Share

7 Jawaban Pedas

Penulis: Alibn A.
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-26 18:35:08

"Bang Radit! Trus dia ngapain ke restoran?"

"Nah, itu dia, Dil. Mungkin kau akan terkejut, Dil. Aku juga syok lihatnya. Tau gak siapa yang dia temui?"

"Maksudmu gimana, Nit?"

Tidak berselang lama, Nita mengirim beberapa gambar yang diambilnya ke ponsel milik Dila. Dugaannya beberapa hari terakhir semakin membuatnya yakin.

Ternyata, Radit memiliki wanita selingkuhan. Wajah wanita di dalam foto tersebut masih sangat muda dan tidak terlalu tua.

Jelas sekali di gambar tersebut mereka terlihat sangat mesra. Radit beberapa kali mengelus tangan wanita di depannya dan mencubit dagu sambil tersenyum.

Mata Dila menatap tajam ke gambar kemudian memerah karena sakit. Namun, perasaan jijik mulai membentuk dari sudut bibirnya.

Lelaki itu sangat tidak malu mempertontonkan perlakuannya di depan orang banyak. Dila kemudian menutup video yang belum selesai ditontonnya. Nita merekam juga selain mengambil gambar kedua insan yang sangat intim dan mesra itu.

"Dil, kamu baik-baik saja 'kan?" Nita merasa tak nyaman karena Dila belum bersuara semenjak mengirim gambar tadi. "Dila ...."

"Iya, Nit. Aku baik-baik saja."

"Tenang saja, aku akan beritahu lagi jika aku menemukan informasi yang lain tentang Radit. Mereka berdua sudah pergi, Dil."

"Makasih, Nit. Kalau tidak ada kau, mungkin aku akan hidup dalam kebohongan Bang Radit."

"Sebagai teman, aku harus membantu sebisa yang kulakukan, Dil. Oke, kalau gitu aku lanjut dulu, ya."

Nita menutup panggilan kemudian pergi melalui jalur lain agar tidak terlihat oleh Radit. Ia harus berhati-hati agar tidak diketahui, sedang mengintai lelaki itu.

Radit sudah berpisah dengan wanita di sampingnya. Ia seakan berat melepas genggaman tangan wanita itu.

"Aku akan semakin merindukanmu, Ser!" Lelaki bercambang itu masih menggenggam tangan wanita di depannya.

"Ntar malam kita masih akan ketemu, Bang," ucap wanita di depannya dengan memanyunkan bibirnya. "Kemarin kau sudah minta jatah. Tiap hari harus jatah lagi! Jalan-jalan ke mana, kek. Jangan di kosan mulu."

"Okay, ntar WA aja tempat yang kau mau. Asal kamu senang. Kau sangat menggairahkan!" cubitan manis itu kembali ia lakukan ke wanita di depannya.

"Okay, bye!"

Nita memasuki taksi setelah mengambil gambar mereka saat berpelukan dan saling menautkan bibir untuk perpisahan. Tak lupa, Nita mengirim gambar tersebut ke temannya.

Dila yang sedang duduk di kursi meraih kembali benda pipih miliknya dan membuka pesan masuk ke WA. Ia penasaran apa yang dikirim oleh temannya itu.

Hatinya kembali memanas saat gambar itu dilihatnya. Sangat menjijikkan!

"Baik, sudah cukup, Bang. Saatnya, aku harus membuat keputusan dengan caraku," gumamnya dengan hati memanas.

Dia harus bersiap dengan segala kemungkinan yang buruk terjadi. Wanita dengan bulu mata lentik itu harus mencari tahu siapa wanita yang bersama Radit.

Dari sikap keduanya, mereka bukan hanya sekedar teman, tetapi lebih dari itu. Apalagi pelukan dan ciuman itu.

***

Setelah beberapa jam di ruang pijat dan SPA, Dila kembali ke kedai. Perasaannya kembali segar setelah melakukan treatment tadi. Hampir sekitar tiga tahun, ia tidak pernah memanjakan dirinya.

Untuk mengobati rasa kangennya, ia pun pergi ke tempat tersebut.

