Share

Delapan

Penulis: Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-07 00:39:59
‘Sebenarnya apa sih mau suaminya itu, mau gini nggak boleh mau gitu nggak boleh terus gue harus gimana?’

“Apa kata orang, aku sudah resign balik kerja lagi?” Tanya Nara membuat Dewa menatap Naya.

“Tidak jadi masalah,”

“Iya nggak jadi masalah buat Bapak! Tapi jadi masalah buat saya!” Sahutnya kesal.

“Ya Sudah, dirumah saja.”

Kenapa jawaban suaminya itu selalu membuatnya kesal. Tidak bisakah, suaminya itu sekali saja bersikap baik padanya?

Naya menatap suaminya penuh dengan permusuhan, hingga membuat Dewa membalas menatap istrinya.

“Apa kurang jatah bulanan dari saya?” tanya Dewa.

Dirinya mau kembali bekerja bukan karena uang, tapi ingin menyibukan diri karena percuma saja dirinya di rumah karena selalu kesepian karena suaminya itu sering pulang malam dan berangkat pagi, dan weekend pun suaminya tetap bekerja.

“Ini bukan soal uang, Pak. Tapi saya bosan kalau dirumah terus.” jawab Naya kesal.

Apakah dirinya terlihat mata duitan sekali, hingga suaminya berkata seperti itu, bahkan uang bul
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ida Darwati
semoga naya sadar k enapa dewa seperti itu,, jadilah istri soldhah nay
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Belajar meluluhkan hati dewa Naya,kasih perhatian² biar luluh tuh si kulkas 12 pintu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Duda Pilihan Ayah   Sembilan

    Naya menatap Dewa yang sedang fokus dengan layar ponselnya yang sedang membalas email masuk yang membahas pekerjaan. Sekarang Naya tau alasan suaminya kerja keras selama ini. “Kenapa kamu lihatin saya seperti itu?” tanya Dewa.Sebenarnya Naya juga tidak tahu kenapa dirinya menatap laki-laki yang selalu terlihat tegas dan galak ini ternyata memiliki masalalu yang berat.“Eh iya, sebentar.” Naya mengambil paperback itu lalu membawanya ke atas ranjang. “Saya tadi belanja sama ibu, terus lihat kemeja ini kayaknya cocok buat, Bapak.” ujar Naya dengan senyum di wajahnya lalu mengambilnya dan menunjukan ke Dewa.“Kemeja saya sudah banyak,” respon suaminya membuat wajah Naya berubah cemberut.“Bapak, itu ngga bisa menghargai usaha istrinya untuk mengubah penampilan suaminya agar berwarna sedikit.” “Kanaya. saya sudah bilang berapa kali, jangan panggil saya, Bapak.” Naya tersenyum canggung bahkan memperlihatkan barisan gigi rapinya.“Nggak terbiasa, P..”Tak.“Aw.. sakit!” Keluhnya sambil men

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Duda Pilihan Ayah   Sepuluh

    “Dia ngajak gue promil, Gila kan!”“Apa masalahnya? Lo sama pak Dewa juga udah suami istri, wajar kali,Nay. Suami istri bahas soal anak,” respon Citra membuat Naya berdecak kesal.Karena dirinya sedang pusing dengan suaminya yang tiba-tiba ingin program hamil. Membuat Naya mengajak Citra untuk bertemu siapa tau sahabatnya ini bisa memberi solusi tapi justru tidak sama sekali.“Iya, wajar untuk pasangan suami istri yang saling mencintai dan memiliki tujuan yang sama. Gue sama dia kebiasan, pikiran dan selera kita saja beda, Cit. Ya kali mau punya anak?!” “Ya, mungkin itu salah satu cara suami lo buat memperbaiki hubungan, dengan adanya anak misalnya,” balas Citra lagi.Jelas Naya tidak terima dengan ucapan sahabatnya itu, Namun dia sudah tidak tau lagi harus bagaimana.”Lo, tau. Dia pengen punya anak karena teman sesuianya udah punya anak lebih dari satu, terus dia nggak mau kalah, terus ngajakin gue bikin anak gitu?!”“Lah, kan emang umur pak Dewa udah cocok punya anak,” ujar Citra yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Duda Pilihan Ayah   Sebelas

