Sebuah kejutan untuk Raka. Wanita yang pergi begitu saja meninggalkannya tepat di hari pernikahan, kini muncul sendiri; bahkan begitu dekat. Ada banyak yang harus ia selesaikan pada wanita itu, walau sepertinya tidak mudah. Gandengan tangan begitu lekat dengan lelaki pemilik perusahaan, dapat dipastikan bahwa Rena adalah istri dari Erlan.Sepertinya akan menjadi sebuah permainan menarik untuknya saat ini. Rena akan menerima pembalasan darinya tipis-tipis, tanpa wanita itu sadari, hingga akhirnya dia bisa bertanggung jawab atas kekacauan yang telah ia buat. Termasuk mengambil semua harta milikku. Begitu kata hati Raka, saat tanpa sengaja ia mengikuti langkah Rena dan Erlan masuk ke dalam kotak besi khusus petinggi perusahaan.Raka menoleh ke belakang saat begitu kenal dengan suara renyah yang ada di belakangnya. Siwi dan salah satu petinggi perusahaan juga. Berdua masuk melalui lobi parkir mobil dengan wajah merona. Terutama Siwi. Raka menu
“Tunggu, apakah kalian berdua saling kenal? Sayang, kamu kenal OB ini?” tanya Erlan tiba-tiba, saat ia mendengar petugas kebersihan menyapa istri cantiknya.“Maaf, Tuan, mm ….” Rena semakin mendelik ketakutan saat Raka membuka mulut, mencoba menjelaskan siapa dirinya. Tatapan Raka begitu tajam seakan sedang mengejek Rena. Wanita itu masih menopang tubuhnya yang lemas pada pinggir meja. Tungkai kaki yang tinggi seakan kebas tak bertulang, semua karena Raka yang begitu berbeda tampil di depannya.“Kami hanya teman lama saat masih sama-sama susah. Namun sekarang Bu Rena sudah lebih sukses daripada saya sepertinya. Mari, Tuan, saya permisi, maaf mengganggu waktunya. Permisi, Bu,” ujar Raka lagi sambil berbalik badan dan berjalan keluar ruangan Erlan. Tak lupa ia membawa nampan kembali ke dapur. Siwi hanya bisa melirik sedikit saat Raka me
“Foto siapa itu, Sayang?” tanya Erlan lagi sambul menaruh dagu di atas pundak istrinya. Rena langsung menekan tombol kecil di samping kanan ponselnya. Benda pipih itu pun padam. “Teman kampusku dahulu mengirimkan foto mesum. Tidak perlu dilihat, mending mesum sama suami sendiri, dapat pahala.” Rena segera mengalihkan perhatian Erlan dengan mencium rakus bibir suaminya.Detak jantungnya masih naik turun tidak beraturan. Foto itu benar-benar bisa mengancam kebahagiaan rumah tangganya. Rena mendorong tubuh Erlan hingga hingga terjatuh di atas kasur empuk mereka, lalu mulai melancarkan serangan, hingga lelaki itu berteriak tidak berdaya. Satu hal yang selalu ia banggakan pada dirinya—bahwa ia begitu beruntung menjadi wanita yang mahir di ranjang, sehingga lelaki manapun bertekuk lutut.Erlan tertidur begitu pulas, sampai mengeluarkan suara dengkuran yang sangat kencang. Lela
Raka menyilangkan kedua tangannya di belakang kepala dan menatap langit-langit kamar tidur yang bernoda. Air hujan yang merembes pada dinding plafon, sepertinya yang menyebabkan warna kecoklatan tercetak cukup tebal di sebagian tempat. Lelaki itu belum bisa memejamkan kedua matanya, padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Isi di kepalanya masih mengingat betul kejadian hari ini. Mulai dari prilaku Siwi dan juga sedikit pembalasan pada Rena. Dua wanita yang ada di hidupnya dengan rasa yang berbeda. Suara dengkuran papanya terdengar cukup nyaring. Edwin sudah tertidur sejak pukul sembilan malam. Lelaki paruh baya itu lelah karena ikut bekerja di toko beras yang tidak jauh dari tempat mereka kos. Raka sudah melarangnya, tetapi Edwin mengatakan dirinya bosan jika tidak melakukan apapun. Bersyukur besok h
