Darren merasa tubuhnya panas dan dingin dalam waktu yang bersamaan. Mungkin kata-kata 'kena batunya' sangat cocok untuk Darren sekarang. Karena berpura-pura sakit, kini ia menjadi benar-benar sakit. Tubuhnya terasa tidak enak, sepertinya ia demam.
Burung-burung berkicau di luaran sana, Darren menyibak tirainya malas, panas matahari menyengat wajahnya dari balik jendela.
Ia melihat jam wakernya, sudah pukul sembilan pagi. Ia bangun kesiangan karena merasa kurang enak badan.
Darren terbatuk kemudian keluar dari kamarnya. Apertemennya selalu sudah rapih dan bersih setiap ia membuka mata.
Hal yang tiga hari ini selalu Darren lakukan adalah mengacak-acak apertemen itu hanya untuk melihat Mikaela membereskannya kembali. Ia suka melihat tata
Ponsel Mikaela terus berdering ketika ia sedang asik menonton televisi sambil membelakangi Darren yang tidur di atas sofa. Pria itu tidur sangat nyenyak rupanya.Mikaela memilih duduk di karpet bawah sambil bersila.Ia kemudian berdiri mencari ponselnya di dalam tas.Siska?Mikaela mengangkat panggilan itu dan sedikit menjauh dari Darren.Darren menggeliat. Tubuhnya berkeringat hebat, ia terbangun ketika sayup-sayup mendengar Mikaela sedang berbicara pada seseorang.Bukannya membaik, Darren merasakan sebaliknya, tubuhnya sangat panas, hingga matanya ikut memanas dan berair, keringat dingin keluar dari dahinya. Kepala Darren sangat s
Sudah dua jam lebih Mikaela menunggu Rendy di depan pintu apertemen pria itu. Ia duduk bersila dilantai. Udara malam semakin dingin, Mikaela menyatukan kedua tangan kemudian menggosok-gosokkan telapak tangannya agar sedikit menghangat dan meniup celah-celah ruang kosong diantara rapatnya jari-jari tangannya.Akhirnya yang ia tunggu datang juga.Rendy terlihat berjalan lunglai mendekat.Mikaela bangkit dari duduknya, dan menatap Rendy dengan pandangan yang terluka.Yang biasanya Rendy selalu hadir dengan senyum cerianya menghibur Mikaela, kini diwajah itu hanya terdapat luka, menandakan kesedihannya yang mendalam. Wajah lebam setelah menangis, mata Rendy membengkak, rambut dan pakaiannya terlihat tak beraturan. Ia seperti orang yang se
Seperti janjinya dua hari yang lalu, sekarang Mikaela sudah duduk manis di ruang tamu Rendy menunggu pria itu menganti pakaiannya karena baru saja pulang dari.. ntahlah Mikaela tidak tau.Rendy muncul dengan kaus santai berwarna abu-abu. Sudah lama Mikaela tidak melihat Rendy sesantai ini."Kau sangat tampan kak." goda Mikaela."Kau baru sadar?"Mereka tertawa bersama.Rendy mendudukkan dirinya disamping Mikaela, ditemani Ana yang sedang membersihkan karpet dengan penyedot debu. Tapi mereka sama sekali tidak terganggu dengan keberadaan Ana."Mulailah kak.""Mulai apa?"
