Share

Empat Belas

Penulis: Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-18 20:20:40
Satu bulan pernikahan, katanya adalah masa penjajakan atau pengenalan. Namun ada juga yang mengatakan satu bulan pernikahan adalah masa dimana lengket dan manisnya sebuah pernikahan.

Namun Naya tidak tahu dirinya sedang berada di fase apa. Satu bulan sudah mereka lalui, dan sekarang sudah masuk di bulan kedua pernikahan namun Naya belum begitu mengenal suaminya bahkan belum merasakan pernikahan itu seperti apa.

Dulu Naya selalu berharap memiliki suami yang mencintainya, perhatian dan romantis. Namun sepertinya harapan itu harus dirinya kubur dalam-dalam karena mungkin tidak akan terwujud.

Naya hanya bisa menghela nafas, ketika sedang membayangkan pernikahannya dengan Dewa yang entah akan berakhir seperti apa.

“Ternyata menikah tidak seindah dan seharmonis yang gue lihat.” gumamnya setelah melihat sinetron yang sedang memperlihatkan kisah romantis pernikahan. Karena sudah menjadi kebiasannya memasak sambil menonton Tv.

Setelah menyiapkan sarapan untuk suaminya Naya kembali ke kamar untu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Susah kalau menikahi pasangan yang belum move on dari masa lalunya
goodnovel comment avatar
Eriza Yuni
jangan lama2 up nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Duda Pilihan Ayah   Lima Belas

    Terus, aku harus ketawa-ketawa gitu. Lihat kamu pelukan sama mantan istri kamu!” Jawab Naya.Dewa menghela nafas, “Kami sudah tidak ada hubungan apa-apa.” Jelas suaminya.Naya tersenyum miring mendengar jawaban suaminya. “Sudah tidak ada hubungan, tapi masih ketemu di kantor. Itu apa namanya?!”“Dia yang menemui saya.” Bahkan suaminya masih sempat-sempatnya membela diri.“Kalau kamu mau balikan lagi sama mantan kamu, Silahkan, Mas. Dari pada kamu ketemuan di belakang aku."“Maksud kamu apa? Kanaya.”Naya menatap suaminya, jujur Naya sudah malas berdebat dengan suaminya kali ini. Namun sepertinya kali ini Naya harus kembali membiarkan perdebatan yang berakhir menjadi pertengkaran dengan suaminya.“Aku kurang apa, Mas?” Satu bulir air mata kembali turun ke pipi. “Aku sudah berusaha menerima kamu, bahkan aku menuruti semua keinginan kamu,Mas!”Dewa hanya diam saja, laki-laki itu memandangi istrinya yang menangis terisak karena dirinya.“Aku nggak suka kamu berhubungan sama mantan kamu, M

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Duda Pilihan Ayah   Enam Belas

    Bangun tidur Naya sudah tidak melihat Dewa, bahkan suaminya itu semalam penuh memeluknya, namun pagi ini justru Naya tidak menemukan suaminya di sampingnya.Naya segera melompat dari kasur untuk mencari suaminya, bagaimana jika suaminya kembali pusing dan ..Ah, pikirannya benar-benar membuatnya takut.Naya mencari ke penjuru ruangan yang ada di rumahnya namun tetap tidak menemukan keberadaan suaminya.Setelah lelah mencari akhirnya manusia yang dirinya cari justru datang dengan badan penuh keringat sedang berjalan ke arahnya.Naya melipat kedua tangannya di depan dada, menatap suaminya yang baru saja pulang jogging dengan keringat yang membasahi kaosnya. Naya sudah memasang wajah galaknya siap untuk mengomeli pria itu.“Bagus ya, baru enakan udah lari-lari.” Naya mengomel. Mendapatkan omelan dari istrinya, namun Dewa justru mengabaikannya, dan memilih berjalan meninggalkan istrinya.“Mas! Denger aku nggak sih!” Teriak Naya kesal.Mendengar teriakan istrinya Dewa berbalik dengan wajah

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Duda Pilihan Ayah   Tujuh Belas