"Aku mau." Siwi menerima cincin pemberian Evan dengan wajah merona dan mata berkaca-kaca. Beberapa orang tamu yang hadir di sana turut memberikan tepuk tangan pada acara lamaran Evan pada kekasihnya. Ayumi yang tidak paham, malah ikut bertepuk tangan dengan wajah riang. Lalu memperhatikan sekeliling yang tengah riuh memberikan tepuk.Seseorang di seberang sana meremas sendok yang ada di tangannya. Wajahnya merah menahan kesal dan juga sedih. Raka meneguk jusnya hingga tandas, berusaha mengatur napasnya yang mendadak tersengal. Tak jauh dari mejanya, ia melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa Siwi dan Ayumi ada di restoran yang sama dengan dirinya. Namun ia tidak menyangka, harus melihat acara lamaran Evan pada mantan istrinya yang begitu manis. Apa ia sakit hati? Tidak, ia tidak boleh sakit hati. Siwi dan Ayumi pantas bahagia, tetapi bukan dengannya."Ka, lu baik-baik aja'kan?" tegur Darma; temannya yang membeli mob
Ternyata tidak semudah itu melupakan Raka. Siwi salah menilai dirinya sendiri. Ciuman itu, ciuman yang sama seperti tiga tahun yang lalu. Lembut dan begitu menuntut. Tidak bisa untuk dipungkiri, wanita seperti Siwi sangat menyukai rasanya. Beberapa jam yang lalu, bibir dingin dan padat itu kembali mendarat di bibirnya. Siwi merasa tubuhnya meremang dan kedinginan.Wanita itu beranjak turun dari tempat tidur dengan malas. Ia berjalan ke lemah menuju nakas untuk menuangkan air ke dalam gelas. Diteguknya hingga tenggorokan yang begitu kering hingga basah kembali. Kini apa yang harus ia lakukan pada Raka? Lusa ia akan kembali bertemu dengan lelaki itu dan harus menahan kesal bercampur rindu di setiap saat.Siwi merasa gamang untuk perasaannya sendiri. Diangkatnya jari manis yang kini tersemat cincin bermata biru pemberian Evan. Lelaki itu tulus mencintai dan menerima segala kekurangannya. Apakah pantas ia melukai ha
Keluarga besar Siwi tentu saja terkejut bukan main dengan tamu yang datang sore hari. Tidak lain dan tidak bukan adalah Raka dan Edwin. Dua lelaki yang memiliki tingkat kemiripan hampir sembilan puluh persen. Sama-sama tampan dan gagah. Hanya Edwin versi tua dan Raka versi muda.Keduanya tentu saja tidak langsung diusir oleh Teja dan Ria, apalagi Ayumi mengenali lelaki tampan yang datang adalah papanya. Tentu saja gadis kecil itu bersorak gembira karena papa yang ia nantikan akhir sembuh dan mengunjunginya.Saat ini saja Ayumi tidak mau turun dari pangkuan Raka. Walau baru bertemu beberapa kali saja, tetapi Ayumi nampak dekat dan lengket pada Raka. Apakah karena memang keduanya memiliki ikatan darah yang begitu kuat?"Papa udah sembuh?" tanya Ayumi sambil memegang pipi Raka. Lelaki itu mengangguk cepat tanpa sanggup berkata-kata. Sungguh sangat di luar dugaannya, ternyata Ayumi nampak begitu menyayanginya. Mata Raka pun be
"Siwi, tolong jelaskan semua ini padaku! Ada apa Antara kalian berdua? Pantas saja aku menelepon dari sore tidak diangkat, ternyata kamu sedang bersama pria OB ini." Evan tidak bisa menutupi wajahnya dari rasa marah. Tangannya terkepal erat dengan napas yang nampak memburu."Pak Evan, sebaiknya kita duduk dulu. Tidak enak dilihat banyak orang jika bertengkar di sini." Raka menyentuh ujung lengan kemeja Evan, tetapi ditepis oleh lelaki itu."Singkirkan tanganmu dari bajuku!" secepat kilat Raka mengangkat tangannya. Tidak ada rasa tersinggung ataupun marah. Raka pernah ada di posisi Evan dan dia sangat paham akan hal seperti ini."Siwi, bawa Ayumi mencuci tangan terlebih dahulu, ayamnya sebentar lagi akan diantar." Siwi patuh dan menuntun Ayumi untuk mencuci tangan di wastafel. Meninggalkan Evan dan Raka dalam suasana mencekam."Siapa kamu sebenarnya?" tanya Evan tak sabar. Raka tertawa tipis sambil menyugar
Edisi Malam Jumat"Wajahmu mengerikan sekali." Zamir menatap sinis Rena yang masih mendekam dalam penjara. Hari ini adalah tahun keenam ia dihukum. Masih ada empat tahun lagi yang harus ia lewati di dalam penjara untuk membayar semua perbuatannya yang telah merugikan banyak orang, sekaligus melakukan tindakan hampir membunuh seseorang dengan sengaja."Kalau lu kemari cuma mau mengejek gue, sebaiknya lu pergi aja!" Rena bangun dari duduknya dan bermaksud meninggalkan Zamir. Lelaki teman tidurnya sekaligus lelaki yang membuat semua rencananya yang hampir menguasai harta Erlan berhasil."Raka menikah hari ini. Pestanya sangat meriah. Apa kau tidak ingin lihat, bagaimana kebahagiaan kembali padanya? Heh, wanita yang pernah ia nikahi, kembali menjadi istri sahnya dan kau tahu, dia akan menjadi salah satu penerus keluarga Teja Corp. Ah, satu lagi ... Erlan juga
