Home / Fantasi / Dunia Baru Sagara / 86. Hujan Peluru

Share

86. Hujan Peluru

Author: Senchaaa
last update Last Updated: 2022-01-20 06:57:02

Sementara itu, Sagara baru saja mendarat dengan selamat di gedung seberang. Omen dan Badar menyambutnya dan mereka bersiap lari bersama.

“Siapa yang menembak jangkar tadi, hah? Kalian mau membunuhku?” omel Sagara masih kesal.

“Si Badar tuh, saya sudah minta dia buat hati-hati, tapi dasar dianya saja sembrono.”

“Alah, banyak omong yang penting kan lu masih hidup. Teledor banget sih lu, Saga, kenapa bisa sampai ketahuan coba? Repot kan kita sekarang.”

Mereka mengobrol sambil berlari menuruni tangga lagi. Ah, Sagara benar-benar muak dengan keadaan ini. Sampai kapan dia harus melewati tangga darurat? Tadi menanjak sekarang turun, sama melelahkannya.

“Huhh ... huhh ... ceritanya panjang, nanti saja aku jelaskan.”

“Bisa-bisanya ya kalian mengobrol, percepat larinya sebelum para penjahat mengepung gedung ini, astagfirullah!!!” kesal Omen, dia berlari paling depan bersama Braga.

Sete

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dunia Baru Sagara   87. Maaf

    Tyana melipat kedua tangannya sambil berdiri membelakangi ketiga laki-laki yang satu jam lalu baru ia selamatkan. Perasaan gadis itu campur aduk, antara khawatir, takut, kesal, dan kecewa pada semua yang terjadi malam ini. Tak pernah ia duga, rencana mengikuti sang ayah justru berbuntut aksi penyelamatan yang cukup heroik sekaligus membahayakan nyawanya sendiri.Tyana kecewa karena Sagara tak melibatkan dirinya dalam misi, ya, Tyana sadar bahwa dua sahabatnya tidak ingin dia terluka. Sagara dan Omen juga belum mengetahui bahwa sebenarnya Tyana mengetahui semua rencana balas, penyelidikan terhadap sang ayah, bahkan sampai fakta bahwa jiwa Sagara Wirantama terjebak di Ambarwangi pun Tyana tahu.Gadis itu ingin melampiaskan amarahnya pada ketiga laki-laki yang duduk berjajar di belakang sana, namun Tyana sadar bahwa ini bukan saatnya untuk saling menyalahkan. Bahkan seharusnya, dia yang disalahkan karena keterlibatan pak Amran dalam kejahatan besar yang terjadi di T

    Last Updated : 2022-01-21
  • Dunia Baru Sagara   88. Pelangi di Kegelapan

    Karena sudah terlalu malam, Sagara membubarkan perkumpulan kawan-kawannya. Meskipun esok hari minggu tapi Sagara tidak ingin merenggut waktu mereka terlalu banyak malam ini. Badar dan Omen juga pasti sangat kelelahan, semua bukti sudah di tangan, mereka hanya tinggal memikirkan langkah berikutnya esok hari. Saga pun belum sempat menceritakan fakta baru tentang identitas Big Boss yang selama ini mereka cari. Mereka sudah sepakat untuk kembali bertemu besok di rumah Sagara.Tyana mengantar tiga laki-laki tadi satu persatu ke depan rumahnya, sebenarnya mereka sempat menolak—apalagi Badar yang masih terlalu gengsi menerima bantuan dari Tyana—musuh bebuyutannya. Namun penolakan hanya tinggal penolakan ketika Tyana bersikeras ingin mengantar. Sekali lagi, gadis itu merasa bertanggung jawab pada keselamatan Sagara, Omen, dan Badar karena musuh yang mereka hadapi adalah ayah kandung Tyana sendiri.Mobil Tyana berhenti di halaman depan rumah Sagara, waktu sudah menu

    Last Updated : 2022-01-22
  • Dunia Baru Sagara   89. Ajakan Ningsih

    Keesokan harinya, Sagara sedang membantu Euis mengupas ubi jalar yang akan dibuat camilan ringan sembari menunggu kedatangan teman-temannya yang akan berkunjung siang nanti. “Kamu semalam pulang jam berapa, Ga? Kok Ibu enggak tahu.” “Jam 11 Bu, aku sengaja enggak bangunin Ibu, takut ganggu.” “Maaf ya, Ibu kira kamu jadi menginap di rumah Omen makanya Ibu sama Bapak tidur duluan.” “Iya Bu, enggak apa-apa.” Tok! Tok! Tok! Terdengar ketukan pintu yang memecah percakapan Sagara dan ibunya. Euis hendak membukakan pintu namun Sagara melarang. “Biar aku saja, Bu.” Euis mengangguk dan Sagara pun bergegas pergi ke area depan. Ningsih, gadis itulah orang pertama yang Sagara temukan ketika ia membuka pintu. Sagara cukup rindu pada tetangganya ini karena akhir-akhir ini dia sangat sibuk dengan misinya menangkap Big Boss dan mafia Tribakti lainnya. “Halo Sagara, maaf mengganggu waktumu pagi-pagi,” sapa Ningsih ramah seperti

