Daffa bangkit dari tidurnya dengan memegangi dahi, kepalanya terasa sangat berat dan pusing yang luar biasa tengah menyerangnya. Tubuhnya juga terasa pegal dan lemas.
Masih dengan mengumpulkan nyawa, ia tersadar akan sesuatu yang ganjil, diangkatnya selimut yang menutupi sebagian tubuh kekarnya sedari tadi.
Firasat Daffa menjadi tak enak mendapati dirinya telanjang bulat tanpa mengenakan sehelai benangpun.
Dengan dada yang berdegup kencang, ia melirik pelan seseorang yang bergerak di sebelahnya,
"Maaf, dia tidak ingin menemuimu."Begitulah kalimat Jane ketika untuk kesekian kali ia membuka pintu dan mendapati Daffa sudah berdiri di depan apartemennya.Berkali-kali sudah pria itu mendatanginya, ntah darimana ia tahu jika Shine ada di apartemen Jane. Tak diragukan lagi Daffa adalah pria yang sedikit berbahaya meskipun ia terlihat pendiam.Belum ada satu jam Shine datang dan menangis pada Jane, Daffa sudah menelponnya dan tanpa menanyakan keberadaan Shine, ia langsung menanyakan keadaan Sh
Dengan wajah yang cerah Ema dan Brata kembali datang ke apartemen Jane. Bukan karena mereka sedang berusaha membujuk Shine untuk kembali, tapi kali ini Shine yang meminta mereka untuk datang, tentu saja tanpa Daffa. Gadis itu masih belum ingin menemui Daffa.Ketika Jane memberitahu bahwa orang tuanya sudah tiba, Shine nampak keluar dari pintu sambil memeluk tubuhnya. Ia tersenyum simpul memandang wajah-wajah tua yang terlihat sangat merindu, membuat Shine tidak tega. Ia berlari memeluk Ema dan Brata.Bagaimanapun keduanya sudah membesarkan dan merawat Shine juga memanjakannya dengan penuh kasih sayang, walaupun Shine m
Seorang gadis membolak balik sebuah buku yang lumayan tebal sambil memakan burgernya dengan tidak fokus. Ia memutar bola matanya ke atas, dan mengucapkan beberapa kata seperti menghapal apa yang buku tersebut tuliskan lalu mencatatnya ke dalam sebuah buku catatan. Sesekali gadis itu membenarkan rambut panjang pirangnya yang menjuntai menutupi mata ketika ia menunduk."Shine, kau sudah makan duluan? Jahat sekali tidak menunggu kami," ucap seseorang yang baru datang bersama seorang pria tinggi, tampan, yang ada di sebelahnya.Mereka adalah Vonie dan Jim, sahabat Shine.
"Kak Darren!"Shine berlari memeluk kakaknya yang baru saja tiba mengunjungi hotel yang ia tempati."Akhirnya kau datang," balas Darren memeluk Shine erat."Ya, kak, karna ancamanmu," tukas gadis itu.Bukan tanpa sebab Shine memutuskan untuk datang ke pernikahan kakaknya yang akan diadakan besok di gedung megah sebelah hotel tempat ia menginap. Shine datang karena kakakny
Pesta pernikahan Darren dan Mikaela digelar dengan sangat mewah. Acara demi acara sudah terlaksana dengan lancar. Saatnya para tamu undangan dan sanak saudara menikmati hidangan yang sudah disiapkan.Shine baru berani menampakkan diri setelah acara usai. Ia sudah mewanti-wanti Ema dan Brata untuk menghubunginya ketika Daffa sudah pergi. Daffa pergi pun bukan karena keinginannya, tapi Shine mengatakan pada kedua orang tuanya, jika ia tidak akan muncul pada acara penting itu jika Daffa masih ada disana.Sebenarnya Shine sedikit kecewa ketika mendengar bahwa dengan suka rela Daffa mengalah dan tidak keberatan menyetujui u
Dua tahun kemudian ...Daffa berdiri tepat di depan rak-rak yang berjajar rapih di kantornya, sembari mengecek dokumen satu persatu. Hanya itu kenangan yang bisa ia ingat, terakhir kali ia bertemu dengan Shine, terakhir kali gadis itu berbicara dan menatapnya dengan penuh amarah. Terakhir kali jantungnya berdebar dengan sangat hebat.Selama itu pula, ia tak pernah bertemu dengan gadis itu lagi. Jangankan bertemu, menelpon atau mendengar suaranya pun tidak pernah.
"Pagi."Sapaan seseorang terdengar begitu Shine membukakan pintu asramanya yang berkali-kali diketuk."Pagi, Jim," balas Shine tersenyum.Shine sudah bisa menebak siapa orang yang datang.Sekarang, setiap pagi, Jim selalu menjemputnya terlebih dahulu sebelum pergi ke kampus. Mengajaknya untuk sarapan bersama. Ntah itu dengan membawakannya makanan berupa roti dan susu atau
"Hei, apa kabar, Shine?"Jantung Shine berdebar kencang, kalimat itu keluar dari mulut seseorang yang sesungguhnya paling ia rindukan di muka bumi ini. Suara lembut itu menyapanya dengan wajah yang paling teduh yang pernah Shine lihat.Seharusnya, Shine tidak perlu menjawab pertanyaan itu dan langsung memeluk pria di depannya dengan erat, melepas kerinduan yang membuncah di dalam dadanya.Seharusnya...