PTM 48Hari pernikahan besar antara Siwi dan Raka digelar di sebuah hotel bintang tiga milik Teja yang baru saja sebulan resmi beroperasi. Berlangsung di ballroom yang cukup megah dan luas, pasangan Siwi dan Raka-lah yang pertama kali menggunakan tempat itu sebagai lokasi sakral mengucapkan janji suci pernikahan. Ruangan yang dengan kapasitas menampung maksimal kurang lebih seribu lima ratus orang. Namun tidak perlu khawatir dengan kapasitas maksimum itu, karena tamu dijamin tidak akan berdesakan dan penuh karena area foyer dari ballroom ini sangat luas.Ada yang menarik dari acara pernikahan anak pemilik hotel baru di Jakarta ini, tidak adanya pelaminan megah, tempat tamu memberikan doa dan selamat. Lalu di mana kedua pengangtin itu akan duduk? Siwi dan Raka memiliki konsep bahwa mereka yang akan berkeliling menyambut tamu yang datang. Kenapa tidak ada pelaminan dalam sebuah pesta pernikahan? Bukankah pelaminan itu hal wajib dalam sebuah pe
6 Tahun KemudianHari Sabtu yang begitu dinantikan oleh anggota keluarga besar Teja dan Ria pun tiba. Hari yang akan dilangsungkannya pesta ulang tahun Ayumi; cucu mereka yang telah berusia delapan tahun.Pesta digelar dengan meriah di dalam rumah Teja yang baru saja selesai direnovasi. Yah, setali tiga uang. Sambil mengadakan pesta ulang tahun, Teja juga mengadakan syukuran acara rumah barunya yang semakin bagus dan mewah. Ada beberapa tamu artis dan petinggi yang datang memberikan selamat.Pesta yang digelar di dalam ruangan, tetapi juga tamu dipersilakan untuk menikmati pemandangan luar rumah yang sangat asri. Teja berhasil mendesign rumahnya dengan ide dan sesuai keinginannya sendiri. Begitu melihat hasilnya, ia sangat puas.Semua tamu yang datang ke rumahnya tentu saja membawa banyak kado untuk Ayumi. Gadis kecilnya yang semakin hari semakin cantik d
Rena terus saja menggaruk tubuhnya yang terasa sangat gatal. Tidak hanya di kedua kaki dan tangan, Rena juga mengalami rasa gatal di leher dan juga wajahnya. Entah apa yang terjadi sehingga tahanan lain tidak mau satu sel dengan Rena, karena amat jijik dengan bau busuk serta kudis yang muncul di permukaan kulit wanita itu.Seorang dokter sudah didatangkan untuk memeriksa Rena dan ia pun sudah diberikan salap dan juga obat yang harus diminum sehari tiga kalia agar rasa gatalnya hilang. Namun sangat disayangkan, wanita itu masih terus menggrauk seluruh tubuhnya. Jangankan tahanan lain, sipir penjara dan pengacaranya saja tidak sanggup duduk berlama-lama di dekat karena karena bau bangkai seperti bangkai tikus tercium hidung mereka. Rena pun hampir frustasi dengan keadaannya yang sangat menyedihkan. Tidak ada siapapun yang bisa menoleongnya, karena kedua orang tuanya juga masuk ke dalam penjara, karena kasus penggelapan
PTM 44Kondisi kesehatan Evan berangsur pulih. Polisi menjadwalkan reka ulang kejadian esok hari. Kepada pihak kepolisian, Evan sudah mengakui kesalahannya atas penyekapan berencana bersama tiga orang pria suruhannya. Semua itu ia lakukan karena sakit hati—merasa dipermainkan oleh Siwi. Jejak ciuman Siwi dengan Raka yang nampak di matanya, membuat lelaki itu buta dan nekat melakukan kejahatan yang belum pernah ia lakukan.Erlan pun sudah mulai pulih, tetapi masih dirawat di rumah sakit, karena kepalanya masih sering sakit. Lelaki itu belum mengetahui perihal pengakuan Evan dan Rena yang sudah mendekam di jeruji besi. Pak Sulis yang meminta pada pihak kepolisian untuk menahan diri memberitahukan apapun pada Erlan, karena Erlan memiliki riwayat penyakit jantung.“Siapa kamu?” tanya Erlan pada wanita bertubuh semok yang tengah duduk termenung di sofa kamar perawatannya. Wanita itu menoleh, lalu dengan sigap be