"Selamat siang, Dila!"

"Se-lamat siang dokter Diana." Dila menoleh, juga terkejut mendengar suara tersebut. Pasalnya, sudah lama dia tidak bertemu.

"Di mana aja sih selama ini? Baru ketemu lagi."

"Iya, dok. Maklum mama baru. Super ribet! Baru ketemu lagi nih. Udah kangen banget sama SPA milikmu." Dila mendekati pemilik SPA tersebut dan saling cipika-cipiki.

"Sama pemiliknya, tidak?"

"Sekalian sama pemiliknya juga." Dila melempar senyum.

"Kamu kelihatan kurus sekarang. Apa suamimu gak manjain kamu?" Tatapan dokter Diana kembali serius ke Dila.

Pertanyaan dokter Diana membuat Dila membisu sejenak. Ia masih bingung bagaimana harus menjawabnya. Ia tidak tahu apakah dokter serius atau sedang bercanda. Namun, pertanyaan itu sedikit menyentil hatinya.

"Gak perlu jawab, kok kalau kau keberatan. Tapi, biasanya bila istri terlihat kurus dan tidak terawat, berarti suaminya pelit atau mungkin kurang peka," bisik dokter ke wanita di dekatnya dengan senyum.

"Bu dokter bisa aja."

"Ya, sepanjang yang aku tahu sih, gitu. Tapi, semoga kalian baik-baik saja, Dil."

Dila tidak mampu berbicara banyak karena apa yang diucapkan oleh dokter Diana sangat tepat sasaran dan benar. Ia tidak mampu berkilah.

"Benar 'kan kau baik-baik saja?"

"Iya, dok. Minta doanya saja. Semoga tidak ada masalah yang sangat besar."

"Iya, aku doakan yang terbaik untuk kalian."

Mereka berjalan hingga ke depan pintu keluar. Mereka bercakap-cakap sehingga tanpa sadar telah sampai di pintu.

"Sampai jumpa lagi, dok."

"Okay, sampai jumpa. Salamku sama putri kecilmu."

Dila berbalik dan masuk ke taksi yang telah lama menunggunya di depan gedung. Rasa kangennya untuk memanjakan diri telah terobati.

Tiga tahun bersama Radit, ia lebih banyak menyibukkan diri mengurus kebutuhan suaminya dan juga keluarga lelaki itu. Ia sampai lupa dengan merawat dirinya. Fokusnya telah terbagi. Apalagi dengan hadirnya buah hati di antara mereka.

Hari semakin sore. Dila selalu mengecek keadaan bayi dan putrinya lewat ponselnya. Baby sitter yang disewanya sangat dapat diandalkan.

Ia pun memutuskan pulang ke rumah mertuanya. Sebelumnya, dia sudah mengecek sebuah rumah minimalis modern. Ia berencana untuk menempati rumah tersebut agar terhindar dari keluarga toxic. Ia sudah siap dengan segala kemungkinan yang buruk.

Mobil yang mereka tumpangi ialah pemberian kedua orang tuanya. Ibunya menyarankan untuk memakai mobil tua milik bapaknya. Walaupun mobil tua, setidaknya mobil tersebut masih bisa dikendarai dan digunakan.

"Pekerjaan apa sih yang membolehkan membawa anak dan juga baby sitter segala?" tanya Sela dengan sedikit heran.

"Ada dong. Kan milik sepupu." Dila menjawab santai dan berlalu. Ia tidak ingin meladeni terlalu banyak pertanyaan iparnya itu.

"Apa jangan-jangan jadi pengemis," sambung Sela dengan sedikit mencibir.

Tiba-tiba mata Sela fokus ke tas yang dipegang oleh Dila. Ia tidak menyadari keberadaan tas tersebut sejak tadi.

"Loh, itu tas milikmu?"

"Iya. Emangnya kenapa?" Dila baru sadar, Sela akan terkejut dengan tas yang dipegangnya.

Sela masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mereknya saja sangat mudah dikenal dan tentunya harga tas tersebut lumayan mahal. Ia tentu tidak tahu bahwa Dila membelinya di salah satu tokoh milik seseorang yang dikenalnya.

