Sudah berulangkali Zeya menolak keinginan Andrew untuk mengajaknya kembali mengulang indahnya kebersamaan mereka.
Zeya bukan sosok wanita yang sok jual mahal. Dia hanya takut semakin jatuh ke dalam jerat cinta.
Namun Andrew masih tak menyerah membujuk Zeya dan pada akhirnya Zeya luluh memenuhi keinginan Andrew.
*****
Kamar tidur Zefanya ...
"Anakmu tidak akan bangun tiba-tiba bukan?" Tanya Andrew, tangannya sibuk melepas pakaian yang melekat ditubuh kekarnya.
Jantung Zeya berdebar kencang ketika tubuh bagian atas Andrew yang tak memakai apa pun terpampang jelas di depan wajah Zeya.
Tubuhnya juga mulai terasa panas dingin dan dia berusaha menetralkan napasnya yang sedari tadi memburu oksigen.
Zeya sendiri tengah terbaring di atas ranjang dengan tubuh tanpa pakaian. Tadi sebelum Andrew masuk ke dalam kamar, Zeya sudah terlebih dahulu membuka baju lalu menyembunyikan tubuh polosnya di balik selimut.Zefanya tidak pernah menyangka bahwa dunia kampus jauh lebih kejam daripada dunia semasa dia berada di bangku SMA. Zeya yang sejak muda sudah hidup mandiri, berpikir bahwa mungkin dia akan mendapat kawan baik saat menjalani kuliah. Namun apa yang dia harapkan tidak terjadi.Adik perempuannya tetap menjadi si gadis populer, sementara dirinya dianggap kuper (kurang pergaulan). Well, bukan salah mereka juga menganggap Zeya seorang gadis kuper. Zeya sendiri tidak suka bergaul."Anna, kamu serius mau pacaran sama Andrew? Dia itu sudah terkenal playboy kampus," ucap Zeya sibuk menatap layar laptopnya.Anna yang tengah merias diri di depan cermin, tersenyum kecil mendengar pertanyaan kakak perempuannya."Tentu saja aku tahu dia itu playboy. Justru itu daya tariknya hingga aku mau menjadi kekasih Andrew Park. Dia itu kekasih yang murah hati dan perhatian," Anna membanggakan Andrew pada kakak perempuannya.Zeya mengabaikan pujian yang Anna berik
Zeya duduk gelisah dibalik kemudi mobilnya. Mobil yang dia kendarai tiba-tiba mogok di tengah jalan dan sialnya dia berada di kawasan sepi penduduk.Entah kenapa Zeya bisa nyasar sampai melewati jalan ini. Apalagi hari sudah larut malam. Dia sengaja berkeliling untuk menghabiskan waktu supaya saat dia kembali ke apartemen, dia langsung mandi dan tidur. Dia enggan berbasa-basi dengan ibu tirinya. Apalagi papa juga lebih suka mengomeli dirinya jika mereka bertemu.Zeya sudah menghubungi ponsel Anna tapi adik tirinya itu tidak mengangkat panggilan masuk darinya. Mau tidak mau Zeya terpaksa menelepon jasa derek mobil tapi tentu saja dia tetap mesti menunggu kedatangan mobil derek.-Apes. Ini di mana ya kok bisa-bisanya aku nyasar sampai kemari- gerutu Zeya menatap sekitarnya dari balik kaca mobil.Dia takut hal buruk akan terjadi padanya kendati Zeya bukan sosok gadis yang takut pada kematian. Dia lebih takut dilecehkan pemabuk atau disiksa penculik.
