(Kenapa kalian tidak mengangkat panggilan atau membalas pesan Apakah Umi kalian yang meminta kalian untuk bersikap seperti ini kepada ayah kalian!)Hari memperlihatkan pesan itu dan kedua adiknya tergelak lagi, mereka melanjutkan makan sambil mengabaikan pesan itu tanpa berniat menjawabnya sedikitpun.Tidak lama kemudian pesan berikutnya masuk.(Kenapa hanya dibaca dan tidak mau dijawab? aku tahu kau sedang ada di depan ponselmu Kenapa kau mengabaikan ayah? Jawab, di mana ibumu, Kalau kalian tidak menjawab maka aku akan datang ke sana.)(Umi bulan madu!)Heri kemudian menjawabnya dengan satu kata dan mereka sontak tertawa dengan riuh lagi. Aku hanya menggeleng sambil memperhatikan tingkah anak-anak yang terlihat begitu bahagia karena berhasil mengerjai ayahnya."Aku yakin Ayah sedang merasakan apa yang kita rasakan sebelumnya. Kita selalu merasa cemburu, emosi dan panas hati ketika ayah bersama dengan istri barunya dan mengabaikan kita, kini dia benar-benar merasakan apa yang namanya
Di dalam perjalanan menuju rumah ibu mertua tiba-tiba Mas Rusdi bertanya kepadaku."Aku yakin mantan suamimu menelepon dan bertanya kepadamu tentang pernikahan kita. Apa dia terus-menerus mengganggumu seperti tadi?""Tidak tahu Mas, aku juga tidak menyangka akan berpapasan dengannya di lampu merah," jawabku kepada suamiku yang duduk di sebelah kananku."Semoga dia menyadari bahwa sekarang dimensi hubungan sudah berubah. Aku harap dia berbahagia dengan istrinya dan kita pun bisa fokus bahagia dengan anak-anak kita," ujar Mas Rusdi sambil menatap mataku dengan lekat, ketiga anakku yang duduk di belakang menggangguk dan menyetujui perkataan Abi mereka."Bahkan kami pun tidak mau menjumpai ayah lagi, agar tidak perlu ada luka lama yang tergores kembali. Bukan karena kami tidak mencintainya, ini hanya demi menghargai hubungan di masa lalu yang pernah baik," timpal Heri yang menanggapi perkataan Ayah tirinya."Betul." Serempak dua putriku menyetujui."Sebenarnya Mas Faisal terus mengganggu
*****Merasa sangat dipermalukan olehku dan ketiga anaknya, lelaki itu hanya bisa menggeram sambil mengibaskan sisa perhiasan emas yang masih menyangkut di pakaiannya. Tanpa banyak bicara lagi lelaki itu langsung membalikkan badan dan meninggalkan pekarangan rumah kami. Kehela nafas lega begitu dia pergi, kumpulkan perhiasan yang berserakan lalu kemudian menutup pintu gerbang dan masuk ke dalam rumah."Kenapa lama sekali Umi?" tanya Mas Rusdi ketika aku masuk ke kamar dan membawa kotak emas."Oh, tadi ada tetangga lewat dan kami sempat bercengkrama sebentar, lalu aku pun menutup pintu gerbang," jawabku sambil sedikit berdusta, Aku tidak mau kedatangan Mas Faisal mempengaruhi pikiran suamiku dan membuat dia berpikir macam-macam. Tidak boleh ada sedikitpun batu sambungan di dalam rumah tanggaku, karena aku akan menjaganya sebaik mungkin.Aku langsung duduk di kaca rias sambil meletakkan kotak yang kubawa tadi dan tersenyum menatapnya. Dilatarbelakang suamiku terlihat mengulum senyum, k
Apa dia bilang tadi? dia bilang aku tidak setia, untuk apa lagi aku setia, haruskah aku setia kepada masa lalu dan sisa bayang dirinya di mana dia sudah bahagia sebagai suami orang lain sementara aku menjanda dan hanya memeluk kenangan. Hahaha, lucu sekali.Tentang istrinya yang menjemput diriku orang kaya baru, tidak, tidak, Demi Tuhan, kami sudah kaya dari awal, maksudku hidup kami berkecukupan dan Alhamdulillah Mas Faisal selalu mencukupi, hanya saja kekayaan itu tidak sebangak sekarang, juga waktu yang kami habiskan dengan keluarga serta treatment yang diberikan Mas Rusdi kepada kami seperti perhatian dan cinta itu lebih besar dibandingkan dengan ayah kandungnya anak-anak.Kami nikmati seminggu liburan lalu pulang dengan tubuh dan hati yang sudah bugar serta ceria. Nanda dan Nindy kembali ke tempat mereka berkuliah, sementara aku dan ketiga anakku kembali menjalani aktivitas seperti semula.Karena aku tidak punya kegiatan di rumah dan mulai merasa bosan, suamiku punya ide agar aku
