Jalan Braga Bandung
Sore setelah sepulang sekolah, masih dengan mengenakan seragam putih abu-abu, Thalia sedang berkunjung ke jalan Braga. Biasanya selama Thalia ingin menghilangkan rasa penat, ia akan mengunjungi jalan tersebut. Kawasan yang berada di pusat kota Bandung, yang terkenal dengan pusat instagramable anak muda. Jalan yang banyak orang tahu bahwa lokasi itu unik.
Dengan pemandangan nyaris mirip dengan kota tua Jakarta. Jalan yang nyaris mirip dengan Malioboro Jogja. Dan bahkan pertokoan yang menjadi distrik kota Bandung, berkumpul dengan uniknya di lokasi tersebut. Thalia sangat menyukai tempat khas ini. Bahkan Thalia telah menobatkan jalan Braga adalah lokasi favoritnya selama di Bandung.
Jam pulang sekolah sudah sekitar setengah jam yang lalu, namun gadis itu tetap bersikeras ingin jalan-jalan sejenak. Dengan melihat pemandangan jalanan, rasanya ia sangat merindukan kota Bandung. Hingga
"Loh, Ayesha? Kenapa naik taksi? Bukannya tadi kamu bilang ..." Ayah bergumam.Padahal Ayesha baru saja tiba di rumah. Namun usai mengetahui Erlan pulang kerja, Ayesha langsung diinterogasi olehnya. Kebetulan mereka bertemu bersama di depan rumah. Erlan yang saat itu baru saja mengentakkan langkahnya nyaris memasuki pintu rumah."Ehm ... Ayesha sengaja pulang sendiri, Yah. Kabarnya Hazmi mau jemput Kak Rafli di bandara. Nggak tahu deh, tiba-tiba banget Kak Rafli datang hari ini. Makanya Ayesha ngalah, biar Hazmi bisa jemput Kak Rafli aja, Yah."Erlan tampak menganggukkan kepala. Ia mulai mengerti maksud perkataan Ayesha. "Ok, nggak masalah. Oh ya, kamu kapan mulai masuk kuliah?""Masih sebulan lagi, Yah. Jadi, Ayesha bisa punya jatah melepas penat, Yah." Ayesha tersenyum lebar menanggapi sang ayah."Kamu ini, udah gede malah mikir berlibur mulu. Memangnya kamu pengin kemana lagi? Masih belum pu
Setelah berbincang panjang bersama Carisa, kini Hazmi dan Rafli sedang bersantai di salah satu bangku yang berada di taman lansia. Kebetulan suasana taman masih cukup ramai di malam itu. Pun kerlap-kerlip lampu yang terpasang semakin menambah kesan manis. Suara lalu lalang kendaraan yang membisingkan masih terdengar jelas.Hazmi bersama sang kakak sedang tak ingin kembali ke rumah terlalu cepat. Padahal ini sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dan nyaris Hazmi menekan layar ponsel hendak menghubungi Ayesha, namun Rafli datang kembali setelah sekian detik ia membeli camilan untuknya dan untuk sang adik.Karena Rafli yang sengaja mengajak Hazmi berdua ke lokasi tersebut. Tanpa mau ia berniat beristirahat melepas kelelahan setelah mengalami perjalanan jauh dari Bali. Rafli menjatuhkan duduknya di bagian bangku yang kosong. Ia melirik Hazmi kembali yang tak jadi menghubungi Ayesha."Dek, boleh tanya sesuatu, nggak?" Rafli berk
Tap ... Tap ... Tap ....Suara derap kaki tersebut tak sama sekali menggubris lamunan Ayesha. Gadis itu mendadak bergeming sembari bertopang duduk ke sisi jendela kamar yang terbuka lebar. Seolah senyumnya sengaja diterbitkan tanpa sebab.Thalia yang ternyata kebetulan melewati kamar sang kakak, rautnya malah terenyak heran. Menatap Ayesha yang entah ada angin apa tersenyum sendirian. Mengetahui tingkah Ayesha saja mampu menggelikan Thalia. Hingga perempuan berkerudung tersebut akhirnya berani mendekatkan diri pada kakak perempuannya itu."Hei, malah ngelamun. Lagi ngelamunin Kak Hazmi, nih?" Sontak Thalia menyinggahkan tubuhnya duduk ke sisi penyangga jendela yang kosong. Tawanya tersimpul sejak menatap tingkah Ayesha yang membuatnya penasaran."Kamu, Dek. Ya ... gitu, deh. Sebentar lagi, Kakak mau ngadain resepsi pernikahan di Bali, sama Hazmi," Ayesha berkata ketika ia tersadar akan kehadiran Thali
