Share

KONFLIK DAN EMOSI

Penulis: kazuhiro
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 22:44:10

Saat itu Wira memperlambat gerakan kakinya. Sementara Hanum jauh di depan sana, berlari dengan cepat. Namun, tidak lama Wira tidak merasakan lagi eksistensi Hanum di sekitar situ. Hal itu membuatnya segera mempercepat langkah. Dan benar saja bahwa Hanum telah menghilang.

Wira pun langsung berubah ke wujud manusia. Dia menyapu pandangannya ke seluruh sisi rimba, sambil menyeru nama Hanum. Sayangnya tidak ada respon.

"Sial. Tidak ada jawaban," batin Wira. "Sepertinya ada yang aneh. Kata Tuan, Hanum tidak bisa kanuragan. Jika begitu, pasti ada sesuatu yang membuatnya hilang dari tempat ini."

Hilangnya tiba-tiba Hanum membuat Wira curiga. Segera dia memeriksa area sekitar dan lantas menemukan eksistensi energi aneh. Energi tersebut asalnya dari cairan hijau yang menempel di beberapa daun besar di sekitar tempat itu.

"Apa ini?" Wira menampilkan raut wajah penasaran.

Dia sejenak melakukan beberapa gerakan tangan, yang lekas membuat tangannya dilapisi oleh aura cahaya energi berwarna hitam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Eksistensi Putra Guntur   UTUSAN MASTER

    "Siapa orang itu? Tampaknya dia bukan pendekar biasa."Di meja tidak jauh dari pintu. Seorang berpakaian hijau-hitam, bertanya kepada rekannya. Perawakannya agak kekar, berambut panjang diikat, memegang pedang sambil tangannya menyilang di atas dada. Dari seragam yang dipakainya, dua pria di sana berasal dari sekte Pedang Kuno, yang juga merupakan perguruan terkenal di desa Jalung.Pria itu bernama Kaesan, sedangkan rekan di sampingnya bernama Barun."Entahlah, Kakak. Aura yang dirembeskannya cukup kuat. Dia begitu tenang. Bahkan jika aku yang diposisinya, sudah pasti aku tidak akan menoleransi siapa pun yang mengusikku," balas Barun."Jangan salah. Sepertinya sebentar lagi dia akan ikut dalam lingkaran pertarungan. Lihat saja."Kaesan memperhatikan Panca yang memang saat itu seperti tidak tahan lagi untuk menyerang. Namun, tiba-tiba saja seorang pria berseragam sama dengan mereka, mendekati Panca."Di sini kau rupanya?" ucap si pria itu, yang mengenakan ikat kepala biru.Suara tersebu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Eksistensi Putra Guntur   KADAL EKOR KALAJENGKING

    Sejenak Panca terdiam, memandangi pemimpin siluman laba-laba itu. Lantas, dengan cepat dia menekan pijakannya dan lalu melesat ke arah siluman laba-laba untuk mengambil serangan.Pertukaran jurus pun berlangsung. Meski pemimpin siluman laba-laba itu terlihat sangat lihai dalam mengolah gerakan, juga energinya yang cukup kuat. Dia bukanlah tandingan Panca. Hanya dengan beberapa gerakan setelah mengetahui titik lemah lawan. Serangan telapak Panca berhasil mengenai dada pemimpin siluman, yang membuatnya terhempas ke belakang dan ditangkap oleh beberapa rekannya."Uhuk!"Pemimpin siluman laba-laba terbatuk dengan sedikit menyemburkan darah dari mulutnya."Jadi kau lebih percaya pria itu dari pada kami? Huh. Aku pikir kau lebih bijak dariku. Ternyata ... baiklah. Kami tidak akan ragu jika harus melawan kalian, atas kesalahan yang tidak kami perbuat."Kesal dengan sikap Panca. Siluman laba-laba itu kini telah menyatakan perang. Namun, baru saja akan mulai menyerang. Panca lekas menahan merek