    Last Updated : 2022-02-16
  • Dunia Baru Sagara   90. Terperangkap

    Sagara mengernyitkan kening, cukup tidak mengerti kenapa Ningsih membawanya ke tempat seperti ini. Sebuah gedung tua yang jaraknya tak jauh dari tempat toko buku. Setelah mendapatkan buku yang dicarinya, Ningsih memang sengaja mengajak Sagara jalan-jalan terlebih dulu. Dia mengatakan mereka sangat jarang bertemu akhir-akhir ini, Ningsih merindukan Sagara dan ingin mengobrol panjang lagi bersama laki-laki itu.Sagara yang memang senang berdiskusi dengan Ningsih tentunya mau-mau saja. Dia juga tidak berpikiran buruk terhadap gadis itu awalnya. Namun semua jadi terasa janggal sekarang, Saga merasa sikap Ningsih sedikit aneh—berbeda dari biasanya. Pikiran-pikiran buruk yang hinggap di kepalanya segera Sagara enyahkan. Ia yakin, Ningsih tidak akan berbuat macam-macam.“Ning, boleh aku tahu apa alasanmu mengajakku ke sini?” tanya Sagara, kembali berbalik menghadap gadis bisu itu.Ningsih bergeming sambil memandang dalam manik Saga. Terpancar jelas ki

    Last Updated : 2022-02-25
  • Dunia Baru Sagara   91. Dia: yang Tak Akan Pergi

    “Bajingan siah setan! Boga salah naon anak aing ka sia, hah? Biadab, paeh we sia paeh!” amuk mang Asep—ayah Ningsih ketika mendapat kabar bahwa putrinya menjadi korban pemerkosan tetangganya sendiri. “Aing teu pernah jahat ka sia! Aing teu pernah neang gara-gara ka sia, naha sia bisa kitu ka anak aing? Modar we anjing!” Saya tidak pernah menjahati kamu! Saya tidak pernah cari gara-gara denganmu, tapi kenapa kamu bertindak seperti itu pada anak saya? Mati saja kamu! Kurang lebih begitulah arti dari makian mang Asep yang menggunakan bahasa Sunda. Seumur-umur menjadi tetangga Mang Asep, ini kali pertama Euis dan Wira mendengar orang tua itu mengucap sumpah serapah yang sangat mengerikan pada anak mereka. Padahal Euis dan Wira sudah menganggap mang Asep seperti keluarga sendiri, lantas kenapa masalahnya jadi seperti ini? Euis tak berhenti menangis ketika amukan mang Asep meledak begitu dipertemukan dengan Sagara yang kini sudah diamankan

    Last Updated : 2022-02-25
  • Dunia Baru Sagara   92| Rencana Sagara

    “Sagara, lu tuh ya! Bajingan emang, bisa-bisanya bikin ulah enggak mutu kayak gini padahal kita sedang dalam misi menangkap Big Boss.”Badar melayangkan serangan verbal yang cukup menyakitkan ketika hinggap di telinga Tyana dan Omen. Mereka tahu itu adalah ekspresi kekhawatiran Badar tapi tidak seharusnya dia berkata sekasar itu, terlebih di kantor polisi.“Ampun ... saya mah enggak ngerti kenapa kamu bisa terlibat kasus pemerkosaan, Ga. Ini beneran atau Cuma fitnah?”“Menurutmu bagaimana, Men? Tampang sepertiku ada aura pemerkosa tidak?”“Ck, jangan bercanda atuh, Saga! Saya serius yeuh.”“Sudahlah, waktu bercengkerama kita tidak banyak. Aku ingin mengatakan sesuatu yang penting pada kalian.”“Apa?” sahut Tyana yang fokus dengan apa yang akan Sagara sampaikan.“Big Boss yang selama ini kita cari ada di Tribakti. Dia sangat populer, kalian

