Esok paginya, Mike bersiap-siap hendak berangkat kembali menuju kota Padang. Beberapa orang sudah menunggunya di bibir dermaga, sementara Yusuf sudah siap di atas perahu.
“Ayo Chip, kita berangkat,” seru Mike mengajaknya naik perahu.
Namun sesaat sebelum dia naik ke perahu, Mike menoleh ke belakang karena heran si Acil anggotanya yang paling muda itu malah ikut.
“Loh kamu mau pulang? Sudah ga betah saja di sini?” tanya Mike pada remaja itu.
Namun Acil bengong karena bingung atas pertanyaan Mike tersebut.
“Ehm,” Rasyif berdehem datang menghampiri.
“Aku yang ajak dia, Mike,” sahut Rasyif.“Serius nih, Chip?!” tanya Mike dengan ekspresi sedikit meragukannya.
Rasyif hanya tersenyum dan sedikit geleng-geleng kepala kemudian langsung naik ke atas perahu. Acil ikut saja karena Rasyif sendiri sama sekali tidak bercerita apa-apa u
Menjelang siang, Yusuf dan ibu Mansa sudah sampai di Pulau Setan. Ketika mereka berdua turun dari perahu membawa barang belanjaan, beberapa orang pekerja di pulau wisata tersebut mendatangi ibu Mansa. Nampak mereka cukup akrab bercengkrama, dan sebagian dari mereka mengambil barang belanjaan yang dijinjing ibu Mansa. Sepertinya mereka terlihat begitu sungkan tak ingin membuatnya kerepotan. Tak lama setelah itu dia langsung menuju vila utama yang berada di atas bukit. Ibu Mansa sendirian saja berjalan menuju vila tersebut karena sudah cukup familiar juga dengan tempat itu. Hampir semua orang yang bekerja di sana mengenalnya meski mereka cukup sungkan juga berbicara karena sudah cukup lama juga tidak datang berkunjung. Terakhir kali ibu Mansa berkunjung ke pulau tersebut adalah pada pertengah tahun 2026, sudah lebih dari lima tahun yang lalu. Meski begitu sebagian dari mereka sudah pernah juga bertemu dengan ibu Mansa sebelumnya di luar pulau tersebut. T
Malam harinya, Mike bersama tiga orang anggotanya Rasyif, Acil dan juga Arif kembali menyusuri kota Padang menggunakan mobil antik milik Darmi. Mobil itu tampak pelan saja melaju karena saat ini informasi dari Arif juga tidak begitu pasti di mana tempat yang akan mereka selidiki.“Si om mentang keasyikan pakai mobil antik, dibawa pelan begitu,” ujar Acil yang duduk di sebelah Mike.“Kapan sampainya kalau begini? Emang kita mau kemana sih om? Sudah panas ini pantat dari sore mutar-mutar tak jelas begini,”“Ini kita jalan pelan karena memang belum tahu mau kemana,” balas Mike datar.“Sudah kamu diam saja, nanti aku belikan permen.”“Lagian si Achip ngapain juga bocah begini diajak.”“Lah om sendiri juga ngajakin tuh bocah. Setidaknya aku masih lebih tua darinya,” sanggah Acil.“Setidaknya dia lebih dewasa
Di bawah reruntuhan bangunan mercusuar yang terbengkalai itu terdapat sebuah ruang bawah tanah bekas penjara sisa-sisa penjajahan Jepang dahulu. Di tempat itu, hanya bermodal penerangan reman-remang dari satu lampu yang masih menyala di langit-langit lorong penjara kecil, sekitar 7 orang pria berdiri mengawasi proses diskusi dari dua orang rekan lainnya di sebuah meja di tengah-tengah lorong tersebut. Tempat itu cukup lembab dengan dinding-dinding yang berlumut, sementara asap rokok nampak padat mengepul membuat pemandangan di ruangan tersebut cukup berkabut. “Sudah kukatakan, kalian harus berhati-hati melakukannya di kota ini,” ujar seorang pria. “Apa maksudmu? Kami melakukan sesuai arahanmu.” “Bukannya kamu sendiri bilang tempat itu sama sekali tidak ada yang mengawasinya. Tahu-tahu sudah ada orang yang diam-diam mengintai seperti itu.” Tiba-tiba diskusi mereka terhenti karena mendengar sedikit su
