Home / Romansa / Editor Dingin Bikin Bucin / Bab 92: Tersiksa Karena Rindu

Share

Bab 92: Tersiksa Karena Rindu

Author: Nikma
last update Last Updated: 2024-04-24 12:00:44

Selama beberapa hari ini, Isabella benar-benar merasa hidupnya tak berguna. Ia sangat merindukan Nathaniel, terlebih tiap kali ponselnya berdering menandakan ada panggilan atau pesan masuk dari pemuda itu. Isabella merasa tersiksa karena terpaksa tidak meresponsnya. Frustrasi melanda saat dia memikirkan keputusan menjauhi Nathaniel, tapi dia tidak memiliki pilihan lain, yang dia lakukan demi pemuda itu sendiri.

Isabella mencoba menenangkan dirinya sendiri meski sulit, beberapa hari dia memutuskan untuk 'hibernasi' di rumah saja. Menghabiskan waktu dengan makan, tidur, menulis, dan buang air sungguh membosankan. “Aku merindukanmu, Nate,” gumam Isabella sambil menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan menerawang. “Aku harap aku segera menemukan solusi untuk mengatasi masalah Henrik, sehingga aku tak perlu menjauhimu lagi.”

Saat sedang sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba terdengar suara bel pintu. “Pizzaku sudah datang?” gumamnya. Be

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 93: Kamar Masa Kecil

    “Benarkah?” Tanya Nathaniel yang entah kenapa jadi kesal saat mendengar ucapan manis, seperti kata rindu atau semacamnya dari orang lain—meski sebenarnya Elena tidak bisa disebut orang lain.“Kenapa bertanya begitu? Kau pikir aku hanya pura-pura merindukanmu? Untuk apa ibumu ini melakukan itu?” gerutu Elena kesal.“Baiklah, maafkan aku,” jawab Nathaniel tidak enak hati. “Nanti akan ku telepon lagi, di luar dingin sekali. Aku mau pesan taksi dulu untuk pulang,” suara Nathaniel agak menggigil.“Kau di luar? Mobilmu mogok lagi?” Tanya Elena cemas.“Iya,” sahut Nathaniel singkat.“Biar ibu yang menjemputmu, kau di mana?” Tanya Elena.Nathaniel terdiam sejenak, merasa mungkin tidak ada salahnya jika menerima perhatian dari Elena— toh dia ibunya, ibu kandungnya. Nathaniel akhirnya menyebut lokasi tempatnya berdiri karena memang kebetulan posisinya tak j

    Last Updated : 2024-04-24
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 94: Pertanyaan Elena

    Nathaniel terbangun dari tidurnya, mata kembali terpejam sejenak sebelum membuka perlahan. Tirai motif karakter di kamar sudah terbuka, mungkin Elena yang melakukannya agar sinar matahari yang lembut bisa menyusup masuk. Udara musim dingin masih terasa menusuk tulang, hingga membuatnya malas bangkit dari balutan selimut tebalnya. Namun Nathaniel ingat bahwa hari ini ia harus berangkat ke kantor. Dengan gerakan lambat, ia memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidurnya yang nyaman. Merapikan selimut sejenak, ia kemudian melangkah keluar dari kamar. Di ruang makan, Nathaniel melihat Elena yang sibuk menyiapkan sarapan dibantu oleh seorang pelayan wanita tengah baya. Wajah ibunya terlihat ceria meskipun sibuk. Elena melihat Nathaniel keluar dari kamar dan melangkah ke arahnya. Perempuan itu langsung tersenyum, lalu memberi kode kepada pelayannya untuk meninggalkan mereka berdua, seolah Elena ingin mengobrol lebih intens dengan putranya tanpa adanya orang luar di

    Last Updated : 2024-04-24
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 95: Kari, Seperti untuk Nathaniel

