Share

Bab 133

last update Last Updated: 2025-03-08 21:18:45

Malam itu, mereka meninggalkan distrik yang hancur dengan hati penuh kewaspadaan. Bayangan pertempuran sebelumnya masih membekas, tetapi sekarang ada tujuan yang lebih besar di depan mereka—Kunci Sang Pencipta.

Dengan petunjuk dari pria tua itu, mereka menyiapkan perjalanan menuju Pegunungan Gelis. Lokasi itu jauh di perbatasan kerajaan, dikenal sebagai tempat yang hampir mustahil untuk ditembus karena cuacanya yang ekstrem dan makhluk buas yang berkeliaran.

Rainer menatap peta yang terbuka di hadapannya. “Jika kita mengambil jalur utama, kita bisa sampai dalam dua minggu. Tapi jika kita mengambil jalan pintas melalui hutan sebelah timur, kita bisa memangkas waktu hingga setengahnya.”

Elyse duduk di seberangnya, matanya memperhatikan jalur yang ditunjukkan Rainer. “Tapi hutan itu berbahaya. Banyak laporan tentang orang-orang yang hilang dan tidak pernah kembali.”

Aedric yang tengah membersihkan pedangnya hanya mendengus. “Tidak ada jalur yang benar-benar aman. Jika kita menunggu terla
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 134

    Angin berhembus kencang di antara reruntuhan kuil, membawa serta aroma tanah basah dan keheningan yang mencekam. Di bawah sinar bulan yang samar, Rainer, Elyse, dan Aedric berdiri tegak, menatap musuh mereka—Lazar, seorang pemimpin dari Ordo Maledicta, yang kini berdiri dengan senyum penuh kemenangan.Di sekeliling mereka, para mayat hidup yang dikendalikan oleh necromancy mulai bergerak, mengitari mereka dengan langkah tersendat namun pasti.Rainer menyipitkan matanya. “Berapa banyak makhluk seperti ini yang bisa kau kendalikan?”Lazar terkekeh. “Sebanyak yang kubutuhkan untuk memastikan kalian mati di sini.”Aedric menggenggam pedangnya lebih erat. “Kalau begitu, ayo kita lihat seberapa kuat mereka.”Seolah mendapat perintah yang tidak terdengar, makhluk-makhluk itu langsung menyerbu.Aedric menjadi yang pertama bergerak. Dengan satu tebasan cepat, ia memotong salah satu makhluk di tengah tubuhnya. Namun, seperti sebelumnya, luka itu menutup kembali dalam hitungan detik.“Jangan bua

    Last Updated : 2025-03-09
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 135

    Suasana kuil yang semula mencekam kini dipenuhi keheningan yang aneh. Setelah Lazar dikalahkan dan pilar batu dihancurkan, sisa-sisa sihir gelap yang menguasai tempat itu perlahan menghilang. Namun, aura misterius masih terasa di udara, terutama dari balik pintu batu yang kini terbuka.Rainer mengatur napasnya, lalu melangkah mendekati pintu tersebut. Di baliknya, sebuah lorong gelap terbentang, seakan menunggu mereka untuk masuk.Elyse menelan ludah. “Apakah kita benar-benar harus masuk?”Aedric mengangguk sambil menyarungkan pedangnya. “Kita sudah sejauh ini. Tidak ada alasan untuk mundur.”Rainer menoleh ke arah Elyse. “Jika kau butuh istirahat, kau bisa menunggu di sini.”Elyse mendengus kecil, lalu melangkah maju. “Aku bukan tipe yang menyerah di tengah jalan.”Senyum tipis muncul di wajah Rainer sebelum ia akhirnya melangkah masuk ke dalam lorong, diikuti Elyse dan Aedric.Lorong itu dingin dan lembap. Cahaya redup dari kristal yang tertanam di dinding memberi penerangan secukup

    Last Updated : 2025-03-10
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 136

    Perjalanan menuju ibukota tidak akan mudah. Setelah menemukan kitab hitam dan mengetahui adanya kelompok bernama Pendiri Dunia, Rainer, Elyse, dan Aedric menyadari bahwa mereka menghadapi musuh yang jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan.Mereka sekarang berada di sebuah desa kecil di tepi hutan, beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke ibukota. Matahari hampir tenggelam, dan langit berwarna jingga keemasan. Di dalam penginapan sederhana, mereka duduk di sudut ruangan, membahas langkah selanjutnya.Aedric menyilangkan tangannya, ekspresinya serius. “Jadi kau yakin kitab itu mengarah ke ibukota?”Rainer mengangguk sambil menatap buku hitam di atas meja. “Ya. Kitab ini menyebutkan bahwa banyak catatan sejarah yang dihapus dari peredaran dan hanya tersimpan di Perpustakaan Kerajaan.”Elyse bersandar ke kursinya. “Jadi, kita harus menyusup ke perpustakaan terbesar di kerajaan? Terdengar seperti rencana yang sulit.”Rainer tersenyum tipis. “S

    Last Updated : 2025-03-11
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 137

