Share

71 rumah

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-09 08:29:38

Di dalam perjalanan menuju rumah ibu mertua tiba-tiba Mas Rusdi bertanya kepadaku.

"Aku yakin mantan suamimu menelepon dan bertanya kepadamu tentang pernikahan kita. Apa dia terus-menerus mengganggumu seperti tadi?"

"Tidak tahu Mas, aku juga tidak menyangka akan berpapasan dengannya di lampu merah," jawabku kepada suamiku yang duduk di sebelah kananku.

"Semoga dia menyadari bahwa sekarang dimensi hubungan sudah berubah. Aku harap dia berbahagia dengan istrinya dan kita pun bisa fokus bahagia dengan anak-anak kita," ujar Mas Rusdi sambil menatap mataku dengan lekat, ketiga anakku yang duduk di belakang menggangguk dan menyetujui perkataan Abi mereka.

"Bahkan kami pun tidak mau menjumpai ayah lagi, agar tidak perlu ada luka lama yang tergores kembali. Bukan karena kami tidak mencintainya, ini hanya demi menghargai hubungan di masa lalu yang pernah baik," timpal Heri yang menanggapi perkataan Ayah tirinya.

"Betul." Serempak dua putriku menyetujui.

"Sebenarnya Mas Faisal terus mengganggu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ipeh Saripeh
bravo Mutia...bentar lagi dapat karma karna menzolimi ketiga anaknya nangis darah Faisal...
goodnovel comment avatar
Isabella
keren thoer gak pakai lama penderitaannya
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
orang klu sdh terluka hatinya ,perasaan dgn hinaan yg di berikan orang"terdekat saakiiiit ,faisal metik hasil dari taburannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    72 maaf aku ganggu

    *****Merasa sangat dipermalukan olehku dan ketiga anaknya, lelaki itu hanya bisa menggeram sambil mengibaskan sisa perhiasan emas yang masih menyangkut di pakaiannya. Tanpa banyak bicara lagi lelaki itu langsung membalikkan badan dan meninggalkan pekarangan rumah kami. Kehela nafas lega begitu dia pergi, kumpulkan perhiasan yang berserakan lalu kemudian menutup pintu gerbang dan masuk ke dalam rumah."Kenapa lama sekali Umi?" tanya Mas Rusdi ketika aku masuk ke kamar dan membawa kotak emas."Oh, tadi ada tetangga lewat dan kami sempat bercengkrama sebentar, lalu aku pun menutup pintu gerbang," jawabku sambil sedikit berdusta, Aku tidak mau kedatangan Mas Faisal mempengaruhi pikiran suamiku dan membuat dia berpikir macam-macam. Tidak boleh ada sedikitpun batu sambungan di dalam rumah tanggaku, karena aku akan menjaganya sebaik mungkin.Aku langsung duduk di kaca rias sambil meletakkan kotak yang kubawa tadi dan tersenyum menatapnya. Dilatarbelakang suamiku terlihat mengulum senyum, k

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-09
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    73. bilang apa dia!

    Apa dia bilang tadi? dia bilang aku tidak setia, untuk apa lagi aku setia, haruskah aku setia kepada masa lalu dan sisa bayang dirinya di mana dia sudah bahagia sebagai suami orang lain sementara aku menjanda dan hanya memeluk kenangan. Hahaha, lucu sekali.Tentang istrinya yang menjemput diriku orang kaya baru, tidak, tidak, Demi Tuhan, kami sudah kaya dari awal, maksudku hidup kami berkecukupan dan Alhamdulillah Mas Faisal selalu mencukupi, hanya saja kekayaan itu tidak sebangak sekarang, juga waktu yang kami habiskan dengan keluarga serta treatment yang diberikan Mas Rusdi kepada kami seperti perhatian dan cinta itu lebih besar dibandingkan dengan ayah kandungnya anak-anak.Kami nikmati seminggu liburan lalu pulang dengan tubuh dan hati yang sudah bugar serta ceria. Nanda dan Nindy kembali ke tempat mereka berkuliah, sementara aku dan ketiga anakku kembali menjalani aktivitas seperti semula.Karena aku tidak punya kegiatan di rumah dan mulai merasa bosan, suamiku punya ide agar aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-10
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    74. bukannya senang

