Share

Enam Puluh

Author: Rose
last update Last Updated: 2024-06-03 08:26:48

"Nggak nyangka sih gue, kalau lo bentar lagi punya anak." Ujar Citra terkekeh membuat Naya ikut tertawa kecil.

Saat ini mereka ada di salah satu cafe yang tidak jauh dari kantor suaminya, karena kebetulan Naya baru saja dari mall untuk membeli segala perlengkapan untuk bayinya nanti. Dan karena ini jam makan siang jadi Naya mengajak Citra untuk makan siang bersama.

"Gue juga masih nggak percaya,"

Bahkan sampai sekarangpun rasanya masih tidak percaya jika sebentar lagi dirinya akan memiliki seorang anak. Dan menjelang lahiran ini Naya sering tiba-tiba takut untuk melahirkan, takut tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk anaknya nanti dan masih banyak lagi.

"Nay, sekarang gimana setelah melihat perubahan Pak Dewangga?" tanya Citra.

"Gue nggak tau." Naya menggeleng. "Sebenernya gue bingung sama semuanya, Cit. Tapi gue juga takut kalau harus kembali memulai, kan lo tau hidup sama orang yang masih terikat sama masa lalu itu sangat berat." ujar Naya.

"Coba lo bicara sama pak Dewangga soal
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Duda Pilihan Ayah   Enam Puluh Satu

    "Hamil?" tanya Naya menatap Savira. Entah dirinya harus percaya atau tidak dengan ucapan wanita di depannya ini. Tapi rasanya tidak mungkin jika suaminya berbuat sampai sejauh itu, tapi bagaimana kalau benar jika memang wanita di depannya ini hamil. 'Tapi bisa jadi bukan anak suaminya, bukan?' batin Kanaya. Naya berusaha untuk tenang dan tidak terbawa emosi. "Terus hubungannya sama saya apa?" "Aku hamil anak Dewangga," Naya terkejut mendengar pengakuan wanita di depannya ini. Namun rasanya sangat susah untuk mempercayai wanita di hadapannya ini, apalagi Dewa sekarang lebih sering dirumah orang tuanya. Bahkan setiap jam hampir mengirimkan pesan singkat kepadanya. "Sudah berapa bulan?" tanya Naya berusaha untuk mencari tau. "Baru masuk 3 bulan." Jawabnya membuat Naya menghela nafas. Tiga bulan, artinya mereka melakukannya sejak rumah tangganya masih baik-baik saja. Karena rumah tangganya dengan Dewa baru renggang sebulan ini. Jika memang benar itu anaknya Dewa. "Terus kenapa k

    Last Updated : 2024-06-03
  • Duda Pilihan Ayah   Enam Puluh Dua

    Sesampainya di rumah sakit, Kanaya sudah masuk kedalam ruang perawatan dan Dewangga sudah menunggu di depan ruang perawatan Naya dengan wajah cemasnya.Mendengar pintu terbuka Dewa segera menghampiri dokternya. "Gimana keadaan istri saya, Dok?""Pak Dewangga, karena ketuban bu Naya sudah pecah dini jadi harus di lakukan operasi untuk menyelamatkan anak dan ibunya...." Jelas dokter yang menangani Naya."Lakukan yang terbaik buat istri saya, Dok." ujar Dewa cepat yang di balas anggukan oleh Dokter itu."Baik, Pak. Sus.. siapkan ruang operasi untuk persalinan Bu Kanaya." "Baik Dok."Dewa terdiam cukup lama, dirinya benar-benar merasa bersalah sudah membentak Naya barusan, dan sekarang istrinya sedang kesakitan di dalam sana untuk melahirkan anak mereka. Dewa benar-benar menyesalinya, dia hanya tidak suka jika Kanaya mengatakan perpisahan di depannya karena dirinya tidak akan pernah bisa berpisah dengan Kanaya."Ngga," suara itu membuat Dewa mendongak dan menatap ayah mertuanya yang bar

