Barata kembali ke markasnya. Dia memperhatikan pasukannya yang sedang beristirahat. Dia mengamati mereka sambil menunggu pria-pria yang dia beri tugas. Selain itu, di juga menunggu beberapa orang yang memantau beberapa area yang kemungkinan besar akan menjadi medan perang. Dia perlu menyiapkan semuanya dengan matang sebelum benar-benar bertindak melawan mereka. Pekerjaan seperti ini bukan sesuatu yang mudah.
“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Namun, perang ini pasti akan menjadi besar. Mungkin saja seluruh faksi di tempat ini akan keluar seperti yang aku harapkan. Namun, di antara mereka pasti ada yang pandai dan mengerti jebakan di dalamnya. Sayangnya, sebuah situasi yang sudah tercampur oleh emosi tidak dapat diselesaikan hanya dengan kata-kata saja. Perang pasti terjadi, hanya di posisi mana kita akan berada!” Barata memikirkannya dengan baik dan mengunggah satu poin penting yang tak dipikirkan oleh yang lainnya.
Kemenangan tidak berada di tanganny
Kehadiran dari berbagai faksi itu membuat Barata bergerak lebih cepat. Meski dia masih ragu apakah mereka akan bertempur atau tidak. Dia tetap pergi ke Kota Sawarangun. Dengan perasaan yang tidak menentu, dia pergi ke tempat tersebut. Melihat sebuah gapura dan pintu masuk yang begitu besar dengan setiap ukiran yang begitu indahnya. Barata tidak lantas masuk ke dalam area tersebut. Dia tetap berada di posisi awal dan terus menatap ke arah pintu itu. Perasaan tidak berdaya merasuk ke dalam hatinya, dan dia tidak bisa menolaknya. Perasaan cemas juga menggandrungi perasaannya saat dia menatap ke arah dalam. Jika hanya Zombie Kabewo, Zombie Monar, dan Zombie Durma. Barata tidak akan terlalu khawatir, tapi jika di tempat itu terdapat makhluk yang jauh lebih mengerikan dari ketiganya, dia tidak tahu harus bagaimana. Barata tahu jika situasi bisa berkembang ke arah yang sangat buruk saat ini. Namun, dia harus melakukannya. Taruhannya terlalu besar dan dia tak bisa kehilangannya. Jad
Situasi sudah tidak nyaman, Barata yang memerintahkan pasukannya untuk bergerak menyerang mereka yang sedang bertarung. Dia sama sekali tidak membiarkan pertempuran itu berakhir menjadi sesuatu yang tidak bisa dia bayangkan. Bagaimanapun jua, situasi yang dia hadapi sungguh berada di luar perkiraannya. Perang yang seharusnya merenggut banyak nyawa malah berakhir dengan biasa saja, tanpa ada sesuatu yang berlebihan.Keadaan di medan perang telah berubah ke titik yang sangat tidak biasa. Siapa saja yang melihat tempat itu akan merasakan kengerian yang sebenarnya. Zombie-zombie itu bergerak serentak bagaikan wabah yang tidak dapat dihindari. Barata yang menyaksikan bagaimana mereka bergerak pun terdiam dan tidak menyangka jika mereka akan menggunakan serangan yang begitu memuakkan. Barata tidak mau keadaan berubah menjadi lebih buruk lagi.Mereka yang sedang bertarung satu dengan lainnya pun segera menghentikan tindakan mereka dan bergegas untuk menyerang zombie-zombie ya
Situasi di Medan perang telah berubah menjadi sangat panas, tidak mudah untuk siapa saja yang berada di tempat itu merasa baik. Keadaan tidak mungkin bisa membaik setelah zombie-zombie itu melakukan serangan yang benar-benar berbahay dan tidak biasa. Sungguh keadaan makin tidak runyam dan tidak membaik. Seluruh situasi berkembang ke titik yang tidak Barata inginkan. Zombie-zombie itu menguasai pertempuran, bahkan dia melihat beberapa Zombie Durma di tempat itu.“Betapa menjengkelkannya Zombie Durma ini. Mereka terus berteriak saat aku mencoba mendekatinya. Akibatnya zombie-zombie lain segera menyerangku dan membuatku terjebak dalam sebuah pertarungan yang tidak ada gunanya. Sungguh menyebalkan sekali!! Andaikan mereka tidak mengepungku, sudah pasti mereka tidak akan bisa mengendalikannya!!” Barata tidak senang dengan situasi yang dia hadapi saat ini, apalagi dengan keadaan di mana pihak zombie mengungguli faksi-faksi yang saat ini tengah bertarung.Barata m
