Beranda / Pernikahan / Duda Pilihan Ayah / Tiga Puluh Delapan

Share

Tiga Puluh Delapan

Penulis: Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-14 08:00:15

Dewa berusaha mencari Kanaya namun tidak menemukannya, hingga akhirnya Dewa memilih mencari kerumah orang tua Kanaya tapi saat sampai di sana ibu mertuanya justru bertanya kenapa dirinya tidak bersama Kanaya.

Dewa menyugar rambutnya frustasi, awalnya Dewa tidak pernah menyangka jika Kanaya akan pergi darinya. Karena selama ini Dewa terlalu tenang karena Kanaya adalah istri yang baik dan penurut, hanya saja wanita itu memang sedikit cerewet saja.

“Saya harus mencari kemana lagi, Kanaya.” Dewa benar-benar frustasi bahkan dirinya melupakan pekerjaanya karena pikirannya kalut.

Tapi tetap saja dia memikirkan Kanaya, karena wanita itu kini sedang mengandung anaknya. Sudah tiga hari Kanaya pergi rumah terasa kosong. Bahkan sebelum berangkat dan pulang dari kantor selalu berkeliling kemana-mana, dia tidak memiliki tujuan.

Dia lelah, sejak kecil dirinya memiliki banyak sekali beban yang dirinya tanggung sejak kecil. Menjadi dirinya bukanlah hal yang mudah, dirinya harus berjuang sendiri untuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Duda Pilihan Ayah   Tiga Puluh Sembilan

    "Gimana? Naya sudah ketemu?” tanya Naufal membuat Dewa menggeleng. Naufal memang sangat perhatian, karena yang membuatnya masih ada di sini adalah Dewangga. Dulu dirinya dikeroyok oleh debt collector bahkan dirinya sudah sekarat namun Dewa membawanya pulang dan merawatnya hingga dirinya kembali pulih dan memberikan dirinya kehidupan yang layak. Tidak hanya teman di antara mereka namun sudah seperti keluarga. Jadi siapapun yang mengusik orangnya maka Naufal yang akan maju di garda terdepan. “Mendingan kita minta bantuan si Jordan,” Kenapa dirinya tidak kepikiran sampe sana, Jordan adalah teman mereka namun profesi mereka memang sangat jauh berbeda, Jordan adalah seorang penyidik atau detektif sehingga orangnya sedikit misterius dan sangat jarang ada waktu luang. “Saya coba hubungi Jordan..” “Gue udah bawa Jordan, dia masih di bawah sedang deketin karyawan,” ujar Naufal. “Napa lo nyuruh gue kesini?” Suara itu membuat Dewa menoleh sudah melihat wajah tengil sahabatnya. “L

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Duda Pilihan Ayah   Empat Puluh

    Seminggu sudah Naya meninggalkan suaminya, bagaimana kabar laki-laki itu apakah baik-baik saja?Sebenernya Naya memang sudah pernah membayangkan di posisi saat ini ketika dirinya akan mengetahui kenyataan jika Dewa memang belum melupakan mantan istrinya. Namun selama ini Naya berusaha mengabaikannya namun kejadian seminggu yang lalu membuat Naya ragu untuk kembali lagi dengan Dewa.Sejak kemaren Naya berusaha untuk tidak menangis. Karena dirinya ingin kuat, tapi berbagai pikiran ada saat ini memakannya untuk mengeluarkan sebanyak-banyaknya. Dia sekarang hanya bisa terduduk di lantai kamarnya dan menangis.Naya merasa bodoh, setelah lima bulan mereka menikah dengan Dewangga bahkan Naya sudah memberikan segalanya untuk laki-laki itu tapi tidak akan pernah bisa mengalahkan masa lalu Dewa? Kalau Naya tau akan sesakit ini Naya tidak akan pernah memulainya.Tidak tau berapa Naya menangis hingga dirinya merasa lelah karena terlalu lama menangis karena dirinya sudah menahan tangisan itu sejak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Duda Pilihan Ayah   Empat Puluh Satu