    Naya memutar bola matanya malas.“Terus kamu samakan aku sama mantan istri kamu?” Tanya Naya dengan wajah tidak sukanya.Dewa menggeleng, memperhatikan makanan yang Naya bawa yang menarik perhatiannya dan tentunya terlihat sangat enak, apalagi masakan Naya memang sangat cocok di lidah Dewa.“Kamu jarang makan siang, Mas?” tanya Naya menatap suaminya yang sedang fokus dengan makanannya.“Saya sibuk, Kanaya.”“Terus kalau kamu sibuk, nggak makan siang gitu!” tanya Naya membuat Dewa diam seolah enggan untuk menjawab.Melihat itu Naya berdecak, sebenarnya Naya tau kalau suaminya itu memang selalu melupakan makan siangnya, karena saat dirinya masih menjadi karyawan suaminya, ia sering mendapati Dewa yang menskip makan siangnya. Dan mungkin tidak hanya makan siang saja namun makan-makan yang lainya juga.Bahkan dulu saat Naya ikut meeting di luar bersama Dewa, pernah dirinya harus menahan lapar karena pria di depannya ini sangat profesional dalam bekerja.“Kenapa begitu sih, Mas?”“Jangan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12
  • Duda Pilihan Ayah   Dua belas

    Malam ini Naya menunggu Dewa pulang, seperti biasanya Naya selalu menghabiskan waktunya untuk menonton drama korea. Sekaligus mengalihkan pikirannya dari kejadian siang tadi yang membuatnya kesal.Saking serunya menonton drama korea hingga Naya tidak sadar Dewa sudah pulang bekerja dan memasuki kamar tidur mereka. Melihat suaminya yang sudah pulang, Naya menjeda tayangan dan menghampiri suaminya.Demi melanjutkan rencananya untuk membuat suaminya jatuh cinta padanya.“Mas, udah makan malam?” tanya Naya.“Sudah.” Naya mengangguk membiarkan suaminya untuk membersihkan diri, Naya menyiapkan pakaian tidur suaminya dan menaruhnya di atas ranjang. Hal ini sudah menjadi rutinitas Naya akhir-akhir ini setelah dirinya mencoba menerima Dewa.Setelah selesai Naya kembali menaiki ranjang dan kembali memutar drama korea sembari menunggu Dewa mandi. Cukup fokus dengan drama korea hingga dirinya tersadarkan dengan aroma sabunnya yang segar. “Saya besok ada seminar.” ujarnya setelah bergabung duduk

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12
  • Duda Pilihan Ayah   Tiga belas

    Naya terbangun dari tidurnya menatap sekelilingnya yang asing, dan dirinya baru ingat jika ada di bandung. Naya teringat sesuatu hingga membuat matanya melotot sempurna, ia segera menoleh kesamping namun sudah tidak menemukan keberadaan suaminya.“Semalem beneran?! Bukan mimpi!” ujar Naya dengan wajah terkejutnya, bahkan beberapa kali menepuk pipinya.Naya mengingat semua sejak dirinya masuk kedalam kamar hotel ini, dan Naya mengingat semuanya.Ini benar-benar gila!Naya mendengar pintu berbunyi yang menandakan ada orang yang masuk membuat Naya menoleh melihat suaminya berjalan ke arahnya dengan santainya.“Jadi maksud kamu ini, Mas?” Tanya Naya.“Sudah bangun?” sapanya, seolah tidak mendengar pertanyaan istrinya barusan. Dewa berjalan masuk menuju ke nakas mengambil ponselnya. Melihat respon suaminya yang seperti biasa, datar dengan wajah tenangnya membuat Naya berdecak kesal. ‘Bisa-bisanya dia sesantai dan setenang itu.’Sebenarnya Naya ingin menanyakan soal kejadian semalam kepada

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-15
  • Duda Pilihan Ayah   Empat Belas

    Satu bulan pernikahan, katanya adalah masa penjajakan atau pengenalan. Namun ada juga yang mengatakan satu bulan pernikahan adalah masa dimana lengket dan manisnya sebuah pernikahan.Namun Naya tidak tahu dirinya sedang berada di fase apa. Satu bulan sudah mereka lalui, dan sekarang sudah masuk di bulan kedua pernikahan namun Naya belum begitu mengenal suaminya bahkan belum merasakan pernikahan itu seperti apa.Dulu Naya selalu berharap memiliki suami yang mencintainya, perhatian dan romantis. Namun sepertinya harapan itu harus dirinya kubur dalam-dalam karena mungkin tidak akan terwujud.Naya hanya bisa menghela nafas, ketika sedang membayangkan pernikahannya dengan Dewa yang entah akan berakhir seperti apa.“Ternyata menikah tidak seindah dan seharmonis yang gue lihat.” gumamnya setelah melihat sinetron yang sedang memperlihatkan kisah romantis pernikahan. Karena sudah menjadi kebiasannya memasak sambil menonton Tv.Setelah menyiapkan sarapan untuk suaminya Naya kembali ke kamar untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Duda Pilihan Ayah   Lima Belas