Darren mengetuk-ngetukkan kakinya tidak sabar ketika lift membawanya dan Mikaela ke lantai apertemen miliknya.Sepanjang perjalanan bahkan ketika Darren mengendarai mobilnya, ia terus menggenggam tangan Mikaela erat seakan-akan takut jika gadis itu akan kabur sewaktu-waktu.Tak sepatah katapun keluar dari mulut Darren begitupun Mikaela. Hanya memang Tangan keduanya saling bertaut satu sama lain. Tangan Mikaela pun mulai memerah karena genggaman kuat tangan Darren.Begitu lift sampai dilantai yang mereka tuju, Darren menarik Mikaela pelan untuk mengikuti langkahnya, dengan tidak tergesa-gesa ia membuka pintu apertemen.Begitu mereka masuk ke dalam, dengan membanting Darren menutup pintu apartemen itu dan tak menunggu sedetik kemudian i
Sayup-sayup terdengar suara jemari yang beradu dengan kerasnya keyboard laptop, Mikaela membuka matanya perlahan, ia merasakan sakit nyeri yang teramat sangat di kedua pangkal pahanya terutama ketika ia menggerakkan kaki.Tubuh Mikaela masih terbalut selimut, ketika ia mendapatkan kesadaran. Ia ingat jika baru saja kehilangan keperawanan. Hal yang selama ini Mikaela jaga baik-baik, dengan mudahnya ia serahkan pada Darren.Wajah Mikaela memerah mengingat bagaimana intimnya mereka berdua. Ia meraba bibirnya yang masih terasa membengkak karena ciuman Darren."Kau sudah bangun?"Suara berat Darren menginterupsi Mikaela, ia menyembunyikan wajahnya di balik selimut karena tidak tau harus memasang ekspresi seperti apa ketika memandang Darren
Darren meloloskan kaus putih polos dari lehernya sambil bercermin selepas berendam air hangat. Ia mengamati rahangnya yang baru saja ia cukur bersih.Tidak butuh waktu lama untuk rambut-rambut halus yang mempertampan wajahnya tumbuh disana. Satu Minggu saja mereka sudah akan memenuhi rahang kokoh Darren. Membuat para wanita yang menatapnya di kantor dengan wajah mesum mereka menjerit-jerit dalam hati.Darren bukan tak tau jika ia menjadi idola para wanita di kantornya, ia hanya bersikap profesional sebagai pemimpin. Lagipula dia sudah punya .... Mikaela, ya gadis itu yang baru saja ia gagahi di kamar yang sekarang sedang ia amati. Kamar pribadinya.Di atas ranjang sana Mikaela mengerang, mendesah menyebut namanya dengan memohon dan wajah yang tidak bisa Darren gambarkan. Wajah yang san
"Lama sekali kau mengangkat telponku!" suara ketus seseorang dari seberang memekakan telinga Mikaela.Ia mengusap-usap telinganya kemudian membaringkan tubuh lelahnya ke ranjang kecil yang hanya cukup untuk satu orang di kontrakannya."Aku baru saja sampai kak." jawab Mikaela tau jika Darren tidak suka menunggu."Darimana saja kau pergi malam-malam begini?""Aku membeli sesuatu di minimarket depan sana."Mikaela menahan tawa karena memang Darren sudah menelpon berulang-ulang sejak tadi, tapi ia sengaja tidak mengangkatnya."Lalu kenapa kau tidak mengangkat telponku?" Darren mulai menuntut, seperti
"Ayo masuk."Ajak Caroline pada Mikaela, ketika ia sudah berhasil membuka pintu apertemen Darren.Wanita itu menyuruh supirnya untuk meletakkan barang-barang belanjaannya di lantai."Kau sudah sampai?" Darren datang dengan pakaian santai dari dalam kamar. Wajahnya mengeras, sedikit tegang melihat Mikaela yang berdiri dengan menundukkan kepalanya di belakang Caroline."Ya aku baru saja sampai." Caroline mengecup pipi Darren.Pria itu hanya memperhatikan Mikaela dan membuang wajahnya."Aku harus mengatakan sesuatu hal yang penting padamu." ucap Darren."Tentu, aku datang kesini untuk
"Yang mana yang akan kau kenalkan padaku kak?"Dia bertanya padaku dengan wajah berbinarnya, membuat hatiku terasa sakit.Huh. Aku benar-benar merasa kasihan pada diriku sendiri. Aku tertawa padanya dan juga tertawa pada diriku sendiri.Menertawakan kebodohanku.Bagaimana bisa aku masih mencintainya hingga saat ini?