    Last Updated : 2024-06-05
  • Duda Pilihan Ayah   Enam Puluh Tiga

    Seminggu ini putranya masih berada di dalam inkubator, dan hari ini putranya sudah bisa lepas dari alat-alat medis hal itu membuat Dewangga dan Kanaya sangat bersyukur. Dewangga menecup kening istrinya, "Terimakasih, sudah bertahan Kanaya. Dan membawa malaikat kecil yang sangat tampan untuk saya.."Naya menoleh menatap suaminya beberapa hari terkahir ini Dewangga selalu menemaninya di rumah sakit, dan mungkin laki-laki itu melupakan kewajibannya di kantor."Kamu nggak kerja?" tanya Naya membuat Dewa menggeleng."Kalian lebih penting," seorang Dewangga Aditama mengabaikan pekerjaanya sungguh luar biasa."Aku udah bisa sendiri, kalau kamu mau ker..""Saya ingin disini bersama istri dan anak saya, Kanaya." Potong Dewangga membuat Naya diam."Tapi..""Permisi bapak dan ibu.." suara itu membuat Naya menatap kearah pintu kamar rawat inapnya melihat suster dan dokternya dengan mendorong box bayi putranya seketika matanya berair biasanya Naya hanya bisa melihat di balik kaca dan masuk ketik

    Last Updated : 2024-06-05
  • Duda Pilihan Ayah   Enam Puluh Empat

    Naya hanya diam di atas ranjang rumah sakit, menunggu Dewa menyelesaikan administrasi sebelum mereka pulang. Mereka kembali berdebat akan pulang kemana, Dewa ingin kembali pulang kerumah mereka namun rasanya Naya belum siap karena jika dirinya pulang kerumah mereka artinya mereka akan kembali bersama. Tapi Naya masih ragu dengan semuanya.Karena permasalahan rumah tangganya belum selesai, dan Naya ingin semuanya selesai dulu jika nanti dirinya dan Dewa harus pisah Naya sudah menyiapkan diri dan hatinya.Tapi jika sekarang dirinya harus bersama dengan Dewa dirinya belum bisa karena masalalu suaminya itu masih terikat dengan suaminya. "Nay...," suara itu membuat Naya menatap pintu ruang rawat inap, di sana ada seorang wanita yang menyebabkan dirinya dan Dewa berantem barusan.Ya, dia Savira mantan istri suaminya yang sudah berdiri di depan pintu dengan sebuah paperback berwarna biru. Dia berjalan masuk tanpa di persilahkan kemudian duduk di kursi yang di sediakan di sebelah ranjangnya.

    Last Updated : 2024-06-06
  • Duda Pilihan Ayah   Enam Puluh Lima

    Sampai sekarang dirinya masih menunggu, bagaimana dirinya bisa berdamai dengan keadaan, terlebih dengan permasalahan rumah tangga yang entah akhirnya akan seperti apa. Berulang kali wanita itu mencoba untuk berdamai dengan dirinya namun rasanya sangat susah untuk kembali menguatkan dirinya sendiri. Ternyata dirinya sudah terlalu dalam mencintai suaminya, dan Naya sudah tidak tau bagaimana caranya berhenti. Harusnya perasaan itu hilang seiring berjalannya waktu, tapi nyatanya perasaan itu semakin dalam padahal laki-laki yang sudah menyakitinya.Bodoh. Namun rasanya sangat susah untuk sadar dari kebodohannya itu."Sayang, mama harus gimana kembali berjuang dengan papa kamu atau mama harus mengalah dari suaminya.." lirihnya memeluk putranya dengan air mata yang sudah mulai turun ke pipinya."Bohong kalau mama bilang bisa hadapin semuanya sendiri, mama capek dengan semuanya, sayang." ujar Naya kembali mencium wajah putranya.Setelah melihat putranya sudah tertidur dengan tenang, Naya mem