    Terus, aku harus ketawa-ketawa gitu. Lihat kamu pelukan sama mantan istri kamu!” Jawab Naya.Dewa menghela nafas, “Kami sudah tidak ada hubungan apa-apa.” Jelas suaminya.Naya tersenyum miring mendengar jawaban suaminya. “Sudah tidak ada hubungan, tapi masih ketemu di kantor. Itu apa namanya?!”“Dia yang menemui saya.” Bahkan suaminya masih sempat-sempatnya membela diri.“Kalau kamu mau balikan lagi sama mantan kamu, Silahkan, Mas. Dari pada kamu ketemuan di belakang aku."“Maksud kamu apa? Kanaya.”Naya menatap suaminya, jujur Naya sudah malas berdebat dengan suaminya kali ini. Namun sepertinya kali ini Naya harus kembali membiarkan perdebatan yang berakhir menjadi pertengkaran dengan suaminya.“Aku kurang apa, Mas?” Satu bulir air mata kembali turun ke pipi. “Aku sudah berusaha menerima kamu, bahkan aku menuruti semua keinginan kamu,Mas!”Dewa hanya diam saja, laki-laki itu memandangi istrinya yang menangis terisak karena dirinya.“Aku nggak suka kamu berhubungan sama mantan kamu, M

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Duda Pilihan Ayah   Enam Belas

    Bangun tidur Naya sudah tidak melihat Dewa, bahkan suaminya itu semalam penuh memeluknya, namun pagi ini justru Naya tidak menemukan suaminya di sampingnya.Naya segera melompat dari kasur untuk mencari suaminya, bagaimana jika suaminya kembali pusing dan ..Ah, pikirannya benar-benar membuatnya takut.Naya mencari ke penjuru ruangan yang ada di rumahnya namun tetap tidak menemukan keberadaan suaminya.Setelah lelah mencari akhirnya manusia yang dirinya cari justru datang dengan badan penuh keringat sedang berjalan ke arahnya.Naya melipat kedua tangannya di depan dada, menatap suaminya yang baru saja pulang jogging dengan keringat yang membasahi kaosnya. Naya sudah memasang wajah galaknya siap untuk mengomeli pria itu.“Bagus ya, baru enakan udah lari-lari.” Naya mengomel. Mendapatkan omelan dari istrinya, namun Dewa justru mengabaikannya, dan memilih berjalan meninggalkan istrinya.“Mas! Denger aku nggak sih!” Teriak Naya kesal.Mendengar teriakan istrinya Dewa berbalik dengan wajah

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20

Bab terbaru

  • Duda Pilihan Ayah   133

    Kanaya terus menatap suaminya, Dewangga, yang sejak tadi hanya diam saja, memerhatikannya tanpa sepatah kata pun. Matanya penuh dengan kekesalan, tapi Dewangga tetap tidak memberikan reaksi apapun. Hanya tatapannya yang diam, seolah menunggu sesuatu yang tidak bisa Kanaya pahami."Kenapa? Mau marah aku?" tanya Kanaya dengan nada menantang, meskipun ia tahu betul bahwa Dewangga tidak pernah melakukan hal seperti itu padanya. Dulu, jika Dewangga menegurnya, Kanaya hanya diam dan mengabaikan suaminya selama berhari-hari sebagai bentuk pembalasan. Tapi kali ini, perasaannya begitu sulit untuk diredakan.Dewangga hanya menatapnya dengan penuh pengertian, tanpa mengatakan apapun. Lalu, ia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Kanaya dengan lembut, mencoba menenangkan suasana yang semakin tegang. Namun, Kanaya merasa kesal dan segera menarik tangannya dengan cepat. Ia berbalik, hendak meninggalkan Dewangga begitu saja.Melihat itu, Dewangga hanya bisa menggelengkan kepala dengan ekspresi

  • Duda Pilihan Ayah   132

    Sejak dokter muda itu mulai memeriksa Dewangga, Kanaya tidak bisa melepaskan pandangannya dari wanita itu. Cara dokter itu bekerja terlihat cekatan dan penuh perhatian. Namun, ada yang aneh di balik perhatian itu. Beberapa kali, Kanaya menangkap tatapan yang lebih lama dari yang seharusnya, tatapan yang seolah memuji Dewangga dengan penuh kekaguman.Dan itu membuat hati Kanaya bergemuruh, perasaan cemburu yang tiba-tiba muncul begitu saja, menyesakkan dadanya."Sudah selesai, Mas. Saya akan meresepkan obatnya sekarang," ujar dokter itu, dengan senyum hangat, lalu kembali ke meja untuk menulis resep."Mas?" tanya Kanaya merasa aneh dengan panggilan dokter itu.Kanaya menatap suaminya dengan nada yang lebih tajam dari biasanya. Dewangga menoleh, tatapannya penuh kebingungan."Ada apa?" tanya Dewangga, mencoba membaca ekspresi wajah Kanaya yang tampak tidak biasa.Kanaya menatap dokter itu sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke Dewangga. "Kenapa pilih dokter perempuan? Kenapa nggak ya