"Selamat atas pernikahanmu kak."Itu ucapan darinya saat mendengar kabar pernikahanku. Ucapan dari cinta pertamaku Mikaela.Aku termenung menatap hamparan pemandangan kota disepinya malam.Baru saja pesta pernikahanku usai dan menyisakan perasaan yang bercampur aduk didalam hatiku.Aku memutuskan untuk minum-minum dengan mengajak sahabatku, Rendy. Tapi ia justru meninggalkanku sendiri.
"Jangan menemuinya, atau kau akan aku seret meninggalkan negara ini, dan aku akan mengasingkanmu di kutub utara."Aku menutup ponselku begitu mengatakan hal yang akan benar-benar aku lakukan pada tunanganku itu jika ia tidak mendengarkan ucapanku.Mikaela Cindy. Gadis yang ntah sejak kapan membuatku gila.She driving me crazy.
Jangan menemuinya, atau kau akan aku seret meninggalkan negara ini, dan aku akan mengasingkanmu di kutub utara."Begitulah kira-kira ucapannya sebelum mematikan ponsel, menutup panggilan secara sepihak.Tunanganku yang sangat posesif dan egois. Dia Darren Revano Abrata.Sebulan yang lalu kami resmi bertunangan. Tentu saja kisahku tidak mudah seperti yang kalian bayangkan. Penuh air mata dan pengorbanan. Aku
"Aku tidak bisa menjemputnya, aku sedang membantu bi Salma menyiapkan pesanan, kau tahu ini project besar pertamanya dan supir ada bersama kami untuk membantu keperluan lain-lain, jadi hari ini kau yang menjemputnya ya?""Aku ada meeting siang ini.""Darrenku sayang, uangmu sudah sangat banyak, bisa kau batalkan saja meetingmu itu demi anakmu?"
Dering jam waker berbunyi nyaring memecah keheningan gelap suatu ruangan yang didominasi warna hitam dan putih.Mikaela menyingkirkan tangan besar yang menindih tubuhnya secara perlahan, dia bangkit dari ranjangnya sambil merentangkan satu tangan dan menguap, punggung tangan yang lain menutup mulutnya yang terbuka.Mikaela mematikan alarm jam tersebut, kemudian menengok buah hatinya yang sedang terlelap sambil tersenyum.
Ema menata perabot-perabot rumah tangga yang terkumpul acak dan menumpuk di salah satu ruangan yang lebar, itu adalah ruang tengah rumah baru Darren. Ia baru saja membeli rumah mewah tak jauh dari apertemennya yang dulu.Berkat usaha, dan kerjasamanya dengan Sandjaya, seseorang yang sudah tidak diragukan lagi dalam dunia bisnis. Kini bisnis Darren menjadi berkembang pesat dan perusahaan Sandjaya terselamatkan dari kebangkrutan juga berkat dirinya.Sungguh kerjasama yang menguntungkan.Dibantu be
"Apa?" Caroline terkejut setelah mendengar berita yang baru saja Daffa sampaikan.Mikaela dan Rendy kecelakaan? Bagaimana mungkin? Baru saja rencana mereka akan terwujud. Tapi....Caroline mengumpat dalam hati. Ia berpikir keras, memutar otaknya."Cepat tolong mereka."gusar Daffa tidak sabar di seberang.
Darren ingat ketika pertama kalinya ia mengatakan dengan jelas jika ia merindukan Mikaela...Setelahnya ia akan kembali ketus kepada gadis itu, bukan karena apa, tetapi karena Darren malu ia harus mengakui jika ia merindukan Mikaela.Ia ingat ketika pertama kali Daffa mengatakan apa yang membuatnya mencintai Mikaela...Dan secara terang-terangan Darren menantangnya, ia juga ingin memiliki Mikaela sama seperti Daffa.