Wajahnya tak lagi secerah waktu masuk tadi. Bahkan netranya memerah karena menahan sebak dalam dada. Fariq melihat wajah resah dan penuh amarah dari pantulan cahaya lampu malam di persekitaran salah satu masjid tertua di kota Nganjuk itu.Fariq menyongsong istrinya, tapi tangannya tidak tersambut. Makanya langsung saja pintu mobil dibuka supaya Jingga bisa langsung duduk.Jingga menarik tisu dan menghapus air matanya yang di tahan sejak di dalam masjid. Tadi selesai shalat, Jingga membuka ponsel yang sejak di Ngliman tadi tidak di sentuhnya."Sayang, maafkan Mas. Kamu pasti sudah menerima kiriman gambar dari nomer asing semalam." Fariq membuka suara dengan nada hati-hati setelah menarik napas dalam-dalam untuk menetralisir gejolak dalam benaknya. Antara marah dan menyesal. Seharian ini tadi dia sibuk di proyek, ketika pulang ngobrol dengan kakak iparnya. Kemudian bersiap-siap terus pamitan pulang. Rencananya setelah sampai rumah dan duduk tenang baru bercerita pada istrinya. Namun ke
Jingga juga mengerti kalau itu arsip lama. Namun siapa istri yang tidak kecewa jika mendapatkan kiriman dari mantan istri sang suami yang memamerkan kebersamaan mereka kala itu. Terlebih video-video yang memamerkan hubungan intim mereka. Meski itu hubungan halal, tapi sungguh menjijikan jika sampai diketahui orang luar. Apalagi sekarang antara mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.Jadi selama video itu masih disimpan Karina. Banyak kesempatan ia memutar kembali dan masih bisa berfantasi berhubungan dengan Fariq. Sangat memalukan dan memuakkan.Jingga memejam dan membiarkan sang suami mengusap lembut punggungnya. Karena itu yang bisa membuatnya nyaman dan mudah terlelap. Dalam diamnya Jingga juga sudah menyadari kalau suaminya sedang di intimidasi oleh sang mantan. Wanita yang mengincar hubungan mereka supaya hancur berantakan. Tapi jujur saja, ia sakit hati dan cemburu melihat foto-foto keintiman mereka. Meski sejak awal sadar kalau dirinya menikah dengan seorang duda. Laki-la
DesirePart 93 Sakit Jiwa 1Fariq menyimak beberapa berkas di mejanya, banyak yang harus ia selesaikan hari itu. Namun pikirannya tidak bisa fokus karena permasalahan Karina. Habis subuh tadi Fariq sudah menceritakan perihal Karina pada mamanya. Mudah-mudahan sang mama bisa mengajak bicara dan meyakinkan istrinya. Sejak pagi beberapa pesannya juga tidak dibalas oleh Jingga. Istrinya benar-benar marah karena permasalahan foto dan video itu. Jangankan Jingga, dirinya sendiri yang melakukan juga muak. Perbuatan Karina sungguh memalukan. Secepatnya masalah itu harus dituntaskan. Tadi pagi Fariq sempat menceritakan masalahnya pada Sigit, karena ia butuh teman bicara untuk menyelesaikan permasalahan itu. Dia butuh pendamping yang bisa jadi saksi untuk Jingga, kalau ia tidak sendirian menemui Karina.Selesai menandatangani beberapa berkas penting, Fariq keluar dari ruangan. Pamitan pada asistennya dan menemui Sigit, kemudian meluncur pergi meninggalkan kantor. Dalam perjalanan ia menelepon
Jingga tersenyum sambil memperhatikan deretan sepatu bayi yang tersusun rapi di rak dekat lemari baju. Barang-barang yang dibelinya selalu dobel dua dan sama warnanya. Hanya beberapa yang memiliki warna berbeda tapi modelnya sama. Dia sudah tidak sabar menunggu si kembar lahir ke dunia. Pasti mereka sangat imut dan lucu.Memperhatikan barang-barang untuk menyambut kelahiran putranya membuat Jingga sejenak melupakan kekecewaannya. Pesan dan panggilan masuk dari sang suami hanya dibaca tanpa membalasnya.Sebenarnya Jingga juga sadar kalau Fariq hanya korban. Tapi jujur ia sangat cemburu dan kecewa. Melihat suaminya saja jadi jengkel karena teringat kemesraannya dengan perempuan itu di video dan foto. Dan ia juga tahu kalau siang ini Fariq menemui mantannya itu. Tadi pagi suaminya sudah pamitan dan ibu mertuanya juga memberitahunya saat makan siang tadi. Padahal itu kisah silam mereka, tapi membuat hatinya demikian kecewa. Lantas apa kabarnya perempuan-perempuan di luar sana yang mendap