    "Dewa sudah makan siang sama saya.” ujar wanita itu dengan senyum mengejeknya.Naya berhenti menatap wanita yang baru saja keluar dari ruangan suaminya dengan wajah penuh percaya dirinya. “Kenapa anda disini?” tanya Naya dengan wajah datarnya.Wanita itu tertawa kecil. “Apalagi, selain bertemu dengan Dewa,”Naya menghela nafas, Naya memilih mengabaikan mantan istri Dewa. Mengingat tujuan utamanya yaitu mengantarkan makan siang untuk suaminya.“Ingat! Dewa akan kembali dengan saya!”Langkah Naya terhenti kemudian menoleh menatap wanita di depannya ini dengan tertawa mengejek. “Percaya diri sekali anda!” Setelah mengatakan itu Naya kembali melanjutkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam ruangan suaminya.Padahal dirinya sudah menjelaskan kalau dirinya tidak suka mantan istri Dewa masih ke kantor untuk menemui suaminya. Tapi sepertinya wanita itu tetap menemui Dewa bagaimanapun caranya, dan disini yang salah bukan hanya mantan istri Dewa namun suaminya juga salah karena tidak tegas den

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Duda Pilihan Ayah   Delapan Belas

    Pagi ini Naya dan Dewa sudah bersiap-siap untuk datang keacara tujuh bulanan adik iparnya. Padahal undanganya pagi namun Naya telat bangun karena semalam dirinya memilih tidur di ruang tengah dengan menonton drama korea hingga beberapa episode, karena Naya kesal dengan suaminya yang kemaren memilih makajn siang dengan mantan istrinya tanpa memperdulikan perasaannya.Dan sialnya, sampai pagi ini suaminya tidak menjelaskan apapun ke Naya.Hingga berakhir dengan bangun telat, bahkan suaminya itu bangun lebih dulu tapi tidak ada keinginan untuk memhangun Naya sama sekali, justru memilih olah raga pagi.“Ini semua salah kamu, Mas.” Naya menyalahkan Dewa yang tidak membangunkannya justru memilih menunggunya hingga bangun sendiri.Dewa yang baru saja selesai berganti pakian kembali di hadapkan dengan omelan sang istri, padahal Dewa sudah membangunkan wanita itu beberapa kali. Namun pada dasarnya Naya itu kalau tidur kaya orang mati, jadi Dewa menyerah dan memilih untuk menunggu hingga wanita

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Duda Pilihan Ayah   Sembilan Belas

    Senyum manis di wajah cantiknya seketika pudar, matanya terpaku pada seorang wanita dengan rambut pirang sebahu yang tersenyum kearah mereka.“Nggak papa,” jawab Anita.Naya terpaksa tersenyum, karena wanita di depannya ini adalah mantan istri Dewa yang membuat Naya selalu merasa takut, kesal dan marah. Dirinya takut jika Dewa akan kembali dengan wanita itu karena Naya tau suaminya masih belum bisa move on dari mantan istrinya dan akan membuatnya menjadi janda. Apalagi Naya tau jika suaminya itu belum mencintainya jadi kapan saja bisa pergi darinya. Dulu Naya tidak mempermaslahkan jika Dewa akan kembali dengan mantan istrinya itu. Tapi, sekarang Naya tidak akan membiarkan begitu saja.Entah perasaan itu kapan datangnya, namun Naya baru menyadari bahwa dirinya takut kehilangan pria itu, bahkan merasa cemburu saat kemaren mendegar suaminya makan siang bersama dengan matan istrinya.“Ka-kanaya, Ya.” Savira seolah mengingat siapa dirinya, bahkan terlihat berpura-pura menyapanya padahal

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Duda Pilihan Ayah   Dua Puluh

    “Lo nggak coba tanya?” tanya Citra membuat Naya menggeleng.Pertengkaran kali ini cukup lama bahkan Naya memutuskan untuk tidur di kamar tamu sejak malam itu, karena suaminya masih bungkam, dan kali ini Naya masih betah mendiamkan suaminya.Entah kapan sampai kapan Naya mendiamkan suaminya kali ini, tapi dirinya sudah benar-benar lelah dengan suaminya. Sebenarnya Naya merasa bersalah membiarkan Dewa mengurus dirinya sendiri karena Naya selalu menghindar dari Dewa.Bahkan sudah tiga hari Naya tidak menemui suaminya sama sekali. Selalu keluar kamar sebelum suaminya itu pergi dan kembali masuk mengunci kamar tamu hingga Dewa tidak bisa masuk.“Gue capek, Cit. Dua bulan pernikahan gue hanya diam menunggu dia cerita sendiri ke gue, tapi apa yang gue dapat dia selalu menghindar ketika gue tanya."“Tapi kalau lo nggak mencoba bicara sama pak Dewa, mau sampai kapan lo seperti ini?”Naya mendendikan bahunya dengan wajah lelah dan pasrahnya.”Gue yakin mas Dewa sama Savira pisah karena sesuatu, d

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Duda Pilihan Ayah   Duapuluh satu