    Last Updated : 2024-06-07
  • Duda Pilihan Ayah   Enam Puluh Enam

    "Maafkan saya. Tapi tolong tetap percaya sama saya." Pintanya membuat Naya jenggah melihat sikapnya yang terus begitu."Gimana aku mau percaya, kamu nggak pernah mau cerita sama aku. Semuanya kamu pedam sendiri, apalagi pernikahan kamu yang dulu. Kamu masih cinta sama dia atau enggak aja aku nggak tau. Terus sekarang Bagian mana yang harus aku percaya? Sedangkan kamu hanya bilang tolong percaya sama saya, bukankah mau nggak mau aku percaya sama ucapan mantan istri kamu dan berita itu?" Cecar Naya.Lama-lama dirinya sudah tidak lagi bisa menjadi wanita yang tenang dan sabar untuk menghadapi suaminya itu."Saya mohon cukup kamu percaya sama saya." ucapnya membuat Naya semakin kesal. Rasanya sangat ingin memukul laki-laki di depannya itu."Aku males bahas kaya gini terus. Kalau kamu mau aku percaya sama kamu, dan kamu masih mau melanjutkan rumah tangga ini. Kamu cerita dan jelaskan sekarang sama aku. Kalau kamu masih memilih diam berarti kamu memilih untuk tidak melanjutkan hubungan kit

    Last Updated : 2024-06-07
  • Duda Pilihan Ayah   Enam Puluh Tujuh

    "Terus anak siapa yang di kandung Savira?" tanya Naya."Saya tidak tau, Kanaya." Dewa mendekat kemudian mencium bibir Naya sekilas."Mas!!!" teriak Naya tidak terima suaminya tiba-tiba menciumnya begitu saja. "Kamu bawel," ujarnya membuat Naya berdecak kesal."Nggak ada cium-cium! Sebelum masalah kamu dan wanita itu selesai." Ujar Naya penuh peringatan.Enak aja suaminya itu, masalah belum selesai jangan harap Naya bisa bersikap seperti awal-awal pernikahan mereka. "Bukan saya yang menghamili dia." "Ya, terserah mau kamu atau bukan yang menghamili dia! Tapi kalau nama kamu masih di seret-seret aku nggak mau!" Dewa menghela nafas, kemudian menatap Kanaya yang sekarang memang lebih tegas dan berani daripada biasanya membuat Dewa tersenyum. Walaupun Kanaya lebih terlihat galak namun Dewa lebih suka Kanaya yang sekarang."Malah senyum-senyum nggak jelas!" "Saya akan segera menyelesaikan itu semua, tapi saya nggak ada sangkut pautnya...""Mau ada atau enggak! Aku cuma mau nama kamu be

    Last Updated : 2024-06-11
  • Duda Pilihan Ayah   Enam Puluh Delapan

    "Kenapa kamu bawa dia kesini?""Kita harus segera selesaikan permasalahan ini, saya tidak bisa seperti ini terus." Katanya membuat Naya menatap suaminya kesal."Tapi tidak dengan membawa dia kerumah ini!" "Biar semuanya segera selesai, dan kita bisa sama-sama lagi." ujar Dewangga dengan santainya.Apakah suaminya itu tidak berpikir dulu sebelum mengundang mantan istrinya itu kerumah orang tuanya. Bahkan sekarang Naya tidak biasa berbuat apapun karena wanita itu sudah ada di bawah."Kamu itu kebiasaan ya, Mas. Apa-apa di putuskan sendiri." ucap Naya marah."Tapi tidak dengan kamu bawa Savira kerumah ini, Mas!" "Kamu ingin permasalahan saya dengan dia segera selesai kan?" tanya Dewa.Naya juga ingin segera selesai permasalahan rumah tangganya dan mantan istri suaminya itu. Tapi tidak dengan wanita itu di bawa kerumah orang tuanya, Naya masih tidak terima akan hal itu.Tapi Naya ragu dan cemas dengan fakta yang akan dirinya dapat nantinya, apalagi sekarang sudah banyak pertanyaan-perta