Suasana kediaman Park begitu ramai karena ada perayaan ulangtahun pernikahan ke tiga puluh tahun William dan Wilona.Sebagai ucapan syukur, mereka mengadakan pesta kecil-kecilan di kediaman mereka yang luas.Zeya dan Alin sibuk membantu mempersiapkan acara hingga Anze dijaga oleh kakak nenek. Sementara Andrew masih sibuk sepanjang hari di kantor menyelesaikan pekerjaan sebelum besok berakhir pekan bersama Zeya."Kapan Kak Andrew melamar Kak Zeya. Masa pacaran udah setahun tapi belum ada lamaran. Kalian serius kan menjalin hubungan?" Tanya Alin sibuk menata bunga hias ke dalam pot tanaman.Zeya yang tengah menggelar taplak meja bersama salah satu pelayan, hanya diam tak menanggapi. Dia bingung harus menjawab apa."Kalian tuh jangan kelamaan pacaran. Bisa-bisa nanti malah bubar," Alin berusaha menghasut Zeya supaya Zeya mendesak Andrew."Ya jangan doa seperti itu. Coba kamu tanya sama Andrew. Hubungan setahun kami juga masih hangat
Suasana hati Alin maupun Zeya berubah drastis tiba-tiba apalagi sejak kedatangan Anna.Tidak ada lagi niat membeli gaun baru untuk menghadiri acara calon mertuanya nanti malam di kediaman Park. Zeya malah merasa malu untuk turut hadir dan diperkenalkan sebagai kekasih Andrew. Zeya merasa dibohongi.Mereka berdua saat ini membuang rasa kesal mereka di tempat yang bisa merilekskan pikiran yakni salon wanita.Alin sedang di message oleh salah satu karyawan salon sedangkan Zeya tengah di facial.Ponsel Zeya terus berdering sedangkan sang pemilik enggan menerima panggilan masuk dari si penelepon. Zeya sudah tahu bahwa Andrew yang sedari tadi menghubungi dirinya. Zeya masih merasa rendah diri. Dia ingin menyendiri sementara waktu.Alin yang sedari tadi pura-pura tak mendengar dering ponsel, mulai terusik akibat kediaman Zeya.-Tidak biasanya Zeya terlihat tak bersemangat- batin Alin"Kak, diangkat tuh ponselnya," celutuk Alin berharap Zeya
Kamu dari mana saja, aku sangat mengkhawatirkan kamu," Andrew bergegas menghampiri Zeya begitu melihat sosok Zeya melewati ambang pintu rumahnya.Bukan tanpa sebab Andrew khawatir pada calon istrinya yang baru kali ini mengacuhkan telepon darinya seharian ini.Zeya tersenyum lebar membentang lengannya hendak memeluk Andrew.Alin yang berdiri di samping Zeya hanya bisa mengerut heran menyaksikan perubahan suasana hati Zeya yang berubah drastis.-Bukannya dari tadi Kak Zeya tampak mengesalkan. Kok dia berubah tiba-tiba- batin Alin.Sementara Andrew berlari kecil menghambur kedalam pelukan hangat Zeya, Anna menyaksikan tingkah laku kakak perempuannya yang tak pernah dia lihat.Zeya yang dikenal Anna bukanlah sosok yang terbuka hingga berani bermesraan di muka umum."Maaf Ndrew, tadi kami menghabiskan waktu me time berdua. Maklum wanita butuh waktu untuk merawat tubuh. Hehehe. Kamu merindukan aku?" tanya Zeya bersuara ma
"Wow, Kak Zeya cantik banget. Kamu setuju kan sama pendapatku, Andrew?" Anna, orang pertama yang menyadari penampilan Zefanya malam ini tampak berbeda.Ya, tentu saja Zeya berusaha untuk menarik perhatian Andrew malam ini walaupun ternyata usahanya berakhir sia-sia.Lihat saja Andrew yang tidak menyadari kehadiran Zeya dan Alin yang sudah berdiri didekatnya. Andrew malah sibuk mengobrol dengan Anna.Baru setelah Anna memuji penampilan Zeya, Andrew menengok dan mengamati outfit pakaiannya malam ini.Andrew memang benar-benar mengamati kekasihnya. Mulai dari tatanan rambut Zeya yang dibuat berombak bagian bawah. Lalu riasan wajah yang nampak alami tapi jelas mempercantik wajah Zeya. Gaun pesta yang berwarna merah bermodel kemben sepanjang mata kaki, tampak elegan membalut tubuh Zeya. Ujung kaki Zeya memakai high heels berwarna merah.-Sempurna. Aku jadi tak sabar menghabiskan malam ini bersamamu- Andrew berbicara pada Zeya melalui p