Setiap orang yang mendengar raungan itu segera terdiam dan tidak ada satupun dari mereka yang bergerak dari posisinya. Raungan itu begitu menggelegar dan menarik seluruh perhatian. Tidak ada yang tahu dari mana datangnya raungan itu dan makhluk macam apa yang mampu mengeluarkan raungan semegah itu. Hampir semua pemimpin faksi mencengkeram senjatanya.Barata merasa tidak nyaman setelah mendengar raungan itu. Seluruh rencananya kacau balau, meski sebagian telah berhasil dan berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan. Namun, seperti seharusnya, manusia hanya berencana sedang langit yang menentukan. Perubahan ini tidak dia harapkan, tapi terjadi dan membuat dia harus mengubah rencananya semula. Mereka seharusnya hanya perlu memanen hasil dari pertarungan yang terjadi bukannya ikut serta di dalamnya dan mengubah situasinya.Sayangnya, apa yang dia harapkan telah berhasil tapi juga berubah. Barata benar-benar dibuat kesal olehnya. Namun, dia tidak merasa perlu untuk menggu
Beberapa kali dia mencoba untuk membunuh monster itu dengan serangan beruntun menggunakan bola api. Namun, setiap serangannya hanya menggoresnya tanpa membuatnya kehilangan nyawanya. Barata tahu bila monster itu akan memiliki daya tahan dan kekuatan yang besar, hal itu terlihat jelas dari tubuh dan perawakannya. Barata tidak mungkin tidak merasa kesal saat mengetahuinya. Keadaan di medan perang sudah memburuk, dan kehadiran makhluk ini hanya menambah situasi menjadi lebih buruk lagi.“Selain kekuatan dan daya tahannya yang luar biasa kuatnya. Makhluk ini juga memiliki kemampuan yang tidak biasa, terutama raungannya itu. Jika aku tidak berhati-hati dalam menyerang atau bertahan darinya, pastinya aku akan terluka,” ucap Barata saat dia Gurajan yang menghentakkan kakinya beberapa kali dan menggetarkan tanah yang tak bergerak.Saat dia mencoba untuk menggunakan Teknik {Sabit Api}. Barata menghindari serangan makhluk itu dan melompat ke samping. Dia melihat sebu
Barata memuntahkan darah setelah menahan serangan Gurajan di waktu dia melepaskan sebuah serangan ke arahnya. Dia tidak mengerti mengapa Gurajan akan sedemikian tangguhnya. Serangan beruntun yang dia lepaskan sama sekali tidak lemah, bahkan cukup kuat untuk menghabisi para Kontraktor di tempat itu. Barata merasa jika monster di depannya ini tidak seharusnya ada di dunia. Kekuatannya tidak dapat diprediksi.Saat Barata merasa jika dia telah berhasil mengalahkannya. Dia melihat monster itu mengeluarkan raungan lain dan Kristal yang ada di dahinya bersinar dengan sangat terangnya. Barata menyaksikan bagaimana monster itu bergetar dan darah dari setiap luka di tubuhnya melesat keluar, tapi tidak meninggalkan tubuhnya melainkan tetap berada di tubuhnya dan melekat bagaikan lem.Tatkala hal itu terjadi, Kristal di dahi monster itu bersinar dengan sangat terang sampai pada satu titik dimana darah menutupi seluruh tubuh Gurajan. Waktu darah menutupi seluruh tubuhnya, Kristal m
Langit biru yang begitu tenang menjadi sebuah pemandangan yang begitu menyegarkan mata. Sayangnya pemandangan semacam itu hanya Barata lihat ketika dia terbaring dan terluka. Darah segar menetes dari mulutnya dan dia tampak sangat pucat seolah berada di ambang kematian. Namun, ada banyak energi yang masuk ke dalam tubuhnya. Dia memang mendapatkan tambahan energi tapi dia lantas membaik hanya karena itu.Barata tidak tahu apa yang terjadi pada perang yang tengah mereka lakukan saat ini. Seluruh tubuhnya terasa mati rasa, tapi energy yang masuk ke dalam tubuhnya masih bisa dia rasakan. Kontras ini memang membingungkan, tapi hal itu benar-benar terjadi. Dia sendiri merasa jika keadaannya mulai membaik meski hal itu sungguh tidak bisa diandalkan. Kecepatan pemulihan dirinya memang meningkat tapi tidak terlalu cepat.Hanya saja, semua itu masih baik, jadi dia sama sekali tidak merasa buruk. Tentu saja, ada hal yang membuat dia menjadi was-was, apalagi kalau bukan situasi pe
Pemulihan diri Barata cukuplah cepat. Setelah dia beristirahat dan mendapatkan sebuah pemahamn baru tentang Energi Kehidupan. Dia mulai mempraktekkannya, dia mengedarkan Energi Kehidupannya ke seluruh tubuh dan membuat aliran yang tersumbat kembali menjadi lancar. Selain itu, setelah dia mengedarkan energinya, ia merasakan tubuhnya seperti mendapatkan angina segar dan beban yang semula ada menjadi hilang secara pelan.Seketika dia melihat seluruh keadaan di medan perang telah berubah seutuhnya dan perang berakhir. Apalagi, saat tubuhnya sudah membaik, dia segera menghampiri pasukannya. Barata tidak mengarahkan pandangan matanya pada pasukan faksi yang masih tersisa, melainkan fokus pada pasukannya. Dia benar-benar memperhatikan pasukannya dengan baik karena mereka merupakan kekuatan yang tidak boleh terhapus atau seluruh wilayahnya akan menjadi kacau.Supono dan Surip memperhatikan Barata yang berlumuran darah. Melihatnya datang memberikan perasaan intimidasi yang tida