    Malam ini Naya sudah kembali kerumah Dewa, namun rasanya masih dingin, bahkan Naya masih mendiamkan Dewa dan Naya mau kembali kerumah ini karena anak dalam kandungannya karena dirinya tidak ingin anak mereka lahir tanpa sosok ayah di sampingnya.Dewa duduk di sisi ranjang, menyingkirkan anak-anak rambut dari wajah istrinya seraya memperhatikan wanita itu dengan sorot mata yang dalam.Harusnya Dewangga bersyukur memiliki istri seperti Kanaya yang mau kembali memaafkannya, wanita itu sudah banyak sekali memberikan warna dalam hidupnya. Namun hal itu belum bisa membuat Dewa untuk berdamai dengan masalalunya.Dewa memang jahat, Dewa memang bukan suami yang baik. Dirinya selalu membuat wanita luar biasa ini sering menangis di tengah malam. Pria itu ikut merebahkan tubuhnya di ranjang. Memeluk istrinya dari belakang dengan dekapan yang erat. Rasanya benar-benar seperti di rumah saat memeluk Naya seperti ini."Maaf, Kanaya. Maaf" Dewa berguman kecil di telinga istrinya. " Saya tidak bisa m

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Duda Pilihan Ayah   Empat Puluh Dua

    "Po, gimana caranya cara buat papa lo move on?" tanya Naya pada ikan yang sedang berenang dengan tenangnya itu. Sudah lama dirinya tidak menyapa ikan kesayangan suaminya ini, Naya meletakan dagunya di atas meja sambil memperhatikan ikan kesayangan suaminya ini. Karena dengan adanya ikan ini suaminya juga sering duduk bersantai di sofa sambil menatap ikan itu. Sebebernya apa menariknya? Banyak yang bilang menatap ikan itu salah satu upaya stress release, benar kah? "Kamu nggak bosen, cuma berenang kesana kemari aja?" tanya Naya. "Sejak kapan kamu bicara sama hewan?" Suara itu membuat Naya berdecak kesal. "Sejak punya suami susah bicara," Balasnya, Dewa berjalan kearah Naya kemudian duduk di sofa yang ada di belakang Naya. Memperhatikan Naya yang menggambar pola abstrak di aquarium ikannya itu. "Jangan duduk di lantai." Perintahnya menepuk sofa di sisinya. "Suka-suka gue mau duduk dimana," balas Naya sewot. "Kanaya." dari panggilannya saja sepertinya suaminya itu tidak ingin d

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Duda Pilihan Ayah   Empat Puluh Tiga

    Hari ini Naya kembali seperti biasanya hanya berdiam diri dirumah, rasanya masih kurang jalan-jalannya kemarin walaupun harus ketahuan suaminya kalau dirinya menggunakan anak mereka untuk menyenangkan dirinya sendiri. Tapi ibu hamil kan memang butuh refreshing, agar tidak bosan dan suasana hatinya harus senang jadi bayinya juga ikut senang. Apalagi Dewa setelah kembali dari jalan-jalan singkat mereka langsung kembali menyibukan diri dengan pekerjaannya, bahkan semalam laki-laki itu di ruang kerja hingga tengah malam. Namun karena seharian sudah menemaninya jadi Naya membiarkan Dewa berkutat dengan pekerjaannya. "Mbak mau saya buatkan cemilan?" tawar bi Rosma membuat Naya mengangguk. "Boleh bik, tapi saya bantuin, Ya. Bosen bik," ujar Naya membuat bi Rosma mengangguk. Setelah ada bi Rosma Naya hanya diam saja, tidak lagi melakukan pekerjaan rumah sama sekali karena Dewa juga melarangnya, dan hanya mengurus Dewa seperti menyiapkan baju, membantunya bersiap dan te tidak melakukan apap

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Duda Pilihan Ayah   Empat Puluh Empat

    Setelah menyelesaikan memasaknya Naya segera menyusul suaminya ke kamar, sesampainya di kamar Naya melihat Dewa sedang duduk di atas ranjang dengan buku di tangannya. Dewa itu aktivitasnya hanya kerja, baca buku, dan olahraga selain itu sepertinya tidak ada. Sangat berfaedah bukan kehidupan suaminya itu jelas sangat berbeda dengan dirinya yang hanya bermalas-malasan, tapi herannya Dewa tidak pernah komplain apapun tentang kehidupannya. "Kok tumben tadi pulang cepet?" tanyanya lalu ikut menyusul suaminya. "Saya besok ke bali." ujarnya membuat Naya mengerucutkan bibirnya kesal. agaimana tidak kemaren suaminya hanya mengajaknya jalan-jalan keliling kota, dan sekarang suaminya itu akan ke Bali. "Ngapain? Aku ikut ya? " ujar Naya merengek. "Saya kerja, bukan liburan." jawab Dewa membuat Naya semakin cemberut. "Aku nggak akan ganggu kamu," ujar Naya serius. Dirinya akan jalan-jalan sendirian tanpa mengajak suaminya dan membayangkan jalan-jalan menginjak pasir pantai rasanya menyenangk