    "Bukannya senang anak-anak mendapatkan keberkahan dan hadiah kau malah iri tidakkah kau malu dengan dirimu sendiri yang tidak bisa memberikan mereka apa-apa?!""Jangan sombong....""Tidak demi Allah aku tidak bermaksud untuk sombong tapi seringnya kau memancingku untuk membandingkanmu dengan mas Rusdi. Seringnya kau mengatakan sesuatu yang tidak pantas didengar dan tidak etis. Sungguh, dari semua orang yang ingin kuhindari hanya kaulah satu-satunya yang benar-benar tidak mau kutemui, jangankan untuk bertemu, bicara denganmu saja, aku sudah tidak mau, jadi tolong, jangan menghubungiku atau berusaha mengganti nomor ponselmu lagi, karena aku pasti akan memblokirnya!""Bagaimana kau memblokirku sementara kita punya anak. Kita harus saling berkoordinasi untuk perkembangan anak-anak kita.""Asal kau tahu saja mereka sudah dewasa dan bisa menentukan arah hidupnya masing-masing Kita sebagai orang tua.""Pokoknya aku tidak mau dan anak-anak pakai mobil sekali saja kalau aku melihat Rena dan F

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-10
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    75. POV faisal

    Guys, saya minta tolong sebelum membaca sambungan ceritanya agar kalian mau berkenan untuk mengikuti cerita saya yang berjudul menggiling kaca yang baru saja saya luncurkan. Saya akan membuat cerita yang lebih menarik dan yang pasti membela kaum perempuan.hihihi* POV FaisalAkan kuceritakan semuanya dari awal tapi jangan sebut ini pembenaran karena sebenarnya... Ya baiklah, aku akan mengaku aku akan mengakui kesalahanku.Aku mengenal Rima sejak duduk di bangku SMA dan kami dekat, dia yang merupakan bintang sekolah sekaligus siswi teladan membuat hatiku tergadaikan saat pertama kali bertemu dan berkenalan dengannya. Singkat cerita kami menjalani hubungan selama 3 tahun lalu terpisah karena jarak di mana Rima akhirnya diboyong oleh keluarganya karena papanya pindah tugas.Berlalu hingga aku pun bekerja dan punya tabungan. Keluargaku mulai mendesak dan aku harus menikah, namun mereka memberi ultimatum selama 1 tahun, kalau aku belum kunjung juga mendapatkan wanita yang kuidamkan, maka

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-11
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    76. bagian dua faisal

    Pernikahanku dengan rima lestari berlangsung dengan sederhana di rumah orang tuanya. Butuh perjuangan yang begitu besar bagi kami agar bisa meyakinkan orang tua Rima bahwa kami akan baik-baik saja dengan pernikahan poligami. Ketika Akad diucapkan ibunda dari Istriku itu menangis karena begitu khawatirnya dia kalau Putri yang sangat dia sayangi menjadi istri kedua.Aku dengan segala kesusahan di dalam hatiku dan ketakutan pada mutiara, tetap saja melangsungkan akad itu karena merasa yakin bahwa suatu hari mutiara akan menerima keputusanku dan mengerti bahwa lebih baik aku menikah daripada aku berselingkuh dan menghianatinya.Kuputuskan untuk membuat kesepakatan bahwa Rima tidak akan mengganggu jadwal dan waktuku untuk keluarga utama. Tadinya wanita itu menangis karena semua pengaturan yang ada hanya penting untuk maslahat mutiara sementara dia selalu dianak tirikan. Aku berusaha untuk memberinya pengertian dan mengingatkan bahwa inilah keinginan dia sejak awal. Dia sendiri yang bilang

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-11
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    77. bagian tiga Faisal

    Aku sangat bahagia menyambut Putraku yang begitu tampan, hidungnya mancung dan matanya besar juga rambutnya ikal perpaduan antara antara wajahku dan ibunya. Aku bangga menimangnya sebagai putra kedua, aku bahagia dan sangat terharu sekali karena anak dari cinta pertamaku akhirnya lahir ke dunia.Saat itu kebahagiaan kami lengkap, karena anggota keluarga Rima datang dan mengunjungi putra kami yang baru lahir. Mereka membawakan balon dan kue coklat, juga memberi banyak hadiah di mana kami mengadakan selebrasi dengan penuh sukacita atas kehadiran Reno Pramudya. Meski bahagia tetap saja ada sedikit miris di hatiku karena di seberang sana Mutia pasti sedang menangis lantaran pesta ulang tahun pernikahan kami tidak ada akunya.Sepulangnya dari rumah sakit kutitipkan rima pada asisten rumah tangga dan meminta dua orang perawat yang kubayar secara khusus untuk membantu Rima untuk menjaga putra dan istriku dengan baik. Aku meluncur pulang ke rumah dengan hati was-was dan lebaran jantung yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-11
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    78. jangan mimpi