  • Duda Pilihan Ayah   131

    Hari itu, rumah Dewangga dipenuhi oleh kolega dan teman-temannya. Sejak pagi, Kanaya tak sempat beristirahat sedikit pun karena tamu yang datang silih berganti. Keramaian ini adalah hal yang baru baginya, apalagi karena ia bukan tipe orang yang sering terlibat dalam acara-acara pekerjaan suaminya.Di tengah keramaian itu, salah satu rekan kerja Dewangga mendekat dan tanpa basa-basi berkata, "Pantas saja sekarang Dewa nggak pernah lama-lama di kantor, istrinya cantik, masih muda pula." Kanaya hanya bisa terdiam, bingung dan sedikit canggung karena ia tidak mengenali pria itu. Dewangga hanya tersenyum kecil, sementara rekan-rekan lain ikut melemparkan candaan yang membuat suasana semakin riuh. Bahkan Ayah mertuanya ikut tertawa, karena disini Dewangga terkena bahan keisengan para sahabatnya hal itu cukup membuat suasannya terasa hangat.Sementara itu, Kanaya memilih untuk duduk tenang di ruang tengah bersama para ibu-ibu yang sedang asyik berbincang. Mereka lebih banyak membahas anak-an

  • Duda Pilihan Ayah   130

    "Saya nggak tahu kenapa dia ada di sini," ujar Dewangga, nada suaranya datar tetapi menyimpan tanya.Naya tak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gelombang emosi yang mengaduk dirinya. Ia tahu, Savira—mantan istri suaminya—tidak lagi memiliki hubungan apa pun dengan Dewangga. Tapi, rasa tidak nyaman tetap merayap di hatinya. Bagaimana mungkin ia bisa merasa tenang berada dalam satu ruangan yang sama dengannya?"Kanaya," suara Dewangga memecah lamunan Naya, lembut namun tegas. Ia menatap suaminya, mencoba mengendalikan gejolak di dadanya."Mbak Vira tinggal di sini, Mas," ujar Naya pelan, seolah mengungkapkan rahasia yang ia simpan. Pernyataannya membuat Dewangga mengernyit."Kamu masih berhubungan sama dia?" tanya Dewangga, nadanya berubah serius.Naya menggeleng pelan, lalu menjelaskan, "Bukan, Mas. Dia yang menghubungiku duluan, bilang mau pindah ke sini. Aku nggak kabar-kabaran sama dia."Dewangga menghela napas, wajahnya mencerminkan rasa b

  • Duda Pilihan Ayah   129

    "Maaf, Wa. Aku kesini karena khawatir begitu mendengar kamu kecelakaan," kata Savira dengan suara lirih, matanya penuh kekhawatiran. Dia berdiri di depan pintu ruang perawatan, memandang Dewangga yang terbaring di ranjang rumah sakit.Kebetulan hari ini Savira tengah menemani ibunya untuk terapi agar bisa kembali berjalan seperti semula, dan saat di depan administrasi dia tidak sengaja bertemu dengan Naufal."Saya tidak apa-apa, kamu bisa keluar," ujar Dewangga dengan suara tegas."Wa... aku..." Savira terbata-bata, tidak tahu harus berkata apa. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan kata-katanya, pintu ruangan tiba-tiba terbuka.Naya berdiri di ambang pintu, matanya langsung tertuju pada sosok wanita yang berdiri di samping ranjang suaminya. Hatinya sedikit terkejut, namun ia mencoba tetap tenang, menyembunyikan perasaannya di balik senyuman.Kanaya segera berjalan ke arah suaminya tanpa memerdulikan Savira atau menyapanya lebih dulu."Kamu nggak papa kan, mas?" tanya Naya dengan suara

