Bowo melaksanakan segala perintah yang diberikan oleh Barata. Dia berhasil menyelesaikan pembangunan pagar serta gudang. Dia juga membangun dua menara pemantau sederhana di titik-titik yang sudah di tunjuk. Selama Barata meninggalkan Lembah Kehidupan, dia lah yang memimpin seluruh kelompok. Dia juga sudah merasa tenang setelah melihat Sopo Barungan yang sadar serta para pejuang lainnya sudah membaik.
“Bagaimana keadaanmu, Sopo Barungan? Apa kau merasa ada sesuatu yang aneh dengan tubuhmu? Kita tidak memiliki seorang ahli pengobatan sehingga penanganan para pejuang yang terluka cukuplah buruk. Istirahatlah kalau kau merasa buruk dengan semua itu,” ucap Bowo. Dia memperhatikan cara Sopo Barungan berjalan yang mana dia masih tertatih-tatih.Dia merasa jika keadaan Sopo Barungan belum sepenuhnya membaik, sehingga dia mengisyaratkan pada pria itu untuk beristirahat. Bagaimanapun juga situasi di Lembah Kehidupan cukup damai. Setelah pertarung
Sebelumnya, ketika Barata sedang berjalan menuju ke Kadipaten Swangiri. Dia menyaksikan pemandangan yang sungguh membuat orang menjadi gila. Sebelum dia sampai di Kadipaten Swangiri, dia melihat suatu kegilaan yang tidak masuk akal. Di mana dia melihat ada ribuan zombie yang berkeliaran di jalan, dan dia juga melihat ada zombie monar juga. Ketika Barata mengingat pemandangan gila itu, dia hanya bisa mengusap dahinya.Barata menceritakan apa yang dia lihat pada Bowo serta Sopo Barungan saat dia bertemu dengan mereka. Dia sama sekali tidak menyembunyikannya karena dia berpikir jika menyembunyikan peristiwa segila itu pasti hanya akan membuat situasi menjadi lebih gila lagi. Jadi, lebih baik mengatakannya sedari awal sehingga dia bisa mengantisipasi kejadian tersebut. Dia memberitahukan pemandangan itu pada mereka berdua, dan dia juga mengingatkan mereka untuk tidak mengendurkan kewaspadaan serta pertahanannya.“Apa yang kau katakan itu benar, Tuan? Sial
Saat dia menatap bulan penuh yang menunjukkan keindahan serta pesonanya. Barata teringat akan istrinya. Dia merindukannya, dan perasaan itu benar-benar buruk. Dia tidak ingin konsentrasinya teralihkan oleh sesuatu karena saat ini dia sedang berada pada kondisi yang tidak tepat untuk merasakan perasaan semacam ini. Namun, siapa yang bisa mengatakan jika merindukan seseorang harus melihat waktu? Jika memang rindu ya rindu, kenapa pula harus memikirkan yang lainnya. Barata mengatur nafasnya agar dia menjadi tenang dan tidak memikirkan perasaan yang baru saja masuk ke dalam hatinya. Dia tidak menolak perasaan itu, hanya saja, dia tidak ingin merasakan perasaan semacam itu di waktu seperti ini. Barata menghela nafas sambil menenangkan perasaannya. Dia benar-benar merasa benaknya tak karuan saat ini. “Haish ... mengapa aku merindukanmu di waktu seperti ini? Apakah kau ingin menyertaiku dalam pertarungan nanti? Sayangku ... aku tidak bisa menolak perasaan ini, tapi
Barata pergi menuju ke barat Lembah Kehidupan. Dia tahu akan perubahan yang terjadi di permukaan setelah melalui perjalanan beberapa waktu lalu, apalagi dia sudah melihat keadaan di Kabupaten Swangiri yang berada di utara Lembah Kehidupan. Barata masih merasa tidak nyaman dengan apa yang dia lihat di Kadipaten Swangiri.“Mungkin ini bukan hal yang buruk untuk mengamati Hutan Jalungporo. Tempat itu masih menjadi tempat yang strategis. Dengan berada di tengah-tengah dua kadipaten, tempat ini cukuplah strategis untuk dijadikan sebagai sebuah markas. Namun, dengan medan yang begitu terbuka, tentunya tidak mudah untuk tempat itu dipertahankan,” ucap Barata ketika dia mengingat-ingat kembali lokasi dari Hutan Jalungporo.Hutan itu bukan hanya sekadar hutan biasa, dengan luas yang mencakup lebih dari 100 km. Tempat ini menjadi tempat untuk para pendekar menyepi atau juga berlatih. Namun, tempat ini juga menjadi tempat bernaung untuk beberapa ke