"Di mana kau mendapatkannya? Bu, coba ke sini!" Kebetulan ibunya keluar dari kamar. "Lihat tas yang dipegang oleh Dila. Apa dia menghabiskan uang Bang Radit hanya untuk membeli tas itu?"

"Apa? Tapi, harganya bisa sekitar dua kali lipat gaji Radit, Sel. Di mana kau mendapatkannya, Dil? Jangan bilang kau memeras uang suamimu. Dasar pemboros!"

"Hei, kamu baby sitter. Siapa namamu?"

"Asti."

"Ya, Asti. Kamu kan mengikuti Dila. Emang dia kerja di mana?"

"Di sebuah tempat yang bagus, Mba."

"Hei, aku serius bertanya. Semua tempat kerja itu pasti bagus. Aku nanya di mana?" Sela menjadi marah karena jawaban Asti seperti mempermainkannya.

Dila tersenyum puas. Ia tidak menyangka Asti akan menjawab seperti tadi. Baby sitter-nya tersebut sangat cepat mengerti maksudnya. Beberapa hari yang lalu Dila memberitahunya untuk tidak menyebut tempatnya bekerja.

"Asti benar, kok. Lagian untuk apa kau kepo dengan pekerjaan orang," sambung Dila.

"Nah, itu Bang Radit sudah pulang."

"Ada apa ini? Serius amat!"

"Lihat tuh, Bang. Istrimu itu emang boros. Ternyata, duit yang kau berikan selama ini hanya digunakan untuk beli tas semacam itu." Sela tidak mau menunggu lama. Ia langsung mengeluarkan kata-kata tajamnya yang langsung to the target.

Lelaki itu masih mengernyitkan dahi. Pikirannya masih berkelana. Selama ini dia tidak pernah memberi istrinya jatah bulanan dua juta pas atau pun lebih, kadang kurang sedikit.

"Oh, mengenai tas ini!" Dila langsung menyahut. "Ini tas dari jerih payahku. Kebetulan aku mendapatkan bonus dari tempat kerja. Ya, lumayan untuk membeli tas yang bisa diisi banyak keperluanku. Lagian duit Bang Radit gak bakal mampu membelinya, kok. Jadi, kalian tidak perlu khawatir. Jatah bulanan saja tidak bisa untuk menutupi keperluan kedua bayiku."

"Maksudmu apa? Kamu menganggap Abang tidak mampu membiayai kalian?" Radit tersinggung kalau direndahkan.

"Ya, kenyataannya seperti itu." Dila berlalu.

Lelaki itu naik pitam. Namun, Radit merasa, melihat Dila yang berbeda. Dila semakin rapi dan modis. Wajahnya juga terlihat bersih dan tidak kusam seperti sebelumnya.

Bab terkait

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   8 Kepergok

    Dila memasuki kamar di mana Asti dan kedua anaknya sudah lama menunggu di dalam. Asti sangat mengerti, sehingga membawa mereka agar tidak mendengar pertengkaran orang dewasa. Dila sudah tidak peduli dengan penilaian keluarga suaminya padanya. Keberadaannya saja dianggap sesuatu yang tidak berguna. Ia merasa seolah orang asing di rumah keluarga suaminya sendiri. Ipar yang julid, mertua yang menusuknya dari belakang, dan suami yang tidak tahu diri dan bertanggung jawab. Ia merasa muak dengan semua yang penuh kepura-puraan. Diam terus akan semakin ditindas. Ia sudah tidak tahan dengan semuanya. Pilihannya dia harus menentukan sendiri."Dila, kamu kenapa semakin berubah seperti ini? Abang seperti tidak mengenalmu lagi." Radit memasuki kamar. Dia belum puas berbicara dengan Dila sehingga mengikutinya ke kamar. "Maaf, Non. Saya izin keluar!" Asti merasa tidak nyaman ikut campur dengan masalah majikannya. Ia pun memutuskan keluar dengan membawa Syifa dan baby Nisya ke kamar kosong yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-26
  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   9 Wajah yang Sama