    Last Updated : 2024-06-11

Latest chapter

  • Duda Pilihan Ayah   136

    "Cucu Oma makin ganteng aja," ujar Ika sambil menciumi pipi cubby cucunya dengan gemas. Wajah Kai yang bulat dan menggemaskan membuat hati Ika semakin hangat setiap kali melihatnya.Hari itu, Ika sengaja mengunjungi putrinya setelah beberapa waktu tidak bertemu. Rasa rindu kepada cucunya semakin membuncah, dan akhirnya ia memutuskan untuk datang."Di minum, Bun" ujar Kanaya mempersilahkan, sambil menaruh nampan berisi minuman dan makanan ringan untuk bundanya.Ika tersenyum. "Dewangga lagi sibuk banget, Nay?" tanyanya dengan tatapan penuh perhatian.Kanaya mengangguk pelan, sedikit terlihat lelah. Sejak kecelakaan di Bali beberapa minggu yang lalu, suaminya memang terlihat sangat sibuk. Pekerjaan dan masalah yang datang setelah kecelakaan itu membuat Dewangga hampir tidak punya waktu untuk istirahat."Iya, Bun," jawab Kanaya, membuka bungkus snack untuk Kai, yang tampaknya sudah mulai lapar. Snack itu adalah oleh-oleh dari Oma Ika.Ika menarik napas panjang, seolah berpikir sejenak se

  • Duda Pilihan Ayah   135

    "Beneran mau kerja?" tanya Kanaya, suaranya penuh keraguan setelah kembali dari kamar putranya.Dia melihat Dewangga yang sudah berdiri di depan cermin dengan pakaian kerjanya, terlihat begitu siap untuk meninggalkan rumah. Kanaya mendekat dan meraih dasi di tangan suaminya, lalu mulai memakaikannya dengan lembut."Rambut kamu udah kepanjangan," ujar Kanaya sambil menatap rambut Dewangga yang mulai menutupi dahinya, seakan menyembunyikan sebagian dari wajahnya yang serius itu.Dewangga hanya terdiam, memilih untuk menatap Kanaya yang sedang dengan cekatan menyimpulkan dasinya. Kanaya merasa suaminya memperhatikannya dengan penuh perhatian, membuatnya sedikit salah tingkah. Tanpa sadar, dia mendongak dan membalas tatapan Dewangga, meskipun tinggi mereka sangat berbeda. Dia hanya sejajar dengan dada suaminya."Kenapa?" tanya Kanaya, sedikit canggung, sambil mengelus rahang Dewangga dengan lembut. Senyumnya terbit, meski hatinya sedikit tergerak oleh perhatian suaminya."Kenapa?" Dewangg

  • Duda Pilihan Ayah   134

    "Mau sama Mama," Kai memeluk erat leher Kanaya, bahkan tidak mau melepaskan, meskipun sejak tadi Kanaya sudah berusaha membujuk putranya dengan lembut."Anak mama bobok yaa," "Ndak mau," Kai menggeleng keras, suara tangisan mulai terdengar, membuat hati Kanaya semakin terenyuh.Kanaya hanya bisa menghela napas dan mencoba menenangkan Kai, mengelus punggungnya dengan lembut. "Bobo yaa, sudah malam," bisiknya, mencoba memberikan ketenangan. Ia mengecup kepala Kai beberapa kali, merasakan kehangatan tubuh kecil itu yang semakin membuatnya merasa sulit untuk melepaskannya.Kanaya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah waktunya tidur, namun mata Kai belum juga terpejam. Mungkin Kai merasa ada yang berbeda malam ini, apalagi Dewangga, suaminya, yang tengah sakit dan belum bisa melakukan banyak hal. Waktu Kanaya hampir sepenuhnya tersita untuk merawat Dewangga seminggu ini. Mungkin itu yang membuat Kai merasa cemas, merasa iri pada perhatian yang diberikan unt

