Beranda / CEO / Dua Istri CEO / Bab 86 Tragedi di Yayasan

Share

Bab 86 Tragedi di Yayasan

Penulis: bundaRey
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-10 09:02:45

Brian langsung membanting tas saat masuk ke dalam ruangan kerjanya. Akhir-akhir ini semua hal semakin tidak terkendali. Wijaya sudah mulai menghentikan dukungan bisnis pada perusahaannya secara perlahan, dan juga sikap Kyra yang semakin kurang ajar padanya dan juga Vio.

Dengan sedikit kasar, Brian mendudukkan bokong pada kursi, tak lupa dia juga memijit kening yang menjadi sebuah refleks jika dirinya sedang banyak pikiran. Belum lagi Azzura yang masih belum diketahui keberadaannya.

Mungkin sekitar lima belas menit lelaki itu dalam posisi seperti itu, dan berhenti saat dering nada ponsel mengagetkannya. Matanya memicing saat melihat siapa yang tengah menelepon.

"Halo! Ada apa?" tanyanya dengan nada sedikit ketus. Brian begitu kesal dengan orang ini karena sudah berbulan-bulan, tetapi pekerjaannya tidak mendapatkan hasil.

"Jangan galak seperti itu, Bos."

"Buat apa lemah lembut terhadap kamu? Mencari satu orang saja tidak becus," maki Brian. Orang yang meneleponnya adalah Vincet, anak b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dua Istri CEO   Bab 87 Duka

    "Vincent! Apakah kamu sudah memastikan untuk apa mertuaku datang ke Swiss?" tanya Brian saat Vincent menyetir mobil untuknya menuju bandara. Siang ini dia langsung membatalkan semua janji dan meminta Risa memesankan tiket ke Swiss. Dia yakin jika kepergian Wijaya kali ini ada hubungannya dengan Azzura."Seperti biasanya, Bos. Anak buah saya tidak bisa menembus pertahanan Pak Wijaya. Mereka hanya mengetahui tujuan Pak Wijaya, tetapi tidak bisa mengetahui dengan pasti apa yang terjadi di dalam sana."Brian mengangguk paham. Memang sangat sulit mematai-matai mertuanya tersebut. Entah bagaimana Wijaya selalu bisa mengecoh anak buah Brian.Tidak ada pertanyaan lagi yang keluar dari bibir Brian setelahnya. Hatinya sibuk memikirkan apa yang akan dia lakukan jika bertemu dengan Azzura nanti? Bagaimana keadaan istrinya itu sekarang? Apa dia baik-baik saja?Saat tiba di bandara, Vincent dengan sigap membawakan koper Brian. Lelaki itu sedikit kesulitan saat mengikuti langkah Brian yang lebih cep

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-30
  • Dua Istri CEO   Bab 88 Balasan?

    Seperti disambar petir, itulah yang dirasakan Brian saat ini. Lutut lelaki itu tiba-tiba melemas seperti jeli dan membuat tubuhnya tiba-tiba luruh ke lantai. Bokongnya menyentuh lantai dengan siku yang menumpu pada kursi panjang di sebelahnya. Kepalanya tertunduk dalam dan tak lama terlihatlah bahunya yang bergetar. Lelaki itu kembali menangis setelah mengetahui jika anak dalam kandungan Vio tidak bisa diselamatkan.Vio telah terlebih dahulu keguguran dan saat ini dokter melakukan tindakan kuretasi atas persetujuan Vio. Dia mengira jika Brian tidak akan datang karena tahu jika lelaki itu akan berangkat ke Swiss.Wanita di depannya salah tingkah karena tidak tahu bagaimana harus bersikap. Tidak mungkin dia memeluk maupun menepuk punggung Brian karena dia hanya seorang karyawan. Namun, untungnya kondisi seperti itu tidak berlangsung lama. Brian lantas mengangkat wajahnya dan menghapus air mata yang terlanjur menetes. Brian bangkit dan langsung menuju ke ruang operasi. Walau bagaimanapu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Dua Istri CEO   Bab 89 Kekacauan

    Setelah beberapa hari dirawat di klinik, Vio meminta pada Brian agar bisa pulang. Meski dia belum pulih sepenuhnya, tetapi dia tidak ingin berlama-lama di ruangan yang bau obat. Terlebih tempat ini adalah tempat di mana dia kehilangan janinnya."Aku bisa sendiri, Mas." Vio menolak saat Brian hendak membantunya jalan saat pertama kali keluar dari mobil. Brian hanya menghela napas panjang karena sikap Vio yang mendadak berubah dingin. Dia harus tetap sabar meski beberapa hari ini Vio mendiamkannya.Lelaki itu mengikuti Vio dari belakang, melihat punggung sang istri membuatnya merasa bersalah. Bahunya merosot saat kembali teringat raut wajah Vio yang seperti orang linglung beberapa hari ini. Dia sudah berusaha membuat Vio tersenyum tetapi semua gagal. Vio semakin hari semakin terlihat seperti mayat hidup. Dia bernapas tetapi seolah tidak memiliki jiwa.Suasana begitu hening ketika berada di dalam mobil. Meski tangan mereka saling bergandengan tetapi tidak ada suara yang terdengar. Vio ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Dua Istri CEO   Bab 90 Haruskah?