    Last Updated : 2022-03-01
  • Dunia Baru Sagara   93| Ratu Ular

    “Bagaimana dengan hasil kerjaku, kamu puas Sayang?”Mona berbisik pada Damian sembari memeluk lelaki itu dari belakang. Mereka sedang berada di ruang OSIS yang sepi.“Mona, sudah kubilang jangan seperti ini di sekolah.”Damian segera melepaskan kedua tangan Mona, gadis itu cemberut lantas duduk di kursi samping Damian.“Ayolah, kamu tidak perlu separno itu. Di ruangan ini sedang tidak ada siapa-siapa.”“Tetap saja, kita harus berhati-hati. Ingat ya Mon, aku tidak ingin ada yang tahu tentang hubungan kita. Apalagi sampai menyinggung masalah itu.”Mona menatap Damian sebal, matanya mulai menyelidik. Akhir-akhir ini Damian sedikit menjaga jarak darinya. Padahal beberapa waktu lalu, lelaki ini lengket sekali pada Mona sampai sering menginap di apartemen Mona beberapa malam. Sejak misi menjebloskan Sagara ke penjara sukses telak, sepertinya Damian mulai berperan bak kacang yang lupa kulitnya.

    Last Updated : 2022-03-31
  • Dunia Baru Sagara   94| Rahasia Tak Terbaca

    Tyana tersenyum sinis usai mendengar percakapan Damian dan Mona di ruangan OSIS. Gadis itu dan kedua temannya sedang berada di ruang rahasia milik Omen. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Omen berhasil menyimpan alat penyadap suara di ruangan OSIS sehingga dia bisa mendengar seluruh isi percakapan yang terjadi di sana antara Damian dan Mona.“Geblek emang si Damian! Ternyata selama ini dialah iblis sebenarnya yang ada di Tribakti. Kita harus segera bertindak, ayo sebarkan rekaman ini dan buat Damian malu di depan umum. Men, cepet upload rekaman itu di sosial media biar seluruh dunia tahu kalau dia itu iblis bertopeng malaikat.”“Saya rasa itu bukan cara yang tepat untuk melumpuhkan pergerakan Damian, Dar,” tukas Omen setelah melepas head phone yang tadi dikenakannya.“Kalau enggak begitu terus kita harus apa? Bukannya Sagara udah nyuruh kita buat mengungkap keburukan si iblis itu?” Badar tampak berapi-api, setiap

    Last Updated : 2022-03-31

Latest chapter

  • Dunia Baru Sagara   131| Harapan Terakhir

    “Kau marah?” ungkap Gara setelah duduk di samping Larasati yang sedang menatap hamparan laut yang sebelumnya mereka sebrangi demi tiba di tempat ini.“Menurutmu?” ketus Laras.“Aku tahu kau kesal, Laras. Tapi aku tidak bisa mengabaikan orang yang sedang membutuhkan pertolongan kita. Kau tahu, di dunia lamaku, saat aku menghadapi kesulitan, saat aku dirundung oleh bajingan-bajingan gila, tidak banyak yang mengulurkan tangannya untuk membantuku. Kebanyakan dari mereka malah menertawakan dan menghardikku. Aku dipojokkan, mereka menginjak-injak harga diriku tanpa perasaan, seolah aku memang pantas hidup menderita di mana pun aku berada. Kau tahu seberapa frustrasinya aku saat itu?”Laras masih diam, menyimak tanpa niat menoleh pada Gara. Perasaannya sudah mulai tersentuh dengan cerita itu, namun gengsinya menahan Laras untuk tetap bersikap dingin.“Aku kesakitan, aku putus asa, dan benar-benar ingin menyerah. Rasanya seperti ingin mati. Aku bertanya kepada diriku sendiri, dosa apa yang k

  • Dunia Baru Sagara   130| Perdebatan Kecil

    “Perempuan bercadar motif edelweiss dan bermata biru. Hm, bagaimana bisa kita menemukan orang dengan petunjuk seminim itu?” gumam Kumbara sambil mengikuti kedua temannya, melangkah dari satu batu ke batu lainnya.Saat ini mereka tengah menyeberangi sungai yang menjadi pembatas antara kerajaan Purwodadi dengan Giri Asih. Setelah sebelumnya mereka bertiga sempat istirahat untuk shalat zuhur, dan makan perbekalan yang diberikan oleh istri pendekar Karsayasa.“Pasti ada jalan, kau tenang saja,” ungkap Gara.“Aku juga penasaran dengan sosok pendekar Edelweiss. Sehebat apa dia sampai bisa menjadi satu-satunya pendekar wanita terpilih,” tukas Larasati diwarnai dengan raut wajah cemburu.“Sudahlah, ini bukan waktu yang tepat untuk iri dengki, Larasati. Kau juga sudah hebat, syukuri saja apa yang kau miliki saat ini. Jangan pernah bermimpi untuk melampaui orang lain demi ambisimu.”Aliran air di sungai itu cukup tenang, mereka bisa menyeberang dengan santai tanpa takut terbawa arus. Meskipun t