Siwi terbangun berjam-jam berikutnya. Sinar matahari pagi yang masuk ke kamar perawatannya, membuat Siwi merasakan matanya sedikit silau. Setelah matanya dapat menatap jelas langit-langit kamar, Siwi pun merenggangkan ototnya yang kaku. Kulitnya terasa tertarik dan begitu kebas karena tangannya terlalu lama diikat pada sisi tempat tidur.Jika kemarin ia belum terlalu merasa ya nyeri di sekujur tubuhnya, tapi pagi ini tubuhnya terasa sangat sakit. Siwi menoleh ke samping, tepatnya ke arah sofa. Papa dan mamanya tengah terbaring dengan lelap. Entah pukul berapa mereka baru tidur setelah menjaganya semalaman. Jam di dinding sudah menunjukkan angka sembilan dan Siwi mulai merasakan cacing di dalam perutnya melakukan orasi.Siwi ingin bangun setengah duduk untuk mengambil air, tetapi tubuhnya tidak mampu digerakkan. Kali ini ia meringis saat merasakan nyeri pada pinggang dan juga pangkal lengan. Merasa ada pergerakan dari brangkar putriny
Rena sudah meninggalkan kota Jakarta dengan menyewa mobil rentalan. Wanita itu ketakutan dan kabur keluar kota tanpa membawa banyak barang. Ia terlanjur takut akan kedatangan polisi ke apartemennya. Rena hanya membawa satu tas koper kecil dan beberapa surat berharga suaminya dan juga berkas-berkas usaha showroom miliknya.Awalnya pemilik rental tidak mengijinkan karena tidak menyertai sopir dari mereka. Namun Rena bersikeras ingin menyetir sendiri, sambil memberikan uang rental yang ia berikan dua kali lipat. Tentu saja pemilik rental tergiur dengan uang sepuluh juta di depan wajahnya. Rena juga berani meninggalkan KTP-nya sebagai barang bukti, jika ia tidak kembali dalam waktu tiga hari.Rena juga memberikan alamat orang tuanya (palsu) sebagai bukti kuat bahwa ia tidak mungkin melarikan diri membawa mobil rental yang ia pilih sangat biasa saja.Rena berhenti di rest area saat ponselnya berdering. Lelaki yang selalu saja m
["Apa? Evan sekarat? Papa jangan sembarangan bicara! Dia ke kantor tadi. Oke,oke ... Erlan segera kembali ke Jakarta dan langsung ke rumah sakit."]Erlan menekan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sebelah tangannya memegang setir, sebelah lagi terus menghubungi Rena. Karena tak kunjung diangkat oleh istrinya, Erlan memutuskan untuk meninggalkan pesan suara.["Evan sekarat di rumah sakit XXX. Aku harap kamu ke sana sekarang! Aku sudah berada di tol, mungkin dua jam lagi baru sampai."]SendRena baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya segar dan wangi karena memakai sabun dan lulur yang baru saja ia beli dari salah seorang temannya. Konon, lulur ini sudah didoakan oleh seorang dukun sehingga setiap wanita yang memakainya akan selalu terpancar aura kecantikan dan juga aroma tubuh yang memabukkan setiap pria.Kopernya
Tangan Raka diborgol, lalu digiring masuk ke mobil polisi. Sedangkan Siwi masuk ke dalam ambulan ditemani oleh salah satu polwan. Siwi masih menangis tersedu melihat Raka yang menunduk di dalam mobil. Lelaki itu tidak mengatakan apapun, selain menitipkan Ayumi padanya. Jika Raka akan langsung dibawa ke rumah sakit, maka Raka langsung mendekam di penjara.Mendengar putrinya berada di rumah sakit, Teja dan juga Ria segera meluncur ke sana. Pihak rumah sakit tidak mengatakan apapun perihal Siwi. Mereka hanya mengatakan bahwa putri mereka sedang berada di rumah sakit dan dalam keadaan tidak baik-baik saja.Teja mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikiran buruk akan kemalangan putrinya semenjak munculnya Raka, membuat lelaki itu kesal. Di dalam hatinya pun menyimpan dendam pada Raka, jika sampai terjadi sesuatu pada putrinya."Pelan, Pa. Jangan sampai kita juga celaka karena Papa tida