"Bukannya senang anak-anak mendapatkan keberkahan dan hadiah kau malah iri tidakkah kau malu dengan dirimu sendiri yang tidak bisa memberikan mereka apa-apa?!""Jangan sombong....""Tidak demi Allah aku tidak bermaksud untuk sombong tapi seringnya kau memancingku untuk membandingkanmu dengan mas Rusdi. Seringnya kau mengatakan sesuatu yang tidak pantas didengar dan tidak etis. Sungguh, dari semua orang yang ingin kuhindari hanya kaulah satu-satunya yang benar-benar tidak mau kutemui, jangankan untuk bertemu, bicara denganmu saja, aku sudah tidak mau, jadi tolong, jangan menghubungiku atau berusaha mengganti nomor ponselmu lagi, karena aku pasti akan memblokirnya!""Bagaimana kau memblokirku sementara kita punya anak. Kita harus saling berkoordinasi untuk perkembangan anak-anak kita.""Asal kau tahu saja mereka sudah dewasa dan bisa menentukan arah hidupnya masing-masing Kita sebagai orang tua.""Pokoknya aku tidak mau dan anak-anak pakai mobil sekali saja kalau aku melihat Rena dan F
Guys, saya minta tolong sebelum membaca sambungan ceritanya agar kalian mau berkenan untuk mengikuti cerita saya yang berjudul menggiling kaca yang baru saja saya luncurkan. Saya akan membuat cerita yang lebih menarik dan yang pasti membela kaum perempuan.hihihi* POV FaisalAkan kuceritakan semuanya dari awal tapi jangan sebut ini pembenaran karena sebenarnya... Ya baiklah, aku akan mengaku aku akan mengakui kesalahanku.Aku mengenal Rima sejak duduk di bangku SMA dan kami dekat, dia yang merupakan bintang sekolah sekaligus siswi teladan membuat hatiku tergadaikan saat pertama kali bertemu dan berkenalan dengannya. Singkat cerita kami menjalani hubungan selama 3 tahun lalu terpisah karena jarak di mana Rima akhirnya diboyong oleh keluarganya karena papanya pindah tugas.Berlalu hingga aku pun bekerja dan punya tabungan. Keluargaku mulai mendesak dan aku harus menikah, namun mereka memberi ultimatum selama 1 tahun, kalau aku belum kunjung juga mendapatkan wanita yang kuidamkan, maka
Pernikahanku dengan rima lestari berlangsung dengan sederhana di rumah orang tuanya. Butuh perjuangan yang begitu besar bagi kami agar bisa meyakinkan orang tua Rima bahwa kami akan baik-baik saja dengan pernikahan poligami. Ketika Akad diucapkan ibunda dari Istriku itu menangis karena begitu khawatirnya dia kalau Putri yang sangat dia sayangi menjadi istri kedua.Aku dengan segala kesusahan di dalam hatiku dan ketakutan pada mutiara, tetap saja melangsungkan akad itu karena merasa yakin bahwa suatu hari mutiara akan menerima keputusanku dan mengerti bahwa lebih baik aku menikah daripada aku berselingkuh dan menghianatinya.Kuputuskan untuk membuat kesepakatan bahwa Rima tidak akan mengganggu jadwal dan waktuku untuk keluarga utama. Tadinya wanita itu menangis karena semua pengaturan yang ada hanya penting untuk maslahat mutiara sementara dia selalu dianak tirikan. Aku berusaha untuk memberinya pengertian dan mengingatkan bahwa inilah keinginan dia sejak awal. Dia sendiri yang bilang
Aku sangat bahagia menyambut Putraku yang begitu tampan, hidungnya mancung dan matanya besar juga rambutnya ikal perpaduan antara antara wajahku dan ibunya. Aku bangga menimangnya sebagai putra kedua, aku bahagia dan sangat terharu sekali karena anak dari cinta pertamaku akhirnya lahir ke dunia.Saat itu kebahagiaan kami lengkap, karena anggota keluarga Rima datang dan mengunjungi putra kami yang baru lahir. Mereka membawakan balon dan kue coklat, juga memberi banyak hadiah di mana kami mengadakan selebrasi dengan penuh sukacita atas kehadiran Reno Pramudya. Meski bahagia tetap saja ada sedikit miris di hatiku karena di seberang sana Mutia pasti sedang menangis lantaran pesta ulang tahun pernikahan kami tidak ada akunya.Sepulangnya dari rumah sakit kutitipkan rima pada asisten rumah tangga dan meminta dua orang perawat yang kubayar secara khusus untuk membantu Rima untuk menjaga putra dan istriku dengan baik. Aku meluncur pulang ke rumah dengan hati was-was dan lebaran jantung yang