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Duda Pilihan Ayah   Empat Puluh Lima

    Sudah tiga hari suaminya berada di Bali, hubungan mereka juga tidak seperti kemarin-kamarin biasanya Naya selalu mengirim pesan kepada suaminya hanya untuk bertanya sudah makan atau belum, sedang apa dan banyak hal yang tidak perlu di tanyakan. Namun kali ini Naya tidak membalas ataupun mengirim pesan ke suaminya.Entahlah dirinya ingin menenangkan diri dulu, semakin hari perutnya juga semakin membuncit. Naya menonton banyak sekali video-video tentang kehamilan dan melahirkan, yang awalnya tidak memiliki ketakutan apapun justru sekarang merasa takut.Hingga akhirnya hari ini Naya memutuskan untuk berkunjung ke rumah bundanya untuk mencari tips dan trik agar tidak membuatnya takut. Dan karena sejak masalahnya dengan Rian, dirinya belum berkunjung kerumah orang tuanya."Tambah cantik anak bunda," Suara bunda menyambut kedatangan Naya yang baru memasuki rumah."Tumben muji Naya, ada maunya pasti?"Bundanya terkekeh, "Mau dong di kasih cucu yang ganteng dan cantik.""Duh, bunda udah minta

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Duda Pilihan Ayah   Empat Puluh Enam

    Siang hari ini rumah Naya terasa ramai. Dirinya kedatangan adik iparnya dengan dua anak yang sudah sangat ramai saat mereka datang."Qila jangan lari-lari. Astaga," terlihat Anita sedang memarahi putri pertama mereka, yang sedari tadi berlarian kesana kemari."Mbak, maaf ya Qilla emang super aktif banget sekarang," ujarnya membuat Naya terkekeh."Nggak papa, justru rumah jadi rame." ujar Naya menaruh cemilan dan beberapa minuman ke meja ruang tamu mereka.Karena bik Rosma sedang ke pasar, jadi Naya sendiri yang menyiapkannya. Apalagi adik iparnya itu tidak mengabarinya dulu jadi Naya tidak menyiapkan apa-apa hanya seadanya saja.Melihat adik iparnya yang sibuk mengganti pokok anak keduanya, anak pertama mereka justru kembali dengan dengan baju basahnya, karena ketumpahan air minum. Hal itu membuat ayahnya geram, bagaimana tidak gadis kecil itu terlihat tidak bisa diam, bahkan selalu berdebat dengan mamanya.Naya hanya bisa terkekeh, rumah yang biasanya sepi ini jadi begitu ramai hany

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18

Bab terbaru

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus duapuluhempat

    Spesial Kanaya. Kanaya berdiri di depan jendela besar ruang tamu, menatap hujan yang turun perlahan di luar. Mengingat bagaimana perjuangannya untuk bertahan di pernikahannya, Pernikahan mereka dimulai dengan cara yang tidak pernah dia inginkan. Terpaksa, mungkin itulah kata yang paling tepat. Pernikahan yang bukan atas dasar cinta, tetapi lebih karena tuntutan keluarga dan kewajiban yang tidak bisa dielakkan. Dewa, suaminya adalah mantan atasan yang dirinya benci dan dirinya benci waktu saat itu. Namun tuhan justru mempersatukannya dengan Dewa dalam ikatan pernikahan. Dewa adalah pria yang dingin, tertutup, dan jauh dari kata romantis. Dulu, Kanaya sering bertanya-tanya, apakah perasaan suaminya itu benar-benar ada, atau apakah dia hanya seorang pria yang terperangkap dalam rutinitas hidup yang membuatnya sulit untuk mengungkapkan apa pun—termasuk cinta. Namun, ketika Kanaya pertama kali bertemu dengan Dewa, hatinya sempat ragu, bahkan takut. Bagaimana bisa ia menikahi seorang

  • Duda Pilihan Ayah   seratus duapuluhtiga

    POV Dewangga Dewa duduk di ruang kerjanya, memandang keluar jendela besar yang menghadap ke kota. Senja mulai turun, dan langit yang tadinya biru cerah kini berubah menjadi jingga yang hangat. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi berbagai macam perasaan. Rasanya, hidupnya memang tidak pernah berjalan semulus yang ia inginkan. Ada selalu saja masalah yang datang silih berganti, dan seakan tidak pernah habis. Namun, di balik semua itu, satu hal yang selalu menjadi pegangan Dewa adalah keberadaan Kanaya di sampingnya. Jika ia harus mengakui satu hal yang paling berharga dalam hidupnya, itu adalah Kanaya. Istrinya yang setia, sabar, dan penuh kasih, meskipun mereka sering kali terjebak dalam konflik-konflik yang tak terduga. Kanaya, yang selalu merasa cemas dan khawatir dengan segala yang terjadi, selalu berdiri teguh di sampingnya, mendukungnya dengan sepenuh hati. Dewa tahu, ia tidak selalu menjadi suami yang sempurna. Ada kalanya ia terlalu