Anak kecil itu melangkah pelan mendekati Barata yang duduk sila di samping pedang yang menancap di tanah. Langkah kakinya begitu pelan, dan terlihat pula ada getaran pada setiap langkahnya. Ya, anak kecil itu masih takut hingga badannya gemetar. Namun, dia memberanikan dirinya dan memilih mendekati Barata daripada menjauhinya. Dia gemetar saat berjalan.Butuh waktu cukup lama untuk anak kecil itu sampai di depan Barata, karena dia beberapa kali menunda langkahnya. Dalam proses tersebut, Barata tak beranjak dari posisinya. Dengan tenang dia menunggu anak kecil itu menghampirinya. Barata tahu jika dia bergerak sedikit saja, pasti tindakan itu hanya akan membuat anak kecil itu ketakutan, sehingga dia membiarkan semuanya berlalu begitu saja.“Paman ... “ suaranya lemah, tapi masih bisa Barata dengar. Ada getaran di suara anak tersebut, tampak jika dia lelah dalam segala hal.Barata tak menjawabnya, dia hanya tersenyum. Tanpa melakukan g
Barata menunggu mereka menjawab pertanyaannya dan dia hanya menatap mereka dengan tenang. Tidak peduli akan reaksi yang ditunjukkan oleh mereka, dia benar-benar menunggu jawaban mereka saja. Barata mempertahankan posisinya sambil menampilkan bola api yang mengitari tubuhnya. Tindakannya ini memberikan ancaman yang menakutkan untuk para penyintas itu.Pria yang memimpin kelompok ini melangkah maju dan dia juga menunjukkan senyum yang tak berdaya. Dia sudah melihat keajaiban seperti yang ditunjukkan Barata beberapa waktu lalu. Jika ini terjadi di masa lalu, dia tidak akan begitu terkejut. Namun, dengan perubahan yang terjadi, tidak mungkin dia tidak terkejut. Jadi, dia melangkah maju dengan tak berdaya sambil menghela nafas. Pria ini tidak memberikan sikap yang menantang.“Tuan, kami hanya ingin meninggalkan tempat ini. Kami berasal dari Hutan Jalungporo. Jujur saja, kami adalah para penyamun yang dulu menghuni Hutan Jalungporo. Kamu sudah tak melakukan
Selama perjalanan menuju ke Hutan Jalungporo, Barata terus menenangkan anak kecil itu agar tidak menimbulkan suara yang bising. Dia tidak ingin kejadian yang beberapa saat lalu terjadi kembali. Oleh karena itu, dia berusaha keras untuk membuat anak kecil itu tenang. Dia tidak dapat merasa tenang di saat dia melihat anak kecil tersebut hendak menangis. Ketika dia tiba di Hutan Jalungporo, tepatnya di bagian luar hutan. Barata melihat ada banyak sekali zombie yang berkeliaran dan memancarkan rasa kelaparan yang kuat. Dia tidak mengalihkan matanya dari mereka, dan berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang. Ada puluhan zombie di bagian luar, dan Barata yakin jika ini hanyalah sebuah pembukaan saja. Oleh karena itu, dia tidak merasa buruk, malah merasa tertantang. “Menarik ... dengan keadaan seperti ini, tidak mungkin manusia bisa hidup dengan tenang. Ancaman dan bahaya selalu mengintai di setiap sisi. Benar-benar berbahaya dan mengancam. Aku tidak bisa mengatakan