  • Duda Pilihan Ayah   133

    Kanaya terus menatap suaminya, Dewangga, yang sejak tadi hanya diam saja, memerhatikannya tanpa sepatah kata pun. Matanya penuh dengan kekesalan, tapi Dewangga tetap tidak memberikan reaksi apapun. Hanya tatapannya yang diam, seolah menunggu sesuatu yang tidak bisa Kanaya pahami."Kenapa? Mau marah aku?" tanya Kanaya dengan nada menantang, meskipun ia tahu betul bahwa Dewangga tidak pernah melakukan hal seperti itu padanya. Dulu, jika Dewangga menegurnya, Kanaya hanya diam dan mengabaikan suaminya selama berhari-hari sebagai bentuk pembalasan. Tapi kali ini, perasaannya begitu sulit untuk diredakan.Dewangga hanya menatapnya dengan penuh pengertian, tanpa mengatakan apapun. Lalu, ia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Kanaya dengan lembut, mencoba menenangkan suasana yang semakin tegang. Namun, Kanaya merasa kesal dan segera menarik tangannya dengan cepat. Ia berbalik, hendak meninggalkan Dewangga begitu saja.Melihat itu, Dewangga hanya bisa menggelengkan kepala dengan ekspresi

  • Duda Pilihan Ayah   132

    Sejak dokter muda itu mulai memeriksa Dewangga, Kanaya tidak bisa melepaskan pandangannya dari wanita itu. Cara dokter itu bekerja terlihat cekatan dan penuh perhatian. Namun, ada yang aneh di balik perhatian itu. Beberapa kali, Kanaya menangkap tatapan yang lebih lama dari yang seharusnya, tatapan yang seolah memuji Dewangga dengan penuh kekaguman.Dan itu membuat hati Kanaya bergemuruh, perasaan cemburu yang tiba-tiba muncul begitu saja, menyesakkan dadanya."Sudah selesai, Mas. Saya akan meresepkan obatnya sekarang," ujar dokter itu, dengan senyum hangat, lalu kembali ke meja untuk menulis resep."Mas?" tanya Kanaya merasa aneh dengan panggilan dokter itu.Kanaya menatap suaminya dengan nada yang lebih tajam dari biasanya. Dewangga menoleh, tatapannya penuh kebingungan."Ada apa?" tanya Dewangga, mencoba membaca ekspresi wajah Kanaya yang tampak tidak biasa.Kanaya menatap dokter itu sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke Dewangga. "Kenapa pilih dokter perempuan? Kenapa nggak ya

  • Duda Pilihan Ayah   131

    Hari itu, rumah Dewangga dipenuhi oleh kolega dan teman-temannya. Sejak pagi, Kanaya tak sempat beristirahat sedikit pun karena tamu yang datang silih berganti. Keramaian ini adalah hal yang baru baginya, apalagi karena ia bukan tipe orang yang sering terlibat dalam acara-acara pekerjaan suaminya.Di tengah keramaian itu, salah satu rekan kerja Dewangga mendekat dan tanpa basa-basi berkata, "Pantas saja sekarang Dewa nggak pernah lama-lama di kantor, istrinya cantik, masih muda pula." Kanaya hanya bisa terdiam, bingung dan sedikit canggung karena ia tidak mengenali pria itu. Dewangga hanya tersenyum kecil, sementara rekan-rekan lain ikut melemparkan candaan yang membuat suasana semakin riuh. Bahkan Ayah mertuanya ikut tertawa, karena disini Dewangga terkena bahan keisengan para sahabatnya hal itu cukup membuat suasannya terasa hangat.Sementara itu, Kanaya memilih untuk duduk tenang di ruang tengah bersama para ibu-ibu yang sedang asyik berbincang. Mereka lebih banyak membahas anak-an