“Kau tahu kenapa waktu itu aku memberhentikanmu?” tanya Mike sembari menindih bahu pria itu dengan kakinya dan membuatnya semakin terkapar di pojok dinding itu. “Memilih penjara sempit ini sebagai tempat pertemuan, dengan hanya ada satu pintu masuk. Apa kau tak sedikitpun berpikir kemana kau akan lari jika tiba-tiba ada penyergapan yang mendatangi tempatmu ini?” tanya Mike beretorika dengan nada sarkas merendahkan kebodohan Maman. “Jadi seorang cunguk saja kau terlalu sembrono, dan sekarang malah sok jadi bos. Malah sempat-sempatnya berpikir untuk mengangkangiku, mencoba membuat ulah di kotaku ini, mencari celah di bawah ketiakku.” “Orang-orang naif sepertimu ini perlu diberi pelajaran, dengan siapa kau sedang berurusan.” Beberapa pembuluh darah menyeruak di pelipis matanya, dan dengan penuh intimidasi, kembali Mike menjambak jas pria itu bermaksud untuk memaksanya berdiri. Terlihat sekali betapa Mike sangat tidak senang dengan pria itu
Ketika Aryan datang di tempat itu, dia nampak berjalan pelan dan kemudian mengintip dari balik pintu gerbang yang sudah terbuka lebar. Dia cukup bingung karena tidak terlihat seorangpun di sana, hingga Arif keluar dari mobil dan bunyi suara ketika dia menutup pintu sedikit mengalihkan perhatian Aryan. “Pak.. tuan satpam itu?” tanya Arif nampak ragu-ragu. “Mike sudah menunggu di dalam,” katanya lagi sembari mengajak Aryan menuju ke tempat di mana Mike menahan Maman dan preman yang lainnya. Ketika sampai di tempat yang lembab itu, Aryan melihat begitu banyak preman tergeletak sementara di ujung lorong terlihat Maman duduk dengan kondisi wajah bonyok tak karuan. Mike langsung menoleh dan membiarkan Maman ketika dia hendak menghampiri Aryan. “Ini,” sahut Mike menyerahkan sebuah HP milik Maman pada Aryan. Aryan hanya sedikit menaikkan satu alis matanya saat menerima HP yang diberikan Mike
Setelah beberapa saat mengamati Maman terjatuh ke jurang, Mike kemudian berbalik dengan ekspresi wajah santai menatap ke arah Aryan.“Bagaimana sekarang?” tanyanya.“Apa sudah bisa aku serahkan semuanya pada tuan satpam?”Aryan hanya bisa terdiam, bukan karena dinginnya Mike melempar Maman ke jurang, tapi karena larut dalam pikiran.“Sepertinya semua jadi masuk akal,” gumamnya.“Apanya?” tanya Mike.“Salman sendiri yang menyerahkan urusan ini padaku. Kau pasti tahu kalau urusannya sudah diserahkan padaku, itu berarti hal itu tidak berhenti di meja hijau,” terang Aryan.“Itu kenapa sulit menerimanya karena bisa dibilang dia sendiri menyuruhku untuk membunuhnya dengan membiarkan nomor HPnya disimpan oleh pengedar narkoba yang sedang kuselidiki. Tapi sekarang kalau ceritanya begini, semua jadi masuk akal
Malam itu juga, begitu mereka sampai di vila utama milik Hassan Guardian, semua anggota Mike sudah menanti kedatangan mereka di ruang tamu. Agus langsung menghampiri Aryan di depan pintu itu dengan tatapan dingin seperti tidak senang dengan kedatangannya. “Loh kenapa?” tanya Mike. “Bukannya kamu yang memintanya untuk datang?” Namun Mike tak terlalu mempedulikannya dan terus masuk menghampiri yang lainnya yang sudah berdiri menyambut kedatangannya itu. Sementara itu Agus masih dengan dingin mengeluarkan senjata dan nampak seperti ingin memamerkannya pada Aryan. “Mungkin Mike memilih melepaskan anda waktu itu,” ujarnya menggoyang-goyangkan pistol tersebut di tangannya. “Tapi jujur saja, aku memungut senjata ini dan bermaksud ingin membunuh anda waktu itu. Jadi jangan sekali-sekali berpikir semua yang terjadi diantara kita sudah selesai,” jelasnya. Aryan lantas dengan sigap menyi
Semua perhatian orang yang ada di ruangan tersebut jadi teralihkan oleh pertanyaan Mike tersebut. Termasuk mereka yang sedari tadi sibuk bermain dengan HP masing-masing seperti tidak terlalu peduli dengan diskusi tersebut.Dewipun tak bisa menyembunyikan ekspresi penasarannya.“Siapa Belial?” gumam Dewi.“Kenapa tiba-tiba bertanya tentang nama itu?”“Aku sama sekali belum pernah mendengar nama itu.”Mike terlihat heran dan sedikit menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya.“Waktu aku mengejar salah seorang dari kalian di dalam hutan, aku mendengarnya menelepon untuk segera diberitahukan pada Tuan Belial, dan seingatku jelas saat itu dia berbicara dengan bahasa Inggris,” terang Mike.“Dua orang itu..” sahut Dewi sedikit mulai berpikir.“Aku baru dipertemukan dengan mereka khusus untuk urusan kali ini membawa Mansa