  • Dunia Baru Sagara   129| Edelweiss

    Meja makan menjadi ramai oleh tawa, Gara dan para penghuni kediaman pendekar Karsayasa sedang sarapan. Di ruangan itu terdapat meja panjang dengan kursi-kursi yang mengelilinginya. Istri pendekar Karsayasa sengaja menyiapkan sajian istimewa untuk menjamu para tamunya yang sebentar lagi akan meninggalkan Purwodadi. Waktu singgah Gara di kerajaan itu memang jauh lebih singkat dari dugaan.Di satu sisi dia bersyukur karena dengan begitu ia bisa mempersingkat waktu uji kehebatan. Targetnya adalah menyelesaikan tujuh tahapan uji kehebatan sebelum purnama kedua belas. Setiap hari, pria itu selalu dilanda khawatir—takut upayanya melebihi batas waktu yang ditentukan. Kembali saat semua keraguan dan kewaswasan menyerangnya, Gara terus menerus menggumamkan bahwa tugasnya hanyalah berusaha sebaik mungkin. Perkara hasil, biarkan itu menjadi ketetapan Yang Maha Mengetahui.“Ahh, ini makanan terenak yang aku makan setelah kurang lebih empat hari terombang-ambing di laut lepas,” ungkap Kumbara yang

  • Dunia Baru Sagara   128| Sudah Lulus?

    Baru saja tiba di pulau, Gara disambut oleh sekelompok orang asing bersenjata yang lagi dan lagi membuat ketiganya siaga.“Belum genap satu jam kita melewati badai aneh, sekarang ujian apa lagi ini ya Allah?” tukas Kumbara tak habis pikir.Sesulit ini perjuangan mereka untuk mengantarkan Gara menjadi pendekar terhebat.“Sepertinya mereka penduduk setempat,” kata Larasati memindai penampilan para prajurit yang menghadang mereka.Sebenarnya barisan prajurit itu tidak benar-benar menghadang. Mereka hanya berdiri tegap dengan persenjataan lengkap seraya membentuk pagar seolah tengah menanti kehadiran seseorang.“Kau tahu dari mana?” tanya Gara.“Lihatlah tanda pengenal yang menggantung di masing-masing sabuk mereka. Semuanya menunjukkan lambang kerajaan Purwodadi, bisa dipastikan mereka adalah utusan kerajaan.”Beberapa orang membuka barisan bersamaan dengan bunyi tapak kuda yang kian mendekat. Seorang pria gagah berambut panjang melompat turun dari kuda yang ditungganginya. Pria itu men

  • Dunia Baru Sagara   127| Melawan Monster

    Kemunculan Gara dari pusaran air tak melemahkan amarah monster laut damai. Ia terus memukul-mukul permukaan air melalui tentakel raksasanya. Situasi di sana kacau sekali. Tiba-tiba saja, awan mendung berkumpul membentuk formasi yang menyeramkan. Kilat petir menyambar dan bermunculan di langit gelap. Angin bertiup dengan kecepatan tinggi, menciptakan gulungan ombak besar dan membuat laut bergelombang hebat.Gara baru menyadari keberadaan monster itu, dia pun terkejut karena kini dirinya tengah melayang di udara dengan tameng air yang mengelilinginya. Sungguh di luar nalar, ia merasa seluruh tubuhnya kembali bugar. Persis seperti yang pernah dialaminya ketika melawan pendekar Galasakti sebelumnya.Padahal tadi banyak luka yang diperoleh akibat pertempuran sengitnya dengan panglima Arash. Sagara ingat, dirinya nyaris hilang kesadaran akibat kobaran api yang hampir membakar seluruh tubuhnya. Lantas apa yang terjadi sekarang? Makhluk aneh apa yang ada di depannya itu?