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Eksistensi Putra Guntur   GUNUNG DARAH KECAWEN

    "Tuan? Kita akan ke mana?" tanya Wira. Mereka saat ini tengah melompati pepohonan, seolah melayang di udara."Ke markas kadal ekor kalajengking," balas Panca. Lantas Panca menoleh ke kiri, pada Huzen. "Apakah benar ini arahnya?""Benar. Hanya berapa ratus meter lagi, baru kita akan sampai di sana.""Siluman kadal ekor kalajengking? Mereka kan yang menculik para siluman laba-laba itu? Apa hubungannya dengan kita?" Wira memastikan."Kau akan mengetahuinya setelah sampai di sana.""Cih. Sialan. Kenapa kau membuatku penasaran?" gerutu Wira, yang tidak mendapat jawaban sesuai kemauannya....Beberapa saat berlalu. Kini mereka mendekati gunung Darah Kecawen, dimana para siluman kadal ekor kalajengking itu berkumpul.TAK TAK"Medan di sini menampung aura negatif yang cukup banyak. Sebaiknya kita melanjutkannya dengan berjalan," ucap Panca, ketika baru saja mereka turun dan berpijak tepat di kaki gunung. Panca masih dengan topeng hitam bergaris coklat menutupi area mulut dan pedang Guntur Naga

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Eksistensi Putra Guntur   MASALAH BARU SAJA DIMULAI

    "Tenang. Jangan terpancing emosi," ucap Panca, memperingatkan. Matanya terus bersiaga. Saat itu dia mulai merasakan banyaknya eksistensi energi yang cukup kuat, tengah mengepung posisi mereka.SIUUF FIUF FIUFDan benar saja. Puluhan sosok hitam serupa lantas melesat ke arah mereka, membuat Wira dan Huzen terkejut, kemudian segera bersiap. Sementara Panca, lekas dia mengentakkan kaki kanannya, yang lalu membuat angin terhempas hebat ke berbagai arah, hingga berhasil menggetak eksistensi di sekitarnya. Setelahnya, dengan tenang Panca mengayunkan pedangnya, yang tampak percikan petir membungkus badan pedang.SLING SLINGSLING SLINGSLINGSekejap cahaya putih kebiruan melintas zig-zag, menyapu puluhan sosok hitam tersebut hingga tak dapat berkutik sama sekali. SLINGSetelah itu, terlihat Panca yang telah berjarak beberapa meter dari Wira serta Huzen sekilas menghempaskan pedangnya ke samping, yang langsung memperlihatkan kilau keperakan pedang tersebut dan sedikit percikan petir. Di beber

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • Eksistensi Putra Guntur   KETAHUAN

    Dia merasakan ada eksistensi energi yang cukup kuat di sekitar gunung, tetapi bukan energi siluman kadal ekor kalajengking. Terlebih lagi energi tersebut terasa mengancam, membuat Panca segera bergegas ke arah yang berlawanan dengan suara ledakan.Saat di perjalanan. Panca beberapa kali dihadang oleh sejumlah siluman kadal ekor kalajengking. Namun, kekuatan Panca masih cukup untuk menaklukan para siluman tersebut. ...Tidak lama. Panca yang melompati pohon demi pohon, lantas terhenti setelah menabrak sebuah dinding transparan, yang ternyata area tersebut telah dilindungi oleh segel."Segel penghalang? Sebenarnya apa yang sedang direncanakan para siluman ini?" batin Panca, seiring menempelkan telapak tangannya pada segel penghalang tersebut. Dia mencoba memahami bagaimana segel itu terbentuk.Begitu penasaran. Panca lalu melompat ke bawah dan berpijak di tanah."Tidak mencobanya, maka tidak akan pernah tahu."Panca lantas melakukan beberapa kali gerakan tangan, dengan jemari tengah da

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • Eksistensi Putra Guntur   TOMBAK MATA GILA