    Moms tolong bantu saya untuk subscribe cerita yang lain Happy reading ya ♥️♥️♥️Makan malam.Aku dan ketiga anakku serta mas Rusdi pergi makan malam ke sebuah hotel yang sudah kami booking tempatnya dari seminggu sebelumnya. Rencananya hari itu kami akan merayakan kelulusan Rena yang baru saja menjadi Bidan. Jadi kami ingin berbagi kebahagiaan dengan menikmati makanan enak.Ternyata di malam itu, di hotel yang sama, ada pesta pernikahan yang berlangsung di ballroom mereka sehingga hari itu pengunjung hotel agak banyak dan ramai. Terlihat tamu undangan adalah orang-orang kaya dan pejabat penting sehingga aku mulai berasumsi kalau yang menikah hari ini juga orang yang tak kalah penting."Kudengar pernikahan hari ini adalah pernikahan anak pemilik tambang di Kalimantan. Pantas ya,tamu hotelnya banyak sekali," bisik Mas Rusdi kepadaku ketika kami yang duduk dari balik kaca melihat beberapa tamu undangan yang lewat dan saling bergandengan.Tamu-tamu yang datang menggunakan kebaya dan song

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-12
  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    79

    Sepulangnya dari makan malam istimewa itu Mas Rusdi membelikan bunga dan hadiah boneka beruang untuk Felicia dan Rena. Ia tak anti-hentinya memuji dan memberikan kasih sayang kepada kedua putriku agar kehampaan di hati mereka karena kepergian ayahnya bisa terisi dengan kasih sayang yang baru.Ia benar-benar tulus dan tidak memperhitungkan pemberiannya. Dia juga tidak pernah membeda-bedakan antara anak kandung dan anak tiri. Begitupun dengan diriku yang juga memperlakukan anak tiri dengan istimewa. Aku sering menelpon mereka untuk memastikan keadaan mereka dan juga mengirimkan makanan-makanan lezat yang bisa mereka simpan di kosan mereka. Aku juga kadang memesankan hadiah, perhiasan dan pakaian yang bagus untuk Nindy agar hubunganku dan anak tiriku bisa terjalin dengan baik.*Setelah duduk sejenak di ruang keluarga dan anak-anak memutuskan untuk pergi ke kamar, mereka tiba-tiba Mas Rusdi memanggil Rena, Feli dan Heri untuk tetap duduk dan bicara dengannya."Kemarilah anak-anak. Abi i

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-12

Bab terbaru

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    123. akhirnya minta maaf

    Hari ini adalah hari Minggu dan minggu ini terasa terasa damai karena udara berhembus sejuk dan matahari bersinar dengan cerah. Daun-daun tumbuhan yang ada di sekitar rumah nampak hijau dan bunganya bermekaran, aku merasa senang menatapnya, perasaanku juga lebih cerah karena kelima anak kami berkumpul di rumah. Pukul 07.00 pagi kusiapkan sarapan lalu kami berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama dan membicarakan impian-impian kami di masa depan. Anak-anak juga mengutarakan harapan mereka tentang karir dan kehidupan pribadinya, termasuk Nanda dan Nindy yang sebentar lagi akan menyandang gelar sarjana kedokteran.Kami juga membicarakan strategi bisnis dan bagaimana Mas Rusdi bertahan dengan kencangnya krisis dan persaingan antar perusahaan. Seperti biasa suamiku selalu memberikan arahan dan contoh-contoh kebijakan kepada kelima anak kami agar mereka punya bekal di masa depan dan belajar dari pengalaman itu.Tring....Saat kami asik sarapan, tiba-tiba ponselku berdering dari atas

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    122. ya!

    Ya, waktu bergulir digantikan dengan hari dan musim-musim yang baik. Hubunganku dengan orang-orang sekitar juga jadi lebih baik, pun hubunganku dengan keluarga suamiku, serta dengan keluarga ayahnya anak anak. Mantan mertua yang dulu pernah sangat membela rima dan menyudutkanku, kini berbalik arah menjadi seperti semula baik dan penuh perhatian.Di akhir pekan kami sudah canangkan untuk berkumpul dengan keluarga sebagai bentuk quality time kami. Kadang pergi ke keluarganya Mas Rusdi kadang juga pergi ke keluargaku atau mungkin kami semua akan pergi piknik ke suatu tempat. Senang rasanya mengumpulkan kerabat dan keluarga besar di satu tempat lalu kami makan nasi liwet atau menikmati Barbeque sambil bercanda tawa dan melepas kerinduan.Tidak ada lagi permusuhan dan pertengkaran, terlebih sekarang anak-anak mendewasa dan mulai sibuk dengan kegiatannya menghasilkan uang, Rina juga semakin giat bekerja karena dia yang paling punya rencana untuk segera menikah.*Suatu hari aku dan Mas