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Duapuluhdua

    Dewa dan Kanaya duduk di balkon rumah mereka, menikmati udara sore yang sejuk. Angin berhembus perlahan, membawa ketenangan setelah melalui hari-hari yang penuh ketegangan. Mereka baru saja menyelesaikan permasalahan besar dengan Soedrajat, dan meskipun situasi masih terbilang sensitif, rasa lega mulai mengalir pelan-pelan. Dewa memandangi istrinya dengan penuh perhatian, senyumnya sedikit lebih lebar dari biasanya. Hari ini adalah hari yang berbeda, hari di mana mereka bisa melangkah tanpa rasa takut, tanpa ancaman yang menggantung di atas kepala mereka.Kanaya menyandarkan kepalanya di bahu Dewa, merasa nyaman dalam pelukan suaminya. Setelah semua drama dan kekacauan yang mereka hadapi, kini mereka bisa menikmati kebersamaan dalam ketenangan. Semua yang terjadi dengan Soedrajat dan permasalahan yang mengikutinya seolah-olah menghilang begitu saja dari benaknya, meskipun ia tahu itu mungkin hanya sementara."Kamu baik-baik saja?" Dewa bertanya, tangannya melingkari tubuh Kanaya denga

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Duapuluhsatu

    Hari ini setelah meraka sama-sama tenang, Dewa mengajak Kanaya untuk datang kediaman Seodrajat, dia ingin segera menyelesaikan. Dewa memarkir mobil di depan rumah besar yang tampak megah namun suram. Rumah Soedrajat, dengan taman yang luas dan pagar tinggi, mencerminkan kekuasaan dan kontrol yang selama ini dia pegang. Namun, malam ini, rumah itu tampak berbeda bagi Dewa. Tidak ada lagi rasa hormat yang dia rasakan untuk pria itu. Yang ada hanya kebencian yang memuncak dan keinginan untuk mengakhiri semua permainan kotor yang sudah terlalu lama berlangsung.Di sebelahnya, Kanaya duduk dengan diam, tangannya menggenggam erat tangan Dewa. Wajahnya terlihat tegang, namun ia tahu bahwa ini adalah langkah yang harus diambil. Pasti semuanya tidak akan mudah karena yang dirinya hadapi adalah Seodrajat, apalagi setelah semua yang telah terjadi antara mereka."Ini keputusan yang tepat, kan, Mas?" tanya Kanaya dengan suara lembut, meskipun ada keraguan yang terbesit dalam kata-katanya. Apala

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus duapuluh

    Ruangan kantor yang luas itu kini terasa dingin penuh dengan ketegangan. Dewa duduk di sofa kulit hitam, ekspresinya datar, hampir tidak menunjukkan perasaan apapun, tetapi matanya yang tajam memancarkan kekecewaan yang dalam. Di sebelahnya, Kanaya duduk dengan wajah menunduk tidak berani menatap suaminya. Hanya suara detak jam dinding yang berulang-ulang terdengar jelas dalam keheningan yang mencekam ini.“Kenapa nggak bilang sama saya?” Dewa akhirnya memecah keheningan, suaranya terdengar lebih berat dari biasanya, penuh ketegangan.Kanaya menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk tidak meneteskan air mata lagi. Dia tahu, dia telah melakukan kesalahan besar. Tidak hanya menyembunyikan pertemuan itu, tetapi juga melibatkan dirinya dalam urusan yang seharusnya tidak ia ambil. Biasanya, dia selalu bisa berbicara dengan Dewa tentang apapun, tidak ada yang disembunyikan. Tapi kali ini, rasa takut telah menahannya untuk tidak berkata apa-apa.“Biasanya kamu selalu membicarakan semuany