    Melihat itu, Panca juga tidak tinggal diam. Dia menghunuskan pedang Guntur Naga Langitnya yang bertengger di punggung, yang sekejap memperlihatkan kilau keperakan.SLINGPanca lalu menghempaskannya ke samping dan pada waktu yang bersamaan, pedang tersebut lekas dibaluti percikan petir."Tahan!" Tetua Patri melayang ke depan, menghentikan bawahannya itu."Anak ini memiliki beberapa kemampuan. Aku penasaran, apa yang bisa dia lakukan di hadapanku," imbuhnya.Segera Tetua Patri merentangkan tangan kanannya, yang pada waktu bersamaan, sebuah tombak emas tercipta pada seiring cahaya merah berjalan."Tombak Mata Gila?" celetuk Panca dalam hati. Dia mengenal pusaka itu, yang merupakan salah satu senjata kuno yang sangat terkenal. Tidak menyangka jika dia akan berhadapan dengan pengguna pusaka itu secepat ini.Meski demikian. Pemandangan di depan tidak menciutkan nyali Panca. Tetua Patri yang melesat memulai serangan, membuat Panca juga segera bergerak tanpa ragu.TING TINGTING SIUF TING TING

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • Eksistensi Putra Guntur   TUJUH JENIS RACUN

    Lantas tidak berapa lama mereka saling bertukar serang. Masing-masing terhempas ke belakang, dengan Panca yang terhempas ke bawah dan Tetua Patri yang terhempas makin ke atas."Bocah sialan! Ambil ini!" tekan Tetua Patri.Dengan cepat dia melakukan gerakan tangan setelah memutar sejenak tombaknya, lalu melemparnya ke arah Panca.[Tombak Ular Merah Penelan Gunung]FIUFSontak saja, cahaya merah yang terpancar menyelimuti badan tombak, membentuk seekor ular besar dengan taring menyeramkan. Di bawah, Panca sesaat mendelik dan sejenak mengayunkan pedangnya juga, yang setelah itu, terlihat cahaya kekuatan pedang membentuk seekor naga biru yang dibaluti eksistensi petir.[Tebasan Naga Penghancur]DUARRRLedakan energi terdengar begitu dahsyat, sampai cahaya antara kedua kekuatan itu terpancar memenuhi area sekitar. Hempasan anginnya juga saat itu sangat hebat, hingga membuat debu-debu tak ayal menutupi pandangan mereka."Huh. Kau pikir kau bisa kabur ke mana?"Lalu sesaat debu itu mulai me

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Eksistensi Putra Guntur   MATI?

    "Sekarang tunduklah!"Tetua Patri lantas memutar tombaknya, melemparnya ke atas, dan kemudian melancarkan teknik Hujan Darah Penghancur Bumi.Puluhan tombak cahaya merah tampak melesat ke arah Panca. Panca yang merasa terpojok, terpaksa harus menggunakan teknik yang baru saja dia kuasai, yaitu Ajian Naga Guntur.JEDARSangat cepat petir menyambar tubuh Panca dan menghempaskan angin dahsyat ke berbagai arah. Terlihat tanah di sekitar Panca retak hebat dan pada waktu yang bersamaan, seekor naga cahaya biru menampakkan dirinya, terbang mengitari tubuh Panca."Ajian Naga Guntur!" tandas Panca."Huh. Sudah kuduga. Kau adalah murid tua bangka itu." Tetua Patri, berucap lirih. Dia menghempaskan tangannya ke depan, mempercepat lesatan puluhan tombak yang menggempur Panca.JEDARPanca menancapkan pedangnya, dan petir menggelar seiring itu. Naga cahaya biru yang mengitari tubuh Panca, segera bergerak maju dan menyemburkan napas api birunya.Sesaat kedua kekuatan itu saling menekan, mempertahank