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    121. tidak lama kemudian

    Tidak lama kemudian setelah aku mengatakan itu mas Faisal keluar dari ruang sidang dengan didorong oleh Reno. Polisi memberi kesempatan kepada Rima untuk berpamitan kepada suami dan anaknya. Saat baru saja selesai berdebat denganku wanita itu kemudian beralih kepada suaminya sambil memicingkan mata dengan kesal."Hah, suamiku ...." Wanita itu tertawa sih ini sambil memandang Mas Faisal sementara suaminya menjadi heran dengan tingkah istrinya."Rima, maaf karena tidak ada yang bisa kulakukan untuk mendukungmu.""Tentu aja tidak," ucap wanita itu sambil bertepuk tangan ke wajah suaminya. "Kau sedang berada di kubu mutiara, suami dan anakku sudah berpaling dariku dan lebih memilih mantan istrinya. Aku bisa apa?!" Ucapnya Sambil tertawa dan memukul dadanya sendiri. Reno merasa tidak enak pada kami segera mendekat dan mencoba merangkul ibunya."Mama, tenangkanlah diri mama, kami akan cari pengacara agar mama bisa mendapatkan sedikit keringanan hukuman dan tetaplah bersikap baik selama be

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    120. semoga

    Aku masih terdiam memikirkan percakapan kami beberapa saat yang lalu di rumah Mas Faisal. Sementara suamiku di sisiku mengemudi dengan tenang sambil mengikuti beberapa senandung lagu yang diputar di radio."Aku minta maaf ya Mas, aku sempat berpikiran negatif tentang dirimu._"Suamiku hanya menarik nafasnya lalu tersenyum dan menggeleng pelan,"Siapapun bisa berprasangka jika tidak diberi keterangan dengan lengkap. Kalau hanya mendengar berita sepotong-sepotong saja kadang seseorang akan menjadi salah paham. Karena aku menyadarinya, maka aku meluruskannya.""Kenapa kau tidak merasa tersinggung sama sekali atau kecewa padaku yang sudah berprasangka?""Kenapa aku harus bersikap sensitif kepada istriku? Wanita adalah tulang rusuk, kalau dia dipaksa lurus, atau dengan kata lain dia dipaksa untuk selalu pengertian dan memahamiku, maka itu adalah keputusan yang salah.""Aku terkejut karena kau sangat pengertian Mas.""Aku selalu pengertian dari dulu," jawabnya sambil membelokkan kemudi mob

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    119. suami pandai

    "Agak lama rupanya kalian membuat kopi ya," ucap Mas Rusdi sambil menatap diriku dan Reno yang canggung karena dicurigai olehnya."Kami berbincang sebentar, berbasa-basi sambil saling menanyakan kabar karena aku dan reno sudah sama tidak saling menyapa secara pribadi."Lelaki yang telah menjadi suamiku selama 2 tahun lebih itu menatap aku dan mantan suamiku secara bergantian lalu anak tiriku."Aku menangkap kecurigaanmu terhadapku dan aku tahu pasti Reno sudah memberitahu semuanya," ujar Mas Rusdi."Aku tidak mengerti apa yang kau katakan Mas, ayo minum kopinya," ucapku sambil meletakkan cangkir kopi di depannya."Melalui kesempatan ini aku ingin bicara dari hati ke hati dengan kalian, terutama dengan Faisal.""Ada apa?" tanya Mas Faisal dengan wajah sedikit kaget dan bingung."Aku minta maaf karena apa yang kulakukan sudah sejauh ini cukup menyakiti perasaanmu tapi aku tidak punya pilihan lain untuk mengungkapkan kebenaran sehingga aku harus membawa istrimu ke rumahku. Percayalah,