Bimbang, sudah tepatkah untuk mengajak suaminya membahas sesuatu yang mengganjal pikirannya. Apakah terlalu berlebihan jika dirinya mencemburui Mahika?"Ada apa?" tanya Yuda meletakkan remote control yang dipegangnya. Pria itu ganti memandang Aisyah yang tampak gelisah."Aku minta maaf sebelumnya, kalau apa yang ingin aku katakan nanti menyinggung perasaan, Mas." Aisyah berdebar-debar."Apa yang Mas rahasiakan dariku?"Mata Yuda menyipit, tidak mengerti dengan pertanyaan istrinya. "Rahasia apa?""Biasanya Mas membicarakan tentang Jelita denganku. Apa yang dikatakan Mbak Mahika juga Mas sampaikan padaku, tapi akhir-akhir ini nggak ada lagi yang Mas bahas denganku. Bahkan tentang rencana mengajak Jelita bertemu dengan keluarga mamanya juga nggak Mas beritahukan padaku.""Rencana itu masih lama, jadi aku memang belum membicarakan hal ini denganmu."Aisyah menarik napas sejenak, untuk melonggarkan tenggorokan yang rasanya tersekat. "Mahika bicara denganku mengenai Jelita saja. Nggak usah
Fariq diam berdiri di ambang pintu kamar sambil memperhatikan bibir Jingga yang cemberut tapi tetap menimbulkan kesan sensual. Kulit eksotisnya menonjolkan pesonanya tiap kali memakai baju yang terbuka bagian bahunya. Malam itu Jingga memakai baju hamil sepanjang lutut dan hanya bertali selebar jari di bahunya.Di mata Fariq, Jingga terlihat lucu dan menggemaskan. Menimbulkan gejolak dalam dadanya untuk mengembara menikmati lekuknya. Tapi sayang, Jingga masih dalam mode silent.Jingga mengamati tubuhnya sendiri di depan cermin dan tidak menyadari sang suami telah masuk kamar. Tangannya meraba panggulnya yang berisi. Kemudian ke atas dan meraba perutnya yang bulat sempurna. Dadanya juga terlihat membusung dan menantang. Tubuhnya telah banyak berubah semenjak hamil. Mungkinkah setelah bersalin nanti bisa seseksi seperti dulu lagi?Tiba-tiba ia merasa insecure. Bagaimana jika nanti tak lagi menarik? Yu Lastri pernah bilang, sekarang tidak musim lagi penculikan anak, tapi sedang musimnya
"Belum. Aku belum hamil lagi. Aku ke dokter hanya untuk konsultasi, karena selama ini haidku nggak lancar.""Terus ....""Sudah dilakukan pemeriksaan tadi. Alhamdulillah, semuanya baik-baik saja. Aku pikir bakal ada kejutan. Tapi waktu USG dokter bilang belum ada tanda-tanda kehamilan.""Apa mungkin belum terdeteksi?""Dua mingguan setelah berhubungan, sudah bisa mendeteksi hamil apa nggak. Mungkin tanda-tanda awal kehamilan belum muncul. Hanya saja setelah terjadi pembuahan dan implantasi embrio, kehamilan sudah bisa diketahui."Nency diam sejenak, lantas kembali memandang suaminya. "Kamu ingin kita segera punya anak, kan? Umur kita hampir 34 tahun."Roy tersenyum. "Tentu saja.""Aku ingin memiliki anak perempuan yang cantik. Rambutnya bisa kukepang, bisa kupakein model baju yang cantik-cantik. Jangan khawatir, aku akan memakaikan gamis lucu untuknya."Roy tertawa lirih mendengar ucapan istrinya. Perempuan pasti memimpikan lahirnya generasi penerus yang akan mewarisi kecantikannya. A
Fariq bercerita sekilas tentang percakapan dengan kakaknya Karina. Dan hal itu membuat Bu Salim makin merasa bersalah. Seandainya saja dulu tidak menyuruh Fariq menikah lagi, tentu keadaan tidak seburuk ini. Dan cobaan seperti ini datang dikala ia menunggu kelahiran cucu pertamanya."Aku hanya khawatir dengan ucapan Karina yang bilang tidak menyukai Jingga hamil anakku, Ma. Ucapannya bisa seperti ancaman. Dia perempuan yang nekat berbuat apa saja mengikutkan kata hatinya.""Sekarang kalau nggak penting, jangan ajak istrimu keluar rumah.""Ya. Nanti kalau Jingga terbangun, mama kasih tahu dia kabar ini.""Iya. Nanti Mama akan cerita padanya. Kamu hati-hati di jalan.""Makasih, Ma."Tepat setelah ponsel di matikan. Ada panggilan masuk dari nomer asing. Beberapa saat dibiarkan oleh Fariq. Namun akhirnya memutuskan untuk menjawabnya."Kenapa Mas Fariq menemui Mas Angga?" Suara terdengar melengking di seberang. Sebentar kemudian terdengar pintu di banting. Karina sedang marah. "Kalian piki