    “Tapi beda,Nay.” ujar bundanya membuat Naya hanya memutar bola matanya malas.Apa yang beda? Sama bukan, sama-sama pernah menikah sebelumnya. Lalu apa yang di permasalahkan oleh bundanya sekarang. Atau karena Dewa duda pilihan ayahnya?“Udah ya, Bun. Nggak usah ngomongin orang.”“Kalau Dewa kan sudah terverifikasi kebaikannya, kalau dia kan belum,”Naya hanya bisa memutar bola matanya malas, bagaimana bisa bundanya seyakin itu bahwa Dewa adalah laki-laki yang baik, padahal anaknya saja sering di buat kesal dan menangis oleh laki-laki itu.“Sebelum ayah memilih Dewa sudah jelas ada seleksinya. Dan menurut ayah dan bunda, Dewa cocok untuk kamu.” imbuh bundanya lagi.Naya hanya bisa tersenyum miring, menarik nafas dalam-dalam, begitu yakinkah orang tuanya dengan Dewa?"Kenapa kamu nggak terima, bunda bilang suami kamu baik?”Naya hanya diam dan menghela nafas lelah, bahkan Naya tidak tahu harus menjawab apa sekarang.“Kamu berantem sama Dewa?” tuduh bundanya langsung membuat Naya menatap

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • Duda Pilihan Ayah   Duapuluh Dua

    Naya masih betah berada di pelukan suaminya malam ini, selama ini Naya selalu terpaku saat melihat Dewa tanpa atasan seperti ini, karena terdapat bekas luka di tubuh pria ini, tidak hanya satu tapi ada beberapa yang menurutnya bukan bekas luka kecil. Hal itu selalu menjadi perhatian Naya. “Kamu dulu suka berantem?” tanyanya mendongak menatap wajah suaminya. Dewa hanya mengelengkan kepalanya. “Terus ini kenapa?” tanya Naya menyentuh bekas luka yang ada di bahu dan lengan suaminya. “Kecelakaan, saat jadi tukang bangunan.” jawab Dewa. Namun Naya yang melihat itu justru menatapnya dengan mata berkaca-kaca seberat apa kehidupan Dewa dulu. Hingga banyak sekali bekas luka yang ada di badan suaminya, laki-laki yang selama ini terlihat angkuh, dingin dan tertutup ini ternyata menyimpan banyak hal yang Naya tidak tau. “Kalau yang ini?” tanya Naya beralih ke bagian perut bawah Dewa yang terdapat bekas luka yang cukup besar dan Naya menebak ini adalah bekas tusukan. Dewa diam, bekas luka itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26

Bab terbaru

  • Duda Pilihan Ayah   130

    "Saya nggak tahu kenapa dia ada di sini," ujar Dewangga, nada suaranya datar tetapi menyimpan tanya.Naya tak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gelombang emosi yang mengaduk dirinya. Ia tahu, Savira—mantan istri suaminya—tidak lagi memiliki hubungan apa pun dengan Dewangga. Tapi, rasa tidak nyaman tetap merayap di hatinya. Bagaimana mungkin ia bisa merasa tenang berada dalam satu ruangan yang sama dengannya?"Kanaya," suara Dewangga memecah lamunan Naya, lembut namun tegas. Ia menatap suaminya, mencoba mengendalikan gejolak di dadanya."Mbak Vira tinggal di sini, Mas," ujar Naya pelan, seolah mengungkapkan rahasia yang ia simpan. Pernyataannya membuat Dewangga mengernyit."Kamu masih berhubungan sama dia?" tanya Dewangga, nadanya berubah serius.Naya menggeleng pelan, lalu menjelaskan, "Bukan, Mas. Dia yang menghubungiku duluan, bilang mau pindah ke sini. Aku nggak kabar-kabaran sama dia."Dewangga menghela napas, wajahnya mencerminkan rasa b

  • Duda Pilihan Ayah   129

    "Maaf, Wa. Aku kesini karena khawatir begitu mendengar kamu kecelakaan," kata Savira dengan suara lirih, matanya penuh kekhawatiran. Dia berdiri di depan pintu ruang perawatan, memandang Dewangga yang terbaring di ranjang rumah sakit.Kebetulan hari ini Savira tengah menemani ibunya untuk terapi agar bisa kembali berjalan seperti semula, dan saat di depan administrasi dia tidak sengaja bertemu dengan Naufal."Saya tidak apa-apa, kamu bisa keluar," ujar Dewangga dengan suara tegas."Wa... aku..." Savira terbata-bata, tidak tahu harus berkata apa. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan kata-katanya, pintu ruangan tiba-tiba terbuka.Naya berdiri di ambang pintu, matanya langsung tertuju pada sosok wanita yang berdiri di samping ranjang suaminya. Hatinya sedikit terkejut, namun ia mencoba tetap tenang, menyembunyikan perasaannya di balik senyuman.Kanaya segera berjalan ke arah suaminya tanpa memerdulikan Savira atau menyapanya lebih dulu."Kamu nggak papa kan, mas?" tanya Naya dengan suara