    Dila sudah berdiri tepat di tengah pintu sambil melipat kedua tangannya di atas dada. Tatapannya sangat tajam."Bang .... Siapa yang Abang ajak bicara? Jadi, seperti ini yang kau lakukan di belakangku? Abang punya hubungan dengan seseorang "kan? Jujur ...." Suara Dila sudah meninggi, kemudian terjeda. Seketika, lelaki itu membalikkan badan dan menoleh ke Dila. "Ssst ...." Ia memberi isyarat dengan menempelkan telunjuknya ke bibirnya. "Jadi, gitu Wan caranya merayu agar hati istrimu luluh kembali." Radit seolah masih serius berbicara di dalam sambungan telepon. "Sudah dulu, Wan. Kita sambung lagi besok." Ponsel yang menempel di telinga sudah diturunkan.Dila mengernyitkan dahi. Dia sangat tidak mengerti."Tadi, teman sedang curhat. Dia minta saran bagaimana meluluhkan hati pasangannya. Mereka sedang tidak akur. Jadi, Abang hanya bantu sebisanya." Radit memberi penjelasan."Teman? Abang tidak berbohong 'kan? Aku sudah mendengar semua percakapanmu, Bang. Jangan berani menipuku." Dila m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   10 Panas

    Dila masih menatap foto tersebut. Pikirannya kembali membayangkan wajah wanita yang dibawa oleh Radit, kemudian membandingkannya. Ia sangat yakin mereka orang yang sama, hanya berbeda dari penampilan saja. Deru di dadanya memompa dan tidak menentu. "Ma, Papa dengan siapa tadi?" Dila menoleh pada putrinya sambil mengusap rambutnya. "Dengan ART yang akan membantu bersih-bersih di rumah nenek.""Kok, Mama sedih?""Tidak, Sayang." Dila buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak ingin putrinya melihat kalau ibunya bersedih. Ia memikirkan nasib kedua putrinya di kemudian hari tanpa sosok ayah di samping mereka. Ia mulai memikirkan matang-matang tentang keputusannya. Keputusannya untuk berpisah nanti akan mengorbankan nasib kedua putrinya. Hal itu yang mulai mengganggunya belakangan ini.Radit semakin nekat. Dia mencoba untuk membohongi istri dan keluarganya. Namun ternyata, dia salah. Istrinya sangat mudah mengenal siasatnya. Mungkin juga karena lelaki itu tidak bisa men

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   11 Kepergok

    Dorongan pintu sangat keras menghentak dinding. Cukup mengejutkan orang di dalam. Matanya sangat tajam seakan menembus setiap inci benda yang dipandangnya. Ia tidak menyangka lelaki itu sangat nekat membawa selingkuhannya di rumah. Deru jantungnya memompa makin tidak menentu. Kedua insan di dalam ruangan tersebut membeku. Seakan berubah menjadi batu. Lelaki bercambang itu kalang kabut. Ia tidak sempat menutup dirinya, begitu juga wanita yang berbaring itu. "Jadi, kalian yang berzina di rumah ini? Bang, kamu berzina dengan wanita pelacur ini?" teriak Dila, hingga suaranya terdengar di luar rumah.Dila berhenti di situ saja. Ia terus mencecar Radit dengan berbagai pertanyaan. Tentang pembicaraan lelaki itu di telepon saban hari dengan seorang wanita, dan suara yang menjawab di telepon. Ia baru ingat bahwa suara yang menjawab panggilannya di ponsel sangat mirip.Radit mulai mencari pakaiannya yang entah berserakan ke mana. Nafsu telah menguasai mereka, sehingga tidak sadar telah melem

