Riko terdiam sejenak."Mely pasti sudah gila. Dia bahkan bohong dan bilang kalau neneknya mati. Suruh dia jangan main-main lagi, cukup! Aku pasti akan kembali setelah urusanku selesai."Riko sudah lebih dulu mematikan telepon sebelum sahabatku sempat angkat bicara lagi.Sahabatku mengembalikan ponselku lagi padaku, dan aku melihat unggahan terbaru dari akun Twitter Anita.Dia sedang memeluk anjing peliharaannya di tepi laut sambil tersenyum lebar.Di bawah unggahan tersebut tertulis, "Kiki hampir hilang, untung saja ayahnya menemukannya tepat waktu. Kami senang sekali!"Aku tersenyum getir melihat unggahan tersebut, air mataku terus mengalir deras.Sungguh ironis.Riko bukannya menyelamatkan nenekku, malah berkeliling dan liburan bersama mantan kekasihnya serta anjing peliharaannya.Pernikahanku dengan Riko benar-benar karena sebuah kebetulan semata.Dia adalah dokter yang merawat nenekku. Saat itu, nenek membutuhkan biaya pengobatan yang sangat besar, dan aku sangat cemas karena tidak
Sebelumnya aku juga pernah membicarakan soal perceraian dengan Riko. Tapi dia selalu marah, dan akhirnya aku yang meminta maaf dan membujuknya agar mau memaafkanku. Makanya, dia mengira aku juga hanya sedang kesal saja seperti sebelumnya.Aku balas menjawab, "Riko, kali ini aku serius. Ayo kita cerai. Kita bertemu di depan Kantor Catatan Sipil besok pagi jam setengah sembilan."Riko segera membalas, "Oke, kalau memang kamu mau cerai. Akan kukabulkan keinginanmu itu."Aku tidak membalas pesannya lagi.Keesokan paginya, sesaat setelah aku dan Winda sampai di lokasi, Riko dan Anita juga datang.Riko dan Anita pernah berpacaran saat masih kuliah, tapi mereka putus karena kesalahpahaman. Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, Riko rupanya masih belum bisa melupakan Anita.Aku menatap anjing peliharaan di pelukan Anita, kemudian teringat wajah nenekku saat meninggal. Rasa sakit tiba-tiba menghujam dadaku.Riko lalu berjalan mendekat, dia sempat melirikku sekilas saat hendak masuk gedung.Aku
Ketika aku terbangun, aku sudah berada di atas ranjang rumah sakit.Aku meraba perutku yang masih datar, dan bisa merasakan kalau anak itu sudah tidak ada lagi.Hatiku sakit seperti ditusuk pisau. Air mata pun mengalir dari sudut mataku.Lalu terdengar suara serak Riko yang bertanya dari samping, "Kenapa kamu nggak memberitahuku kalau sedang hamil?"Aku berbalik dan menatapnya dengan tatapan dingin.Di hari nenek meninggal, aku pingsan. Winda takut terjadi sesuatu padaku, jadi dia meminta dokter untuk memeriksa kondisiku. Dari situ baru diketahui kalau aku sedang hamil.Aku sebenarnya enggan memberitahukan tentang kehamilanku pada Riko, karena tahu dia tidak mencintaiku. Jadi, dia pasti juga tidak menginginkan anak dalam kandunganku. Aku berencana membesarkan anak ini sendirian, tapi malah kehilangan anak itu.Dalam waktu beberapa hari saja, aku sudah kehilangan dua orang yang sangat kucintai.Dadaku terasa sesak, aku nyaris tidak bisa bernapas.Melihatku menangis pilu membuat Riko ber
Riko hanya diam saja.Anita memasang ekspresi lembut dan penuh perhatian, lalu meraih lengan Riko, "Jangan menyalahkan dirimu, Riko. Ini bukan salahmu. Kamu kan nggak tahu kalau dia sedang hamil. Kamu nggak sengaja mendorongnya. Lagipula, neneknya juga sudah tua, bisa meninggal kapan saja. Itu semua bukan salahmu."Riko menepis tangan Anita dan menatapnya dengan tatapan dingin.Anita pun menatapnya dengan tatapan kaget. Dia lalu memaksakan senyuman dan bertanya."Kenapa kamu menatapku begitu, Riko?"Riko bertanya dengan nada dingin, "Waktu itu, apakah Kiki yang lari sendiri, atau memang kamu yang sengaja melepaskannya?"Anita dengan wajah tanpa dosa balik bertanya, "Kamu curiga kalau aku sengaja melepaskan Kiki supaya kamu membantuku mencarinya?"Riko tidak menjawab pertanyaannya, dan malah berkata dengan sinis, "Kita nggak perlu berhubungan lagi mulai sekarang."Anita langsung menitihkan air mata, "Apa maksud ucapanmu ini? Kita kan sudah lama kenal, bukankah kamu tahu aku ini seperti