    Udara di dalam lorong bawah tanah terasa lembap dan dingin. Cahaya obor yang dipegang Rainer berkelip-kelip, menciptakan bayangan panjang di dinding batu yang kasar. Langkah kaki mereka menggema di lorong sempit itu, menambah kesan suram pada perjalanan mereka.Elyse berjalan di samping Rainer, menggenggam belatinya erat. “Kau yakin lorong ini aman?” suaranya nyaris berbisik.Aedric yang berada di belakang mereka mendengus pelan. “Tidak ada tempat yang benar-benar aman di wilayah seperti ini.”Rainer tetap fokus ke depan. “Kita tidak punya pilihan lain. Ini satu-satunya jalan ke dekat istana tanpa terdeteksi.”Mereka terus melangkah, melewati beberapa persimpangan yang semakin membingungkan. Peta yang diberikan pria tua di kedai tadi membantu mereka menavigasi jalan yang berliku-liku. Namun, semakin jauh mereka masuk, semakin jelas bahwa lorong ini sudah lama tidak digunakan.Tiba-tiba, Rainer menghentikan langkahnya. Dia berjongkok dan menyentuh l

    Last Updated : 2025-03-12
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 138

    Tangga batu yang mereka lalui terasa semakin curam, dan udara di sekitar mereka menjadi lebih kering. Rainer melangkah dengan hati-hati, obor di tangannya berkelip-kelip di tengah kegelapan. Dinding di sekitar mereka dipenuhi dengan ukiran kuno yang semakin jelas terlihat seiring mereka mendekati ujung tangga.Elyse mengusap dinding itu dengan ujung jarinya. "Semakin banyak simbol ini muncul. Sepertinya kita benar-benar mendekati sesuatu yang penting."Aedric yang berjalan di belakang mereka mengangguk. "Aku tidak suka ini. Biasanya sesuatu yang tersembunyi seperti ini bukan tanpa alasan."Rainer tidak menjawab, tapi pikirannya mulai bekerja cepat. Jika ukiran-ukiran ini menceritakan sejarah yang disembunyikan, maka semakin jauh mereka masuk, semakin besar kemungkinan mereka menemukan sesuatu yang bisa mengubah segalanya.Setelah beberapa langkah lagi, mereka akhirnya mencapai pintu batu besar di ujung tangga. Tidak seperti gerbang sebelumnya yang disegel dengan sihir, pintu ini tampa

    Last Updated : 2025-03-14
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 139

    Malam menyelimuti kota seperti selubung gelap yang menahan rahasia. Rainer, Elyse, dan Aedric berlari di gang-gang sempit, napas mereka terengah-engah setelah pelarian dari arsip tersembunyi. Udara dingin menusuk kulit mereka, namun adrenalin yang masih mengalir di tubuh membuat mereka tetap bergerak.Di belakang, suara langkah kaki dan teriakan penjaga menggema. Pengejaran belum berakhir."Kita harus mencari tempat persembunyian," ujar Elyse, suaranya terputus-putus oleh napas yang tak beraturan.Rainer mengangguk. "Aku tahu tempat yang aman. Ikuti aku."Dia membawa mereka melalui lorong sempit yang berkelok-kelok, melompati tumpukan peti kayu, dan menyelinap melewati jalanan belakang yang gelap. Setiap belokan dihafalnya dengan teliti. Ini adalah kota yang sudah lama dia pelajari, dan sekarang pengetahuannya membantunya menyelamatkan nyawa.Setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad, mereka tiba di depan sebuah bangunan tua yang tampak ditinggalkan. Rainer mengetuk pintu deng

    Last Updated : 2025-03-14
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 140

    Dini hari menjelang, tetapi kota masih dilanda kekacauan. Api menyala di berbagai sudut distrik bawah, menerangi langit yang gelap dengan cahaya merah yang mengancam. Suara pertempuran, jeritan, dan dentingan senjata terdengar di kejauhan. Revolusi yang direncanakan oleh Rainer telah dimulai lebih cepat dari yang diharapkan, dan mereka harus segera bergerak sebelum kerajaan merespons dengan kekuatan penuh.Di sebuah atap bangunan tua, Rainer, Elyse, Aedric, dan Liana mengamati situasi dari kejauhan. Dari posisi mereka, mereka bisa melihat kelompok pemberontak bertempur melawan penjaga kota di berbagai titik strategis."Mereka bertahan lebih lama dari yang kukira," gumam Aedric, mengamati sekelompok pemberontak yang berhasil menahan serangan penjaga kerajaan di persimpangan jalan utama.Liana menyeringai. "Orang-orangku tahu cara bertarung di jalanan. Mereka mungkin

    Last Updated : 2025-03-15
  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 141

    Angin malam berhembus kencang, membawa aroma darah dan asap yang masih tersisa di udara. Kota telah berubah menjadi medan pertempuran, tetapi situasi mulai berbalik melawan pemberontak. Pasukan kerajaan yang lebih besar telah tiba, mengepung distrik-distrik yang sebelumnya berhasil direbut. Rainer tahu bahwa mereka tak punya pilihan selain mundur—untuk sementara.Di markas bawah tanah yang tersembunyi di antara reruntuhan distrik bawah, Rainer, Elyse, Aedric, Liana, dan beberapa pemimpin pemberontak berkumpul di sekitar meja kayu tua yang penuh dengan peta dan rencana strategi. Wajah-wajah mereka dipenuhi kelelahan, tetapi mata mereka tetap menyala dengan tekad."Kita harus pergi sebelum fajar," kata Rainer, suaranya tegas. "Jika kita tetap di sini, kita hanya akan dihancurkan satu per satu. Kita butuh waktu untuk menyusun kembali kekuatan dan mencari dukungan lebih besar."

    Last Updated : 2025-03-16

Latest chapter

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 181

    Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 180

    Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 179

    Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 178

    Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 177

    Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 176

    Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 175

    Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 174

    Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai

  • Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius   Bab 173

    Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status