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04

Bab terbaru

  • Eksistensi Putra Guntur   KEMBALINYA PANCA

    Sangat familier, hingga sontak mata Wira mendapati sebuah cahaya kebiruan memancar di udara dan jatuh bak meteor tidak jauh di depannya. Bunyi ledakan energi terdengar jelas, seiring hempasan angin yang cukup hebat meluas ke segala arah."Mustahil. Apa aku tidak salah lihat?" celetuk Wira. Kemudian dia berucap lirih, sedikit tertegun. "Tuan?"Di sisi lain, Huzen juga membulatkan matanya. "Apakah ini ...?"Siapa lagi kalau bukan Panca. Terlihat dengan raut tegas, Panca mengayunkan pedang, seiring percikan petir menyelimuti tubuhnya. Hanya butuh sekian detik, para binatang siluman di tempat itu terpental hingga tewas setelah menerima serangan Panca."Tuan? Tuan!"Wira berlari ke arah Panca dengan perasaan sangat senang. Huzen juga menyusul. Tanpa basa-basi Wira memeluk Panca, yang saat itu Panca terdiam sejenak dengan tidak membalas pelukannya."Tuan? Awalnya aku sangat mengkhawatirkanmu, kemudian percaya kau tidak akan kembali, aku pikir aku tidak akan bisa lepas dari merindukanmu. Dan

  • Eksistensi Putra Guntur   ENERGI YANG FAMILIER

    "KHI KHI KHI. Setelah tiga hari tidak bertemu, rupanya kau sudah mengumpulkan nyali untuk bersikap sombong. Huh. Tidak peduli betapa kerasnya kau melatih kemampuanmu. Pada dasarnya ini adalah alam kami dan manusia yang telah sampai di tempat ini, hanyalah daging segar yang pantas untuk dipanggang. KHI KHI KHI.""Jangan banyak omong," sela Panca."KHI KHI KHI. Hajar dia!"Atas perintah pemimpin makhluk neraka alam bawah, seluruh rekannya pun segera berlari ke arah Panca sambil menyeringai. Beberapa dari mereka kemudian melompat dan segera menggempur Panca dengan pedang besar bergerigi.Panca sedikit menyerong kakinya dan bergerak menghindar dengan sangat lihai, yang membuat para makhluk neraka alam bawah itu cukup terkejut. Bagaimana bisa seorang manusia yang tiga hari kemarin sangat lemah, sekarang memiliki kemampuan yang sangat baik.Para makhluk neraka alam bawah itu terus saja mengayunkan pedangnya. Namun, hingga beberapa detik berlangsung, belum ada yang membuat Panca merasa teran

  • Eksistensi Putra Guntur   PEDANG NAGA API

    Leluhur Siang lalu menoleh ke arah Tikus Api Ungu, yang membuat Tikus Api Ungu langsung mengerti. Tikus Api Ungu segera merapalkan beberapa gerakan tangan dan seketika sebilah pedang muncul setelah cahaya keunguan memancar di telapak tangannya."Ambilah. Itu untukmu," ucap Leluhur Siang.Panca agak mendelik, lalu sedikit ragu-ragu mengambil pedang tersebut. Saat Panca menyentuh gagang pedang, pedang tersebut lekas memancarkan cahaya kuning kemerahan."Pedang apa ini, Leluhur Siang?""Pedang Naga Api," jawab Tikus Api Ungu.Hal itu membuat Panca terkejut. Sebagaimana dia ketahui, bahwa Pedang Naga Api adalah salah satu pusaka kuno legendaris yang tidak pernah ada yang tahu keberadaannya. Hanya ada banyak cerita hebat soal pusaka kuno itu, yang bisa membuat para pendekar tergila-gila ingin mendapatkannya."Pedang Naga Api? Benarkah ini untukku?" Panca masih tidak peracaya bahwa dia adalah pewaris dari pusaka luar biasa tersebut. Kini dia memiliki dua pedang yang hebat. "Tentu saja. Na