Riko baru mau menjawab pertanyaanku, tapi sudah lebih dulu terdengar suara ketukan pintu. Seorang pelayan dari rumah datang dengan membawa sekotak makanan.Riko menerimanya, lalu meletakkannya di atas meja. Dia menuangkan semangkuk bubur dan mencoba menyuapiku."Ini bubur yang dimasak khusus oleh koki keluarga kami, sangat bagus untuk kondisimu sekarang."Aku menatapnya tidak suka, "Keluar kamu dari sini, Riko!"Riko tidak marah, dia tetap memegang mangkuk bubur dan dengan lembut berkata, "Bagaimana kalau kamu makan buburnya dulu, baru setelah itu aku keluar?"Aku mengabaikannya.Riko lalu berkata lirih, "Aku tahu aku salah. Kamu boleh marah atau memukulku, terserah. Mulai sekarang, aku nggak akan berhubungan lagi dengan Anita. Ayo kita hidup bersama dengan baik."Riko tidak pernah bersikap seperti ini di depanku. Tapi aku sudah terlanjur mati rasa padanya."Kamu nggak perlu melakukan semua ini. Apa pun yang kamu lakukan sudah nggak ada gunanya lagi. Kembalikan saja nenek dan anakku da
Sahabatku tertawa dingin."Dengar ya, Rafi, aku nggak akan mungkin mau rujuk denganmu lagi seumur hidup! Jadi jangan berharap!"Setelah mengatakan hal itu, Winda segera mengakhiri panggilan telepon.Rafi berusaha meneleponnya lagi, tapi kali ini Winda langsung memblokirnya.Tidak lama kemudian, Riko juga meneleponku. Sepertinya dia baru saja pulang kerja dan tahu kalau aku sudah pindah.Aku tidak mengangkat telepon darinya.Dia kemudian mengirimiku pesan."Kamu pindah ke mana? Kenapa nggak bilang dulu? Kondisimu kan masih lemah, kamu perlu istirahat yang cukup.""Pulanglah, oke? Nggak apa kalau kamu nggak mau bicara denganku sekarang. Kita bisa membicarakan masalah kita nanti setelah kesehatanmu pulih."Dalam hitungan menit, Riko sudah mengirimiku puluhan pesan. Ponselku terus bergetar tanpa henti.Saat kami masih bersama dulu, dia tidak pernah mengirimkan pesan lebih dari tiga kalimat. Biasanya akulah yang terus-menerus mengiriminya pesan, lalu dia akan membalasnya dengan satu pesan s
Rafi terdiam sebentar, baru lanjut berkata, "Omong-omong, besok malam ada acara makan malam, jadi temani aku."Dulu, Rafi sangat enggan muncul bersama sahabatku di depan umum. Dia tidak pernah membawa Winda ke acara manapun.Sekarang, dia malah meminta Winda untuk ikut dengannya. Itu artinya Rafi ingin mengakui Winda sebagai istrinya di depan umum.Winda tersenyum dingin, "Untuk apa baru memperkenalkanku sekarang? Apa mau bilang kalau aku mantan istrimu?"Rafi mengerutkan kening, "Winda, aku sudah membelikan kue biar kamu senang, apa lagi yang kamu mau dariku?"Nada bicara Rafi barusan malah terdengar seperti sedang merendahkan.Sahabatku tertawa sinis, lalu segera membuang kue dari Rafi ke tempat sampah."Rafi, aku sudah nggak suka makan kue blueberry lagi, begitu juga denganmu. Aku mau membuang semuanya."Rafi sontak terdiam.Sahabatku tidak lagi melihat ke arahnya, dan menarik tanganku untuk berjalan ke parkiran.Namun, Rafi masih belum menyerah. Dia mengirimkan berbagai macam hadia
Rafi terdiam sebentar, baru lanjut berkata, "Omong-omong, besok malam ada acara makan malam, jadi temani aku."Dulu, Rafi sangat enggan muncul bersama sahabatku di depan umum. Dia tidak pernah membawa Winda ke acara manapun.Sekarang, dia malah meminta Winda untuk ikut dengannya. Itu artinya Rafi ingin mengakui Winda sebagai istrinya di depan umum.Winda tersenyum dingin, "Untuk apa baru memperkenalkanku sekarang? Apa mau bilang kalau aku mantan istrimu?"Rafi mengerutkan kening, "Winda, aku sudah membelikan kue biar kamu senang, apa lagi yang kamu mau dariku?"Nada bicara Rafi barusan malah terdengar seperti sedang merendahkan.Sahabatku tertawa sinis, lalu segera membuang kue dari Rafi ke tempat sampah."Rafi, aku sudah nggak suka makan kue blueberry lagi, begitu juga denganmu. Aku mau membuang semuanya."Rafi sontak terdiam.Sahabatku tidak lagi melihat ke arahnya, dan menarik tanganku untuk berjalan ke parkiran.Namun, Rafi masih belum menyerah. Dia mengirimkan berbagai macam hadia