    Udara sangat panas sama seperti kepala Vio yang rasanya ingin meledak. Masih belum sembuh perasaannya yang hancur karena kehilangan anak di dalam kandungannya, kini harus berhadapan dengan kemarahan Kyra. Brian mengabarkan pada Vio jika tidak perlu menunggu Kyra karena gadis itu tidur di rumah neneknya. Brian meminta Vio untuk tetap tenang dan tidak terlalu banyak berpikir. Namun dia tetap tidak beristirahat meski seharian berada di dalam kamar.Vio terus kepikiran tentang Azzura dan juga Kyra. Dia juga membayangkan bagaimana perasaaan Brian saat ini dengan masalah yang bertubi-tubi. Di saat Brian sedang sibuk mencari Azzura, Vio keguguran, dan sekarang Kyra memusuhinya."Aku harus bertemu dengan Kyra." Vio bangkit dan berjalan keluar kamar. Dia akan menemui Kyra di rumah neneknya.Dengan diantar oleh sopir, Vio tiba di rumah kelaurga Wijaya setengah jam kemudian. Meski dia sudah berada di depan pintu, tetapi dia terlihat ragu ketika ingin menekan bel. Vio cukup lama berdiri di depan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Dua Istri CEO   Bab 91 Kepergian Vio

    Hawa siang ini sangat panas, seperti suasana yang ada di dalam sebuah ruangan. Kyra bahkan enggan menatap Vio yang ada di depannya. Kedua tangan dia letakkan di depan dada dengan wajah dia palingkan ke arah jendela. Matanya menatap ke luar dengan kosong."Jika tidak ada yang ingin kamu katakan, aku akan pergi." Kyra bangkit dari duduknya dan bersiap untuk berjalan ke arah luar tetapi Vio dengan cepat menahan lengan Kyra. Kyra langsung menoleh ke arah Vio dan memberikan tatapan tak suka. Vio dengan cepat menarik tangannya kembali."Maaf." Vio menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Kembalilah, Kyra." Suara lembut Vio terdengar begitu tulus tetapi tidak bagi Kyra. Gadis muda itu justru terlihat semakin kesal. Wajahnya mengeras dan kedua tangannya mengepal erat.Dia menoleh dan terlihat wajahnya yang tegang. Tatapannya tajam seolah dia ingin menelan Vio hidup-hidup. "Aku akan pulang jika kamu pergi dari rumah," ucapnya tegas.Vio shock mendengar ucapan Kyra. Hingga bibirnya y

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Dua Istri CEO   Chapter 92 Semua Orang Pergi

    Brian menatap kosong sembari jari telunjuknya dia ketuk-ketukkan pada meja. Dia ingin segera menyusul Azzura tetapi dia tidak bisa meninggalkan Vio sendirian. Vio masih membutuhkan banyak perhatian. Brian memang telah membayar orang untuk mencari Azzura di Swiss tetapi sampai saat ini belum memberikan kabar. Sepertinya Tuan Wijaya begitu rapat menyembunyikan keberadaan putrinya.Lamunan Brian terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu. Tidak lama setelahnya Risa masuk sembari membawa beberapa berkas di tangannya."Ini surat perjanjian dengan PT. Sejahtera yang bapak minta. Saya juga sudah mengirif soft copynya ke email Bapak," ucap Risa dengan sopan sembari meletakkan berkas di atas meja Brian. Brian dengan cepat meraih berkas itu dan memeriksa isinya. Dia manggut-manggut dan terlihat puas dengan hasil pekerjaan Risa."Baik. Kamu boleh keluar!" Brian meletakkan kembali berkas itu dan memberi isyarat dengan tangan agar Risa keluar. Namun saat dia hendak memutar kursi, suara Risa men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Dua Istri CEO   Bab 93 Janji Selamanya