  • Eksistensi Putra Guntur   LANGKAH MENERIMA TAKDIR

    "Huh. Dasar kalian." Siang Kumandala mengeluh, kemudian segera membuang tatapannya ke arah Panca. "Hey anak muda. Apa yang mereka katakan padamu? Apakah mereka juga bercerita tentang keburukanku?"Siang Kumandala tampak bewibawa dan bersahaja, bahkan kepada Panca yang belum saling kenal.Mendengarnya, Panca terdiam sejenak. Siang Kumandala pun sontak menghilang dari tempatnya dan tiba-tiba telah berada di depan Panca, yang membuat Panca terkejut."Apa yang mereka katakan padamu? Ha? Katakan! Katakan!"Panca tertegun, lalu menggeleng. "Ti-tidak. Tidak ada. Mereka hanya mengatakan hal aneh kepadaku. Mereka mengatakan bahwa aku akan menjadi majikan mereka saat ini dan aku akan mewarisi sesuatu dari majikan mereka sebelumnya."Siang Kumandala tersenyum lebar, yang lekas menampakkan gigi bersihnya. Dia pun segera menghilang dan kembali ke tempatnya tadi."Huh. Aku pikir mereka menceritakan keburukanku. Awas saja," ucap Siang Kumandala."Kami telah mengabdi ratusan tahun, bagaimanapun kondis

  • Eksistensi Putra Guntur   EKSISTENSI JIWA LELUHUR

    "Kita sekarang ada di Kuil Jiwa Leluhur, yang berada di Alam Bawah. Kedatanganmu ke sini, bukan tanpa alasan. Kau ditakdirkan langit untuk berada di sini dan mewarisi peninggalan majikan kami sebelumnya," jelas Tikus Api Ungu.Mendengar hal itu, Panca tampak berpikir. Apakah ini sama dengan Gundal Pama. Lagi dan lagi takdir menemukan Panca, dengan membawa sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya."Alam Bawah? Kuil Jiwa Leluhur?""Ya, Majikan. Kita sekarang berada di Alam Bawah. Jiwamu terjebak di sini atas takdir yang telah ditetapkan. Mungkin sudah bertemu dengan beberapa makhluk di luar sana, sebelum masuk ke tempat ini? Mereka adalah makhluk neraka Alam Bawah."Panca pun teringat dengan para makhluk neraka tadi, membuatnya sedikit mendelik."Aku adalah Tikus Api Ungu, dia adalah Bilah Pedang Kehampaan, dan Majikan bisa memanggil monyet ini dengan sebutan Raja Kabut Hitam. Kami bertiga adalah Prajurit Dewa Alam Bawah, yang ditugaskan untuk menjaga Kuil Jiwa Leluhur ini. Warisan di dala

  • Eksistensi Putra Guntur   KEDATANGAN MAJIKAN

    Jelas Panca tidak akan tinggal diam. Dia merembeskan aura kebiruan miliknya dan segera meladeni gempuran sejumlah makhluk neraka itu.SIUF BUG DUAKBeberapa jurus begitu lihai diperagakan oleh Panca. Menghindar dan menangkis, lalu membalikkan serangan dengan sangat baik. Namun, jumlah kekuatan dari makhluk neraka itu cukup besar, membuat Panca kewalahan menghadapinya.Pada satu kesempatan Panca lengah. Beberapa serangan telak dikirim pada Panca hingga akhirnya Panca terpental ke belakang dan menubruk batu besar di sana hingga retak.BRUK"Uhuk!"Panca terbatuk dan memuntahkan darah segar dari mulutnya."Sial. Mereka terlalu kuat. Aku tidak bisa seperti ini." Panca bergumam, dengan tatapan sinis menyorot ke arah para makhluk neraka.Menyadari perbedaan kekuatan yang cukup jauh, Panca pun segera berbalik dan melesat ke atas batu besar, untuk kemudian melarikan diri."KHI KHI KHI. Kau pikir kau akan lari ke mana?" ujar pemimpin kelompok itu. Segera dia meminta rekannya untuk mengejar Panc