Namaku Daffa Revano Abrata.Aku terbangun dari tidurku yang cukup panjang. Ntah apa yang terjadi padaku, tiba-tiba aku terbangun dengan jantung yang masih berdetak.Ku pikir aku sudah mati. Mengingat bagaimana penyakitku.Ketika aku terbangun, yang aku lihat adalah wajah-wajah penuh air mata dari keluargaku, juga kembaranku yang matanya terlihat memerah walaupun sepertinya ia tak ingin menunjukkannya padaku.
Namaku Miracle Shine. Nama yang benar-benar indah untuk gadis malang sepertiku. Seseorang yang baru saja kehilangan seluruh hidupnya. Ayah dan Ibu meninggalkanku satu tahun yang lalu, dan kini aku juga harus kehilangan kakak yang paling aku sayangi karena kecelakaan.Gelap.Aku merasa hidupku diselimuti oleh kegelapan ketika aku menyaksikan pemakaman Edward.Sungguh aku tidak tahu bagaimana masa depanku tanpanya, aku merasa hancur dan sendiri.
Shine dan Daffa baru saja memasuki rumah orang tuanya, rumah yang setelah sekian lama baru saja mereka kunjungi.Mereka disambut ramah oleh para pekerja dan juga Ema yang begitu melihat Shine langsung memeluknya, padahal Daffa juga berada di samping Shine."Ibu merindukanmu, Nak."Shine mempererat pelukannya mendengar suara Ema yang bergetar. "Aku juga, Bu."Setelah puas
Desahan napas memburu terus beradu di sebuah ruangan yang cukup gelap dengan hanya penerangan cahaya lampu meja ala kadarnya.Disana, di atas ranjang king size yang berada di tengah ruangan, terdapat dua insan yang sedang bergumul, bercumbu menyalurkan hasrat manusiawi yang mereka miliki."Kak Daffa ..."Erangan Shine semakin menggila ketika Daffa menciumi dadanya secara bergantian, bekerja sama dengan jari jemarinya yang meremas dua gundukan yang selalu membuat pria itu gemas.
'Aku sudah mengetahui semuanya, Kak. Selama ini kau membohongiku. Kak Darren sudah memberitahuku, tentang siapa kita sebenarnya. Jika memang seperti ini takdir kita, mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa marah. Aku mencintaimu, kau mencintaiku, bisakah kita mati saja bersama-sama? Aku akan menunggumu di tempat rahasia kita, kau tau kan tempat itu? Tempat yang hanya diketahui oleh kau dan aku saja. Aku akan pulang ke Indonesia pagi ini bersama mereka. Bukankah kau juga harus mengambil penerbangan pagi ini? Jika kau tidak datang, kau tau bukan senekat apa diriku? Aku benar-benar mencintaimu, Kak.'"Bali, pasti Bali," gumam Daffa mengingat sebuah villa yang ia
Satu tahun kemudian ....Ema, Brata, Darren juga Mikaela sedang bercakap-cakap di sebuah ruangan yang tidak terlalu luas tapi cukup nyaman untuk berkumpul bersama, ruangan dengan nuansa warna coklat susu, juga terdapat beberapa manekin yang terpajang di sudut-sudutnya, lengkap dengan gaun-gaun menempel disana. Ya, itu adalah apartemen Shine yang sudah diubah menjadi tempat Sophie merancang busana.Mereka sekeluarga datang untuk menghadiri upacara kelulusan Shine yang diadakan hari ini.
"Jantung yang berdetak dalam diriku, adalah jantung milik Edward. Jantung milik kakakmu."Mata Shine membulat, dengan cepat ia membalikkan badannya menatap Daffa.Tidak ada kebohongan disana."A--apa?" Tanya Shine memastikan pendengarannya."Jantung yang aku miliki sekarang adalah jantung Edward," ulang Daffa tanpa ragu sembari membalas tatapan Shine.
Dua hari setelah mengetahui kenyataan pahit yang ada, Daffa mengasingkan diri di villa rahasia miliknya dan Shine yang berada di Bali. Darren sempat menghubungi Daffa dan menanyakan kenapa tiba-tiba Daffa menghilang, tetapi pria itu mengatakan jika ia ada urusan bisnis yang mendadak. Ia tak ingin memberi tahu pada siapapun keberadaannya, bahkan ia tidak ingin mendengar kebenaran apapun dari mulut Darren.Daffa memilih diam dan tetap berpura-pura tidak mengetahui apapun.Setidaknya itu pilihannya sebelum memutuskan sesuatu.
"Kau dimana?""Masih di London.""Bisakah kau pulang hari ini?""Ada apa?""Ada sesuatu yang sangat penting yang