  • Duda Pilihan Ayah   130

    "Saya nggak tahu kenapa dia ada di sini," ujar Dewangga, nada suaranya datar tetapi menyimpan tanya.Naya tak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gelombang emosi yang mengaduk dirinya. Ia tahu, Savira—mantan istri suaminya—tidak lagi memiliki hubungan apa pun dengan Dewangga. Tapi, rasa tidak nyaman tetap merayap di hatinya. Bagaimana mungkin ia bisa merasa tenang berada dalam satu ruangan yang sama dengannya?"Kanaya," suara Dewangga memecah lamunan Naya, lembut namun tegas. Ia menatap suaminya, mencoba mengendalikan gejolak di dadanya."Mbak Vira tinggal di sini, Mas," ujar Naya pelan, seolah mengungkapkan rahasia yang ia simpan. Pernyataannya membuat Dewangga mengernyit."Kamu masih berhubungan sama dia?" tanya Dewangga, nadanya berubah serius.Naya menggeleng pelan, lalu menjelaskan, "Bukan, Mas. Dia yang menghubungiku duluan, bilang mau pindah ke sini. Aku nggak kabar-kabaran sama dia."Dewangga menghela napas, wajahnya mencerminkan rasa b

  • Duda Pilihan Ayah   129

    "Maaf, Wa. Aku kesini karena khawatir begitu mendengar kamu kecelakaan," kata Savira dengan suara lirih, matanya penuh kekhawatiran. Dia berdiri di depan pintu ruang perawatan, memandang Dewangga yang terbaring di ranjang rumah sakit.Kebetulan hari ini Savira tengah menemani ibunya untuk terapi agar bisa kembali berjalan seperti semula, dan saat di depan administrasi dia tidak sengaja bertemu dengan Naufal."Saya tidak apa-apa, kamu bisa keluar," ujar Dewangga dengan suara tegas."Wa... aku..." Savira terbata-bata, tidak tahu harus berkata apa. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan kata-katanya, pintu ruangan tiba-tiba terbuka.Naya berdiri di ambang pintu, matanya langsung tertuju pada sosok wanita yang berdiri di samping ranjang suaminya. Hatinya sedikit terkejut, namun ia mencoba tetap tenang, menyembunyikan perasaannya di balik senyuman.Kanaya segera berjalan ke arah suaminya tanpa memerdulikan Savira atau menyapanya lebih dulu."Kamu nggak papa kan, mas?" tanya Naya dengan suara

  • Duda Pilihan Ayah   128

    "Sekarang lo ngerti kan apa yang gue rasain dulu?" Naya terkekeh sambil menatap wajah Citra yang cemberut. Beberapa hari ini, Citra merasa terabaikan karena suaminya, Naufal, sedang perjalanan dinas ke luar kota. Naya yang dulu sering merasa ditinggalkan suaminya, Dewangga, kini bisa merasakan betapa beratnya perasaan Citra.Kebetulan setiap pulang bekerja, Citra selalu menyempatkan untuk mampir kerumahnya. Karena merasakan kesepian di tinggal suaminya ke luar kota."Iya, gue dulu sering ngejek lo," jawab Citra, matanya yang sembab menatap kosong ke arah meja. "Gue nggak tahu kalau rindu seberat ini."Naya mendengus kesal meski masih ada rasa ingin menggoda sahabatnya. "Lo lebih alay daripada gue," katanya sambil melemparkan tatapan mengejek ke arah Citra yang semakin tidak terima."Lo kan dulu nikah tanpa cinta, Nay. Kalau gue sama Mas Naufal, kita menikah dengan penuh cinta," balas Citra, sedikit membela diri dengan ekspresi yang lebih tegas.Naya hanya tertawa kecil mendengar itu.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status