  • Duda Pilihan Ayah   128

    "Sekarang lo ngerti kan apa yang gue rasain dulu?" Naya terkekeh sambil menatap wajah Citra yang cemberut. Beberapa hari ini, Citra merasa terabaikan karena suaminya, Naufal, sedang perjalanan dinas ke luar kota. Naya yang dulu sering merasa ditinggalkan suaminya, Dewangga, kini bisa merasakan betapa beratnya perasaan Citra.Kebetulan setiap pulang bekerja, Citra selalu menyempatkan untuk mampir kerumahnya. Karena merasakan kesepian di tinggal suaminya ke luar kota."Iya, gue dulu sering ngejek lo," jawab Citra, matanya yang sembab menatap kosong ke arah meja. "Gue nggak tahu kalau rindu seberat ini."Naya mendengus kesal meski masih ada rasa ingin menggoda sahabatnya. "Lo lebih alay daripada gue," katanya sambil melemparkan tatapan mengejek ke arah Citra yang semakin tidak terima."Lo kan dulu nikah tanpa cinta, Nay. Kalau gue sama Mas Naufal, kita menikah dengan penuh cinta," balas Citra, sedikit membela diri dengan ekspresi yang lebih tegas.Naya hanya tertawa kecil mendengar itu.

  • Duda Pilihan Ayah   127

    Pagi ini, Naya kembali ke rutinitasnya, seperti biasa. Ia sibuk menyiapkan sarapan di dapur bersama Bibi Rosma. Di samping itu, Naya juga menyiapkan makanan untuk MPASI Kai, berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya yang semakin besar.Sambil sibuk bekerja di dapur, Naya melirik Dewangga yang tengah menuntun Kai menuju meja makan. Pemandangan itu membuat hatinya tersenyum. Terkadang, ia masih merasa tak percaya bahwa ia bisa bertahan sejauh ini, melewati segala cobaan hidup."Pagi, Sayang," sapa Naya lembut, mendekat untuk mencium pipi cubby Kai yang kini semakin chubby dan lucu itu. Dewangga tersenyum melihat interaksi mereka."Masak apa hari ini?" tanya Dewangga, matanya memperhatikan Naya yang tengah sibuk di dapur, mempersiapkan makanannya."Bikin MPASI buat Kai, terus aku juga masakin kamu soto, perkedel kentang kayaknya enak buat sarapan hari ini," jawab Naya sambil menyajikan makanan dengan penuh perhatian.Dewangga mengangguk, lalu mengangkat Kai dan duduk di baby chair y

  • Duda Pilihan Ayah   126

    “Saya menang, Kanaya!” Dewangga mengulang ucapan itu dengan senyum lebar, matanya bersinar penuh kegembiraan saat menatap Naya. Setelah bertanding sengit melawan Rian, keringat yang membasahi wajah dan tubuhnya seolah tak berarti lagi. Kemenangan ini membuatnya lupa akan lelahnya. Naya, meskipun masih merasa cemas sepanjang pertandingan, tersenyum bangga melihat suaminya. Dengan penuh kasih, ia mengacungkan jempol.Naya merasa bangga, meskipun ada rasa khawatir yang mengendap. Ia selalu cemas setiap kali Dewangga bertanding, terlebih jika lawannya adalah Rian, yang meskipun lebih muda, selalu memiliki energi melimpah. Melihat suaminya yang kelelahan, Naya segera merogoh tas dan mengambil handuk kecil. Dengan lembut, ia mendekat dan mengelap keringat yang mengalir di pelipis Dewangga."Mas keren banget," ujar Naya dengan senyum tulus, matanya berbinar-binar, sambil terus mengelap wajah Dewangga."Makasih, Sayang," jawab Dewangga, suaranya terdengar lemah namun penuh rasa terima kasih,

