dia menempel pada tangan Chyntia adalah karena dia sedang dalam keadaan kritis di mana inti tubuhnya mengalami peluruhan.” “Dia mencoba menstabilkan diri dan secara insting dia memilih menempel pada tubuh Chyntia. Itu memicu ketidakstabilan pertumbuhan sel dan dari situlah tumor ganas itu terbentuk,” jelas Mansa menghubungkan cerita panjangnya itu pada kejadian yang baru saja mereka alami. Namun Harlin nampak masih seperti terhipnotis oleh koin tersebut, seperti memikirkan sesuatu. “Tunggu, sepertinya aku in
Seperti teringat akan sesuatu, Mike berbalik kembali menuju ruangan Harlin. Dilihatnya pintu ruangan tersebut masih terbuka. Mikepun mengetuk pintunya sekadar berbasa-basi pada Harlin atas kedatangannya itu. “Ada apa lagi?” tanya Harlin. “Aku jadi ingat sesuatu,” ujar Mike sembari memberikan kantong berisi narkoba yang sedang dia selidiki saat ini bersama Agus. “Aku hanya ingin memastikannya saja.” “Tapi benar kan ini Opioid Sintetis?” Mendengar nama itu, Harlinpun langsung membuang bungkusan tersebut dengan ekspresi wajah serius. “Apa kau lupa betapa sulitnya aku ribut-ribut dengan mereka soal pabrik farmasi kita ini? Dan kau seenaknya saja membawa barang ini ke sini?” bentaknya. “Hey, hey.. tenang dulu Harlin,” seru mike nampak panik karena sama sekali tidak menduga Harlin akan bereaksi seperti itu. Sedikit dia menghelas nafas da
Setelah lebih dari seminggu di rawat, Chyntia kembali sehat nyaris seperti seseorang yang tak pernah mengidap kanker ataupun tumor. Satu-satunya yang tersisa dari kejadian itu hanyalah bekas sayatan yang dibuat oleh Harlin. Seperti yang dikatakan Mansa, munculnya sel tumor itu hanyalah karena ketidakstabilan dari energi makhluk halus yang sedang sekarat yang sempat menjadi parasit di tangan Chyntia. Semua berjalan nampak normal setelah itu. Begitupun dengan Mansa. Sudah berhari-hari dia seperti menikmati kehidupan yang baru. Apa lagi dalam dua hari belakangan dia nampak begitu hidup, bersemangat seperti tak memiliki beban, bahkan tak jarang Yono mendapatinya bersenandung dalam kesibukannya menyelesaikan pekerjaan. Lagi pula hari ini hari yang dinanti-nantikannya. Hari ini adalah hari diadakannya pesta perpisahan bersama teman-teman sekelasnya dulu. Bagi sebagian orang mungkin acara ini hanya terlihat sebagai acara makan-makan dan kumpul-kumpul belaka. Tapi bagi Mansa