Orang-orang yang mengawasi Barata terperangah dengan tindakan yang Barata ambil di mana dia masuk ke dalam hutan. Mereka tahu betapa berbahayanya tempat tersebut yang bahkan pemimpin mereka sendiri, Sudro, tidak berani masuk ke sana tanpa melakukan persiapan. Jadi, sewaktu mereka menyaksikan Barata masuk ke sana. Mereka menelan ludahnya sendiri dan menggelengkan kepalanya sambil menunduk.“Sial!! Dia tidak hanya berani, nekat, dan sembrono. Dia benar-benar gila. Pria itu berani masuk ke dalam sana yang bahkan Kakang Sudro sendiri berpikir dua kali sebelum masuk ke sana. Tidak perlu memikirkan monster singa yang kala itu Kakang Sudro lihat. Hanya memikirkan gerombolan zombie dan monster-monster lainnya saja sudah membuatku merinding. Sial sekali!!”“Ya ... aku masih mengingatnya dan juga masih bisa merasakan kengerian yang di bawa mereka. Ugh!!! Huft ... tak bisa dipungkiri kalau hutan ini dipenuhi sumber daya, tapi juga bahaya yang sangat
Di sebuah lokasi yang cukup tertutup tapi tak begitu tersembunyi, ada berbagai macam bangunan yang berdiri dengan kokoh meski hanya terbuat dari kayu. Di tempat itu, ada banyak lalu lalang manusia yang berusaha untuk tetap hidup. Orang-orang yang berada di tempat tersebut membawa berbagai macam barang termasuk sayuran bahkan akar pohon.Ada juga orang-orang yang membawa senjata sambil mengawasi area luar. Suasana yang begitu tenang dan cukup asri ini pecah setelah terdengar derap langkah kaki yang begitu cepat dari arah tertentu. Seorang pria yang berjaga-jaga mengamati area luar dengan waspada dan meminta kawannya untuk ikut serta mengawasi keadaan di sekitarnya.Saat dia sedang mengamati arah tertentu, dia melihat ada beberapa orang yang lari dengan tergesa-gesa. Lantas dia mengingatkan orang-orang di sampingnya. Dia berkata, “Hei!! Perhatikan arah itu, bersiaga. Sial!!! Mungkin mereka adalah orang-orang yang sebelumnya telah kita serang. Bersiap un
Waktu mereka masuk ke dalam alam ketiadaan. Barata merasakan sensasi kesemutan dan getaran hebat di sekujur tubuhnya. Bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tak berfungsi menunjukkan sedikit peningkatan yang membuat dia menjadi semangat. Di sisi lain, Hyang Barakala tidak hanya mengompres seluruh energi yang mengitari tubuhnya. Dengan satu tatapan yang serius serta mematikan, dia menarik seluruh energi tersebut dan menyatukannya dengan tubuhnya. Lantas, dengan sebuah gerakan sederhana, Hyang Barakala melesat maju ke arah Barata. Keadaan segera berubah saat Hyang Barakala mengambil langkah. Tidak hanya tekanan besar yang datang tapi juga sebuah ancaman yang langsung membuat Barata melipat gandakan kewaspadaannya. Walau begitu, dia tetap mengelak dari Hyang Barakala dan tidak menangkis maupun menahan serangannya. Ia tahu betul seberapa merusaknya serangan yang Hyang Barakala lepaskan barusan. Energi yang besar dan merusak saling bertemu. Baik energi yang Barata miliki mau
Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Hyang Barakala. Barata yang mengalami peningkatan drastis menjadi sesuatu hal yang memberi Hyang Barakala sebuah rasa takut. Dia memang menginginkan hal ini kembali, rasa takut yang sudah lama tak dia rasakan. Bagaimana dia tidak merasa senang saat dia menyaksikan perubahan pada Barata yang benar-benar jauh dari ekspektasinya dan sekarang dia merasa lebih segar.“Kau masih bisa bertahan, bukan? Kau membuat aku bersemangat dan semangat ini semakin lama menjadi semakin besar. Aku benar-benar bahagia sekarang. Pertarungan ini akan terus kukenang! Barata, kau benar-benar sosok penantang yang hebat dan aku senang. Aku senang kaulah yang berhasil mendapatkan semua benda itu, jika itu orang lain. Entah bagaimana akhirnya, mungkin aku tidak akan sesemangat ini!” ujar Hyang Barakala ketika dia melihat tubuh Barata mengalami perubahan dimana energi dalam jumlah besar mengelilinginya.Barata mendengar sebuah hal yang tak ingin
