Orang-orang yang mengawasi Barata terperangah dengan tindakan yang Barata ambil di mana dia masuk ke dalam hutan. Mereka tahu betapa berbahayanya tempat tersebut yang bahkan pemimpin mereka sendiri, Sudro, tidak berani masuk ke sana tanpa melakukan persiapan. Jadi, sewaktu mereka menyaksikan Barata masuk ke sana. Mereka menelan ludahnya sendiri dan menggelengkan kepalanya sambil menunduk.
“Sial!! Dia tidak hanya berani, nekat, dan sembrono. Dia benar-benar gila. Pria itu berani masuk ke dalam sana yang bahkan Kakang Sudro sendiri berpikir dua kali sebelum masuk ke sana. Tidak perlu memikirkan monster singa yang kala itu Kakang Sudro lihat. Hanya memikirkan gerombolan zombie dan monster-monster lainnya saja sudah membuatku merinding. Sial sekali!!”“Ya ... aku masih mengingatnya dan juga masih bisa merasakan kengerian yang di bawa mereka. Ugh!!! Huft ... tak bisa dipungkiri kalau hutan ini dipenuhi sumber daya, tapi juga bahaya yang sangatDi sebuah lokasi yang cukup tertutup tapi tak begitu tersembunyi, ada berbagai macam bangunan yang berdiri dengan kokoh meski hanya terbuat dari kayu. Di tempat itu, ada banyak lalu lalang manusia yang berusaha untuk tetap hidup. Orang-orang yang berada di tempat tersebut membawa berbagai macam barang termasuk sayuran bahkan akar pohon.Ada juga orang-orang yang membawa senjata sambil mengawasi area luar. Suasana yang begitu tenang dan cukup asri ini pecah setelah terdengar derap langkah kaki yang begitu cepat dari arah tertentu. Seorang pria yang berjaga-jaga mengamati area luar dengan waspada dan meminta kawannya untuk ikut serta mengawasi keadaan di sekitarnya.Saat dia sedang mengamati arah tertentu, dia melihat ada beberapa orang yang lari dengan tergesa-gesa. Lantas dia mengingatkan orang-orang di sampingnya. Dia berkata, “Hei!! Perhatikan arah itu, bersiaga. Sial!!! Mungkin mereka adalah orang-orang yang sebelumnya telah kita serang. Bersiap un
Beberapa saat kemudian, setelah Sudro mengirim orang kepercayaannya menuju ke beberapa kelompok penyintas untuk membahas masalah yang ada saat ini. Sudro mengumpulkan seluruh bawahannya. Dia tidak ingin membuat masalah yang ada menjadi lebih besar dari seharusnya. Dia juga tidak mau membuat bawahannya khawatir akan bencana yang sedang mendekati mereka. Di area lapang yang berada di tengah-tengah pemukiman, Sudro mengumpulkan puluhan pria yang masing-masing dari mereka membawa senjata dan melepaskan aura jahat. Mereka semua sudah terbiasa dengan darah dan pembunuhan, sehingga rasa yang mereka berikan benar-benar berbeda bahkan mengejutkan siapa saja yang berada di sana. Sudro berada di sebuah podium yang terbuat dari tumpukan kayu. Dia berada di depan bawahannya dan menunjukkan pesona yang tinggi. Dia menampilkan kekuatan yang besar dan dia juga tidak takut untuk menunjukkan kekuatannya pada mereka semua. Auranya benar-benar kuat dan membuat siapa saja merasa
Barata melihat tumpukan mayat zombie dan monster yang baru saja dia habisi. Matanya begitu dingin dan sangat mengancam. Dia menatap mayat-mayat tersebut lalu mengalihkan pandangannya ke arah bangunan yang berada di depannya. Dia melihat sebuah bangunan berbentuk candi, dan saat matanya tertuju pada bangunan itu, perasaan yang ia rasakan begitu tidak menyenangkan dan tidak nyaman. Dia merasa seperti berada di sebuah jurang dan berjalan melalui tali kecil.Perasaan itu benar-benar buruk dan membuat Barata sedikit tak berdaya. Dia melihat bila candi yang berada di depannya ini seperti bertambah besar dan semakin besar. Dia belum mendekatinya, dan masih berada di posisi awal. Namun, dia merasa jika bangunan ini tampak semakin besar dan misterius. Dia benar-benar tak bisa memercayainya, tapi itu yang terjadi. Matanya menajam ketika dia melihat tempat tersebut.Sulit bagi Barata untuk tidak merasa kecil dengan keadaan yang ada di depan matanya saat ini. Dia benar