Ruang tunggu rumah sakit bagian spesialis kandungan cukup ramai di sore hari ini.Setelah meminta izin pulang lebih cepat pada Alin, Zeya meluncur ke rumah sakit seorang diri.Untung saja ada pengasuh yang menjaga Anze selama Zeya bekerja. Tentu saja diawasi oleh Lena juga. Lena dan Kiki datang berkunjung setiap hari. Zeya merasa berhutang budi pada teman-temannya yang sudah banyak menolongnya. Terutama dalam menjaga Anze.Zeya mengamati para pasien yang ikut menunggu seperti dirinya. Beberapa wanita hamil datang bersama pasangan mereka. Ada juga yang datang sendirian tapi semua yang datang tampak senang menunggu antrean giliran masuk kamar periksa.-Semoga aku tidak sedang mengandung. Sungguh sangat memalukan bila aku sampai hamil dua kali di luar nikah-Doa dipanjatkan oleh Zeya kepada Sang Pencipta. Zeya bukan hamba yang taat serta rajin beribadah tapi dia juga bukan sosok orang jahat yang patut diberi cobaan hidup terus-
Setelah Andrew meminta Zeya menunggu selama sebulan untuk menunggu kepulangan Anna, Zeya melakukan aksi 'ngambek' yang dimulai dari mengabaikan panggilan masuk serta pesan masuk yang dikirim oleh Andrew padanya.Bahkan saat bertemu Andrew di tempat kerja, Zeya bersikap profesional. Entah apa yang ada di otak Andrew hingga membiarkan aksi 'ngambek' Zeya terus berlanjut."Kak, apa hubungan Kakak dan Kak Zeya telah berakhir?" Alin sengaja bertanya karena melihat sikap acuh Zeya serta sikap cuek Andrew saat mereka bertemu.Tentu saja Alin merasa heran dan menduga hal buruk telah terjadi."Kami baik-baik saja. Biasalah mood wanita hamil yang kadang tak jelas," sahut Andrew membolak-balik kertas laporan yang diserahkan Alin padanya."Hah? Kak Zeya hamil? wow," Alin berlonjak gembira sambil bertepuk tangan. Tawa bahagia terdengar dari mulut Alin."Aku bakal jadi aunty sebentar lagi. Aku tidak sangka ternyata Kak Andrew tokcer juga. Aku kira K
Malam pertama Zeya bukan merupakan malam pengantin namun sensasi perasaan dag dig dug masih dialami Zeya. Jantungnya tidak bisa berdetak normal hingga dia terus menerus menegak air putih dari gelas yang ada di atas nakas. Dia berpikir setelah meminum air putih, perasaannya menjadi tenang kembali.Dia telah duduk di pinggir ranjang kamar hotel menunggu suaminya kembali dari acara resepsi. Putranya, Anze dia titip untuk dijaga oleh Wilona.Tangan Zeya saling bertautan di pangkuannya. Matanya memperhatikan gerak jarum jam dari layar ponselnya.-Ke mana Andrew pergi. Kenapa belum kembali juga- batin Zeya duduk gelisah.Ceklek, daun pintu didorong terbentang lebar. Melihat keadaan Andrew di ambang pintu membuat Zeya bergegas menghampiri suaminya."Kamu mabuk?" tanya Zeya jelas masih tidak percaya melihat suaminya sempoyongan."Istriku," ujar Andrew berusaha bergelayut di bahu Zeya.Dengan tangan sigap, Zeya memapah