Pukulan itu melayang dengan kecepatan tinggi dan sangat menekan. Seluruh energi berkumpul dalam kepalan tangan Barata yang melesat ke arah Hyang Barakala. Udara terpecah belah dan berbagai pusaran angin dalam bermacam-macam ukuran muncul saat pukulan itu mendekati tubuh Hyang Barakala.Sewaktu pukulan itu menghantam tubuh Hyang Barakala sontak sebuah gelombang kejut muncul dari benturan itu. Hyang Barakala cukup terkejut dengan kemampuan Barata yang begitu mengerikan terutama daya ledak dari pukulannya. Energinya sungguh besar dan dampak dari pukulannya langsung terasa. Tidak ada sedikitpun celah dalam serangan itu dan Hyang Barakala melihatnya dalam cahaya berbeda, seolah serangan itu merupakan serangan terkuat yang Barata lepaskan sejak pertarungan pertama.“Uagh!!” Hyang Barakala terdorong mundur dan memuntahkan seteguk darah serta di dadanya ada sebuah luka yang berbentuk seperti kepalan tangan. Tatapannya sedikit menunjukkan rasa takut saat Barata meny
Hyang Barakala menembakkan bola energi yang sudah dia kompresi hingga ke titik terbaik. Bola energi yang seharusnya sangat besar ia kompresi menjadi sedemikian rupa. Lantas dengan satu gerakkan telunjuknya, dia menembakkan bola energi itu ke arah Barata yang juga melakukan hal yang sama dengannya. Kumpulan bola energi saling bertabrakan dan berbenturan. Sebuah gelombang kejut yang sangat kuat menghantam seluruh area.Barata terdorong mundur dan memiliki berbagai macam luka di tubuhnya hingga mengeluarkan darah yang tak terhitung jumlahnya. Hanya saja, Barata memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri dan kemampuan itu berkembang dengan cepat, sehingga ketika luka itu muncul di waktu yang sama luka itu segera pulih. Kejadian itu tak luput dari mata Hyang Barakala dan dia merasa bila kemampuan Barata semakin membaik di setiap detiknya.“Hahahaha … sungguh pertarungan yang menyenangkan. Aku tidak pernah berharap kau bisa mengeluarkan kekuatan yang sama dengan
Tubuhnya melenting saat Barata menyerap seluruh energi yang ada di sekitarnya. Baik Hyang Barakala maupun Barata saling menyerap energi di sekitarnya hingga menyebabkan fluktuasi menakutkan di lingkungan sekitarnya dan membuat ruang serta udaranya terdistorsi dengan hebatnya. Barata melayang dan energi di sekitarnya bergerak menuju ke dirinya dengan kecepatan tinggi membuat dia menjadi lebih berbahaya.Hyang Barakala tersenyum puas ketika dia menyaksikan perubahan pada Barata. Walaupun hal itu akan membuatnya makin berbahaya dan mengancamnyam Hyang Barakala tetap merasa senang karena dia tidak bisa menghadapi lawan yang setara selama ini. Dengan adanya Barata yang mulai berkembang dan bertambah kuat seiring mereka bertarung, Hyang Barakala menjadi semakin bersemangat hingga wajahnya berseri-seri.“Aku melakukan apapun yang aku inginkan tanpa ada makhluk yang bisa menahanku dan kau bisa datang ke tempat ini juga karenaku. Kau bertambah kuat atas izinku. Tidak ada