Ukiran-ukiran berbentuk dan bermotif singa memenuhi seluruh dinding candi. Barata mengamati apa yang terlukis di dalam candi. Dia tidak mengerti mengapa bangunan ini memiliki ukiran yang begitu tak biasa dan sangat terasa nyata. Saat dia mengamatinya, dia juga merasa seperti sedang ditatap balik. Namun, dia tahu jika itu hanya perasaannya saja. Akan tetapi perasaan itu begitu nyata sampai membuat dia menjadi bimbang.Barata memperhatikan area sekitarnya dengan cermat, dia juga memikirkan sebuah cara untuk melarikan diri dari tempat ini jika saja dia berada dalam masalah yang besar dan tak dapat dia hadapi. Dia memikirkannya karena dia tidak ingin Wati terjebak di dalamnya. Beberapa kali dia melirik ke beberapa arah, dan dia menemukan beberapa celah yang bisa dia gunakan bila mereka terjebak dalam keadaan yang buruk.“Ukiran yang begitu nyata dan tampak begitu dekat. Apa yang sebenarnya ada di dalam candi ini? Sesuatu yang tak biasa pasti ada di
Barata mendorong Wati mundur dengan lembut. Dia melihat makhluk di depannya sudah mengeluarkan sebagian kekuatannya melalui sebuah tekanan yang kuat. Barata tidak bisa bertindak pasif setelah merasakan kekuatan yang dilepaskan oleh makhluk di depannya ini. Dia benar-benar kehilangan sebagian dari fokusnya saat dia hendak melancarkan sebuah serangan karena Wati tiba-tiba saja menarik pakaiannya dan menahannya.“Paman ... hati-hati,” ucap Wati lemah.Saat mendengar suara Wati yang begitu lemah dan bergetar. Barata menjadi lebih bertekad untuk mengambil piala dalam pertarungan ini. Bukannya dia suka akan hal itu, tapi apa yang dilakukan oleh Wati mengingatkan dia pada mendiang putrinya di saat dia pergi menjalankan sebuah tugas di masa lampau. Jadi, dia tidak memiliki niatan untuk bermain-main dalam pertarungan kali ini. Dia langsung menggunakan Teknik {Ilusi Manusia} dan dia juga menggunakan Pusaka Sabit Bulan.“Tenang saja, Wat
Dengan keadaan yang berbeda, dia benar-benar menunjukkan kekuatan yang sangat kuat. Barata tahu kalau lawannya kali ini memiliki kekuatan yang sangat besar. Makhluk setengah singa ini menunjukkan kekuatan yang besar. Dia menggunakan aumannya untuk menahan serangan yang Barata lancarkan. Dia tidak hanya memiliki daya tahan yang begitu kuat, tapi juga memiliki kekuatan untuk memberikan ancaman yang berbeda.Ketika dia melihat makhluk itu menggunakan auman untuk menahan gelombang serangannya. Barata pun menatapnya dengan tajam dan sedikit menggeram marah. Dia tidak tahu mengapa lawannya bisa memanipulasi gelombang suara dan membuat dia berada dalam keadaan yang begitu buruk. Pemandangan di depannya juga sudah berubah total, ada banyak puing-puing batu yang berserakan di depan matanya.“Grrr ... makhluk yang sungguh biadab. Aku tidak tahu bagaimana caranya kau bisa menahan gelombang seranganku. Namun, tindakanmu telah membangkitkan rasa penasaranku. Kemam
Barata memegangi dadanya sembari berjalan ke arah makhluk yang menghancurkan singgasana di belakangnya itu. Barata tidak peduli dengan apa yang terjadi pada dirinya. Dia penasaran dengan keadaan makhluk yang baru saja dia kirim terbang. Barata masih merasa tak begitu baik dengan keadaan yang ada di depannya ini, karena dia tahu bila daya tahan makhluk itu berada di titik yang tinggi. Semakin lama dia bertarung dengannya, dia semakin paham akan kekuatan yang dimiliki makhluk itu dan hal itu membuat dia merasa kagum.“Huft ... Huft ... Huft ...”Barata mendekati makhluk itu untuk memeriksa keadaannya sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Dia benar-benar merasa buruk setelah berhadapan dengan makhluk ini. Daya rusak yang dilepaskan oleh makhluk di depannya ini benar-benar merusak. Sewaktu dia melihat sekelilingnya, dia sadar bila ada banyak puing-puing bangunan yang berserakan di lantai yang juga sudah retak. Dia sama sekali tidak bisa me
“Kau terlalu memaksakan diri, Manusia. Kau belum begitu mampu untuk menaklukkan banyak pusaka. Kau tidak tahu batas dari tubuhmu sendiri.Memaksakan diri untuk menelan banyak energi dan kekuatan, bukankah kau terlalu serakah, manusia? Sekarang kau harus menerima dan merasakan rasa sakit akibat dari tindakanmu sendiri. Jadi, kau tidak bisa mengeluh akan semua hal ini. Nikmati saja rasa sakit itu,” ucap Sang Ratu. Dia sudah mengamati gerak-gerik dan tindakan Barata selama ini.Dia hanya mengamati dan menikmati semua yang terjadi. Tentu saja, dia tak ingin Barata hancur karena kebodohannya sendiri, tapi melihatnya tersiksa akibat ulahnya sendiri. Dia masih bisa menerima dan menikmatinya. Bagaimanapun juga, rasa sakit itu merupakan sebuah penempa yang ulung. Selama kau masih bisa merasakan rasa sakit, dan menerima serta menikmatinya. Maka, kau sudah berhasil untuk naik ke tingkat selanjutnya.Barata sendiri tak bisa mendengar ucapan Sang Ratu