    Setelah mengetahui jika Vio juga meninggalkannya, Brian langsung mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari Vio. Dia sendiri datang menemui Handoko karena Brian yakin jika Vio tidak mungkin meninggalkan ayahnya.Setiba di rumah Handoko, Brian mengetuk pintu terlebih dahulu. Tidak lama setelahnya pintu terbuka dan perawat yang merawat Handoko bingung ketika melihat Brian."Ada apa, Tuan? Apa ada yang tertinggal?" tanya perawat itu. Dahi Brian mengerut mendengar pertanyaan itu. "Apa maksudmu?"Kini giliran dahi perawat itu yang berkerut. "Bukankah Tuan dan Nyonya tadi datang untuk membawa Tuan Handoko? Nyonya Vio bilang jika Tuan menunggu di dalam taksi.""Apa? Kenapa kamu percaya?" Mendapat bentakan dari Brian, perawat itu hanya bisa menunduk sembari meminta maaf. "Maafkan saya, Tuan. Saya pikir--""Kamu pikir apa? Di mana otak kamu? Bagaimana mungkin aku naik taksi dan tidak turun membantu Vio membawa mertuaku. Kamu benar-benar bodoh!" Brian terlalu murka hingga dia terus menunj

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Dua Istri CEO   Bab 94 Beruang Hitam

    Malam harinya, Brian langsung berangkat ke Swiss. Dia sudah mendapatkan lokasi pasti di mana Azzura saat ini tinggal. Dia berangkat bersama dengan beberapa orang kepercayaannya. Meski berat hati meninggalkan Vio tetapi dia percaya jika kali ini Vio tidak akan meninggalkannya. Dan setelah dia berhasil membawa Azzura pulang, dia baru akan memperbaiki hubungannya dengan Kyra. Kyra keras kepala seperti Azzura, jadi jika saat ini Brian datang Kyra tidak akan pernah mau menemuinya.Setelah melakukan perjalanan selama lebih dari 17 jam, akhirnya Brian tiba di Aberdeen Airport di Jenewa. Di sana, dia sudah ditunggu oleh beberapa orang yang menjemputnya dengan menggunakan mobil SUV berwarna hitam. Ada 3 mobil SUV yang menunggunya di luar bandara."Apakah kamu yakin jika alamat yang kamu berikan itu adalah alamat yang benar?" tanya Brian pada Vincent yang sedang menyetir di sampinnya."Tentu saja, Bos. Saya yakin 1000 persen jika Nyonya Azzura ada di rumah itu." Vincent berkata dengan keyakina

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18

Bab terbaru

  • Dua Istri CEO   Bab 103 Ending

    Udara terasas berat seolah sisa oksigen di udara hanya tersisa sedikit. Jam dinding berdetak pelan, bunyi setiap detiknya seperti abad. Lima orang di sana saling diam dan terkurung dalam pemikirannya sendiri.Pada sofa panjang, duduk Anthony Wijaya bersama sang istri, Wening. Mereka menatap tajam ke arah Brian yang terlihat kusut di depannya. Lelaki itu sedari tadi tak henti bergerak gelisah karena sang istri histeris karenanya. Di sebelah Brian ada Kyra yang masih terlihat shock, melihat kenyataan tentang sang ibu.Di sudut ruangan, ada Adrian yang berdiri sembari menyandarkan punggungnya pada tembok. Kedua tangan dia lipat di depan dada dengan mata yang terus melihat ke arah empat orang di depan sana. Suasana ruangan itu menjadi lebih mencengkam dari pada pemakaman. Bahkan bagi Adrian ini lebih horor dari pada bertemu dengan hantu.Meski dia sahabat dan juga dokter Azzura, dia merasa bingung dengan keadaan ini. Kedua belah pihak masing-masing belum bisa berdamai. Meski Tuan Wijaya s

  • Dua Istri CEO   Bab 102 Azzura Melupakan Kyra

    Ayah dan anak itu saling menatap cukup lama. Ada rasa rindu yang disampaikan oleh tatapan mata Brian pada Kyra. Dia ingin langsung berlari dan memeluk gadis itu tetapi dia juga ketakutan jika Kyra menolaknya. "Papa ....!" Hingga akhirnya Brian merasa lega ketika Kyra mendatanginya terlebih dahulu. Gadis itu berlari dan kemudian memeluknya. Dengan senang hati Brian membalas pelukan Kyra. Dia memeluk Kyra erat seolah tidak ingin melepaskannya lagi."Kyra, Papa kangen." Satu kata yang bisa menjelaskan semua yang dia rasakan selama ini. Mereka memang beberapa kali bertemu tetapi kedekatan sebagai ayah dan anak sudah lama hilang. "Maafkan Kyra, Pa. Maafkan karena selama ini selalu menyalahkan Papa. Maafkan karena Kyra tidak bisa mengerti Papa." Sebuah ungkapan permintaan maaf tulus keluar dari bibir mungil Kyra. Dia juga merindukan hal seperti ini, memeluk sang ayah dengan perasaan kasih dan sayang."Tidak, sayang. Papa yang minta maaf sama kamu karena sudah bersikap egois dan tidak pern