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   12 Titik Balik

    Warga belum puas sehingga memutuskan tetap berkerumun. Mereka tidak pulang melainkan menunggu pihak yang berwajib untuk membawa kedua pasangan tersebut. Bu Santi masih syok. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Mendengar kenyataan putranya berzina di rumahnya membuat hatinya perih. Putra yang dibanggakannya telah menodai kepercayaan dan kebanggaannya. "Nak Dila tunggu sebentar, ya. Pihak kepolisian sedang membuat informasi dan kesaksian Nak Dila." Pak RT meminta Dila agar tidak pergi. Dila hanya mengangguk. Ia tidak bisa menahan rasa sakitnya yang sangat dalam, karena dikhianati oleh lelaki yang telah menikahinya tiga tahun terakhir. Ternyata menyaksikan sendiri, terasa lebih sakit daripada mendengar dari kesaksian orang. Ia masih sangat terpukul. Beberapa warga masih mengira bahwa Radit membawa wanita itu untuk berhubungan di rumah tersebut. Namun, Bu Santi menjelaskan bahwa wanita yang bersama Radit, seorang ART yang akan bekerja di rumahnya. Ia yang meminta putranya mencarikan se

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   13 Hubungan yang Terendus

    Enam pasang mata itu masih menatapnya tajam saat meninggalkan rumah. Ucapan Dila tadi membuat mereka meradang. Marah dan juga kesal sudah menyatu.Pisah memang pilihan yang berat. Namun untuk kondisinya saat ini merupakan pilihan yang tepat. Mempertahankan bahtera rumah tangga dengan Radit lambat laun akan rubuh juga fondasi yang dibangun. Lelaki itu yang merubuhkannya sendiri. Radit telah menodai perjanjian di atas altar nikah yang pernah diucapkannya. Hati Dila sakit melihat putrinya, yang terus-menerus memanggil ayahnya untuk mengikuti mereka. Dila mencoba menenangkan putrinya. Ia mencoba ikhlas menerima kenyataan pahit tentang nasib kedua putrinya. Ia sadar kedua gadis kecilnya masih membutuhkan sosok ayah di samping mereka. Anak kecil itu belum mengerti dengan apa yang terjadi. Ia hanya ingin ayahnya menyahut ajakannya. Gadis kecil berusia tiga tahun itu menghampiri, kemudian mencoba menarik tangan ayahnya, tetapi digagalkan oleh ibunya.Dia ingin bertanya kenapa. Ia tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   14 Penyesalan

    Ternyata pernikahan siri antara Radit dan Serli bukan sebelum kejadian tertangkap basah beberapa hari yang lalu itu, tetapi sebaliknya. Kebohongan yang dilakukan Radit bisa ditahu oleh warga sekitar, berkat kekuatan jejak digital yang ditelusuri warganet. Radit semakin tidak nyaman saat bekerja apalagi melintas di depan ruang kerja teman kantor. Pernikahan sirinya sudah menjadi buah bibir di kantor, tidak bisa disembunyikan lagi. ***"Aku muak kerja lagi!" Lelaki bercambang itu melempar tasnya begitu saja. "Kenapa, Dit?" "Muak, Bu dengan teman-teman di kantor. Apa tidak ada pembahasan lain selain menggosipkan tentangku?""Orang-orang memang seperti itu. Udah biarin aja!""Awalnya aku cuek, tetapi lama-kelamaan jadi jengkel juga," sungut Radit. "Dan ternyata mereka sudah tahu kalau ....""Kalau kenapa?" tanya ibunya penasaran. Radit tidak melanjutkan penjelasannya. Ia khawatir ibunya tahu kalau dia belum nikah siri dengan Serli. Ia pun memilih menutup mulut."Kalau a-ku nikah siri

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09
  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   15 Serly dan Suara itu

    "SERLI ... cepat buatkan kami makan! Abang sudah lapar." Radit sudah tidak bisa menahan diri. "Abang tunggu ya, di dapur!" Lelaki itu segera pergi dan tidak menunggu jawaban wanita itu. Ia tahu Serli akan memberikan alasan lagi. Jadi, dia memutuskan pergi dan menunggu di ruang makan saja. Wanita yang sedang berbaring itu membisu karena keterkejutannya. Bentakan keras suara lelaki tadi membuatnya sakit hati. Selama setahun memiliki hubungan dengan lelaki itu, dia tidak pernah diperlakukan seperti tadi. Lelaki itu selalu bersikap baik, romantis dan memanjakannya. Namun yang baru saja ia dengar telah mengubah pandangannya tentang lelaki itu. Hampir setengah jam, Serli belum keluar dari kamar. Radit mulai gelisah dan juga meradang. Wanita yang ditunggu belum juga menampakkan wajahnya atau pun beraktivitas di dapur. Radit pergi ke luar untuk memarkirkan kendaraannya yang sembarang saja disimpan saat tiba di rumah. Kesal dan jengkel di kantor belum hilang, kini muncul kekesalan baru te