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    118. iya

    Melihat sikap suamiku yang seolah berbeda dari kenyataannya, Aku jadi penasaran sudah sejauh apa yang dia lakukan untuk melindungi kami. Aku memang mencintainya dan percaya padanya aku yakin atas semua keputusan dan tindakannya tapi aku tidak ingin dia terlalu berlebihan dan sampai berlumuran dosa.Dosa kemarin saja belum dicuci dan ditebus apalagi sekarang ditambahkan dengan dosa-dosa yang baru. Sungguh aku tak sanggup. Kini kami menyambangi Mas Faisal yang terlihat terbaring di sebuah kasur yang sudah disediakan di ruang tv. Dari dulu kebiasaannya Ia memang suka berada di ruang tengah kalau sedang sakit, agar dia bisa melihat aktivitas anggota keluarga dan tetap bersama dengan orang orang yang dia cintai sepanjang waktu. Tapi itu dulu, saat bersamaku. Kami basa basi sejenak, hingga akhirnya Mas Faisal meminta Reno untuk membuatkan minuman ke dapur."Reno, minta asisten untuk membuatkan kita minuman.""Si mbak lagi libur Pa, aku aja yang buatkan," jawabnya."Biar umi bantu," ujar

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    117. tentang reno

    Minggu-minggu ini aku dan keluargaku sangat sibuk, setelah berkutat dengan kasus tentang Rima, anak-anakku disibukkan dengan bergantian menjenguk dan menjaga ayah mereka. Seminggu aku tidak keluar rumah karena sibuk mengurusi suami dan anak-anakku. Aku juga melakukan healing dengan membereskan perabotan dan menata koleksi piring keramik yang kusukai. Juga aku juga pergi menghabiskan waktu dengan mas Rusdi untuk menenangkan pikiranku dari beberapa konflik yang terjadi di minggu-minggu kemarin.Banyak hal yang sudah kami bicarakan, terkait rencana di masa depan, bagaimana kelancaran usaha serta pendidikan anak-anak. Aku dan suamiku berkomitmen untuk tetap bekerja keras demi keluarga kami. Meski suamiku sudah dibilang pensiun dengan semua usaha dan kekayaannya serta sudah punya banyak investasi tapi tidak menjadikan hal itu sebagai alasan untuk berleha-leha saja. Kami berkomitmen untuk tetap giat sambil menghabiskan masa-masa bersama dengan bahagia.Kami juga menyempatkan waktu untuk

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    116

    Hatiku memanas mendengar ungkapan dan kejujurannya, ternyata selama ini dia dan Mas Faisal mempermainkan perasaan dan akalku. Mereka memanfaatkan ketulusan hatiku untuk bersenang-senang dan menertawai kepolosanku yang selalu percaya pada suami, aku seperti mainan yang ditonton dari jauh dan ditertawakan. Aku seperti lelucon yang layak dijadikan komedi dan seperti hiburan gratis bagi mereka berdua. Miris dan menyakitkan sekali. Wanita itu masih tertawa di hadapanku sementara aku tetap tenang memperhatikan ia berbahagia dengan semua ilusi di dalam hatinya, kubiarkan ia mengenang masa lalu karena mungkin dengan begitu ia bisa meredakan penderitaan di hatinya atas kenyataan yang ada. Sekalipun dia bahagia telah menipuku tapi kenyataan yang ada di depan matanya tidak bisa dihindarkan, penjara dan hukuman sudah menunggu, tidak ada yang bisa menyelamatkan dia karena bukti sudah kuat dan saksi juga telah memberikan keterangannya.Dia masih tergelak, tergelak, menertawai kebodohanku yang sela

  • Dua Puluh Tahun Dalam Sandiwara    115. melihat Rima

    Banyak yang terjadi setelah aku pulang dari rumah sakit, aku dan ketiga putra putriku sempat duduk di ruang keluarga untuk membahas masalah ayah mereka yang sakit, dan tentang apa yang akan terjadi di masa depan, antara mereka, Reno dan ayah mereka."Kami tidak masalah memperbaiki hubungan dan menerima mereka baik baik, tapi kalau si Reno banyak tingkah tentu saja aku tidak akan tahan," ujar Rena."Dengan apa yang terjadi kurasa anak itu sudah banyak belajar Kak," ujar Felicia sambil menatap kedua kakaknya."Aku harap begitu, dalam konflik yang terjadi di keluarga kita ini ... tidak ada seorangpun yang menang, ibaratnya, menang jadi arang dan kalah jadi abu.""Hmm, benar, tapi Umi tidak pernah merasa berkompetisi dengan tante Rima. Tante rimalah yang menganggap Umi sebagai saingan dan selalu berusaha mengalahkannya, ujungnya dia pusing sendiri lalu putus asa dan mengambil jalan pintas yang tidak ia pikirkan konsekuensinya. Sekarang, setelah semuanya hancur barulah timbul penyesalan d

DMCA.com Protection Status