  • Dua Istri CEO   Bab 101 Kyra Tiba di Swiss

    Kyra hanya diam setelah bertemu dengan Vio. Dia masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Vio. Selama ini dia memang menutup mata dan telinga tentang apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Dia hanya ingin menyalahkan Vio atas apa yang terjadi.Kyra masih memegang surat perjanjian itu di tangannya. Beberapa kali dia hanya melihat dan takut untuk membukanya kembali. Dia masih tidak percaya jika ibunya yang telah merencanakan ini semua. Dia masih mengingkari jika sang ibu menderita Skizofrenia.Kyra menggeleng. "Ini pasti tidak benar, kan?" tanya Kyra yang lebih untuk dirinya sendiri. Gadis itu menarik napas panjang dan setelahnya mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk.Kyra kembali teringat tentang sang kakek yang beberapa hari ini ada di Swiss. Vio tadi bilang jika saat ini sang ayah sedang berada di Swiss untuk menjemput sang ibu. Apa mungkin kakeknya selama ini bersama dengan ibunya?"Pak! Bisa lebih cepat?" Kyra memberi perintah pada pak sopir yang dibalas anggukan. Laju mo

  • Dua Istri CEO   Bab 100 Mencoba Memperbaiki

    Setelah mendengar semuanya dari Handoko, Vio pun berniat mengunjungi makan sang ibu. Selama ini, Handoko memang tidak pernah memberitahukan tentang ibunya. Handoko selalu menyembunyikan kenyataan tentang sang ibu. Dan Vio menjadi terbiasa untuk tidak bertanya. Yang terpenting baginya adalah dia memiliki seorang ayah yang hebat.Sudah beberapa saat Vio duduk di depan batu nisan tanpa mengucapkan apa pun. Dia tidak tahu bagaimana harus menyapa sang ibu karena dia tidak pernah melakukannya seumur hidup.Masih dengan mulut yang tertutup, Vio mulai menggerakkan tangannya untuk mencabut rumput di atas gundukan tanah. Sesekali ekor matanya melirik ke arah nama yang ada di batu nisan."Maafkan aku baru bisa datang, Bu. Aku baru mengetahui tentangmu." Vio menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air mata yang hendak jatuh. Meski dia tidak mengenal apa pun tentang ibunya tetapi Vio bisa merasakan kesedihan yang dialami sang ibu. Untung ada Handoko yang akhirnya membuat ibunya bertahan meski

  • Dua Istri CEO   Bab 99 Kenyataan Tentang Vio

    Setelah kejadian itu, Wijaya tidak melarang kedatangan Brian. Dia senang karena Azzura menjadi semakin ceria. Meski sesekali dia kumat dan mengamuk tetapi Azzura lebih sering tersenyum. Brian setiap hari datang bersama dengan Adrian dan selalu menemani Azzura. Entah itu membaca novel atau merajut. Lelaki itu begitu sadar dan telaten menemani Azzura hingga dia melupakan keberadaan Vio. Dia bahkan belum menghubungi Vio lagi sejak hari itu.Vio terus-terusan melihat ke arah ponselnya. Sudah berhari-hari suaminya pergi dan belum memberi kabar padanya. Tentu saja dia khawatir terjadi hal buruk pada Brian. Brian hanya menghubungi sekali ketika lelaki itu keluar dari bandara dan dalam perjalanan menuju hotel."Ada apa, Nak? Kenapa kamu terlihat gelisah? Apa Brian belum menghubungimu?" Handoko muncul dari dalam kamarnya. Tangan kanannya menekan sebuah tombol sehingga kursi roda miliknya berjalan dengan otomatis.Vio hanya meringis. Dia bahkan tidak menceritakan hal ini pada ayahnya tetapi ken