"Hazmi?" panggilan Carisa tertuju pada seorang laki-laki yang kini sedang bersinggah di salah satu bangku kedai miliknya. Malam itu Carisa sengaja mengunjungi kedai, sekadar untuk mengecek atau pun rindu dengan suasana kedainya sendiri.Ia sudah terbiasa seminggu sekali atau dua kali mengunjungi kedai. Karena kedai tersebut adalah salah satu pemberian usaha dari sang papa. Awalnya ketika Carisa tahu ia akan mengelola salah satu bisnis milik papanya itu, perempuan itu terang-terangan menolak.Dengan berbagai alasan yang terlontar, entah Carisa tak menyukai berbisnis yang sama dengan papanya. Atau pun perempuan tersebut merasa bahwa bidang keahliannya bukan pada bisnis, karena pada dasarnya Carisa menyukai ilmu sains. Pantas saja ia telah menyandang gelar sarjana sains, lulusan Kimia murni. Tamatan Universitas Padjajaran, Bandung.Sebenarnya Carisa adalah perempuan yang cerdas. Ia lebih nyaman bila mempelajari berbagai bidang s
Berjalan di atas aspal pinggir jalan, seorang diri, tanpa ada siapa pun, bagi Carisa ini hal yang biasa. Terlebih lagi air matanya masih enggan berhenti mengalir. Carisa masih saja tak mau menghentikan kesedihan karena kepatahan hatinya. Ia terus saja melangkah sendiri tanpa menghiraukan siapa pun.Kakinya mengarah seolah sempoyongan. Padahal kondisinya masih normal. Baru saja setelah meninggalkan Hazmi di kedai, Carisa nyaris ingin menikmati kemabukannya kembali. Namun beruntung saja ia lekas menyadarkan diri, bila ia menghabiskan waktunya untuk bermabuk, bukan berarti masalah akan selesai.Namun kali ini ia memilih berjalan sendiri dan sengaja meninggalkan kendaraan yang biasa ia pakai di kedai. Pikirannya ingin sekali tenang. Mencoba meluangkan waktu untuk meluapkan emosinya sendiri. Entah mengapa Carisa merasa bodoh keterlaluan mencintai seseorang yang bahkan—ia saja belum tentu bisa mendapatkannya.Bila mengingat tempo k
Siang itu Hazmi berjalan di sekitar lorong rumah sakit, sudah sekitar sepuluh menit ia mencoba mencari ruang kamar inap Carisa. Sang kakak pun sempat mengabari bahwa Carisa berada di kamar 202 yang terletak di lantai ketiga.Namun ketika lelaki itu belum menemui ruangan yang dimaksud Rafli, sayangnya ia mendadak bertemu Carisa yang berada di kursi roda bersama kakak tertuanya."K-kak, Rafli?" Hazmi bergumam, saat lelaki itu menghentikan kursi roda Carisa tepat di depan Hazmi.Rafli menghela napas berat. Ia hanya melirik adik bungsunya sejenak, lalu mengalihkannya pada Carisa yang masih bertahan menatap keberadaan Hazmi. Tampak jelas kedua mata Carisa yang menangkap bola mata Hazmi dengan nanar. Seolah terdapat luka ketika Carisa menemukan keberadaan Hazmi di sini."Baru saja Carisa minta keluar dari ruangan, Haz. Semalam, setelah aku mengantarkannya ke kedai, aku mendapat kabar lagi. Bahwa Carisa kecelakaan. D
Acara resepsi pernikahan Ayesha dan Hazmi diadakan di lokasi Kandara Karma Resort, sebuah restoran dan hotel yang terletak di kawasan pantai Karma, daerah Kabupaten Badung, Bali. Sebulan setelahnya pasangan suami istri tersebut mengadakan resepsi di Bali sesuai kesepakatan antar dua belah pihak keluarga. Terutama atas pendapat Hazmi yang jelas mengetahui kawasan menarik di Bali.Karena setelah Hazmi mem-booking gedung resort tersebut, seminggu kemudian lelaki itu membawa Ayesha untuk melihat kondisi gedung resepsi pilihan Hazmi. Ayesha justru sangat tertarik, terlebih lagi lokasi acaranya berada di tepi pantai. Hazmi pun merencanakan agar acara terindahnya bersama Ayesha berlangsung di sore hari.Tujuannya agar Ayesha dan dirinya dapat menikmati acara sakral ini ketika mentari tenggelam. Maka dipilihlah pukul empat sore untuk pesta pernikahan mereka. Dan kini, tak hanya terdapat kedua pasangan itu yang berada di tepi pantai yang men
"Hei!"Ayesha sontak menggertak bahu Thalia dari belakang. Alhasil gadis yang menjadi adiknya tersebut terkejut seketika. Thalia spontan melayangkan bantal yang dipegangnya ke arah sang kakak."Dih! Ngambek," ucap Ayesha sembari langsung menangkap bantal dari Thalia. Kali ini ia menyinggahkan dirinya duduk ke sisi Thalia.Mereka berdua sedang berada di balkon kamar apartemen. Lantas pandangan Ayesha teralih pada Thalia beberapa detik. Gadis itu lalu menengadahkan pandangan ke atas langit malam."Bintangnya indah, ya, Dek?""Ehm."Ayesha menghela napas pasrah. Sebenarnya ia tak mengetahui mengapa adik perempuannya tampak galau. Sangat jelas ketika Thalia hanya menatap lurus dengan memasang wajah datar. Ayesha yang mengetahui ekspresi adiknya, ia beralih kembali melirik Thalia."Why?""Nothing, Kak.""Revan?" Ayesha mencoba menebak a