  • Dunia Baru Sagara   126| Badai Tak Terduga

    “Besar juga keberanianmu, pendekar Gara. Kukira kau akan melarikan diri seperti kedua temanmu tadi,” kata Panglima Arash, pria bertopeng yang akhirnya kini mendarat di kapal nelayan.Panglima Arash sengaja melarang pasukannya untuk turun tangan kali ini. Dia ingin head to head, atau menghabisi musuh bebuyutannya ini dengan tangannya sendiri. Kali ini, Arash ingin memastikan bahwa urat nadi pendekar Gara benar-benar terputus dengan tebasan tangannya. Arash sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menghadiahkan penggalan kepala Gara kepada yang mulia Batara. Calon pemimpin Ambarwangi dari fraksi Barat.“Untuk apa aku melarikan diri di saat aku ingin sekali bertemu denganmu, Panglima Arash,” kata Gara berani sekali. Dia juga gamblang menyebutkan nama Arash dan itu cukup membuat sang panglima terkejut.“Rupanya kau sudah tahu siapa aku,” kata Arash mengakui ketelikan Gara kali ini.“Tentu saja, aku

  • Dunia Baru Sagara   125| Aku Tidak Akan Kalah

    Menjelang tengah malam, Gara masih belum memejamkan mata sama sekali. Entah mengapa rasa kantuk serta merta hilang dan tak terasa barang sedikit. Dia sudah berusaha mengubah posisi—menghadap kanan, kiri, telentang, tengkurap. Semua sudah ia coba namun tetap tak mendapat titik nyaman. Dia sendiri tidak mengerti mengapa bisa mengalami hal itu. Di saat semua orang tertidur dengan pulasnya, Gara justru gelisah seorang diri.Merasa upayanya tidur tidak akan berhasil, pemuda itu pun memutuskan keluar ruangan. Lebih baik ia menghirup udara segar di luar, siapa tahu perasaannya bisa membaik. Derap langkah Gara terdengar begitu jelas, bersahutan dengan gemuruh angin dan suara ombak laut. Gara berjalan ke arah dek kapal. Ia berdiri di sana sambil matanya menyusuri sekitar. Pria itu yakin tak ada satu pun yang terjaga selain dirinya. Namun, Gara merasa seseorang tengah memperhatikan gerak-geriknya dari kejauhan.Pria itu menarik napas panjang, kemudian menahannya beberapa d

  • Dunia Baru Sagara   124| Laut Damai?

    “Akhirnya, kita tiba,” kata Larasati bersamaan dengan senyum mengembang.Lega sekali rasanya bisa tiba di tempat tujuan dengan selamat setelah kurang lebih empat hari mengarungi hamparan laut mega luas dari kerajaan Kentamani ke kerajaan Purwodadi.“Kau tampak bahagia sekali, Laras, bahkan senyummu lebih lebar dibanding ketika aku berhasil mengalahkan pendekar Galasakti. Sejauh yang aku ingat, dalam perjalanan kali ini juga kau jauh lebih tenang,” kata Gara yang berdiri di samping perempuan itu.Mereka berdua sedang berdiri di bagian depan kapal, memandang laut dengan gradasi warna biru dan hijau yang terpadu indah, ditemani refleksi langit yang kini berubah menjelang jingga.“Entahlah, aku hanya menyukai perjalanan kali ini dibanding perjalanan sebelumnya. Apa kau tidak bisa merasakan ketenangan yang dibawa laut ini pada kita?”“Maksudmu?”“Sudah bukan rahasia lagi jika kerajaan Purwodadi terkenal dengan kawasan lautnya yang sangat luas. Selain terkenal dengan kekayaan maritimnya, l

  • Dunia Baru Sagara   123| Ambisi Panglima Arash

    Selepas menemui tuannya, panglima Arash meninggalkan area istana dan berkunjung ke markasnya. Ia meluapkan emosi dengan memanah, puluhan anak panah melesat kencang menembus sasaran yang jauh di depan sana. Tidak ada yang melenceng, semuanya menancap tepat di area merah. Kemampuannya dalam hal ini memang tidak perlu diragukan. Dia sangat mumpuni dalam bertarung, memanah, berkuda, dan merakit senjata tajam. Wajar jika kini dia menyandang gelar sebagai panglima perang yang paling disegani di fraksi barat. Fraksi yang menjadi dalang dari carut marutnya pemerintahan di kerajaan Ambarwangi dan yang telah mencelakai raja Majapati.Saat panglima Arash fokus meluapkan emosi, kedatangan seorang prajurit menghentikan kegiatan itu. Panglima Arash seperti sudah tahu maksud dan tujuan prajurit itu. Ya, memang sebelumnya dirinya yang meminta bawahannya itu untuk menyelidiki sesuatu. Panglima Arash menyimpan peralatan memanahnya, turun dari podium panah dan mengajak bawahannya itu untuk mengobrol di

DMCA.com Protection Status