  • Dua Istri CEO   Bab 98 Kesadaran Wijaya

    Wijaya berjalan cepat ke arah ranjang Azzura. Dia lantas menarik bagian belakang kemeja yang dikenakan Brian dan mendorong lelaki itu hingga membentur tembok. Masih belum puas, Wijaya kembali mendekati Brian dan menarik wig yang lelaki itu gunakan. Wajah Wijaya langsung merah padam ketika mengetahui jika Brian yang sedari tadi bersama dengan anaknya.Sejak melihat lelaki yang menggendong Azzura, Wijaya sudah mencurigai jika itu adalah Brian. Pasalnya tidak mungkin Adrian memperbolehkan lelaki lain menyentuh Azzura. Dan kali ini kecurigaannya terbukti. Wijaya benar-benar marah ketika mengetahui jika Adrian telah menipunya."Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah sudah aku katakan untuk tidak mencari Azzura lagi?" bentak Wijaya pada Brian. Darahnya naik karena dia enggan Brian menyentuh Azzura lagi. Meski Wijaya mengetahui jika pernikahan kedua Brian adalah keinginan Azzura tetapi dia belum merelakan hal itu. Dia sudah tidak peduli Brian bersama siapa saat ini tetapi dia tidak ingin Br

  • Dua Istri CEO   Bab 97 Brian dan Wijaya

    "Ada apa, Adrian?" Suara seseorang yang sangat mereka kenal, membuat mereka terhenti. Baik Brian maupun Adrian merasa takut hingga tidak ada satu pun yang menoleh. "Adrian! Kenapa kamu diam saja!" Terdengar langkah kaki mendekat dan Adrian pun terpaksa membalik badan. Dia tesenyum menyambut Tuan Wijaya yang semakin mendekat. Dia tidak menyangka jika lelaki tua itu akan datang lebih awal dari biasanya. "Ehm ... saya membius Azzura karena dia tadi mengamuk, Om," jelas Adrian sembari menggeser tubuhnya menutupi punggung Brian. Meski Brian masih menyamar tetapi tidak menutup kemungkinan Tuan Wijaya bisa mengenali menantunya tersebut. Walau bagaimana pun mereka telah menjadi ayah mertua dan menantu dalam waktu yang cukup lama.Tuan Wijaya menghela napas panjang. "Apa ada pengobatan yang bisa menyembuhkannya secara penuh? Aku akan membayarnya berapa pun itu." Itu adalah sebuah keputus asaan dari seorang ayah terhadap keadaan putrinya. Azzura adalah anak satu-satunya dan dia adalah duniany

  • Dua Istri CEO   Bab 96 Melepaskan Azzura

    Suara klakson dari mobil Adrian membuat penjaga yang ada di pos melongok. Ketika tahu jika itu mobil Adrian, mereka pun membukakan pintu."Apa Tuan Wijaya telah datang?" tanya Adrian pada penjaga yang membukakan pintu untuknya. Sebelum menjawab, penjaga itu melirik ke arah lelaki yang duduk di sebelah Adrian. Keningnya berkerut tanda jika dia memiliki keraguan tentang orang yang dibawa Adrian.Adrian yang menyadari lantas menoleh sekilas ke arah Brian. "Ah ... ini adalah asistenku. Aku mengajaknya karena aku membutuhkan bantuannya. Keadaan Azzura sudah sangat buruk, dan aku takut dia melukaiku."Brian termenung ketika mendengar ucapan Adrian. Apakah keadaan istrinya sudah seburuk itu? "Jangan buat keributan!" Brian menoleh saat Adrian mengucapkan sesuatu. Adrian baru saja menutup kaca jendela mobil dan hendak menjalankan mobilnya kembali.Brian masih diam seperti orang kebingungan. Hingga akhirnya dia membuka mulutnya dan bertanya, "Apa keadaan Azzura memang seburuk itu?" Separuh jiw

  • Dua Istri CEO   Bab 95 Bantuan Adrian

    Brian mengemudi dengan ugal-ugalan meski cuaca sangat buruk. Salju turun dengan lebat sehingga mengganggu pandangan. Namun meski begitu Brian bisa menyusul mobil Adrian dan memotong jalan hingga Adrian terpaksa menghentikan mobilnya mendadak.Brian menutup pintu mobil dengan keras hingga menimbulkan bunyi. Dia segera berjalan ke arah Adrian dan kembali menggedor kaca mobil lelaki itu."Adrian! Keluar kamu!" Emosi telah menguasai Brian sehingga dia tidak bisa bersikap sabar. Dia sebagai suami Azzura tidak diperbolehkan bertemu dengan wanita itu tetapi kenapa Adrian bisa bertemu dengannya?Adrian ciam cukup lama. Dia mengatur napasnya berusaha untuk tetap tenang dan setelah beberapa saat dia pun membuka pintu mobilnya."Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu bersikap seperti preman?" Adrian mengangkat wajahnya, menyiratkan jika dia tidak takut dengan Brian. Keduanya saling menatap tajam, seolah masing-masing menyimpan kebencian.Amarah telah menguasi Brian hingga dia tidak bisa bersikap ten

DMCA.com Protection Status