  • Eksistensi Putra Guntur   EKSISTENSI MAKHLUK NERAKA

    Butuh waktu beberapa detik untuk Wira mengumpulkan kesadarannya dan segera mendengar dengan jelas seruan Huzen."Tuan! Tuan!"Setelah sadar, Wira sontak berdiri dan menatap danau lahar di sana. Huzen yang takut Wira nekat untuk melompat, tampak menggenggam erat tangan Wira."Wira? Tenangkan dirimu. Tenangkan dirimu!" ujar Huzen.Lalu perlahan Wira mulai tenang. Dia pun tanpa ragu segera menangis, walau padahal hal itu pantang dilakukan oleh Wira, apalagi di depan orang lain.Tidak ada yang mau berkomentar dengan sikap Wira. Mereka juga sama-sama merasakannya. GGRRRRTempat itu kembali berguncang. Seiring itu, Gundal Pama terlihat mendongakkan wajahnya, menatap langit-langit yang sudah kehilangan banyak bagiannya."Sebaiknya kita bergegas. Aku takut, langit-langit itu akan runtuh dan akan berefek pada lorong ini," ucap Gundal Pama.Mendengarnya, Wira menolak dan ingin tetap di sana saja. Hal itu membuat Huzen terpaksa harus menotok Wira atas perintah isyarat dari Tetua Kalingga dan me

  • Eksistensi Putra Guntur   TIDAK MUNGKIN

    Panca meminta Hayati untuk tetap tenang. Hayati hanya mengangguk, sama sekali tidak menunjukkan raut wajah panik.Hayati pun terpikirkan suatu ide, yang mana dia akan memanggil binatang roh Merak Api miliknya, untuk membawa mereka dari situ."Baiklah," balas Panca.Segera Hayati merapalkan gerakan tangan, yang membuat tubuhnya seketika diselimuti oleh cahaya aura merah api. Dan tidak berlangsung lama, sebuah cahaya jingga memancar tidak jauh di atas mereka berdua. Seiring itu, Merak Api milik Hayati muncul sambil melebarkan sayapnya.Orang-orang yang berada di seberang tampaknya mulai tenang. "Ayo naik," minta Hayati. Panca hanya mengangguk dan lekas melompat ke punggung sang Merak Api. Rintangan belum sampai di situ, karena setelah Merak Api itu mengepakkan sayapnya menuju tempat Gundal Pama dan lainnya, mereka harus menghindari reruntuhan langit-langit yang jatuhnya semakin parah. Di seberang sana mereka juga menjadi panik, karena tempat tersebut tidak lama akan hancur."Hati-hati

  • Eksistensi Putra Guntur   TERPISAH

    Kembali ke Panca dan lainnya. Saat ini mereka tengah melewati tempat yang cukup luas, yang di beberapa titik terdapat danau lahar. Panca, Wira, Huzen, dan Tetua Kalingga, berjalan dengan tubuh diselimuti oleh cahaya aura, agar tubuh mereka tidak terkena hawa panas secara langsung. Sebab bukan berasal dari suku Cuanci, sehingga apabila berjalan tanpa pelindung, maka tidak menjamin bahwa kulit mereka akan tahan dengan panas di sana.Panca saat itu tampak diselimuti aura kebiruan, Huzen hijau, Wira hitam keunguan, serta Tetua Kalingga kuning keemasan."Berapa lama lagi?" tanya Wira."Seharusnya sebentar lagi kita akan menemukan lorong yang terhubung dengan sungai Lengkeng. Sungai Lengkeng ada di hutan Anjir, tidak jauh berjarak dengan Gunung Kabut Es," jelas Gundal Pama.Namun, saat asyik berjalan, seketika eksistensi kekuatan para kelompok tadi dirasakan oleh Panca, yang membuat Panca meminta mereka segera waspada.SIUUUFPanca mandelik dan sontak berbalik. Beberapa serangan cahaya mer

DMCA.com Protection Status