  • Duda Pilihan Ayah   125

    “Gue nggak habis pikir sama mereka,” ujar Naya dengan nada tidak percaya, masih terhenyak oleh apa yang baru saja dilihatnya. Di lapangan tenis belakang kantor suaminya.Dewangga dan Rian tengah bersiap untuk bertanding. Mereka terlihat begitu antusias, padahal usia mereka sangat berbeda.Naya bahkan baru pertama kali tahu kalau di kantor Dewangga ada lapangan tenis. Ketika ia datang untuk menemui suaminya setelah beraktivitas di rumah, sama sekali tidak menyangka akan menemukan pemandangan seperti ini. Di tengah kesibukan akhir pekan, yang seharusnya menjadi waktu bersama keluarga, ia justru harus duduk di bangku penonton, menyaksikan pertandingan antara suaminya dan Rian.“Tapi keren sih suami lo,” ujar Citra sambil terkekeh, melihat seorang Dewangga yang tidak mudah terpengaruh hal remeh justru menerima tawaran Rian untuk bertanding Tenis, sangat suportif bukan.Naya hanya mendengus, lalu menatap ke arah lapangan di mana Dewangga dan Rian sudah bersiap. Dewangga—suaminya yang terli

  • Duda Pilihan Ayah   124*

    Hari ini, Naya memutuskan untuk mengantarkan makan siang ke kantor suaminya, Dewangga. Dengan langkah penuh semangat, Naya melangkah menuju halaman kantor. Suasana yang biasanya sibuk dengan para karyawan kini terasa lebih tenang. Beberapa orang terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka, namun kebanyakan tampak sedang beristirahat. Naya menikmati keheningan itu, berharap bisa beristirahat sejenak dari rutinitas dan masalah yang semakin menumpuk di kehidupannya. Namun, baru beberapa langkah memasuki halaman kantor, sebuah suara yang sangat dikenalnya memanggilnya. "Nay!" suara itu disertai langkah cepat yang semakin mendekat. Naya menoleh dengan malas. Di belakangnya, Rian berdiri dengan senyum lebar di wajahnya, seolah tak ada yang berubah. Tanpa menunggu lama, Rian berlari mendekat. "Keponakan gue mana, Nay?" tanyanya dengan nada ceria. "Di rumah," jawab Naya datar, matanya menyipit kesal. Sejujurnya, ia tak ingin berurusan dengan Rian hari ini. Rian tertawa kecil. "Lo masih aja

  • Duda Pilihan Ayah   seratus duapuluhtiga

    POV Dewangga Dewa duduk di ruang kerjanya, memandang keluar jendela besar yang menghadap ke kota. Senja mulai turun, dan langit yang tadinya biru cerah kini berubah menjadi jingga yang hangat. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi berbagai macam perasaan. Rasanya, hidupnya memang tidak pernah berjalan semulus yang ia inginkan. Ada selalu saja masalah yang datang silih berganti, dan seakan tidak pernah habis. Namun, di balik semua itu, satu hal yang selalu menjadi pegangan Dewa adalah keberadaan Kanaya di sampingnya. Jika ia harus mengakui satu hal yang paling berharga dalam hidupnya, itu adalah Kanaya. Istrinya yang setia, sabar, dan penuh kasih, meskipun mereka sering kali terjebak dalam konflik-konflik yang tak terduga. Kanaya, yang selalu merasa cemas dan khawatir dengan segala yang terjadi, selalu berdiri teguh di sampingnya, mendukungnya dengan sepenuh hati. Dewa tahu, ia tidak selalu menjadi suami yang sempurna. Ada kalanya ia terlalu fo

  • Duda Pilihan Ayah   Seratus Duapuluhdua

    Dewa dan Kanaya duduk di balkon rumah mereka, menikmati udara sore yang sejuk. Angin berhembus perlahan, membawa ketenangan setelah melalui hari-hari yang penuh ketegangan. Mereka baru saja menyelesaikan permasalahan besar dengan Soedrajat, dan meskipun situasi masih terbilang sensitif, rasa lega mulai mengalir pelan-pelan. Dewa memandangi istrinya dengan penuh perhatian, senyumnya sedikit lebih lebar dari biasanya. Hari ini adalah hari yang berbeda, hari di mana mereka bisa melangkah tanpa rasa takut, tanpa ancaman yang menggantung di atas kepala mereka.Kanaya menyandarkan kepalanya di bahu Dewa, merasa nyaman dalam pelukan suaminya. Setelah semua drama dan kekacauan yang mereka hadapi, kini mereka bisa menikmati kebersamaan dalam ketenangan. Semua yang terjadi dengan Soedrajat dan permasalahan yang mengikutinya seolah-olah menghilang begitu saja dari benaknya, meskipun ia tahu itu mungkin hanya sementara."Kamu baik-baik saja?" Dewa bertanya, tangannya melingkari tubuh Kanaya denga

DMCA.com Protection Status