Hyang Barakala kembali mengirimkan sebuah bola energi yang jauh lebih kuat. Saat dilihat lebih dekat dan teliti, bola energi itu dipenuhi dengan kandungan elemen alam. Barata memperkuat pertahanannya dengan menebalkan dinding pertahanan dari energi di sekitar tubuhnya. Tatapan matanya terus tertuju dan terpaku pada Hyang Barakala yang melakukan gerakan yang sama tapi dengan tekanan serta momentum yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.Serangan kedua datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Barata tidak menahan diri saat dia melihat gerakan yang dilakukan oleh Hyang Barakala. Bola energi itu datang dengan kecepatan tinggi. Barata yang begitu fokus melihat arah serangan itu dan secepat mungkin dia bergerak ke samping untuk menghindarinya, akan tetapi begitu dia hendak bergerak. Tatapan mata Hyang Barakala segera tertuju padanya dan memiliki dominasi tertentu hingga membuat Barata terpaku diam untuk beberapa saat.Pada waktu Barata hendak menghindar, dia benar-benar d
Tanpa menunggu Hyang Barakala bertindak, Barata mengambil langkah pertama dengan melancarkan sebuah serangan yang didasari akan seluruh kekuatan serta emosinya. Hasilnya, serangannya memberikan tekanan yang begitu besar. Di sekitar kepalan tangannya muncul retakan ruang dan tampak waktu terhenti karena tak ada hembusan apapun, lalu disertai dengan ilusi sebuah makhluk kuat. Ada beberapa elemen alam yang menyatu dalam kepalan tangannya yang membuat sebuah luka dari kepalan tangannya hingga bahunya, tapi pulih dengan sendirinya.Hyang Barakala tersenyum ketika dia merasakan kekuatan yang ada dalam pukulan Barata. Dia tidak menghindarinya ataupun membuat suatu gerakan tertentu untuk menahan pukulan itu. Hyang Barakala membiarkan serangan itu menghantam tubuhnya dan pukulan itu menabrak langsung ke dadanya hingga memicu sebuah dentuman yang memekakkan telinga serta mendorongnya mundur. Sorot matanya sedikit berubah saat dia terdorong mundur.Ada rasa tidak percaya dalam so
Barata meresapi perkataan Kalia dan menatap sosok yang menyebut dirinya Hyang Barakala sekaligus mengatakan dirinya sebagai Dewa ataupun Tuhan. Sulit untuknya menerima hal itu begitu saja. Dia sendiri tidak yakin akan keberadaan Dewa, tapi dihadapannya saat ini muncul sesosok makhluk yang mengatasnamakan dirinya sebagai Dewa. Sesuatu hal yang cukup aneh sebenarnya. Sayangnya, apa yang terjadi sebelumnya dan keadaan saat ini membuka mata Barata lebar-lebar. Sehingga, mau tidak mau dia harus mengakui bila ucapan sosok itu benar adanya.Mengenai apa yang dikatakan dan dilakukan oleh sosok itu, Barata tak begitu memikirkannya pada awalnya. Hanya saja, setelah dia mendengar ucapan Kalia. Dia menjadi lebih sadar akan keberadaan serta kekuatan yang dimiliki oleh Hyang Barakala. Selain itu, di sepanjang waktu pembicaraan terjadi, Barata bisa melihat ada sedikit rasa senang dari sorot mata serta wajah yang Hyang Barakala tunjukkan seolah dia sudah menanti pertemuan ini sejak lama.
Sosok yang melepaskan dominasi menakutkan itu tak bergerak. Dia juga tidak merespons pertanyaan Barata. Sosok itu hanya menatapnya dan terus mengawasinya seolah-olah dia sedang mengukur kemampuannya. Tatapan itu mengandung tekanan yang jauh melampaui segala tekanan yang pernah Barata rasakan. Penampilannya yang begitu agung tampak seperti manusia tapi jauh lebih menawan dari manusia biasa dan memiliki beberapa tanduk di kepalanya dengan rambut panjang yang terurai serta taring yang menjulur keluar dari mulutnya. Matanya besar dengan pupil menonjol. Saat dia tersenyum dunia tampak berhenti.Pandangan matanya terus menyapu sekitarnya dan sosok itu perlahan-lahan menunjukkan senyuman dinginnya. Tatapannya juga mulai mengalami perubahan saat menatap Barata yang mencoba untuk menahan segala tekanan yang dia keluarkan. Bagaimanapun situasi saat ini ada karena tindakannya dan dia menyukai sikap yang Barata tunjukkan.Sosok itu menatap Barata dengan dingin seraya berujar, &ldq