Perhelatan akbar pernikahan pengusaha Park berlangsung megah dan meriah. Dua sosok manusia berdiri di atas podium panggung acara menjadi sosok sorotan para tamu hadirin.Zeya tampil begitu memukau dengan gaun pengantin berwarna putih gading. Kepalanya juga dihiasi tiara bertabur berlian kecil yang memang sengaja dipesan oleh Wilona ke pengrajin perhiasan untuk dipakai Zeya malam ini. Lihatlah, betapa memukau penampilan Zeya menjadi ratu di hari bahagianya.Senyum tidak lepas dari bibirnya kendati rahangnya sudah mulai kaku. Dia ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dia bahagia.Penampilan Andrew juga tampak tampan dengan tuxedo putih dan kemeja putih. Untuk celana, dia juga memakai warna putih. Rambutnya disisir begitu rapi dengan bantuan gel rambut. Senyum juga tidak lepas dari bibir Andrew sepanjang hari."Lihatlah Anna belum sempat makan. Tubuhnya sudah mulai limbung," omel Andrew mencondongkan tubuhnya berbisik di telinga Zeya.M
Anze menghabiskan akhir pekan bersama Andrew atas keinginan Zeya.Minggu depan mereka akan menikah jadi Zeya ingin Anze lebih akrab lagi bersama Andrew.Andrew membawa Anze pergi ke salah satu tempat wisata terbuka. Pantai Ancol di sabtu pagi ini.Bukan tanpa alasan Andrew membawa Anze kemari. Andrew ingin bersantai menghilangkan penat beban kerjanya sekaligus ingin mengenal dekat calon anaknya.Zeya memilih tidak ikut serta acara ayah dan anak. Zeya mempercayai Andrew mampu menjaga Anze tanpa kehadirannya."Om, ayo kita main di pasir. Anze mau buat istana dari pasir. Anze pengin coba kayak mereka," tunjuk Anze pada satu keluarga yang posisinya tidak jauh dari mereka.Andrew mengangguk setuju. Dia akan memenuhi apa pun keinginan Anze."Ayo, kita bikin seperti itu juga."Mereka berdua mengambil peralatan yang sengaja Andrew bawa didalam bagasi mobil. Satu sekop plastik dan dua ember plastik. Hanya itu yan
"Kalian mau menikah secepatnya?" Pekik Alin menatap tak percaya dua orang yang duduk di seberang meja.Mereka bertiga duduk di salah satu meja restoran favorit Alin untuk menyantap makan siang.Alin duduk berhadapan dengan Zeya dan Andrew.Mata Alin sedari tadi tak mengalihkan pandangan dari pasangan bucin di depannya. Tangan Andrew yang terus menggenggam tangan Zeya tentu tidak luput dari mata jeli Alin.Alin cukup heran melihat Zeya begitu mudah memaafkan Andrew. Alin malah menduga bakal ada drama sebelum hubungan kakak lelakinya dan Zeya kembali membaik. Ternyata yang terjadi malah diluar prasangkanya."Wajahmu terlihat bodoh, Alin. Tentu saja kakak mau menikah dengan Zeya secepatnya. Kamu setuju dengan usulku kan, Zeya?" Tanya Andrew memandang Zeya penuh sorot pemujaan.Alin saja sampai meleleh melihat sikap mesra Andrew yang baru kali ini dia lihat.-Dari tadi kamu tidak menanyakan pendapatku, Andrew- batin Zeya.
Sebulan telah berlalu. Zeya sudah kembali menjalani rutinitas harian bersama orang-orang terkasih. Sosok Andrew lenyap begitu saja sejak kejadian kecelakaan yang Zeya alami.Zeya mengira dia bisa berjumpa dengan Andrew di tempat kerja. Ternyata dia juga tidak menemukan sosok Andrew di Maxima.Menahan rindu itu berat. Zeya sama sekali tidak menaruh benci terhadap apa yang sudah dia alami. Awal mula dia memang merasakan kebencian namun perlahan rasa itu hilang. Rasa cinta kembali mendominasi di hati Zeya.Cinta memang terkadang tidak masuk logika. Hingga Zeya menurunkan harga dirinya mencari Andrew lewat panggilan telepon.'Nomor yang Anda panggil sedang berada di luar jangkauan. Silahkan hubungi beberapa saat lagi'Suara operator yang menyambut Zeya. Zeya langsung memutuskan panggilan telepon dan memilih menunggu jam istirahat makan siang. Dia berencana mengorek informasi keberadaan Andrew dari Alin."Kenapa lirik jam tangan