  • Duda Pilihan Ayah   128

    "Sekarang lo ngerti kan apa yang gue rasain dulu?" Naya terkekeh sambil menatap wajah Citra yang cemberut. Beberapa hari ini, Citra merasa terabaikan karena suaminya, Naufal, sedang perjalanan dinas ke luar kota. Naya yang dulu sering merasa ditinggalkan suaminya, Dewangga, kini bisa merasakan betapa beratnya perasaan Citra.Kebetulan setiap pulang bekerja, Citra selalu menyempatkan untuk mampir kerumahnya. Karena merasakan kesepian di tinggal suaminya ke luar kota."Iya, gue dulu sering ngejek lo," jawab Citra, matanya yang sembab menatap kosong ke arah meja. "Gue nggak tahu kalau rindu seberat ini."Naya mendengus kesal meski masih ada rasa ingin menggoda sahabatnya. "Lo lebih alay daripada gue," katanya sambil melemparkan tatapan mengejek ke arah Citra yang semakin tidak terima."Lo kan dulu nikah tanpa cinta, Nay. Kalau gue sama Mas Naufal, kita menikah dengan penuh cinta," balas Citra, sedikit membela diri dengan ekspresi yang lebih tegas.Naya hanya tertawa kecil mendengar itu.

  • Duda Pilihan Ayah   127

    Pagi ini, Naya kembali ke rutinitasnya, seperti biasa. Ia sibuk menyiapkan sarapan di dapur bersama Bibi Rosma. Di samping itu, Naya juga menyiapkan makanan untuk MPASI Kai, berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya yang semakin besar.Sambil sibuk bekerja di dapur, Naya melirik Dewangga yang tengah menuntun Kai menuju meja makan. Pemandangan itu membuat hatinya tersenyum. Terkadang, ia masih merasa tak percaya bahwa ia bisa bertahan sejauh ini, melewati segala cobaan hidup."Pagi, Sayang," sapa Naya lembut, mendekat untuk mencium pipi cubby Kai yang kini semakin chubby dan lucu itu. Dewangga tersenyum melihat interaksi mereka."Masak apa hari ini?" tanya Dewangga, matanya memperhatikan Naya yang tengah sibuk di dapur, mempersiapkan makanannya."Bikin MPASI buat Kai, terus aku juga masakin kamu soto, perkedel kentang kayaknya enak buat sarapan hari ini," jawab Naya sambil menyajikan makanan dengan penuh perhatian.Dewangga mengangguk, lalu mengangkat Kai dan duduk di baby chair y

  • Duda Pilihan Ayah   126

    “Saya menang, Kanaya!” Dewangga mengulang ucapan itu dengan senyum lebar, matanya bersinar penuh kegembiraan saat menatap Naya. Setelah bertanding sengit melawan Rian, keringat yang membasahi wajah dan tubuhnya seolah tak berarti lagi. Kemenangan ini membuatnya lupa akan lelahnya. Naya, meskipun masih merasa cemas sepanjang pertandingan, tersenyum bangga melihat suaminya. Dengan penuh kasih, ia mengacungkan jempol.Naya merasa bangga, meskipun ada rasa khawatir yang mengendap. Ia selalu cemas setiap kali Dewangga bertanding, terlebih jika lawannya adalah Rian, yang meskipun lebih muda, selalu memiliki energi melimpah. Melihat suaminya yang kelelahan, Naya segera merogoh tas dan mengambil handuk kecil. Dengan lembut, ia mendekat dan mengelap keringat yang mengalir di pelipis Dewangga."Mas keren banget," ujar Naya dengan senyum tulus, matanya berbinar-binar, sambil terus mengelap wajah Dewangga."Makasih, Sayang," jawab Dewangga, suaranya terdengar lemah namun penuh rasa terima kasih,

  • Duda Pilihan Ayah   125

    “Gue nggak habis pikir sama mereka,” ujar Naya dengan nada tidak percaya, masih terhenyak oleh apa yang baru saja dilihatnya. Di lapangan tenis belakang kantor suaminya.Dewangga dan Rian tengah bersiap untuk bertanding. Mereka terlihat begitu antusias, padahal usia mereka sangat berbeda.Naya bahkan baru pertama kali tahu kalau di kantor Dewangga ada lapangan tenis. Ketika ia datang untuk menemui suaminya setelah beraktivitas di rumah, sama sekali tidak menyangka akan menemukan pemandangan seperti ini. Di tengah kesibukan akhir pekan, yang seharusnya menjadi waktu bersama keluarga, ia justru harus duduk di bangku penonton, menyaksikan pertandingan antara suaminya dan Rian.“Tapi keren sih suami lo,” ujar Citra sambil terkekeh, melihat seorang Dewangga yang tidak mudah terpengaruh hal remeh justru menerima tawaran Rian untuk bertanding Tenis, sangat suportif bukan.Naya hanya mendengus, lalu menatap ke arah lapangan di mana Dewangga dan Rian sudah bersiap. Dewangga—suaminya yang terli

DMCA.com Protection Status