    Isabella berdiri dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada, menatap marah pada Henrik yang kini duduk santai di sofa ruang tengahnya.“Ayolah, Bella. Kau tidak seharusnya menunjukkan wajah seperti itu,” kata Henrik sambil menyeringai licik.“Kau tahu jika kau tidak disambut di rumahku,” jawab Isabella dengan ketus. Namun Henrik sama sekali tak terganggu oleh ucapan bernada sinis itu.“Kau makin manis saat marah-marah,” goda Henrik sambil bangkit lalu mendekat pada Isabella. Ia menyentil hidung mancung Isabella dengan santai, membuat Isabella refleks menepis tangan Henrik. Ia jijik pada pria itu, bahkan sentuhan kecil tersebut membuatnya bergidik. “Jangan sembarangan menyentuhku!”“Baiklah, aku akan minta izin setelah ini,” balas Henrik sembari menyeringai.“Sebenarnya apa lagi yang kau mau? Bukankah aku sudah melakukan apa yang kau minta?” Isabella mendengus, tak habis pikir karena Henrik masih saja datang mengganggunya.

    Last Updated : 2024-04-25
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 96: Kehormatan Nyaris Terenggut

    Henrik meletakkan piringnya ke meja, kemudian mengusap perutnya yang kenyang setelah menghabiskan kari buatan Isabella. “Sudah selesai kan? Sekarang segeralah pergi,” ucap Isabella dengan tegas. “Sayang, kenapa kau tidak menanyakan pendapatku tentang masakanmu?” tanya Henrik dengan santainya, sambil mengeluarkan suara sendawa. Isabella makin jijik melihatnya. “Aku tidak butuh pendapatmu, aku hanya ingin kau segera pergi.” “Padahal aku ingin memuji masakanmu, sangat enak. Aku harap bisa menikmatinya setiap hari,” kata Henrik sambil mengusap bibirnya, di mana ada sisa bumbu kari di sana. “Jangan berharap berlebihan,” tegas Isabella, semakin muak dengan pria di depannya. “Kenapa tidak? Toh dulu kita sudah pernah melewati hari menyenangkan bersama.” Henrik sambil bangkit, lalu berjalan mendekati Isabella. Isabella merasa tidak nyaman ketika Henrik mendekat. “Mau apa lagi?!” tanyanya. “Kita bisa bersenang-sen

    Last Updated : 2024-04-25
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 97: Kekecewaan

    Dengan langkah terburu-buru dan perasaan kalut yang memenuhi pikirannya, Nathaniel berlari menyusuri penjuru rumah, mencari tanda-tanda Isabella. Hatinya berdegup kencang dalam keremangan yang menyelimuti rumah tersebut. “Isabella!!!” Saat tiba di ruang tengah, Nathaniel terbelalak kaget melihat Isabella terkapar di lantai dengan pakaian compang camping dan tubuh yang dipenuhi luka. “Nate!” pekik Isabella dengan suara lega saat melihat Nathaniel datang. Namun, kelegaannya segera berubah menjadi ketegangan saat Nathaniel melihat Henrik—yang nyaris saja menodainya. Tanpa berpikir panjang, dengan emosi yang membuncah dan keinginan melampiaskan amarahnya, Nathaniel langsung menghampiri Henrik dan menghantamnya dengan pukulan berkali-kali. “Manusia biadab! Beraninya kau melakukan hal ini pada Isabella!” teriak Nathaniel penuh amarah. Tubuh Henrik terhuyung, dan akhirnya terjatuh menabrak meja kaca hingga pecah, memenuhi ruangan

    Last Updated : 2024-04-25
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 98: Menyelesaikan Masalah

    Malam mulai menyapa, namun suasana di rumah Isabella masih dipenuhi dengan ketegangan. Isabella tertunduk, air matanya mengalir tanpa henti—merasa begitu bersalah pada Nathaniel. Di sisi lain, Nathaniel masih terdiam, pikirannya terasa keruh, emosinya campur aduk, membuatnya sulit untuk menentukan bagaimana seharusnya dia merespons Isabella.Saat itu, suara lenguhan Henrik mulai terdengar, tanda bahwa pria itu mulai tersadar dari pingsannya meskipun hanya merintih kesakitan. Nathaniel dan Isabella menoleh pada Henrik sejenak, tapi kemudian mengabaikannya. Mereka berdua terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing, dan menganggap Henrik tidak lagi penting dalam momen tersebut.Di tengah kesunyian malam, hanya suara isak tangis Isabella yang memecah keheningan. Nathaniel menatap itu, lalu menghela napas dalam-dalam. “Aku... Aku tidak bermaksud menyalahkanmu, Isabella,” ucap Nathaniel pada akhirnya, emosinya sudah mulai mereda.Isabella menghapus ai