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Sembilanbelas

    "Kamu tau kenapa saya mengajak kamu bertemu,"Kanaya menatap pria tua yang baru saja datang itu. "Silahkan duduk," "Saya pikir kamu tidak akan seberani ini untuk menemui saya," ujarnya sebelum mendudukan dirinya. "Saya heran kenapa kedua cucu saya memilih kamu sebagai pasangan hidup, padahal masih banyak wanita di luaran sana yang lebih daripada kamu." Ujarnya dengan wajah mengejeknua.Naya menarik minumannya untuk membasahi tenggorokan nya yang mendadak kering."Sebenarnya apa tujuan anda mengajak saya bertem?" tanya Naya langsung.Rasanya sudah tidak bisa jika harus berbasa-basi dengan pria di depannya ini. Seodrajat melipat tangannya di depan dada, menatap Kanaya kemudian tersenyum tipis."Ceraikan Dewangga." Sudah ia duga, jika laki-laki tua di depannya itu meminta dirinya untuk bercerai dengan Dewa. Naya terdiam sejenak berusaha tenang, agar tidak mudah terpengaruh."Saya tidak akan menceraikan suami saya." ucap Kanaya tenang."Saya tidak akan membiarkan cucu saya di pengaruhi

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Delapanbelas

    "Terus lo mau gimana, Nay?" tanya Citra yang sejak tadi hanya menyimak cerita sahabatnya itu.Citra hari ini memang sengaja berkunjung kerumah sahabatnya setelah mendengar sedikit tentang masalah yang menimpa sahabatnya itu.Naya hanya bisa menggeleng pelan, tidak tau harus menjawab bagaimana karena Dewa selalu mengatakan padanya untuk tidak terlalu memikirkan permasalahannya dengan Seodrajat. Bahkan pria itu berkali-kali menekankan semuanya akan baik-baik saja.Tapi bagaimana bisa, karena Seodrajat juga menganggunya lewat pesan singkat dengan berisi ancaman.Banyak sekali yang tengah Naya pikiran, yang paling mengganggu pikirannya mengenai keluarga Soedrajat yang tidak pernah lelah menganggu keluarga kecilnya. Apakah dia belum puas dengan apa yang mereka lakukan kepada suaminya, bahkan hingga membuat suaminya trauma dan menjalani hidup berat selama ini."Gue nggak tau,""Percaya sama Pak Dewa, Nay." "Gue selalu percaya sama suami gue, Cit. Tapi gue tetap saja khawatir, selama ini Ma

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus tujuhbelas

    "Mas kamu nggak seneng kencan sama aku?" Naya mendekat kearah suaminya yang sejak tadi hanya menampilkan wajah datarnya saja, sangat terlihat tidak senang dengan kencan mereka bukan.Dewa menoleh menatap istrinya, "Senang."Jawaban singkat, padat dan tidak ikhlas itu membuat Naya menatap suaminya kesal, dan yang semakin membuat Naya semakin kesal suaminya itu justru asik berbalas pesan dengan Naufal. Walaupun mereka membahas pekerjaan tapi rasanya Naya tidak terima karena harusnya hari ini mereka Quality time.Kanaya sangat tau pekerjaan adalah istri kedua suaminya itu, tapi tidak bisakah suaminya itu bersikap adil?"Katanya hari ini kita kecan?" Naya mengambil ponsel suaminya dan menyembunyikan di belakang tubuhnya."Kanaya," panggil Dewangga pelan sembari meraih ponselnya namun gagal karena Naya sudah lebih dulu memasukan kedalam tasnya."Kamu nggak ikhlas kecan sama aku," ujar Naya sok ngambek, padahal mah biasa saja. Karena sejak awal niatnya hanya untuk mengerjai suaminya saja,

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Enambelas

    "Papa!" teriak Kai saat melihat papanya baru saja pulang.Naya tersenyum melihat Kai yang berlari dengan senyum merekah di wajahnya kemudian memeluk kaki papanya."Jangan lari, Nanti kalau jatuh gimana?" tanya Dewa sembari mengangkat Kai kegendongannya."Kai hati-hati kok, pa. Kata mama kalau jatuh sakit jadi harus hati-hati." jawabnya dengan suara khas anak kecil yang mengemaskan."Pah, tadi Kai berkebun di belakang rumah." seperti biasa Kai akan menceritakan semua aktivitasnya seharian ini ketika papanya pulang."Oh ya? sama siapa?""Mama." jawab Kai membuat Dewa menatap istrinya yang masih duduk di ruang tengah memperhatikan mereka berdua."Tadi nanam apa?" "Bunga, bunganya warna warni tau, Pah." jawabnya tertawa kecil, menampakkan daratan giginya."Kai sudah berkebun?" Kai mengangguk cepat dengan senyum merekah di wajahnya."Aku bosan, Mas. Jadi nanam beberapa jenis bunga di halaman belakang." sahut Naya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksi antara papa dan anak itu

DMCA.com Protection Status