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10

Bab terbaru

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   61 Penangkapan

    Sebuah notifikasi panggilan masuk ke ponselnya. Herjunot segera menjawab panggilan tersebut. “Ada apa, Vid?”“Laporan yang anda minta beberapa minggu lalu sudah kami kumpulkan. Apakah anda ingin aku kirimkan sekarang, Tuan?”“Okay, silakan! Aku akan mengeceknya segera.”Herjunot beranjak menuju kamar kemudian duduk di kursi dan menyalakan laptop miliknya. Dengan segera membuka kotak masuk di email setelah laptop on. Beberapa menit kemudian pesan yang dinantikannya sudah masuk. Ia pun membuka dan memperhatikan dengan seksama isi laporan tersebut. Beranjak tempat duduknya dan segera meraih blazer miliknya. “Sayang, aku harus ke kantor sekarang. See you!” Herjunot mengecup keningnya.“Hati-hati ya, Mas. Jangan ngebut kalau mengendarai mobil.”“Gak, kok, Nato yang akan mengantarku ke kantor.”“Syukurlah.”Dila mengantarnya sekaligus menemani hingga ke depan pintu. Senyum indah ia berikan sebelum lelaki tampan yang disayanginya masuk ke mobil. Herjunot membalas senyum itu kemudian melambai

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   60 Meleburnya Dua Insan

    Mereka pun tiba di depan kamar. Pintu kamar terbuka dengan mudah. Herjunot membukanya dengan menggunakan kaki, kebetulan tidak terkunci rapat. Lelaki dengan tubuh atletis itu meletakan istrinya ke atas ranjang tempat tidur. Setelah membersihkan badan dan mengganti pakaian, Dila kembali duduk ke tepi ranjang. Tidak berselang lama Herjunot kembali duduk di sampingnya. Mereka bercengkerama bersama hingga tak terasa malam semakin larut. Herjunot menyandarkan kepala istrinya ke dada miliknya. Kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu melewati malam yang syahdu dengan penuh gelora. Dila menoleh ke atas dan menatap wajah yang sangat menawan itu. “Mas, apakah kau tidak akan menyesal menikahiku?”“Pertanyaan macam apa itu? Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?”“Tidak, Mas. Aku hanya khawatir dengan keadaan dan statusku yang sekarang. Aku seorang janda.”“Aku sudah memperhitungkan segalanya. Lagipula yang memutuskan untuk menikahimu adalah aku, bukan siapapun. Itu berarti aku memang mem

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   59 Rayuan Maut Herjunot

    “Ya, Abang benar. Biasanya, tangisan anak kecil hanya sebagai siasat untuk meluluhkanmu, Bang.”“Nah, itu yang Abang maksud.”Hati Serly menjadi plong dari beban pikiran yang menyelimutinya tadi. Ia merasa dirinya masih sangat dibutuhkan oleh suaminya. Ia sangat bangga mendengar kata-kata tersebut keluar dari mulut lelaki di sampingnya. Matanya tidak berhenti menatap lelaki yang sedang menyetir mobil tersebut dengan puas diri. “Kamu kenapa aneh gitu, Ser?”“Aneh kenapa, Bang?” “Kenapa menatapku terus seperti itu? Senyum-senyum pula ….” Radit merasa aneh dengan sikap istrinya.“Ti-dak, kok, Bang.” Serly tergagap karena ketahuan suaminya menatap terus sambil tersenyum. Ia pun menolehkan kepala dan menatap lurus ke depan.Mobil masih terus melaju, mengantar mereka kembali ke rumah. Radit masih menyetir, tetapi matanya sesekali melirik ke Serly. Ia masih bertanya-tanya dengan sikap wanita, yang duduk di sampingnya. Sebelumnya, ia melihat raut wajah Serly yang cemberut di pesta tadi, kemu