    Last Updated : 2024-04-26
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 99: Kejutan & Keterkejutan

    Nathaniel baru saja akan mematikan lampu di kamarnya ketika ponselnya berbunyi. Tangannya segera meraih ponsel di meja nakas, ia melihat ada pesan dari Elena.[Tolong!!!”] Pesan singkat itu seketika membuatnya terbelalak, menyebabkan rasa kantuk yang baru saja menghampirinya sirna dalam sekejap. Kekhawatiran langsung menggantikan kelelahannya.Nathaniel segera membalas pesan, tetapi tidak ada jawaban. Bahkan ketika dia mencoba menelepon nomor Elena, suara sambung tidak terdengar. Nomor itu seolah-olah tidak aktif.Tanpa meraih kunci mobilnya yang terletak di atas meja. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan-bayangan buruk tentang apa yang mungkin terjadi pada ibunya, dan dia tidak bisa duduk diam.Dengan hati yang berdebar-debar, Nathaniel bergegas menuju mobil Elena yang masih ada di luar rumah. Dia memasuki mobil dan segera memutar kunci kontak. Dia mengendarai mobil dengan cepat, membelah jalanan yang se

    Last Updated : 2024-05-01
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 100: Misteri Julian

    Nathaniel segera menerimanya, lalu memotong kue tersebut dan meletakkannya pada piring-piring kecil yang sudah disediakan di meja ruang tengah. “Jangan tanya siapa yang mendapat potongan pertama, aku sudah memotongnya sama rata,” ucap Nathaniel saat membagi kue tersebut pada Gabriel, Camilia, lalu pada Elena dan Isabella. Semua menerima potongan kue itu dengan suka cita. Suasana kebersamaan yang hangat dan bahagia terasa begitu nyata di antara mereka, menghangatkan hati Nathaniel dan menyatukan mereka lebih erat lagi. Setelah menikmati kue, Gabriel tiba-tiba teringat sesuatu. “Ah, kami juga sudah menyiapkan hadiah untukmu,” ucapnya sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya, lalu memberikan sebuah kotak kecil pada Nathaniel. Nathaniel menerima kotak itu. “Bukalah, aku harap kau suka,” kata Gabriel. Nathaniel membuka kotak itu dan melihat sebuah jam tangan Rolex yang elegan di dalamnya. “Terima kasih, Ayah,” ucapnya dengan tulus. Tak mau

    Last Updated : 2024-05-02

Latest chapter

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 139. Ending

    Sore itu, Nathaniel melangkah keluar dari kantor dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan jelas kemarahan dan frustrasi. Pertengkarannya dengan Isabella tadi masih terasa panas di benaknya. Ketika Isabella mencoba mengikutinya, Nathaniel berusaha untuk tidak memperdulikannya.“Nate, tunggu!” panggil Isabella sambil mempercepat langkahnya untuk mengejar Nathaniel yang sudah berada di depan pintu utama.Nathaniel menghentikan langkahnya sejenak, namun tidak berbalik. “Apa?” suaranya terdengar dingin dan tegang.Isabella mendekat, meraih lengan Nathaniel. “Aku minta maaf soal tadi. Aku hanya kesal karena kau terus menerus menerima pesan dari Olivia,” katanya, suaranya merendah, berusaha menenangkan suasana.Nathaniel menatap Isabella dengan tajam, melepaskan tangannya dari genggaman Isabella. “Olivia yang mengirimiku pesan, Isabella. Bukan aku. Kenapa kau harus cemburu karena hal itu?”Isabella menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya. “Karena aku merasa dia hanya mencari alasan