Perlahan mata Zeya terbuka. Silau cahaya lampu menusuk masuk matanya. Dia berusaha menyesuaikan matanya dengan pencahayaan di sekitar.Zeya mengamati sekelilingnya untuk mengetahui di mana dirinya berada. Satu pemahaman masuk saat melihat selang infus tertancap di punggung tangan kirinya.Zeya mengingat dirinya mengalami kecelakaan di depan rumah Andrew karena sikap gegabahnya.-Apa anakku selamat- batin Zeya.Pintu ruangan Zeya terdorong ke dalam dan tubuh Alin berjalan memasuki ruangan. Zeya menatap lurus ke arah Alin. Alin yang masih belum menyadari tengah diperhatikan, menutup pintu dan berjalan dengan fokus menatap layar ponselnya.Bahkan sampai duduk di sofa, tatapan Alin tak beralih dari layar ponselnya.Zeya menggerutu kesal melihat tingkah Alin yang mengabaikannya."Hei," panggil Zeya melambaikan tangan.Sayangnya Alin tak melihat lambaian Zeya. Tapi Alin mendengar suara Zeya yang memanggi
Brankar didorong oleh salah satu petugas menuju ruang ICU, Andrew dan Alin mengikuti dari arah belakang. Begitu tiba di depan pintu ruang ICU, langkah Andrew dan Alin terhenti."Mohon tunggu di sini. Kalian tidak bisa ikut masuk ke dalam. Para dokter dan suster akan menangani pasien," ucap si petugas pendorong brankar yang terbaring Zeya di atasnya.Pintu ruangan terbuka lalu tertutup didepan Andrew. Pria itu hanya menanggapi ucapan petugas dengan anggukan dan berdiri di depan pintu yang telah menutup."Ini semua salahmu Kak. Kenapa Kakak tidak bisa menerima kehadiran bayi yang Kak Zeya kandung padahal bayi itu anakmu juga."Terdengar suara isak tangis dari sisi samping Andrew. Namun Andrew tidak mau menghibur adiknya yang tengah bersedih.Dia sendiri merasa sedih. Merasa berdosa karena menyakiti Zeya. Merasa bodoh karena membentak Zeya hingga Zeya kabur dan berakhir ditabrak oleh mobil yang lewat didepan kompleks perumahan. Andrew membenci dirinya
"Zeya, kamu baik-baik saja?" Wilona bangkit dari tempat duduknya dan memeluk tubuh Zeya.Tangis Zeya pecah saat tubuhnya sudah dalam pelukan Wilona. Tangan Wilona mengusap punggung Zeya penuh kasih sayang. Wilona ikut merasakan kesedihan Zeya."Sssh. Kamu baik-baik saja kan?" Wilona mengulang pertanyaannya.William bertukar pesan dengan istrinya melalui tatapan mata. Pesan yang meminta istrinya menghibur Zeya.Butuh beberapa menit hingga tangis Zeya usai. Secara perlahan, Wilona melepas pelukannya. Zeya menarik tubuhnya menjauh. Tangannya sibuk membersit hidungnya yang tersumbat dengan sapu tangan.Tangan Wilona mengusap-usap kepala Zeya dan tersenyum lembut.Setelah merasa tenang, pipi Zeya merona malu. Dia sadar sudah mempermalukan dirinya di hadapan keluarga Andrew."Maafkan aku. Aku tak bermaksud mengganggu acara sarapan kalian," Zeya mengucapkan penyesalannya."Kamu tidak menganggu kami. Kami memang belum
Setelah Andrew meminta Zeya menunggu selama sebulan untuk menunggu kepulangan Anna, Zeya melakukan aksi 'ngambek' yang dimulai dari mengabaikan panggilan masuk serta pesan masuk yang dikirim oleh Andrew padanya.Bahkan saat bertemu Andrew di tempat kerja, Zeya bersikap profesional. Entah apa yang ada di otak Andrew hingga membiarkan aksi 'ngambek' Zeya terus berlanjut."Kak, apa hubungan Kakak dan Kak Zeya telah berakhir?" Alin sengaja bertanya karena melihat sikap acuh Zeya serta sikap cuek Andrew saat mereka bertemu.Tentu saja Alin merasa heran dan menduga hal buruk telah terjadi."Kami baik-baik saja. Biasalah mood wanita hamil yang kadang tak jelas," sahut Andrew membolak-balik kertas laporan yang diserahkan Alin padanya."Hah? Kak Zeya hamil? wow," Alin berlonjak gembira sambil bertepuk tangan. Tawa bahagia terdengar dari mulut Alin."Aku bakal jadi aunty sebentar lagi. Aku tidak sangka ternyata Kak Andrew tokcer juga. Aku kira K