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   58 Syifa Menahan Papanya

    Secara reflek Martin melakukannya. Hatinya mengarahkan untuk menuntun wanita tersebut. Raut wajahnya tidak menunjukan ekspresi sedih, marah atau canggung sedikitpun. Dila masih bertanya-tanya sambil sesekali melirik lelaki itu. Dila sadar banyak mata menatap mereka. Ia bingung bagaimana harus menyikapi tindakan Martin. Ia ingin memberi isyarat kepada Martin, tetapi tak enak hati karena semua sudah memperhatikan mereka. Kakinya tetap melangkah mengikuti arah ke mana lelaki itu mengantarnya. Herjunot menatap lelaki yang sedang berjalan dengan calon istrinya tersebut dengan tatapan penuh tanda tanya. Hingga mereka mulai mendekat padanya. “Silakan duduk calon iparku!” Martin mepersilakan Dila untuk duduk dengan melemparkan senyuman. “Terima kasih.”Akhirnya, Herjunot mengembuskan napas. Tanda tanya dan kebingungan tadi seketika lenyap. Martin meliriknya sebentar dengan menyunggingkan senyuman. “Selamat berbahagia, my brother!” ucapnya kemudian kembali menghampiri Celline yang sempa

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   57 Genggaman Tangan Martin

    Bab 57Dila terperanjat. “Ma-af, aku tidak mengerti apa maksudmu.”“Sejak pertama kali melihatmu, aku langsung jatuh hati padamu. Kau orang yang menyenangkan. Aku sangat suka bila mengobrol denganmu.”“Maaf, Mas, aku tidak bisa. Aku sudah tunangan dengan Herjunot. Kau sangat tahu kami saling mencintai.”“Aku tahu ini salah, tapi kau sudah terlanjur memikat hatiku.”“Mencintai beda dengan mengagumi. Mungkin anda hanya mengagumi.”“Aku serius, Dila. Aku harus jujur aku mencintai.”Dila deg-degan. Ia tak menyangka akan bertemu dengan seseorang yang sangat berani mengungkapkan isi hati padanya secara langsung. Namun, ia juga menjadi was-was karena lelaki itu tidak peduli dengan jawabannya. Sebelumnya, ia sudah mengatakan bahwa ia tidak bisa menerima lelaki itu. “Maaf, Aku tidak bisa. Bolehkah, aku melanjutkan pekerjaanku?” Dila merasa tidak nyaman bila ditatap terlalu dekat. Ia tidak pernah sedekat ini dengan orang asing baginya. Secara tiba-tiba, pintu ruangan Dila dibuka. Keduanya men

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   56 Martin di Butik Dila

    Bab 56“Aku, Tuan?” tanya Serly dengan nada bergetar. “Ya, aku berbicara denganmu. Siapa lagi?”“Baik, Tuan.” Wajah ceria Serly berubah suram. Tadi, ia berpikir semua telah selesai ketika Herjunot menyuruh mereka pergi. Ia mulai senang. Namun, semuanya berubah dalam beberapa detik di saat bos suaminya itu memanggil dan memintanya berhenti.“Dila, ada yang ingin kamu sampaikan padanya?”Dila menoleh ke Herjunot. Sebenarnya, ia tidak ingin membahas Serly dan mengingat perlakuan wanita itu. Bila melihat Serly, ia seperti melihat iblis berwujud manusia. Sangat berbahaya. “Aku ingin dia menjauh dari sini.” Dila sama sekali malas berurusan dengan wanita itu. Ia pun berlalu dan pergi lebih dulu ke ruang kerja Herjunot. Ia malas bertemu dengan Serly. Kini tinggal Herjunot dan Serly. Herjunot pun menatap Serly. “Kau harus mendapatkan kata maaf darinya, kemudian aku akan melepaskanmu. Jika tidak, hidupmu tidak akan aman. Kau tahu akhirnya ke mana? Kau akan berakhir di penjara dan membusuk