  • Editor Dingin Bikin Bucin   138. Kerjasama Lagi

    Nathaniel dan Isabella duduk berdampingan di ruang kerja mereka, suasana penuh dengan semangat dan produktivitas. Mereka telah menghabiskan beberapa minggu terakhir dengan bekerja keras, dan kini Isabella baru saja menulis penutup untuk novelnya. Ia merasa lega dan antusias untuk menunjukkan hasil kerjanya kepada Nathaniel.“Nate, bagaimana menurutmu?” Isabella bertanya, suaranya penuh harap sambil menatap layar komputer yang menampilkan paragraf akhir dari novelnya.Nathaniel yang sedang sibuk dengan catatannya, menggeser kursinya lebih dekat ke layar Isabella. Ia membaca dengan cermat setiap kata, matanya fokus pada kalimat-kalimat terakhir yang menggambarkan penyelesaian cerita.Isabella tersenyum, menikmati momen ini karena posisi Nathaniel yang sekarang sangat dekat dengannya. Kehangatan tubuhnya terasa nyaman di sebelahnya, membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Melihat peluang yang tak ingin dilewatkan, Isabella perlahan melin

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 137. Kejutan

    Nathaniel kesal mendengar ucapan Gabriel. “Ayah, aku bukan anak kecil lagi. Aku tahu apa yang kulakukan. Kau tidak bisa memaksaku untuk meninggalkan Isabella. Kita harus mencari solusi, bukan menambah masalah.”Isabella yang duduk mendengarkan pertengkaran itu dengan cemas, akhirnya berdiri. Hatinya terasa campur aduk, antara perasaan bersalah dan keinginan untuk mendukung Nathaniel. Dia berjalan mendekat, menatap Nathaniel dengan tatapan lembut.“Nate, tenanglah,” katanya dengan suara lembut, meski berusaha keras menahan emosinya. “Aku tahu ini sulit, tapi kita tidak akan mendapatkan solusi dengan bertengkar seperti ini.”Nathaniel menatap Isabella. Perlahan, dia menghela napas dan menurunkan suaranya. “Maafkan aku,” katanya dengan nada lebih tenang, mencoba meredam emosinya.Gabriel masih tampak tegang, wajahnya kaku dengan emosi yang bergolak. Nathaniel kembali duduk di samping Isabella, yang segera mengg

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 136. Meminta Maaf

    Pagi itu, sinar matahari menerobos tirai tipis jendela kamar Isabella, menerangi ruangan dengan kehangatan yang lembut. Udara pagi yang segar merayap masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, menambah semangat baru untuk hari yang penting. Isabella berdiri di depan cermin kamarnya, merapikan gaun putih sederhana yang dipilihnya. Gaun itu memberikan kesan elegan namun rendah hati, sesuai dengan niatnya hari ini.Di sisi lain rumah, Emilia sedang merapikan rambutnya di depan cermin di kamar tidur. Wajahnya kini tampak sedikit tegang. Hari ini, dia akan melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya: meminta maaf kepada keluarga selebriti. Emilia tahu jika mungkin ini akan lebih sulit dari yang dia bayangkan, tapi setidaknya dia akan berusaha demi putrinya.“Ibu, kau sudah siap?” Suara Isabella memecah keheningan, membawa Emilia kembali dari lamunannya. Isabella berdiri di ambang pintu, menatap ibunya dengan senyum lembut namun penuh doronga

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 135. Membersihkan Nama

    Di salah satu sudut tenang café yang berada tidak jauh dari jantung kota, Nathaniel duduk sendirian di meja kecil yang dikelilingi oleh dekorasi kayu dan lampu-lampu hangat yang menambah nuansa damai. Sambil menunggu kedatangan Olivia, ia meraih ponselnya dari saku, melihat layar penuh dengan pesan dari Isabella. Senyum tipis mengembang di wajahnya ketika ia membaca pesan-pesan itu yang kebanyakan tak begitu penting itu.Isabella, kau masih sakit. Harusnya banyak istirahat. Jangan melulu menggunakan ponselmu.Nathaniel mengirim pesan tersebut. Tak lama kemudian balasan dari Isabella masuk.Aku merasa bisa cepat sembuh jika aku terus terhubung denganmu.Sebelum Nathaniel sempat membalas pesan itu, terdengar suara dering keras dari ponselnya. Ia melihat nama Isabella muncul di layar sebagai panggila