Sahabatku tertawa dingin."Dengar ya, Rafi, aku nggak akan mungkin mau rujuk denganmu lagi seumur hidup! Jadi jangan berharap!"Setelah mengatakan hal itu, Winda segera mengakhiri panggilan telepon.Rafi berusaha meneleponnya lagi, tapi kali ini Winda langsung memblokirnya.Tidak lama kemudian, Riko juga meneleponku. Sepertinya dia baru saja pulang kerja dan tahu kalau aku sudah pindah.Aku tidak mengangkat telepon darinya.Dia kemudian mengirimiku pesan."Kamu pindah ke mana? Kenapa nggak bilang dulu? Kondisimu kan masih lemah, kamu perlu istirahat yang cukup.""Pulanglah, oke? Nggak apa kalau kamu nggak mau bicara denganku sekarang. Kita bisa membicarakan masalah kita nanti setelah kesehatanmu pulih."Dalam hitungan menit, Riko sudah mengirimiku puluhan pesan. Ponselku terus bergetar tanpa henti.Saat kami masih bersama dulu, dia tidak pernah mengirimkan pesan lebih dari tiga kalimat. Biasanya akulah yang terus-menerus mengiriminya pesan, lalu dia akan membalasnya dengan satu pesan s
Riko baru mau menjawab pertanyaanku, tapi sudah lebih dulu terdengar suara ketukan pintu. Seorang pelayan dari rumah datang dengan membawa sekotak makanan.Riko menerimanya, lalu meletakkannya di atas meja. Dia menuangkan semangkuk bubur dan mencoba menyuapiku."Ini bubur yang dimasak khusus oleh koki keluarga kami, sangat bagus untuk kondisimu sekarang."Aku menatapnya tidak suka, "Keluar kamu dari sini, Riko!"Riko tidak marah, dia tetap memegang mangkuk bubur dan dengan lembut berkata, "Bagaimana kalau kamu makan buburnya dulu, baru setelah itu aku keluar?"Aku mengabaikannya.Riko lalu berkata lirih, "Aku tahu aku salah. Kamu boleh marah atau memukulku, terserah. Mulai sekarang, aku nggak akan berhubungan lagi dengan Anita. Ayo kita hidup bersama dengan baik."Riko tidak pernah bersikap seperti ini di depanku. Tapi aku sudah terlanjur mati rasa padanya."Kamu nggak perlu melakukan semua ini. Apa pun yang kamu lakukan sudah nggak ada gunanya lagi. Kembalikan saja nenek dan anakku da
Riko hanya diam saja.Anita memasang ekspresi lembut dan penuh perhatian, lalu meraih lengan Riko, "Jangan menyalahkan dirimu, Riko. Ini bukan salahmu. Kamu kan nggak tahu kalau dia sedang hamil. Kamu nggak sengaja mendorongnya. Lagipula, neneknya juga sudah tua, bisa meninggal kapan saja. Itu semua bukan salahmu."Riko menepis tangan Anita dan menatapnya dengan tatapan dingin.Anita pun menatapnya dengan tatapan kaget. Dia lalu memaksakan senyuman dan bertanya."Kenapa kamu menatapku begitu, Riko?"Riko bertanya dengan nada dingin, "Waktu itu, apakah Kiki yang lari sendiri, atau memang kamu yang sengaja melepaskannya?"Anita dengan wajah tanpa dosa balik bertanya, "Kamu curiga kalau aku sengaja melepaskan Kiki supaya kamu membantuku mencarinya?"Riko tidak menjawab pertanyaannya, dan malah berkata dengan sinis, "Kita nggak perlu berhubungan lagi mulai sekarang."Anita langsung menitihkan air mata, "Apa maksud ucapanmu ini? Kita kan sudah lama kenal, bukankah kamu tahu aku ini seperti