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   55 Radit dan Sherly Dipergok

    “Dila ….” Walaupun masih dalam kebingungan, ia tetap menyapa wanita di depannya.Martin beberapa kali mengajak Dila untuk mengobrol. Dia terlalu asyik mengobrol dan sesekali menanyakan perihal Herjunot ke Dila, sehingga tak sadar bahwa mereka terlalu lama mengobrol. Semakin mereka mengobrol, semakin membuat Martin ingin tahu lebih jauh. Dila merupakan teman yang asyik untuk diajak mengobrol apapun. “Aku dengar bahwa kalian sudah lama menjalin hubungan. Benarkah begitu?”“Iya, semenjak di masa sekolah menengah ….”Celline hampir saja tersedak oleh air yang diminumnya. Ia segera melap mulutnya dengan tisu. Ia tidak menoleh ke Dila. Namun, telinganya mendengar jelas jawaban Dila tadi.“Kau tidak apa-apa, Sayang?” tanya Martin sambil menyodorkan tisu padanya.“Tidak, Sayang. Aku hanya terburu-buru tadi.” Martin kembali menoleh ke lawan bicaranya. “Mungkin sebaiknya kita makan agar makanan ini tidak dingin.”“Benar. Yuk, kita makan!”“Oh, ya. Tadi, kau bilang, hubungan kalian semenjak ma

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   54 Dila dan Celline

    Herjunot menoleh ke wanita di samping Martin. Wanita itu menyunggingkan senyum yang mengisyaratkan sesuatu bahwa dia juga bisa mendapatkan yang lebih daripada lelaki di depannya. “Kenalkan, aku Celline ….” Wanita itu seolah merasa tidak mengenal Herjunot. Ia bersikap dingin saat mengulurkan tangan.“Herjunot ….” Lelaki itu membalas uluran tangannya.Di satu sisi, ia bahagia melihat wanita di depannya telah menemukan pengganti dirinya. Namun di sisi lain, ia merasa kasihan dengan sepupunya. Ia khawatir wanita itu memiliki tendensi lain. Apapun itu, ia tetap mendukung sepupunya, karena Martin sudah sering bercerita dengannya mengenai wanita ini. Ia ingin memberitahu sepupunya tentang Celline yang sesungguhnya. Akan tetapi, ia tak mau merusak hubungan sepupunya yang masih seumur jagung. Tak baik juga baginya ikut campur masalah hubungan orang lain. Ia berharap suatu saat semua akan terungkap juga dengan sendiri. Martin sepertinya sangat tergila-gila dengan Celline. Lelaki itu sering b

  • Dua Kali Persalinan tidak Dibiayai Suami   53 Bertemu Seseorang

    Beberapa hari mulai berlalu, Dila sudah bisa beraktivitas. Namun, pergelangan tangan bagian kirinya masih dibalut dengan kain karena tulangnya ada sedikit keretakan. Dia belum bisa beraktivitas berat, hanya bisa berjalan ke butik dan kedai saja. Baru kali ini, ia mulai beraktivitas kembali, setelah kurang lebih dua minggu ia tidak diperbolehkan untuk beraktivitas. Ia sangat bersemangat dan antusias dengan aktivitasnya. Ia sangat merindukan rutinitasnya tersebut. Hari ini, ia sedang di butik, memeriksa beberapa sketsa buatannya dan juga karyawannya. Biasanya sebulan sekali dia akan merancang sekaligus mengeluarkan produk terbaru. Biasanya, dia akan mempertimbangkan selera pasar juga agar selalu up to date. Sebuah notifikasi panggilan masuk ke ponselnya. Ia pun menjawab panggilan tersebut. Ia sangat antusias menjawab panggilan tersebut. Padahal baru sehari mereka berpisah, tetapi seperti sebulan.“Apa kabar, Dil?”“Baik, Mas. Gimana kabarmu di situ?”“Di sini, aku baik juga. Kangen ni

DMCA.com Protection Status