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 134. Rindu Suaramu

    Isabella baru saja berbaring— siap untuk tidur setelah hari yang melelahkan di rumah sakit. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Nada dering yang familiar membuatnya meraih ponsel di meja samping tempat tidur, dan melihat nama Nathaniel yang terpampang di layar membuat kantuknya sirna seketika.Isabella segera menjawab telepon itu, senyum terbentuk di wajahnya. “Halo, Nate,” sapanya semangat. “Halo, Isabella,” suara Nathaniel terdengar agak ragu. “Apa aku mengganggumu? Sudah larut.”Isabella tertawa kecil. “Tentu tidak, Sayang. Aku selalu rindu mendengar suaramu.”Nathaniel tertawa pelan, suara tawanya terdengar sedikit lega.“Aku serius, Nate,” lanjut Isabella dengan nada setengah menggoda. “Jangan tertawa.”“Baiklah, aku tidak akan tertawa lagi,” jawab Nathaniel dengan nada yang lebih serius, meski senyuman masih terasa dalam suaranya.

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 133. Tidak Salah Menerima Bantuan

    Nathaniel menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. “Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita harus mencoba. Isabella dan aku... kami saling mencintai, dan kami berhak mendapatkan kesempatan.”Elena menggigit bibirnya, tampak bimbang sejenak sebelum menegakkan punggungnya lagi. “Cinta tidak selalu cukup, Nate. Kadang ada hal-hal yang lebih penting dari perasaan itu.”“Apa yang lebih penting?” Nathaniel menatap Elena.Tepat saat itu, beberapa wartawan muncul, mengelilingi mereka di parkiran. Kilatan kamera dan rentetan pertanyaan yang mendesak membuat suasana semakin kacau.“Bagaimana kelanjutan hubungan Anda dengan Isabella setelah kecelakaan sebelumnya?”“Nathaniel, bukankah hubunganmu dengan keluarga Isabella sedang tidak baik?”“Nathaniel, bagaimana tanggapan Anda tentang situasi ini?”“Apakah ini terkait dengan skandal sebelumnya?”

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 132. Konflik

    Emilia mengingat bagaimana kelakuannya hingga membuat berita di media makin panas, menambahkan api ke situasi yang sudah kacau. Dia tahu bahwa dia paling merugikan Nathaniel, yang sebenarnya tidak pernah berbuat salah apa pun padanya. Dengan rasa bersalah yang menyelimuti, Emilia melangkah mendekat, wajahnya menunduk, merasa tak berdaya di hadapan dua orang muda yang telah dia sakiti.Nathaniel dan Isabella melepaskan pelukan mereka dengan perasaan hangat namun canggung. Nathaniel menoleh ke arah Emilia yang terus menatapnya dengan ekspresi serius.“Nate, bisa kita bicara sebentar?” tanya Emilia dengan ekspresi agak ragu. Nathaniel terkejut oleh permintaan itu, merasa resah, mengingat penolakan Emilia sebelumnya. Ia ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, “Kita bicara di luar?”Emilia mengangguk. Isabella, yang memperhatikan mereka, memberikan senyuman yang meyakinkan kepada Nathaniel, mencoba menenangkannya. “Semuanya akan baik-baik s

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 131. Kerinduan Terobati

    Hugo memandang Emilia dengan mata penuh kebencian. “Aku tidak akan pergi kecuali kau mentransfer uang padaku sekarang. Aku butuh uang itu, dan aku tahu kalian bisa memberikannya.”Emilia tersentak, hampir tidak percaya dengan sikap Hugo yang tidak tahu malu. “Uang? Kau datang ke sini untuk meminta uang? Ini rumah sakit, Hugo! Isabella sedang sakit, dan kau hanya memikirkan dirimu sendiri!”Hugo menyeringai sinis, melipat tangan di dadanya. “Ya, aku butuh uang itu. Dan aku tidak akan pergi sampai kau memberikannya.”Isabella menatap ayahnya penuh kebencian. “Kau benar-benar tidak punya hati, Ayah. Aku tidak akan memberikan apa pun padamu. Keluar dari sini!”Emilia akhirnya bangkit dari tempat duduknya, tubuhnya gemetar karena marah. “Keluar, Hugo. Sekarang juga!” teriak Emilia, matanya menyalak dengan kemarahan yang tertahan terlalu lama.Wajah Hugo berubah merah karena marah, pria itu mela

DMCA.com Protection Status