Ketika aku terbangun, aku sudah berada di atas ranjang rumah sakit.Aku meraba perutku yang masih datar, dan bisa merasakan kalau anak itu sudah tidak ada lagi.Hatiku sakit seperti ditusuk pisau. Air mata pun mengalir dari sudut mataku.Lalu terdengar suara serak Riko yang bertanya dari samping, "Kenapa kamu nggak memberitahuku kalau sedang hamil?"Aku berbalik dan menatapnya dengan tatapan dingin.Di hari nenek meninggal, aku pingsan. Winda takut terjadi sesuatu padaku, jadi dia meminta dokter untuk memeriksa kondisiku. Dari situ baru diketahui kalau aku sedang hamil.Aku sebenarnya enggan memberitahukan tentang kehamilanku pada Riko, karena tahu dia tidak mencintaiku. Jadi, dia pasti juga tidak menginginkan anak dalam kandunganku. Aku berencana membesarkan anak ini sendirian, tapi malah kehilangan anak itu.Dalam waktu beberapa hari saja, aku sudah kehilangan dua orang yang sangat kucintai.Dadaku terasa sesak, aku nyaris tidak bisa bernapas.Melihatku menangis pilu membuat Riko ber
Sebelumnya aku juga pernah membicarakan soal perceraian dengan Riko. Tapi dia selalu marah, dan akhirnya aku yang meminta maaf dan membujuknya agar mau memaafkanku. Makanya, dia mengira aku juga hanya sedang kesal saja seperti sebelumnya.Aku balas menjawab, "Riko, kali ini aku serius. Ayo kita cerai. Kita bertemu di depan Kantor Catatan Sipil besok pagi jam setengah sembilan."Riko segera membalas, "Oke, kalau memang kamu mau cerai. Akan kukabulkan keinginanmu itu."Aku tidak membalas pesannya lagi.Keesokan paginya, sesaat setelah aku dan Winda sampai di lokasi, Riko dan Anita juga datang.Riko dan Anita pernah berpacaran saat masih kuliah, tapi mereka putus karena kesalahpahaman. Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, Riko rupanya masih belum bisa melupakan Anita.Aku menatap anjing peliharaan di pelukan Anita, kemudian teringat wajah nenekku saat meninggal. Rasa sakit tiba-tiba menghujam dadaku.Riko lalu berjalan mendekat, dia sempat melirikku sekilas saat hendak masuk gedung.Aku
Riko terdiam sejenak."Mely pasti sudah gila. Dia bahkan bohong dan bilang kalau neneknya mati. Suruh dia jangan main-main lagi, cukup! Aku pasti akan kembali setelah urusanku selesai."Riko sudah lebih dulu mematikan telepon sebelum sahabatku sempat angkat bicara lagi.Sahabatku mengembalikan ponselku lagi padaku, dan aku melihat unggahan terbaru dari akun Twitter Anita.Dia sedang memeluk anjing peliharaannya di tepi laut sambil tersenyum lebar.Di bawah unggahan tersebut tertulis, "Kiki hampir hilang, untung saja ayahnya menemukannya tepat waktu. Kami senang sekali!"Aku tersenyum getir melihat unggahan tersebut, air mataku terus mengalir deras.Sungguh ironis.Riko bukannya menyelamatkan nenekku, malah berkeliling dan liburan bersama mantan kekasihnya serta anjing peliharaannya.Pernikahanku dengan Riko benar-benar karena sebuah kebetulan semata.Dia adalah dokter yang merawat nenekku. Saat itu, nenek membutuhkan biaya pengobatan yang sangat besar, dan aku sangat cemas karena tidak
"Riko, kita cerai!"Aku baru saja mengirimkan pesan itu, dan langsung mendapatkan telepon darinya."Mely, kamu ini benar-benar nggak ada habisnya, ya! Kemarin kamu bohong dan bilang kalau nenekmu sekarat. Sekarang kamu malah mengancam mau cerai. Lagi pula, resepsi pernikahan kan cuma syarat saja. Memangnya sepenting itu?""Kemarin aku juga sudah bilang kalau anjing Anita hilang, dan dia sangat cemas. Peliharaan itu sudah menemaninya selama bertahun-tahun, dan sangat penting baginya. Anjing kan juga makhluk hidup, apa perlu kamu cemburu begini? Apa kamu nggak punya belas kasihan sedikit?"Hatiku terasa sangat sedih mendengarnya mengkritikku seperti itu.Kemarin adalah hari dimana resepsi pernikahanku dan Riko akan digelar, tapi Riko malah tiba-tiba pergi setelah mendapatkan telepon dari seseorang.Nenekku sampai terkena serangan jantung karena marah. Aku segera membawanya ke rumah sakit, tapi dokter di sana bilang kalau hanya Riko yang bisa melakukan operasi jantung. Jadi, aku pun menel